Anda di halaman 1dari 38

1

LAPORAN PENDAHULUAN
KASUS HERNIA INGUINALIS

Disusun Oleh :

Tri Panji Kusuma 2017.C.09a.0867

YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA
KEPERAWATAN
TA 2020
2

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Definisi
Hernia adalah penonjolan sebuah organ atau struktur melalui mendeteksi
di dinding otot perut. Hernia umumnya terdiri dari kulit dan subkutan meliputi
jaringan, peritoneal kantung, dan yang mendasarinya adalah Visera, seperti
loop usus atau organ-organ internal lainnya. Faktor yang termasuk
pembedahan mendadak pada peningkatan tekanan intra-abdomen, yang
mungkin terjadi selama mengangkat beban berat atau batuk yang lebih
bertahap dan berkepanjangan sehingga peningkatan tekanan intra-abdomen
berhubungan dengan kehamilan, obesitas, atau asites. (Seymour I. Schwartz,
et.All. Principles of Surgery. Companion handbook. Jakarta: EGC,2000).
Hernia adalah kelemahan dinding otot abdominal yang melewati sebuah
segmen dari perut atau struktur abdominal yang lain yang menonjol. Hernia
dapat juga menembus melewati beberapa defect yang lain di dalam dinding
abdominal, melewati diafragma, atau melewati struktur lainnya di rongga
abdominal. (Ignatavicius, Donna, et.All. Medical Surgical Nursing.
Philadelphia: W.B SaundersCompany,2000)
Hernia adalah penonjolan sebuah organ-organ atau struktur melalui deteksi
di dinding otot perut atau kelemahan pada dinding rongga perut dimana berisi
bagian-bagian tersebut secara normal.
Hernia mungkin terjadi di beberapa bagian tubuh, tetapi biasanya itu
terjadi di rongga abdominal. Itu diketahui sebagai penurunan. Jika Hernia
tidak dapat ditempatkan kembali di rongga abdominal, maka hal itu diketahui
sebagai incarcerated. Dalam situasi ini aliran mungkin menjadi obstruksi.
Ketika Hernia ireduksi dan aliran intestinal dan supply darah obstruksi, Hernia
menjadi terjepit. Ini akibat dari obstruksi intestinal akut. (Lewis, Heitkemper,
Dirksen. Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical
Problem. Volume 2. Fifth Edition. Mosby,2000)
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya
yang normal melalui sebuah defek Kongenital atau yang di dapat. Hernia
3

adalah defek dalam dinding abdomen yang memungkinkan isi abdomen


(seperti Peritoneum, lemak, usus atau kandung kemih) memasuki defek
tersebut, sehingga timbul kantong berisikan materi abnormal. (dr. Jan
Tambayong, Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC,2000)
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan yang terdiri atas cincin,
kantong, dan isi Hernia. (Syamsul Hidayat R. dan Wim De Jong, Buku Ajar
Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta: EGC,2005)
Hernia adalah masuknya organ kedalam rongga yang disebabkan oleh
prosesus vaginalis berobliterasi (paten). (Mansjoer, Arief, Kapita Selekta
Kedokteran. Jilid 1. Jakarta,2000).
Kesimpulan pengertian dari beberapa ahli yaitu: Hernia adalah suatu benjolan
diperut dari rongga yang normal melalui lubang congenital atau didapat.

1.2. Etiologi
Penyebab penyakit Hernia dapat diakibatkan beberapa hal seperti :
1. Kongenital disebabkan kelemahan pada otot merupakan salah satu faktor
resiko yang berhubungan dengan faktor peningkatan tekanan intra
abdomen. Kelemahan otot tidak dapat dicegah dengan cara olahraga atau
latihan-latihan.
2. Obesitas adalah salah satu penyebab peningkatan tekanan intra-abdomen
karena banyaknya lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong
peritoneum. Hal ini dapat dicegah dengan pengontrolan berat badan.
3. Pada Ibu hamil biasanya ada tekanan intra-abdomen yang meningkat
terutama pada daerah rahim dan sekitarnya.
4. Mengedan juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra-abdomen.
5. Dan terlalu seringnya mengangkat beban berat.

1.3. Patofisiologi
Menurut Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2,2006.
Hernia diklasifikasikan menurut lokasi di mana mereka muncul. Sekitar 75%
dari Hernia terjadi di pangkal paha. Ini juga dikenal sebagai Hernia Inguinalis
4

atau Femoralis. Sekitar 10% adalah Hernia Ventral atau insisional dinding
abdomen, 3% adalah Hernia Umbilikalis.
Hernia Inguinalis dibagi lagi menjadi Hernia direct dan Hernia indirect.
Hernia Inguinalis indirect yang paling jenis umum dan biasanya
mempengaruhi laki-laki. Hernia Inguinalis indirect disebabkan oleh penutupan
saluran yang berkembang sebagai testis turun ke dalam skrotum sebelum
kelahiran. Sebuah kantung yang berisi peritoneum, usus, atau omentum
muncul melalui cincin Inguinalis dan mengikuti spermatika kabel melalui
Kanalis Inguinalis. Sering turun ke dalam skrotum. Meskipun tidak langsung
Hernia inguinalis cacat bawaan, mereka seringkali tidak menjadi jelas sampai
dewasa, ketika peningkatan tekanan intra-abdomen dan pelebaran dari cincin
inguinalis memungkinkan isi perut untuk memasuki saluran tersebut.
Hernia Inguinalis direct selalu cacat yang diperoleh hasil dari kelemahan
dinding Inguinal posterior. Hernia Inguinalis langsung terjadi lebih sering
pada orang dewasa yang lebih tua. Hernia Femoral cacat juga diperoleh di
mana kantung peritoneal menonjol melalui cincin femoral. Hernia ini biasanya
terjadi pada obesitas atau wanita hamil. 
Hernia Inguinalis seringkali tidak menghasilkan gejala dan ditemukan
selama pemeriksaan fisik rutin. Hanya mungkin menghasilkan benjolan,
bengkak, atau tonjolan di selangkang, terutama dengan mengangkat atau
tegang. Pasien laki-laki biasanya terdapat pengalaman baik nyeri atau rasa
nyeri yang memancar\Collaborative Care ke dalam skrotum, meskipun hanya
dapat dirasakan dengan peningkatan tekanan intra-abdomen (seperti yang
terjadi selama batuk) dan dalam vagina dari skrotum ke arah cincin inguinal. 
Jika Hernia Inguinalis dapat dikembalikan, isi kantung kembali ke rongga
perut, baik secara spontan sebagai tekanan intra-abdomen berkurang (seperti
dengan berbaring) atau dengan tekanan manual. Beberapa komplikasi yang
terkait dengan Hernia direduksi. Bila isi hernia tidak dapat dikembalikan ke
rongga perut, itu dikatakan dapat diminimalkan atau dipenjara. Isi Hernia yang
dipenjara terjebak, biasanya dengan leher yang sempit atau membuka ke
hernia. Penahanan meningkatkan risiko komplikasi, termasuk obstruksi dan
5

cekikan. Obstruksi terjadi ketika lumen usus yang terkandung dalam hernia
menjadi tersumbat, sangat mirip dengan Crimping dari sebuah selang. 
Jika suplai darah ke isi Hernia terganggu, hasilnya adalah Hernia terjepit.
Komplikasi ini dapat mengakibatkan infark usus yang terkena bencana dengan
rasa sakit yang parah dan perforasi dengan kontaminasi dari rongga peritoneal.
Perwujudan dari sebuah Hernia terjepit meliputi nyeri dan distensi perut,
mual, muntah, takikardia, dan demam.
Pembedahan sering dilakukan terhadap Hernia yang besar atau terdapat
resiko tinggi untuk terjadi inkarserasi. Suatu tindakan Herniorrhaphy terdiri
atas tindakan menjepit defek di dalam Fascia. Akibat dan keadaan post
operatif seperti peradangan, edema dan perdarahan, sering terjadi
pembengkakan skrotum. Setelah perbaikan Hernia Inguinal indirek.
Komplikasi ini sangat menimbulkan rasa nyeri dan pergerakan apapun akan
membuat pasien tidak nyaman, kompres es akan membantu mengurangi nyeri
(Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2,2006).

1.4. Manisfestasi klinis


Menurut Oswari E. Pada buku Bedah dan Perawatannya. Jakarta: PT
Gramedia,2003. Manifestasi klinik yang terdapat pada Hernia Inguinalis
adalah:
1. Terdapat benjolan didaerah vaginal dan atau scrotal yang hilang dan
timbul. Timbul bila terjadi peningkatan tekanan peritonela misalnya
mengedan, batuk-batuk, menangis. Jika pasien tenang dan berstirahat,
maka benjolan akan hilang secara spontan.
2. Pada pemeriksaan terdapat benjolan dilipat paha atau sampai scrotum,
pada bayi bila menangis atau mengedan. Benjolan menghilang atau dapat
dimaksudkan kembali rongga abdomen.
3. Isi Hernia dapat kembali kerongga peritorium disebut Hernia Inguinal
reponibilitas, bila tidak dapat kembali disebut Hernia Inguinal
ireponbilitis. Bila usus tidak kembali karena jepitan oleh Annulus
Inguinali, maka akan terjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan
pasase segmen usus yang terjepit. Keadaan ini disebut Hernia Strangulata.
6

4. Hernia strangulata lebih sering terjadi Hernia sebelah kanan. Insiden


tertinggi pada usia sekolah dibawah 1 tahun (31 %), namun rata-rata
terjadi pada 12 % kasus Hernia.
5. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu disertai
perasaan mual. Bila terjadi Hernia Inguinalis Stragulata perasaan sakit
akan bertambah hebat serta kulit di atasnya menjadi merah dan panas.
6. Hernia Femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing
darah) disamping benjolan di bawah sela paha.
7. Hernia Diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai
sasak nafas.
8. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan Hernia akan bertambah
besar.
1.5. Komplikasi
1. Hernia berulang,
2. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
3. Pendarahan yang berlebihan / infeksi luka bedah,
4. Luka pada usus (jika tidak hati-hati),
5. Setelah Herniografi dapat terjadi Hematoma,
6. Fostes urin dan feses,
7. Residip,
8. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.

1.6. Klasifikasi
a. Menurut Tofografinya: Hernia Inguinalis, Hernia Umbilikalis, Hernia
Femoralis dan sebagainya.
b. Menurut isinya: Hernia usus halus, Hernia omentum, dan sebagainya.\
c. Menurut terlibat/tidaknya: Hernia eksterna (Hernia ingunalis, Hernia
serofalis dan sebagainya).
d. Hernia inferna tidak terlihat dari luar (Hernia Diafragmatika, Hernia
Foramen Winslowi, Hernia Obturatoria).
7

e. Causanya : Hernia Kongenital, Hernia Traumatika, Hernia Visional dan


sebagainya.
f. Keadaannya: Hernia responsibilis, Hernia irreponibilis, Hernia
inkarserata,  Hernia skrotalis dan Hernia strangulata.

1.7. Penatalaksaan medis


Pada Hernia Femoralis tindakan operasi kecuali ada kelainan lokal atau
umum. Operasi terdiri atas Herniatomi disusul dengan Hernioplastik dengan
tujuan menjepit Anulus femonialis. Bisa juga dengan pendekatan krural,
Hernioplastik dapat dilakukan dengan menjahitkan Ligamentum Inguinale ke
ligamentum cooper. Tehnik Bassini melalui region Inguinalis, ligamentum
inguinale di jahitkan keligamentum lobunase Gimbernati.
a. Hernia Inguinalis Responsibilis yaitu Herniatomi berupa ligasi Plofesis
vaginalis, soproksimal mungkin dilakukan secara efektif namun secepat
mungkin kaena resiko terjadinya inkarserata.
b. Hernia Inguinalis inkarserata: Pada keadaan ini pasien dipuasakan, pasang
NGT, infus dan disuntik sedaiba sampai pasien tertidur dalam posisi
trendelenburg dengan tertidur tekanan intra peritoneal. (Arif Mansjoer,
Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1,2000)
c. Terapi
Pra Operasi:
1. Beri posisi semi-fowler (Hernia Diafragmatik), terlentang (Hernia
Femoralis)
2. Lakukan perawatan rutin jalur IV. Puasakan.
3. Hindari melakukan tindakan sendiri.
4. Jaga agar kantong atau Visera tetap lembab.
5. Gunakan tindakan kenyamanan.

Pasca Operasi:
1. Lakukan perawatan dan observasi secara rutin
2. Berikan tindakan kenyamanan
3. Dukungan keluarga. (Wong, Wong’s nursing care of infant and
children. St. Louis,2004)
8

1.8. Pengkajian keperawatan


Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Persiapan Pra Operatif
1) Informed consent (tanda persetujuan secara tertulis).
2) Penyuluhan pre operasi :
a) Menjelaskan apa yang akan dihadapi oleh pasien jika ia akan
dioperasi.
b) Menjelaskan bagaimana tubuh akan tetap berfungsi setelah
dilakukan Herniotomy.
c) Menjelaskan bahwa akan merasa sakit / nyeri pada daerah luka /
insisi setelah operasi.
d) Untuk mencegah komplikasi pasca operasi (atelektasis) pasien
diajarkan tentang kesehatan paru-paru, batuk efektif, menarik nafas
dalam.
3) Persiapan fisik.
a) Nutrisi
Pasien diberi makanan yang berkadar lemak rendah, tinggi
karbohidrat, protein, vitamin dan kalori. Pasien harus berpuasa 12 –
18 jam sebelum operasi.
b) Cairan
Pasien tidak boleh minum selama 8 jam sebelum operasi. Tindakan
pemberian cairan dan elektrolit maupun plasma sebelum operasi.
Perhatikan balance 6 – 8 jam pre operasi.
c) Hygiene
- Pasien harus mandi sebelum operasi.
- Kuku disikat dan cat kuku dibuang.
- Mulut harus dibersihkan.
d) Istirahat
Malam sebelum operasi diusahakan agar pasien dapat tidur nyenyak
dan beristirahat, kalau perlu kolaborasi pemberian obat penenang.
e) Eliminasi
- Kandung kencing harus kosong, sedapat mungkin kateterisasi
harus dihindari.
9

- Pengosongan isi usus dengan pemberian garam fisiologis atau di


lavement.
f) Obat-obatan pre medikasi
Pre medikasi:
Adalah pemberian obat untuk menjamin anastesi dapat berjalan dengan
baik dan lancar, dan bertujuan sebagai:
a. Menghilangkan rasa gelisah dan takut sebelum operasi.
b. Menurunkan BM, mengurangi pemakaian O2 tubuh.
c. Melemahkan gerak refleks pada sistem saraf otonom untuk
menahan keluarnya air liur dan sekresi di bagian atas tenggorok
untuk mencegah konvulsi dan muntah.
d. Mengurangi pemakaian obat anestesi dasar (utama).
e. Analgesia, yang sering digunakan adalah:
 Morfin untuk mengurangi perasan sakit.
 Atrofin mengurangi sekresi dari mulut dan saluran pernafasan.
 Obat anti muntah.
g) Kulit
Mencukur bagian yang akan dioperasi.
h) Observasi tanda-tanda vital
i) Transporting pasien
Pasien harus dibawa tepat pada waktunya, jangan terlalu cepat,
sebab terlalu lama menunggu saat operasi akan menyebabkan
pasien gelisah dan takut. Baju pasien diganti dengan baju khusus
operasi, barang-barang berharga diserahkan pada keluarga.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan insisi bedah
b. Kurang volume cairan berhubungan dengan pembatasan pada operasi
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme
sekunder terhadap luka
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
3. Perencanaan asuhan keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan insisi bedah
10

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam


diharapkan nyeri
Kriteria Hasil :
- Keluhan nyeri berkurang atau hilang (skala 0-1)
- Tampak rileks
- TTV dalam batas normal (TD : 100/80 mmHg, N : 60-100 x/menit, S
: 360 C, RR : 16-20 x/menit)
Intervensi :
Mandiri :
- Selidiki keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas
- Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri segera
- Observasi TTV
- Kaji insisi bedah,perhatikan edema, perubahan kontur luka/inflamasi
- Berikan tindakan kenyamanan, misalnya:latihan nafas dalam,
lingkungan
- yang tenang dan tekhnik relaksasi
Kolaborasi:
- Berikan analgesik, narkotik sesuai indikasi
b. Kurang volume cairan berhubungan dengan pembatasan pasca operasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam
diharapkan kurang volume cairan dapat teratasi
Kriteria Hasil :
- Membran mukosa lembab
- Turgor kullit baik
- Haluaran urine adekuat
- intake Oral, Prenatal adekuat
- TTV dalam batas normal (TD : 120/80 x/menit, RR : 16-20 x/menit,
S : 360 C, N : 60-100 x/menit)
Intervensi :
Mandiri :
- Awasi TD dan Nadi
- Lihat membran mukosa, turgor kulit dan pengisian kapiler
11

- Awasi masukan haluaran, catat warna urine, konsentrasi

Kolaborasi:
- Pertahankan penghisapan gaster atau usus
- Berikan cairan infus dan elektrolit
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme
sekunder terhadap luka
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam
diharapkan infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil :
- Tidak ada tanda-tanda infeksi (Rubor, Dolor, Kalor, Tumor,
Fungsiolaesa)
- TTV stabil
- Terdapat tanda-tanda penyembuhan
Intervensi :
Mandiri :
- Awasi TTV, Perhatikan demam, menggigil, berkeringat,
meningkatnya nyeri abdomen, perubahan mental
- Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka yang baik,
dan perawatan luka septic
- Lihat insisi dan balutan drainase bila diindikasikan
Kolaborasi:
- Ambil kultur contoh drainase bila diindikasikan
- Berikan antibiotik sesuai indikasi
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam
diharapkan Defisit Perawatan diri teratasi
Kriteria Hasil :
- Klien dapat memenuhi kebutuhan perawatan sendiri
Intervensi :
Mandiri :
- Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan dasar
12

- Hindari melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan


pasien sendiri
- Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri
- Berikan perawatan sesuai kebutuhan
13

BAB 2
ASUHAN KEPEWAWATAN
2.1. PENGKAJIAN

Tanggal Pengkajian : 17 Juni 2012

Tanggal Masuk : 17 Juni 2012

Ruang/Kelas : Melati/III

Nomor Register : 10763139

Diagnosa Medis : Hernia Inguinalis

I. Identitas Klien

Nama : Tn. T

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 69 Tahun

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia

Pendidikan : SD

Bahasa yang digunakan : Indonesia

Pekerjaan : Buruh

Alamat : Padurenan RT 02/13 Cibinong, Bogor

Sumber Biaya : Jamkesmas

Sumber Informasi : Pasien dan Keluarga

II. Riwayat Keperawatan

a. Riwayat kesehatan sekarang


14

1). Keluhan Utama : Nyeri dan ada benjolan pada skrotum.

2). Kronologis Keluhan

a)      Faktor Pencetus : Pasien sering mengangkat beban yang

berat.

b)      Timbul Keluhan : ( ) Mendadak (√) Bertahap

c)      Lamanya : 1 tahun

d)     Upaya mengatasi : Rasa nyeri dan benjolan berkurang/hilang.

b.      Riwayat masa lalu

1. Riwayat Penyakit sebelumnya :

Pasien tidak ada riwayat penyakit operasi lain sebelumnya.

2. Riwayat Alergi:

Tidak ada alergi.

4. Riwayat pemakaian obat:

hanya bila merasakan sakit, pasien meminum obat. Tetapi pasien

mengatakan, ia lebih baik istirahat daripada meminum obat. Kecuali

benar-benar membutuhkan.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram tiga generasi):

Keterangan:

: Orang tua yang sudah meninggal

: Laki-laki

: Perempuan
15

: Pasien

: Tinggal satu rumah

d.      Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor

resiko: Tidak ada.

e.       Riwayat Psikososial dan Spiritual

1)      Adakah orang yang terdekat dengan klien:

Istri dan anak pertamanya.

2)      Interaksi dalam keluarga

a)      Pola Komunikasi : Baik

b)      Pembuatan Keputusan : Istri dan anak pertama

c)      Kegiatan Kemasyarakatan : Baik

3)      Dampak penyakit klien terhadap keluarga

Pasien masih bekerja, keluarga mengandalkan pasien. Maka, keluarga

kehilangan orang yang mencari nafkah.

4)      Masalah yang mempengaruhi klien:

Biaya Operasi yang terlalu mahal membuat pasien cemas, dan keluarga

harus berusaha mencari biaya tersebut.

5)      Mekanisme Koping terhadap stress:

(√) Pemecahan masalah

Pasien menghadapi masalah dengan tenang, semua masalah diatasi bersama

oleh keluarga.

(√) Makan
16

Pola makan pasien dirumah cukup baik, 3x dalam sehari dengan lauk yang

beragam dan dirumah sakit pasien hanya mampu menghabiskan setengah

porsi karena tidak adanya nafsu makan.

(√) Tidur

Pola istirahat atau tidur pasien dirumah cukup baik, namun pasien kurang

tidur siang karena pasien bekerja hingga sore hari. Tidur malam antara 7-8

jam permalam.

(√) Minum obat

Pasien sangat menaati aturan minum obat yang diberikan oleh perawat jaga

diruangan, pola minum obat pasien 2x dalam sehari.

(√) Cari pertolongan

Dalam masalah kesehatan, pasien akan mencari pertolongan ke mantri

didaerah rumahnya.

(√) Lain-lain (Diam)

Dalam menghadapi masalah, pasien lebih banyak diam dan memikirkan jalan

keluar dari masalah tersebut.

6)      Persepsi klien terhadap penyakitnya.

a)      Hal yang sangat di pikirkan saat ini:

Apakah saya bisa sembuh?

b)      Harapan setelah menjalani keperawatan:

Dapat sembuh total dan menjalani aktifitas seperti biasa.

c)      Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit:

Lebih banyak diam dan beristirahat.

7)      Sistem penilaian kepercayaan


17

a)      Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan:

Lebih baik ke Pengobatan Alternatif daripada ke dokter yang biayanya mahal.

b)      Aktivitas Agama / kepercayaan yang dilakukan:

Terus menerus berdzikir dan beribadah kepada Allat SWT.

8)      Kondisi lingkungan rumah:

Hygiene yang kurang, di akibatkan kurangnya pengetahuan yang

baik.

9)      Pola Kebiasaan:

POLA

HAL YANG DIKAJI KEBIASAAN

Sebelum di RS Di RS
1. Pola Nutrisi

a.       Frekuensi makanan :……X/hari 3x/hari 3x/hari

b.      Nafsu Makan : Baik/tidak Baik Tidak

Alasan:…(mual/muntah/sariawan) - Mual

c.       Porsi Makanan yang di habiskan 1 Porsi ½ Porsi

d.      Makanan yang tidak di sukai - Bubur/Nasi yang lembek.

e.       Makanan yang membuat alergi - -

f.       Makanan Pantangan - Pedas dan santan.

g.      Penggunaan obat-obatan sebelum - -

makan

h.      Penggunaan alat bantu - IVFD terpasang ditangan

kirinya.
18

2.Pola Eliminasi

a.       B.a.k :

1). Frekuensi :…..X/hari 4x/hari 5x/hari

2). Warna :……. Kuning Kuning

3). Keluhan :……. - Nyeri post-op

4). Penggunaan alat bantu - -

b.      B.A.B

1). Frekuensi :…..X/hari 1x/hari 1x/hari

2).Waktu (pagi/siang/malam/tidak Pagi Pagi

tertentu)

3). Warna :……. Coklat Kecoklatan

4). Konsistensi :…… Lembek Agak keras

5). Keluhan :…….. - Nyeri saat mengedan

6). Penggunaan alat - -

3).Pola Personal Hygiene

a. Mandi

1)      Frekuensi :…..X/hari 2x/hari 1x/hari

2)      Waktu : Pagi/Siang/Malam

Pagi dan Sore Pagi

b. Oral Hygiene

1)      Frekuensi :….X/hari

2)      Waktu :pagi/siang/sore 2x/hari 1x/hari


19

c. Cuci Rambut Pagi dan Sore Pagi

1) Frekuensi :……X/minggu

4). Pola Istirahat dan Tidur 2x/minggu -

a. Lama tidur siang : …Jam/hari

b.Lama tidur malam :….Jam/hari - 2jam/hari

c. Kebiasaan sebelum tidur : 7-8jam/hari 5jam/hari

Merokok dan Berbincang dengan keluarga

5. Pola Aktivitas dan Latihan minum kopi sampai tertidur.

a. Waktu bekerja :

pagi/siang/malam Pagi -

b. Olah raga : ( )Ya ( ) Ya -

Tidak Lari kecil -

c. Jenis Olah raga : 3x/minggu -

d. Frekuensi olah raga :…… - -

e. Keluhan dalam beraktivitas :

……

6. Kebiasaan yang mempengaruhi Ya -

kesehatan 3x/hari -

a.Merokok : Ya/Tidak 6batang/hari -

1)  Frekuensi : …….. 50 tahun -

2)  Jumlah : ……..

3)  Lama pemakaian :………

- -

b.Minuman Keras/Nabza : - -
20

Ya/Tidak - -

1)  Frekuensi :…..

2)  Jumlah :…..

3)  Lama Pemakaian :

4. Pengkajian Fisik

a.       Pemeriksaan Fisik Umum:

1)      Berat badan : 68 kg (Sebelum sakit 72 kg)

2)      Tinggi badan : 174 cm

3)      Keadaan umum : Sedang

4)      Pembesaran kelenjar getah bening : ( ) Ya (√) Tidak

b.      Sistem Penglihatan:

1)      Posisi mata : (√) Simetris ( ) Asimetris

2)      Kelopak mata : (√) Normal ( ) Ptosis

3)      Pergerakan bola mata : (√) Normal ( ) Abnormal

4)      Konjungtiva : (√) Merah Muda ( ) Anemis

5)      Kornea : (√) Normal ( ) Keruh/Berkabut

6)      Sklera : ( ) Ikterik (√) Anikterik

7)      Pupil : (√) Isokor ( ) Anisokor

8)      Otot-otot mata : (√) Tidak ada kelainan

9)      Fungsi penglihatan : (√) Baik ( ) Kabur

10)  Tanda-tanda radang : Tidak ada

11)  Pemakaian kaca mata : (√) Tidak ( ) Ya

12)  Pemakaian lensa kotak : (√) Tidak ( ) Ya

13)  Reaksi terhadap cahaya : Baik


21

c.       Sistem Pendengaran:

1)      Daun telinga : (√) Normal ( ) Tidak

2)      Karakteristik serumen :

a.       Warna : Kuning muda

b.      Konsistensi : Cair

c.       Bau : Khas

3)      Kondisi telinga tengah : (√) Normal ( ) Kemerahan

4)      Cairan dari telinga : (√) Tidak ( ) Ada

5)      Perasaan penuh di telinga : (√) Tidak ( ) Ada

6)      Tinitus : ( ) Ya (√) Tidak

7)      Fungsi pendengaran : ( ) Normal (√) Kurang

8)      Gangguan keseimbangan : (√) Tidak ( ) Ya

9)      Pemakaian alat bantu : (√) Tidak ( ) Ya

d.      Sistem Wicara : (√) Normal ( ) Tidak

e.       Sistem Pernafasan:

1)      Jalan nafas : (√) Bersih ( ) Ada Sumbatan

2)      Pernafasan : (√) Tidak sesak ( ) Sesak

3)      Menggunakan otot bantu pernafasan : ( ) Ya (√) Tidak

4)      Frekuensi : 30 x/menit

5)      Irama :(√) Teratur ( ) Tidak Teratur

6)      Jenis pernafasan : (√) Spontan

7)      Kedalaman : ( ) Dalam (√) Dangkal

8)      Batuk : ( ) Tidak (√) Ya

9)      Sputum : ( ) Tidak (√) Ya, Putih


22

10)  Konsistensi : (√) Encer ( ) Kental

11)  Terdapat darah : ( ) Ya (√) Tidak

12)  Palpasi dada : Detak jantung normal

13)  Perkusi dada : Tidak ada tanda-tanda nyeri

14)  Suara nafas : (√) Vesikuler ( ) Ronkhi

15)  Nyeri saat bernafas : ( ) Ya (√) Tidak

16)  Penggunaan alat bantu nafas : (√) Tidak ( ) Ya

f.       Sistem Kardiovaskular:

1)      Sirkulasi Peripher

a.       Nadi : 74 x/menit : Irama : (√) Teratur ( ) Tidak Teratur

Denyut : ( ) Lemah (√) Kuat

b.      Tekanan darah : 130/90 mmHg

c.       Distensi vena jugularis : Kanan: ( ) Tidak (√) Ya

Kiri : ( ) Tidak (√) Ya

d.      Temperature Kulit : (√) Hangat ( ) Dingin

e.       Warna kulit : (√) Pucat ( ) Kemerahan

f.       Pengisian kapiler : detik

g.      Edema : (√) Ya, Skrotalis ( ) Tidak

2)      Sirkulasi Jantung

a). Kecepatan denyut capital : Teratur

b). Irama : (√) Teratur ( ) Tidak Teratur

c). Kelainan bunyi jantung : Tidak ada

d). Sakit dada : ( ) Ya (√) Tidak

g.      Sistem Hematologi:


23

Gangguan Hematologi:

1). Pucat : ( ) Tidak (√) Ya

2). Perdarahan : (√) Tidak ( ) Ya

h.      Sistem Syaraf Pusat:

1). Keluhan sakit kepala : Vertigo

2). Tingkat kesadaran : (√) ComposMentis ( ) Apatis

3). Glasgow coma scale : E: 4 V: 5 M: 6

4). Tanda-tanda peningkatan TIK : (√) Tidak ( ) Ya

5). Gangguan Sistem persyarafan : Tidak ada

6). Pemeriksaan Refleks

a. Refleks fisiologis : (√) Normal ( ) Tidak

b. Refleks Patologis : ( ) Tidak (√) Ya

i.        Sistem Pencernaan:

Keadaan mulut:

1). Gigi : (√) Caries ( ) Tidak

2). Penggunaan gigi palsu : ( ) Ya (√) Tidak

3). Stomatitis : ( ) Ya (√) Tidak

4). Lidah kotor : ( ) Ya (√) Tidak

5). Salifa : (√) Normal ( ) Abnormal

6). Muntah : (√) Tidak ( ) Ya

7). Nyeri daerah perut : (√) Ya, luka post-op

8). Skala nyeri :3-4

9). Lokasi dan Karakter nyeri : (√) Kanan Bawah

10). Bising usus : 15x/menit


24

11). Diare : (√) Tidak ( ) Ya

12). Konstipasi : ( ) Tidak (√) Ya, 2 hari.

13). Hepar : (√) Teraba ()Tidak Teraba

14). Abdomen : ( ) Distensi (√)

Kembung

j.        Sistem Endokrin:

a.       Pembesaran Kelenjar Tiroid : (√) Tidak ( ) Ya

b.      Nafas berbau keton : (√) Tidak ( ) Ya

c.       Luka ganggren : (√) Tidak ( ) Ya

k. Sistem Urogenital:

a.       Balance Cairan : Intake 1000 ml ; Out 500 ml

b.      Perubahan pola kemih : (√) Retensi ( ) Dysuria

c.       B.a.k : (√) Kuning Jernih () Putih

d.      Distensi/ketegangan kandung kemih : ( ) Ya (√) Tidak

e.       Keluhan sakit pinggang : ( ) Ya (√) Tidak

f.       Skala nyeri :0

l. Sistem Integumen

a.       Turgor kulit : (√) Tidak Elastis

b.      Temperatur kulit : ( ) Hangat (√)Dingin

c.       Warna kulit : (√) Pucat ( ) Cyanosis

d.      Keadaan kulit : ( ) Baik (√) Lesi

: (√) Insisi Operasi, lokasi

daerah skrotum.

e.       Kelainan kulit : (√) Tidak ( ) Ya


25

f.       Kondisi kulit yang terpasang infus : Normal, tidak ada oedeme

g.      Keadaan rambut : - Tekstur : Baik

- Kebersihan :Ya

m. Sistem Muskuloskeletal

a.       Kesulitan dalam bergerak : (√) Ya, terpasang infus (+)

b.      Sakit pada tulang : ( ) Ya (√) Tidak

c.       Fraktur : ( ) Ya (√) Tidak

d.      Kelainan bentuk tulang sendi : Tidak Ada

e.       Kelainan struktur tulang belakang : Tidak Ada

f.       Keadaan otot : Baik

5. Data Penunjang

a. Laboratorium:

Hari/

No tanggal Jenis Nilai Nilai Normal

1. Minggu 1. Darah rutin:

17-06-12a.       HB 14.4 L: 13.0-16.0 ; P: 12.0-

b.      Eritrosit 4.72 14.0

c.       Leukosit 6.800 4.5 - 5.9 (4.5 - 5.5)

d.      Trombosit 291.000 5.000 - 10.000

e.       Hematrokrit 40.0 150.000 – 450.000

f.       Basofil 0 L: 40 – 48 ; P: 36 –

g.       Eosinofil 0 42

0 0–1%
26

h.      Batang 60 1–3%

i.        Segmen 40 3–6%

j.        Limfosit 0 50 – 70 %

k.      Monosit 20 – 40 %

2-8 %
2. Masa pendarahan
2
3. Masa pembekuan
11 1 – 3 mnt
4. Gol. Darah
°/ Rh (+) 9 – 15 mnt
Diabetes:
-
5. Glukosa sewaktu:

Imunologi/ serologi 95

75 – 200 mg/dl
HBs Ag / negatif (-)

8. Analisa Data

No Data Masalah Etiologi

1. DS: Pasien datang dengan Nyeri berhubungan dengan Terjadinya gangguan aliran dara

keluhan ada rasa nyeri di trauma jaringan (usus usus yang terjepit yang

perut kanan bawah dan terjepit) menyebabkan kematian jaringa

ada benjolan di skrotum. (Nekrosis) dan menimbulkan

DO: Pasien tampak Perforasi.


27

meringis kesakitan, ada

benjolan pada kemaluan

(+)

S: 37°C N: 72x/mnt RR:

34x/mnt TD: 120/90

mmHg, oedeme (+)


2. DS: Pasien mengeluh Nyeri berhubungan dengan Terputusnya kontuinitas jaring

nyeri bagian luka post-op. trauma jaringan (insisi kulit pada post-op, yang

DO: Keluhan lemah, bedah) menstimulasi saraf nyeri dan

kesadaran CM, pasien menimbulkan rasa nyeri.

tampak meringis

kesakitan, dan berhati-hati

saat bergerak.

S: 36°C , N: 80 x/mnt ,

RR: 34 x/mnt TD: 160/70

mmHg, oedeme (-), BAB

(-), BAK (+) kuning

jernih, Flatus (-)


3. DS: Pasien mengatakan Intoleransi aktifitas Efek luka operasi yang

nyeri bagian operasi berhubungan dengan menimbulkan rasa mual yang

berkurang, namun pasien respon tubuh akibat luka memicu terjadinya intolerans

merasa mual dan lemas. post-op. aktifitas terhadap respon tubuh

DO: Pasien telihat lemas.

S: 37°C, N: 82 x/mnt , RR

32 x/mnt, TD: 130/70


28

mmHg, oedeme (-) , mual

(+) muntah (-) flatus (+)

BAB (+) agak keras

kecoklatan, BAB (+)

kuning jernih.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanggal Nama

Ditemukan Teratasi Jelas


1. Nyeri berhubungan dengan 17-06-2012 18-06-2012

trauma jaringan (usus

terjepit).
2. Nyeri berhubungan dengan 18-06-2012 18-06-2012

trauma jaringan post-op

(insisi bedah)
3. Intoleransi aktifitas 19-06-2012 19-06-2012

berhubungan dengan respon

tubuh akibat luka post-op.


29

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Tgl No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Rencana Paraf

(PES) Hasil Tindakan &

nama

jelas
18 Juni 1. Nyeri berhubungan dengan Tujuan: Nyeri a.       Mengkaji

2012 trauma jaringan (usus berkurang/hilang (1- tanda-tanda

terjepit). 2 hari) nyeri pasien.

Kriteria Hasil: Pasienb.      Mengajarkan

tampak rileks dan tehnik relaksasi.

keluhan nyeri (-) c.       Memberi

posisi semi

fowler.

d.      Memberi

informasi yang

akurat untuk

mengurangi rasa

sakit.

e.       Kolaborasi

dalam
30

pemberian

terapi.
18 Juni 2. Nyeri berhubungan dengan Tujuan: Nyeri a.       Mengkaji

2012 trauma jaringan post-op berkurang/hilang (1- pengalaman

(insisi bedah) 5 hari) nyeri pasien,

Kriteria Hasil: tentukan tingkat

Keluhan nyeri nyeri yang

berkurang, pasien dialami.

rileks, dan skala b.      Memantau

nyeri 0. keluhan nyeri.

c.       Mengjarkan

tehnik relaksasi.

d.      Menganjurkan

mobilisasi dini.

e.       Kolaborasi

dalam

pemberian

terapi.

19 Juni 3. Intoleransi aktifitas Tujuan: Aktifitas a.       Menjelaskan

2012 berhubungan dengan dapat maksimal batasan aktifitas

respon tubuh akibat luka terjadi. pasien sesuai

post-op. Kriteria Hasil: kondisi

Memperlihatkan b.      Meningkatkan

kemajuan aktifitas aktifitas secara


31

s.d mandiri dan ada bertahap.

respon positif c.      

terhadap aktifitas. Merencanakan

waktu istirahat

sesuai jadwal.

d.      Memotivasi

peningkatan dan

beri

penghargaan

pada kemajuan

yang telah

dicapai.

D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Tanggal/Waktu No. DK Tindakan Keperawatan dan Hasil Paraf

dan

nama

jelas
32

17 Juni 2012 1. Tindakan:

a.       Kaji tanda-tanda nyeri (0-10)

b.      Ajarkan tehnik relaksasi.

c.       Berikan posisi semi fowler.

d.      Berikan informasi yang akurat

untuk mengurangi rasa sakit.

e.       Kolaborasi dalam pemberian

terapi.

Hasil:

a.       Skala nyeri sedang (4-5)

b.      Pasien tampak lebih rileks.

c.       Keluhan nyeri berkurang.


18 Juni 2012 2. Tindakan:

a.       Kaji pengalaman nyeri pasien, dan

menetukan tingkat nyeri yang

dialami.

b.      Pantau keluhan nyeri.

c.       Ajarkan tehnik relaksasi.

d.      Anjurkan mobilisasi dini.

e.       Kolaborasi dalam pemberian

terapi.

Hasil:

a.       Skala nyeri sedang 4-5

b.      Keluhan nyeri berkurang.

c.       Pasien sudah bisa beristirahat


33

dengan tenang.
19 Juni 2012 3. Tindakan:

a.       Jelaskan batasan aktifitas pasien

sesuai kondisi.

b.      Tingkatkan aktifitas secara

bertahap.

c.       Rencanakan waktu istirahat sesuai

jadwal.

d.      Berikan motivasi peningkatan dan

memberi penghargaan pada

kemajuan yang telah dicapai.

Hasil:

a.       Pasien tampak lebih rileks.

b.      Pasien sudah dapat melakukan

eliminasi sendiri.

c.       Keluhan nyeri 0.

d.      Pasien diizinkan pulang.

E. EVALUASI (CATATAN PENGEMBANGAN)


34

No.D Tgl/Jam Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf dan Nama

K jelas
1 17 Juni S: Pasien datang dengan keluhan ada

2012 rasa nyeri di perut kanan bawah.

O: Pasien tampak meringis kesakitan,

ada benjolan pada kemaluan (+) S:

37°C N: 72x/mnt RR: 34x/mnt TD:

120/90 mmHg, oedeme (+)

A: Nyeri berhubungan dengan trauma

jaringan (usus terjepit).

P:

a.       Mengkaji tanda-tanda nyeri pasien.

b.      Mengajarkan tehnik relaksasi.

c.       Memberikan posisi semi fowler.

d.      Memberikan informasi yang akurat

untuk mengurangi rasa sakit.

e.       Kolaborasi dalam pemberian terapi.


2 18 Juni S: Pasien mengeluh nyeri bagian luka

2012 post-op.

O: Keluhan lemah, kesadaran CM,

pasien tampak meringis kesakitan,

berhati-hat saat bergerak.

S: 36°C , N: 80 x/mnt , RR: 34 x/mnt

TD: 160/70 mmHg, oedeme (-), BAB

(-), BAK (+) kuning jernih, Flatus (-)


35

A: Nyeri berhubungan dengan trauma

jaringan post-op (insisi bedah)

P:

a.       Mengkaji pengalaman nyeri pasien,

dan menetukan tingkat nyeri yang

dialami.

b.      Memantau keluhan nyeri.

c.       Mengajarkan tehnik relaksasi.

d.      Menganjurkan mobilisasi dini.

e.       Kolaborasi dalam pemberian terapi.


3 19 Juni S: Pasien mengatakan rasa nyeri

2012 sudah berkurang, namun ada rasa

lemas, dan mual.

O: Pasien telihat lemas.

S: 37°C, N: 82 x/mnt , RR 32 x/mnt,

TD: 130/70 mmHg, oedeme (-) , mual

(+) muntah (-) flatus (+) BAB (+)

agak keras kecoklatan, BAB (+)

kuning jernih.

A: Intoleransi aktifitas berhubungan

dengan respon tubuh akibat luka post-

op.

P:

a.       Menjelaskan batasan aktifitas

pasien sesuai kondisi.


36

b.      Meningkatkan aktifitas secara

bertahap.

c.       Merencanakan waktu istirahat

sesuai jadwal.

d.      Memotivasi peningkatan dan

memberi penghargaan pada kemajuan

yang telah dicapai.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Setelah mendalami dengan teliti melalui pembandingan antara konsep

medik dan konsep pemberian asuhan keperawatan pada pasien Herniatomi

dengan kenyataan kasus yang penulis hadapi, maka ada beberapa hal yang

dapat penulis simpulkan, diantaranya sebagai berikut.

Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya

yang normal melalui sebuah defek Kongenital atau yang didapat. Hernia
37

adalah defek dalam dinding abdomen yang memungkinkan isi abdomen

(seperti Peritoneum, lemak, usus atau kandung kemih) memasuki defek

tersebut, sehingga timbul kantong berisikan materi abnormal. (dr. Jan

Tambayong. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC,2000.)

3.2. Saran

Memberikan informasi yang benar kepada lingkungan sekitar tentang

batasan-batasan mengangkat beban yang berat, mengedan dan faktor-faktor

ain yang dapat menimbulkan Hernia.

DAFTAR PUSTAKA

Black, J dkk. 2005. Medical Surgical Nursing, edisi 4. Pensylvania : W.B


Saunders

Brunner & Suddarth. 2006. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Carpenito, Lynda Juall, 2005, Rencana Asuhan dan Dokumentasi keperawatan.


Jakarta : EGC

Carpenito, Lynda Juall. 2005. Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek


Klinik. Jakarta : EGC

Doengoes, Marrilyn. E. 2006. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta :
EGC
38

Engram, Barbara. 2006. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume I.


Jakarta : EGC

Girl, Made Kusala, Farid Nur Mantu. 2000. Hernia Inguinalis Lateralis pada
Anak-anak, Laboratorium Ilmu Bedah. Ujung Pandang : Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin

Anda mungkin juga menyukai