Disusun Oleh :
Kelompok 5
1. Efri 2017.C.09a.0882
Mengetahui :
Ketua Program Studi S1 Keperawatan
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Rahmat dan karunia-Nya lah penulisan laporan praktikum yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Tn.R Dengan Diagnosa Medis Congestive Heart Disease Di
Ruang Sakura RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya”
Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang
kepada :
1. Maria Adelheid Ensia,S.Pd.,M.Kes. Selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka
Raya.
2. Meilitha Carolina, Ners., M.Kep. Selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan
3. Lisnae Waty, S,Kep., Ners. Selaku Koordinator PPK 2.
4. Dina Rusadyah, S.Kep.,Ners. Selaku pembimbing klilik yang telah banyak
memberi saran dan bimbingan dalam menyelesaikan laporan ini.
5. Isna Wiranti, S.Kep.,Ners. Selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberi saran dan bimbingannya dalam menyelesaikan laporan ini.
Serta perawat senior di ruang Sakura yang telah memberi saya kesempatan
untuk praktek di ruang Dahlia dan teman-teman dikelas III-B yang telah
memberikan dukungan dan sarannya. Serta kepada Orang Tua yang selalu
mendukung dan mendoakan saya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari
sempurna. Maka dengan ini penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak.
Akhir kata, semoga laporan praktikum ini dapat berguna bagi
pengembangan ilmu keperawatan dan semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa
memberikan berkat dan karunia-Nya kepada kita semua. Amin.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan........................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit............................................................................................4
2.1.1 Definisi.........................................................................................................4
2.1.2 Anatomi Fisiologi........................................................................................6
2.1.3 Etiologi.........................................................................................................6
2.1.4 Klasifikasi....................................................................................................6
2.1.5 Patofisiologi.................................................................................................6
2.1.6 Manifestasi Klinis.......................................................................................10
2.1.7 Komplikasi..................................................................................................11
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang............................................................................11
2.1.9 Penatalaksanaan Medis..............................................................................11
2.1.10 Penatalaksanaan Keperawatan...............................................................12
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan..............................................................12
2.2.1 Pengkajian Keperawatan...........................................................................12
2.2.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................................14
2.2.3 Intervensi Keperawatan.............................................................................15
2.2.4 Implementasi Keperawatan.......................................................................16
2.2.5 Evaluasi Kepererawatan............................................................................16
BAB 3 Asuhan Keperawatan
3.4.1 Pengkajian...................................................................................................17
3.4.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................................26
3.4.3 Intervensi Keperawatan.............................................................................29
3.4.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan................................................29
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian.....................................................................................................34
4.2 Diagnosa Keperawatan................................................................................34
4.3 Intervensi Keperawatan...............................................................................35
4.4 Implementasi Keperawatan.........................................................................35
4.5 Evaluasi Keperawatan.................................................................................36
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan...................................................................................................37
5.2 Saran .............................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung
mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel
tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan
peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih banyak untuk
dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal.
Jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang singkat dan dinding
otot jantung yang melemah tidak mampu memompa dengan kuat. Sebagai
akibatnya, ginjal sering merespons dengan menahan air dan garam. Hal ini akan
mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa organ tubuh seperti tangan,
kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh klien menjadi bengkak (congestive)
(Udjianti, 2010).
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan patofisiologis berupa
kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/ kemampuannya hanya ada kalau
disertai peninggian volume diastolik secara abnormal (Mansjoer dan Triyanti,
2007).
Gagal jantung adalah sindrom klinik dengan abnormalitas dari struktur atau
fungsi jantung sehingga mengakibatkan ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah ke jaringan dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh
(Darmojo, 2004 cit Ardini 2007).
Congestive Heart Failure (CHF) merupakan salah satu masalah
kesehatan dalam system kardiovaskular, yang angka kejadiannya terus
meningkat. Menurut data dari WHO dilaporkan bahwa ada sekitar 3000
warga Amerika menderita CHF. Menurut American Heart Association
( AHA ) tahun 2012 dilaporkan bahwa ada 5,7 juta penduduk Amerika
Serikat yang menderita gagal jantung ( WHO, 2012 ).
Di Indonesia prevalensi penyakit gagal jantung tahun 2013 sebesar
0,13% atau diperkirakan sekitar 229.696 orang, sedangkan berdasarkan
gejala yang muncul sebesar 0,3% atau diperkirakan sekitar 530.068 orang.
Estimasi jumlah
penderita penyakit gagal jantung di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
sebanyak 6.943 orang (0,25%) (Kementrian Kesehatan RI, 2014). J
Banyaknya angka kematian serta keluhan dispnea yang merupakan
gejala khas yang diakibatkan oleh penyakit gagal jantung perlu dilakukan
penanganan dengan segera. Penanganan penyakit gagal jantung dapat
dilakukan dengan terapi farmakologis maupun nonfarmakologis. Terapi
farmakologis merupakan terapi yang dilakukan dengan obat – obatan yang
meliputi pemberian bronkodilator, steroidinhalasi, mukolitik, sedangkan
terapi non farmakologis dapat dilakukandengan pemberian tehnik fisik,
seperti pembaharuan kardiopulmonal,yaitu : olahraga, tehnik pernafasan,
dan pengontrolan batuk. Tehnik relaksasi, biofeedback dan meditasi juga
dapat mengurangi gejala dispnea (Potter & Perry, 2010).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah pada Congestive Heart
Failure (CHF) yakini sebagai berikut : Bagaimana asuhan keperawatan pada Tn.R
dengan diagnosa medis Congestive Heart Failure (CHF) di Ruang Sakura RSUD
dr.Doris Sylvanus Palangka Raya ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penyusunan dan penulisan asuhan keperawatan ini adalah
agar penulis mampu mengambarkan asuhan keperawatan secara kompherensif
yang meliputi bio, psiko, sosial, dan spiritual pada Tn. R dengan Congestive Heart
Failure (CHF) dengan menggunakan proses keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian status kesehatan pada Tn.R dengan masalah
Congestive Heart Failure (CHF)
2) Menegakan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada Tn.R
dengan masalah Congestive Heart Failure (CHF)
3) Membuat intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa yang muncul
pada Tn.R dengan masalah Congestive Heart Failure (CHF)
4) Membuat implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi yang
dibuat pada Tn.R dengan masalah Congestive Heart Failure (CHF)
5) Membuat evaluasi asuhan keperawatan pada Tn.R dengan masalah
Congestive Heart Failure (CHF)
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Teoritis
Menambah pengentahuan dan keterampilan bagi mahasiswa dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Congestive Heart Failure
(CHF)
1.4.2 Praktis
1. Ilmu Pengetahuan
Mengembangkan ilmu pengetahuan terbaru khususnya dalam bidang
keperawatan serta dapat diaplikasikan dalam asuhan keperawatan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Periode (UAP) di pendidikan
dan menambah refrensi bagi pendidikan
3. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi semua mahasiswa tentang
asuhan keperawatan pada pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF)
dan untuk memenuhi tugas akhir semester yang diberikan oleh pendidikan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung
mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel
tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan
peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih banyak untuk
dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal.
Jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang singkat dan dinding
otot jantung yang melemah tidak mampu memompa dengan kuat. Sebagai
akibatnya, ginjal sering merespons dengan menahan air dan garam. Hal ini akan
mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa organ tubuh seperti tangan,
kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh klien menjadi bengkak (congestive)
(Udjianti, 2010).
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan patofisiologis berupa
kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/ kemampuannya hanya ada kalau
disertai peninggian volume diastolik secara abnormal (Mansjoer dan Triyanti,
2007).
Gagal jantung adalah sindrom klinik dengan abnormalitas dari struktur atau
fungsi jantung sehingga mengakibatkan ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah ke jaringan dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh
(Darmojo, 2004 cit Ardini 2007).
2.1.2 Anatomi Fisiologi
Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan
dengan basisnya di atas dan puncaknya di bawah. Apeks nya (puncak) miring ke
sebelah kiri. Jantung berada di dalam thorak, antara kedua paru-paru dan
dibelakang sternum, dan lebih menghadap ke kiri daripada ke kanan. Ukuran
jantung kira-kira sebesar kepalan tangan. Jantung dewasa beratnya antara 220-260
gram. Jantung terbagi oleh sebuah septum atau sekat menjadi dua belah, yaitu kiri
dan kanan.
Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada.
Bagian kanan dan kiri jantung masing masing memiliki ruang sebelah atas
(atrium) yang mengumpulkan darah dan ruang sebelah bawah (ventrikel) yang
mengeluarkan darah. Agar darah hanya mengalir dalam satu arah, maka ventrikel
memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu katup pada jalan keluar.
Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan
membersihkan tubuh dari hasil metabolism (karbondioksida). Jantung
melaksanakan fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah yang kekurangan
oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke dalam paru- paru, dimana darah
akan mengambil oksigen dan membuang karbondioksida. Jantung kemudian
mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan memompanya ke
jaringan di seluruh tubuh.
1. Lapisan Pembungkus Jantung
1) Perikardium
Jantung di bungkus oleh sebuah lapisan yang disebut lapisan perikardium, di
mana lapisan perikardium ini di bagi menjadi 3 lapisan yaitu :
a. Lapisan fibrosa, yaitu lapisan paling luar pembungkus jantung yang
melindungi jantung ketika jantung mengalami overdistention. Lapisan fibrosa
bersifat sangat keras dan bersentuhan langsung dengan bagian dinding dalam
sternum rongga thorax, disamping itu lapisan fibrosa ini termasuk penghubung
antara jaringan, khususnya pembuluh darah besar yang menghubungkan dengan
lapisan ini (exp: vena cava, aorta, pulmonal arteri dan vena pulmonal).
b. Lapisan parietal, yaitu bagian dalam dari dinding lapisan fibrosa
c. Lapisan Visceral, lapisan perikardium yang bersentuhan dengan lapisan luar
dari otot jantung atau epikardium.
Diantara lapisan pericardium parietal dan lapisan perikardium visceral terdapat
ruang atau space yang berisi pelumas atau cairan serosa atau yang disebut dengan
cairan perikardium. Cairan perikardium berfungsi untuk melindungi dari gesekan-
gesekan yang berlebihan saat jantung berdenyut atau berkontraksi. Banyaknya
cairan perikardium ini antara 15 – 50 ml, dan tidak boleh kurang atau lebih karena
akan mempengaruhi fungsi kerja jantung. Lapisan otot jantung terbagi menjadi 3
yaitu :
a. Epikardium,yaitu bagian luar otot jantung atau pericardium visceral
b. Miokardium, yaitu jaringan utama otot jantung yang bertanggung jawab atas
kemampuan kontraksi jantung
c. Endokardium, yaitu lapisan tipis bagian dalam otot jantung atau lapisan tipis
endotel sel yang berhubungan langsung dengan darah dan bersifat sangat licin
untuk aliran darah, seperti halnya pada sel-sel endotel pada pembuluh darah
lainnya
2.1.3 Etiologi
Etiologi gagal jantung kongestif (CHF) dikelompokan berdasarkan faktor
eksterna maupun interna, yaitu:
1. Faktor eksterna (dari luar jantung) seperti hipertensi renal, hipertiroid, dan
anemia kronis/ berat.
2. Faktor interna (dari dalam jantung)
a. Disfungsi katup: Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum Defect
(ASD), stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.
b. Disritmia: atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block.
c. Kerusakan miokard: kardiomiopati, miokarditis, dan infark miokard.
d. Infeksi: endokarditis bacterial sub-akut
2.1.4 Klasifikasi
1. Kelas I : bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tanpa keluhan
2. Kelas II : bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat atau
aktifitas sehari-hari
3. Kelas III : bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa
keluhan
4. Kelas IV ; bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas
apapun dan harus tirah baring
2.1.5 Patofisiologi (Patway)
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan
kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari normal.
Dapat dijelaskan dengan persamaan CO = HR x SV di mana curah jantung (CO:
Cardiac output) adalah fungsi frekuensi jantung (HR: Heart Rate) x Volume
Sekuncup (SV: Stroke Volume).
Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Bila curah
jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung
untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal
untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup
jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung.
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi, yang
tergantung pada 3 faktor, yaitu:
1) Preload (yaitu sinonim dengan Hukum Starling pada jantung yang menyatakan
bahwa jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan
yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung);
2) Kontraktilitas (mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada
tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar
kalsium);
3) Afterload (mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan
untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh
tekanan arteriole).
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi yang terjadi
baik pada jantung dan secara sistemik. Jika volume sekuncup kedua ventrikel
berkurang akibat penekanan kontraktilitas atau afterload yang sangat meningkat,
maka volume dan tekanan pada akhir diastolik di dalam kedua ruang jantung akan
meningkat. Hal ini akan meningkatkan panjang serabut miokardium pada akhir
diastolik dan menyebabkan waktu sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini
berlangsung lama, maka akan terjadi dilatasi ventrikel. Cardiac output pada saat
istirahat masih bisa berfungsi dengan baik tapi peningkatan tekanan diastolik yang
berlangsung lama (kronik) akan dijalarkan ke kedua atrium, sirkulasi pulmoner
dan sirkulasi sitemik. Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat yang akan
menyebabkan transudasi cairan dan timbul edema paru atau edema sistemik.
Penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan dengan penurunan
tekanan arterial atau penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa sistem
saraf dan humoral. Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akan memacu
kontraksi miokardium, frekuensi denyut jantung dan vena; yang akan
meningkatkan volume darah sentral yang selanjutnya meningkatkan preload.
Meskipun adaptasi-adaptasi ini dirancang untuk meningkatkan cardiac output,
adaptasi itu sendiri dapat mengganggu tubuh. Oleh karena itu, takikardi dan
peningkatan kontraktilitas miokardium dapat memacu terjadinya iskemia pada
pasien dengan penyakit arteri koroner sebelumnya dan peningkatan preload dapat
memperburuk kongesti pulmoner.
Aktivasi sitem saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi perifer.
Adaptasi ini dirancang untuk mempertahankan perfusi ke organ-organ vital, tetapi
jika aktivasi ini sangat meningkat malah akan menurunkan aliran ke ginjal dan
jaringan. Salah satu efek penting penurunan cardiac output adalah penurunan
aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi glomerolus, yang akan
menimbulkan retensi sodium dan cairan. Sitem rennin-angiotensin-aldosteron juga
akan teraktivasi, menimbulkan peningkatan resistensi vaskuler perifer selanjutnya
dan penigkatan afterload ventrikel kiri sebagaimana retensi sodium dan cairan.
Gagal jantung berhubungan dengan peningkatan kadar arginin vasopresin
dalam sirkulasi, yang juga bersifat vasokontriktor dan penghambat ekskresi
cairan. Pada gagal jantung terjadi peningkatan peptida natriuretik atrial akibat
peningkatan tekanan atrium, yang menunjukan bahwa disini terjadi resistensi
terhadap efek natriuretik dan vasodilator.
14
WOC CHF Afterload
Arterosklerosis Kontraktilitas Stenosis
Hipertensi sistemik dan pulmonal
Aliran darah ke otot Peradangan dan
jantung ↓ penyakit myokardium
Beban kerja jantung meningkat
Merusak serabut otot
Hipoksia & asidosis jantung
Hipertropi miocard
Ventrikel tidak mampu Volume darah yang diejeksikan oleh atrium ke ventrikel ↓ Akumulais residu ventrikel kanan
memompa darah
Darah dari atrium kanan
tidak dapat masuk ke
Volume residu meningkat Blood Brain Bladder Bone ventrikel kanan
Tekanan ventrikel kiri meningkat ↑ Tekanan atrium kanan
Perfusi jaringan otak Penurunan aliran Penurunan aliran
Penurunan menurun darah ke ginjal darah sistemik
Breath ↑Tekanan vena
curah jantung
Suplai O2 ke otak ↓ Gangguan pada Suplai O2 ke tbh ↓
↑ permeabilitas tubulus & nefron Bowel
kapiler paru Blood Bone
PK syok Hipoksia Sianosis, Lelah,
jaringan GFR ↓ Dipsnea
kardiogenik Hepatomegali, Edema di
otak Penurunan
Cairan masuk ke Oliguri, nokturia distensi abdomen ektremitas aliran darah Tekanan
Intoleransi
intrakeintravaskuler Pusing, gangguan vena porta
aktifitas ke jaringan
kesadaran, Anoreksia kelebihan
Perubahan pola , mual
Penurunan volume cairan Perfusi pada Cairan
Edema paru eliminasi urin
kesadaran muntah jaringan
Bed rest total terdorong ke
Resiko cidera kulit yang abdomen
Proses difusi antara Kerusakan Nutrisi kurang tertekan
O2 & CO2 terganggu integritas dari kebutuhan kurang
tubuh Resiko asites
kulit
kerusakan
Sesak, dipsnea, pH↓ Co2↓, O2 intregitas
↓ kulit Mendesak
Ketidakefektifan Ketidakefektifan
Gangguan Pola Nafas Pola Nafas Diagfragma
pertukaran gas Sesak,
Dipsnea
15
11. Rontgen toraks: untuk menilai pembesaran jantung dan edema paru.
12. Kateterisasi jantung: Menilai fraksi ejeksi ventrikel.
13. EKG: menilai hipertropi atrium/ ventrikel, iskemia, infark, dan disritmia
2.1.9 Penatalaksanaan Medis
1. Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan
konsumsi O2 melalui istirahat/ pembatasan aktifitas
2. Memperbaiki kontraktilitas otot jantung
a. Mengatasi keadaan yang reversible, termasuk tirotoksikosis, miksedema, dan
aritmia.
b. Digitalisasi
1) dosis digitalis
a) Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5 mg dalam 4 - 6 dosis selama 24 jam
dan dilanjutkan 2x0,5 mg selama 2-4 hari.
b) Digoksin IV 0,75 - 1 mg dalam 4 dosis selama 24 jam.
c) Cedilanid IV 1,2 - 1,6 mg dalam 24 jam.
2) Dosis penunjang untuk gagal jantung: digoksin 0,25 mg sehari. untuk pasien
usia lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan.
3) Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg. Digitalisasi cepat
diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut yang berat:
a) Digoksin: 1 - 1,5 mg IV perlahan-lahan.
b) Cedilamid 0,4 - 0,8 IV perlahan-lahan.
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian Primer
1. Airways
a. Sumbatan atau penumpukan sekret
b. Wheezing atau krekles
2) Breathing
a. Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
b. RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
c. Ronchi, krekles
d. Ekspansi dada tidak penuh
18
2. Pengkajian Sekunder
1) Riwayat Keperawatan
a. Keluhan
a) Dada terasa berat (seperti memakai baju ketat).
b) Palpitasi atau berdebar-debar.
c) Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) atau orthopnea, sesak nafas saat
beraktivitas, batuk (hemoptoe), tidur harus pakai bantal lebih dari dua buah.
d) Tidak nafsu makan, mual, dan muntah.
e) Letargi (kelesuan) atau fatigue (kelelahan)
f) Insomnia
g) Kaki bengkak dan berat badan bertambah
h) Jumlah urine menurun
i) Serangan timbul mendadak/ sering kambuh.
2) Riwayat penyakit: hipertensi renal, angina, infark miokard kronis, diabetes
melitus, bedah jantung, dan disritmia.
3) Riwayat diet: intake gula, garam, lemak, kafein, cairan, alkohol.
4) Riwayat pengobatan: toleransi obat, obat-obat penekan fungsi jantung, steroid,
jumlah cairan per-IV, alergi terhadap obat tertentu.
5) Pola eliminasi orine: oliguria, nokturia.
6) Merokok: perokok, cara/ jumlah batang per hari, jangka waktu
7) Postur, kegelisahan, kecemasan
19
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Kelompok 5
Ruang Praktek : Sakura
Tanggal Praktek : 13 Januari 2020
Jam Pengkajian : 22.00 WIB
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Klien
Klien bernama Tn.R umur 49 tahun tinggal di jl.bali no.11, agama Islam,
pekerjaan Swasta dengan pendidikan terakhir SMP. Masuk ruang sakura di rumah
sakit dr.Doris Sylvanus Palangkaraya pada tanggal 12 Januari 2020 dengan
diagnosa medis CHF (Congestive Heart Failure).
3.1.2 Riwayat Kesehatan Sekarang
3.1.2.1 Keluhan Utama
Klien mengeluhkan sesak yang berlangsung lama, sepanjang hari, tidak
hanya pada malam hari, dan tidak pernah hilang sama sekali.
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan merasakan sesak nafas pada tanggal 05 Januari 2020
dan dibawa ke RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya atas inisiatif keluarga
dan tiba di IGD jam 09.09 WIB dan langsung diberikan penanganan Inf.NaCl
0,9% 20tpm, Inj.Furosemid 20mg dan Inj.Ranitidin e 50mg. Kemudian pasien
dipindahkan ke ruang ICVCU dirawat ±8 hari kemudian pada tanggal 12 Januari
2020 jam 18.00wib pasien di pindahkan ke ruang Sakura untuk perawatan lebih
lanjut.
3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya
Klien mengatakan pernah masuk rumah sakit karena keluhan yang sama
dan pernah menjalani operasi kateterisasi jantung pada tahun 2012 dan operasi
pemasangan reng pada tahun 2018
3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan alm.ayahnya menderita penyakit jantung
23
Mujib Kristanto
ANALISA DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS: Pasien mengatakan sesak CHF Bersihan jalan
29
Angina pectoris
Nyeri akut
Merangsang nosiseptor
Angina pectoris
Nyeri akut
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sekret d/d pasien
mengeluhkan sesak nafas
2. Nyeri akut b.d Angina pectoris d/d pasien tampak meringis
3. Gangguan pola tidur b.d nyeri akut d/d pola tidur pasien berubah
4. Resiko intoleransi aktivitas b.d suplai O2 ke paru menurun d/d pasien tampak
lemah
32
3 . Gangguan pola tidur b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi pola aktivitas 1. Mengetahui pola tidur pasien
nyeri akut d/d pola tidur keperawatan selama 3x7 jam dan tidur 2. Mengetahui faktor pengganggu
pasien berubah diharapkan pola tidur kembali 2. Indentifikasi faktor tidur
normal
pengganggu tidur 3. Agar pasien merasa nyaman
Kriteria Hasil:
1. Pola tidur pasien kembali 3. Modifikasi lingkungan 4. Agar pola tidur pasien kembali
normal 4. Tetapkan jadwal tidur normal
2. Pasien tidak gelisah 5. Jelaskan pentingnya tidur 5. Agar pasien dan keluarga
selama sakit mengetahui pentingnya tidur
3. Pasien tidur 6-7jam/malam
6. Kolaborasi dengan tim selama sakit
6. Untuk mempercepat proses
medis untuk pemberian terapi
penyembuhan pasien
yang tepat
4. Resiko intoleransi Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi gangguan fungsi 1. Mengetahui gangguan fungsi
aktivitas b.d suplai O2 ke keperawatan selama 3x7 jam tubuh yang mengakibatkan tubuh
paru menurun d/d pasien diharapkan tidak ada resiko kelelahan 2. Agar pasien merasa nyaman
tampak lemah intoleransi aktvitas
2. Sediakan lingkungan gerak 3. Melatih kekuatan otot pasien
Kriteria Hasil:
1. Pasien dapat bergerak mandiri yang nyaman 4. Mempercepat pemulihan
2. Pasien tidak tampak lemah 3. Lakukan latihan gerak kekuatan otot pasien
3. Skala kekuatan eksremitas aktif/pasif 5. Menambah energi pasien
atas dan bawah 5/5 4. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
5. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk pemberian asupan
makanan yang tepat
34
Catatan Perkembangan
36
Rabu ,15/01/2020 1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan S: Tn.R mengatakan tidur mulai dari
38
BAB 4
39
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Pengkajian Yang Dilakukan Terhadap Keluarga Tn. R Mencakup Data Umum, Identitas Pasien, Riwayat Kesehatan: Keluhan Utama,
Riwayat Penyakit Sekarang, Riwayat Penyakit Sebelumnya, Riwayat Penyakit Keluarga, Genogram Keluarga, Dan Pemeriksaan Fisik secara
sistem B1,B2,B3,B4,B5,B6.
Menurut Nursalam,2009 Pengkajian Keperawatan pada Sindrom Nefrotik adalah : Anamanesa yang meliputi Identitas Pasien, Riwayat
Kesehatan: Keluhan Utama, Riwayat Penyakit Sekarang, Riwayat Penyakit Sebelumnya, Riwayat Penyakit Keluarga dan Pemeriksaan Fisik
secara sistem yang meliputi sistem Breating,Blood,Brain,Bladder,Bowel, dan Bone.
Dari uraian diatas antara fakta dan opini terdapat Kesamaan, dimana dalam pengkajian keperawatan yang dilakukan terhadap Tn. R
Pengkajian Asuhan Keperawatan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaaan fisik head to too secara sistematis meliputi sistem
Breating,Blood,Brain,Bladder,Bowel, dan Bone.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Dari pengkajian yang dilakukan terhadap Tn. R didapatkan beberapa masalah keperawatan yang muncul yaitu masalah diagnosa
keperawatan yang bersifat aktual dan resiko yaitu Bersihan jalan nafas tidak efektif, Nyeri akut Gangguan pola tidur, Resiko intoleransi aktivitas.
Menurut Smeltzer, (2001:1451-1456) pasien Congestive Heart Failur (CHF) memerlukan asuhan keperawatan yang tepat untuk
menghindari komplikasi akibat menurunnya fungsi renal dan stress serta cemas dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa ini. Diagnosa
keperawatan potensial untuk pasien-pasien ini mencakup yang berikut:
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Penumpukan sekret d.d pasien mengeluhkan sesak nafas.
2) Nyeri akut b.d Angina pectoris d.d Pasien tampak meringis.
3) Gangguan pola tidur b.d Nyeri akut d.d Pola tidur pasien berubah.
4) Resiko intoleransi aktivitas b.d suplai 02 keparu menurun d.d pasien tampak lemah.
40
Dari uraian diatas antara fakta dan opini terdapat Kesamaan diaognosa keperawatan yang muncul, yang didapatkan dari hasil pengkajian
terhadap Tn. R adalah diaonosa bersifat aktual dan Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sekret, Nyeri akut b.d angina pectoris,
Gangguan Pola tidur b.d nyeri akut, Resiko intoleransi aktivitasb.d suplai 02 keparu menurun. Masalah yang didapatkan pada pasien Tn. R
berjalan lurus dengan teori yang ada, sehingga masalah yang terjadi pada Tn. R diperkuat oleh teori yang ada sehingga membenarkan bahwa
masalah yang timbul pada pasien benar adanya.
4.3 Intervensi Keperawatan
Menurut Smeltzer, (2001:1452-1454) perencanaan keperawatan dari diagnosa diatas adalah:
Dari uraian diatas antar fakta dan teori terdapat kesamaan dalam merencanakan intervensi keperawatan. dari hasil analisa antara intervensi
yang kita lakukan secara langsung kepada Tn. S dan berdasarkan realita yang ada dalam kita membuat rencana asuhan keperawatan harus
melibatkan pasien dan keluarga itu sendiri sehingga nanti apa yang kita rencanakan bersama bisa dilaksanakan dengan maksimal.
4.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang akan diberikan kepada Tn.R berdasarkan masing-masing dari rencana keperawatan yang sudah disusun
untuk mengatasi masalah yang dialami oleh pasien yaitu diagnosa keperawatan
Menurut Doengos (2000) syarat implementasi keperawatan adalah melaksanakan asuhan keperawatan harus berdasarkan intervensi pada
masalah yang telah disusun dengan jelas dan benar, implementasi harus sesuai dengan falsafah dan tujuan serta kebijaksanaan pemerintah dan
institusi layanan kesehatan tersebut, implementasi asuhan keperawatan dilaksankan bersama dengan keluarga karena keluarga sebagai objek dan
subjek pelayanan, Implementasi dilakukan harus didokumentasikan agar dapat ditindak lanjuti oleh orang lain secara berkesinambungan dan
mudah dievaluasi, implementasi asuhan keperawatan difokuskan pada penncegahan masalah/meringankan masalah yang sering dihadapi.
Implementasi dilaksanakan berdasarkan pada proses sistematis, implementasi asuhan keperawatan terkait dengan masa yang akan datang atau
masa lalu, implementasi asuhan keperawatan terkait dengan masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang telah di identifikasi sebelumnya,
implentasi asuhan keperawatan merupakan strategi untuk mencapai tujuan, implementasi asuhan keperawatan merupakan suatu proses yang
berlansung terus menerus.
41
Dari uraian diatas antar fakta dan teori terdapat kesamaan dalam melaksanakan implementasi keperawatan. Dari hasil analisa antara
implementasi intervensi yang kita lakukan secara langsung kepada Ny.A berdasarkan masalah dan penyebab yang didapatkan sama dengan teori
yang ada, berdasarkan realita yang ada dalam kita melaksanakan asuhan keperawatan harus melibatkan keluarga itu sendiri sehingga nanti apa
yang kita laksanakan dapat dengan maksismal.
4.5 Evaluasi Keperawatan
Dari implementasi rencana asuhan keperawatan yang sudah dilakukan terhadap Tn. R maka untuk evealuasi yang dilakukan berdasarkan
SOAP untuk masing-masing diagnosa keperawatan yaitu bersihan jalan nafas masalah teratasi sehingga intervensi dihentikan. Nyeri akut
masalah teratasi sehingga intervensi dihentikan. Gangguan pola tidur masalah teratasi sehingga intervensi dihentikan. Resiko intoleransi aktivitas
masalah teratasi sehingga intervensi dihentikan.
Menurut ekasari ( 2007 ) Evaluasi adalah tindakan menilai keefektifan intervensi yang telah dilaksanakan. Evaluasi dilakukan oleh perawat
dengan melihat respons pasien dan hasil yang dicapai yang dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan. Evaluasi disusun dengan
menggunakan SOAP secara operasional.
Dari uraian diatas antara fakta dan teori terdapat kesamaaan dimana dalam setiap merencanakan intervensi dan melakukan implementasi
maka harus dilakukan evaluasi untuk menilai apakah tindakan keperawatan yang dilakukan berguna atau tidak untuk pasien .
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
42
Asuhan keperawatan merupakan bagian dari pemeliharaan kesehatan. Asuhan keperawatan medical pada Tn.R dengan Congestive Heart
Failur (CHF) dalam pemberian asuhan keperawatan disesuaikan dengan standar keperawatan dalam pelaksanaan intervensi dan implementasi
ditetapkan bersama pasien. Dimana masalah Tn.R dengan diagnosa Congestive Heart Failur (CHF), Bersihan jalan nafas, nyeri akut, gangguan
pola tidur, resiko intoleransi aktivitas dimana dalam setiap masalah yang diangkat berbanding lurus dengan teori yang baku dalam tahap
pengkajian, masalah diagnosa keperawatan yang muncul, dan intervensi keperawatan. Evaluasi keperawatan dilakukan setelah semua kegiatan
intervensi diimplementasikan dengan hasil masalah Bersihan jalan nafas masalah teratasi sehingga intervensi dihentikan. Nyeri akut masalah
teratasi sehingga intervensi dihentikan. Gangguan pola tidur masalah teratasi sehingga intervensi dihentikan. Resiko intoleransi aktivitas masalah
teratasi sehingga intervensi dihentikan. Sehingga pasien bisa mendapatkan perawatan baik dirumah sakit maupun selama dirumah dan
dianjurkan untuk menjaga asuapan makanan jangan terlalu lelah dan menjaga kesehatan dan rutin kontrol kepelayanan kesehatan.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi mahasiswa
Dalam melakukan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan CHF terlebih dahulu mahasiswa harus memahami konsep dari CHF itu sendiri
sehinga pada saat pemberian askep sesuai dan tepat dengan masalah dan kondisi pasien
5.2.2 Bagi institusi
Untuk mencapai hasil yang diinginkan terutama dalam memberikan Asuhan Keperawatan medical, pembimbing diharapkan lebih spesifik
menjelaskan dan memberi bimbingan kepada mahasiswa/mahasiswi yang dibimbingnya. Dengan Asuhan Keperawatan medical yang telah
dilakukan oleh penulis dapat kiranya menjadi bahan pertimbangan dan evaluasi dari pendidikan dalam mencetak ners yang profesional dalam
bidangnya.
Diharapkan setelah diberikan tindakan asuhan keperawatan melalui pendekakatan bio-psiko-sosial-spiritual dalam pemberian Asuhan
Keperawatan dan penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga mampu merawat dan mengontrol kondisi pasien sehingga mengetahui apa yang
dilakukan apabila masalah kesehatan yang terjadi dapat segera diketahui dan dibawa kepelayanan kesehatan.
44
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, W., Andi, S. H. (2008). Buku ajar asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem cardiovaskular. Jakarta: Salemba
Medika. (Diakses tanggal 12 Januari 2020)
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Cardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika (Diakses tanggal 12
Januari 2020)
NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi. (Diakses tanggal 12 Januari 2020)
Price, Sylvia Anderson. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC (Diakses tanggal 12 Januari 2020)
Smeltzer SC, Brenda GB. Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8 vol.1. Jakarta: EGC, 2001. (Diakses tanggal 12 Januari 2020)