Oleh :
Selvia Resi
(2017.C.09a.0909)
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas izin, kuasa dan perlindunganNya, sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan ini dengan judul “Laporan Pendahuluan Pada Ny. D Dengan Diagnosa Medis
CA Paru Serta Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi dan Pemenuhan Kebutuhan Rasa
Nyaman Di Ruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya” Penulisan
laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas yang diberikan kepada kami oleh
Dosen pengajar. Agar kami dapat mengetahui serta memahami cara menyusun
laporan dengan benar dan agar dapat mengembangkan ilmu yang telah kami peroleh.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian laporan ini masih
belum sempurna. Oleh karena itu kami mohon saran dan kritik yang membangun
untuk perbaikan laporan ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................. 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi ...................................................... 4
2.2 Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman ............................................... 14
2.3 Konsep Dasar Penyakit ...................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA
iii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker paru adalah penyakit pertumbuhan jaringan yang tidak dapat
terkontrol pada jaringan paru. Munculnya kanker ditandai dengan pertumbuhan
sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal.
Kanker paru merupakan penyakit kanker dengan penyebab kematian terbanyak
di dunia, yaitu mencapai 1,61 juta kematian pertahun (12,7%), kanker payudara
yaitu mencapai 1,31 juta kematian pertahun (10,9%), dan kanker kolorektal
yaitu mencapai 1,23 juta kematian pertahun (9,7%). Di Indonesia, kanker paru
menduduki peringkat ketiga diantara kanker yang paling sering ditemukan di
beberapa rumah sakit.
Penyebab utama kanker paru adalah asap rokok yang telah diidentifikasi
dapat menyebabkan kanker dengan 63 jenis bersifat karsinogen dan beracun.
Menurut American Cancer Society (2013) 80% kasus kanker paru disebabkan
oleh rokok (perokok aktif) dan 20% (perokok pasif). Penyebab kanker paru
lainnya adalah radiasi dan polusi udara. Selain itu, nutrisi dan genetik terbukti
juga berperan dalam timbulnya kanker paru.
Deteksi kanker sejak dini perlu dilakukan, sehingga kanker paru dapat
ditangani dan disembuhkan. Penggunaan perangkat lunak dapat mempermudah
diagnosis kanker serta dapat memberikan tingkat keakurasian yang tinggi
berdasarkan metode yang digunakan. Salah satu perangkat lunak yang umum
digunakan untuk mendiagnosis penyakit kanker adalah Neural Network (NN).
Neural Network (NN) atau Jaringan Syaraf merupakan sistem pemroses informasi
yang memiliki karakteristik mirip dengan jaringan syaraf biologi.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana Laporan Pendahuluan Pada Ny. D Dengan Diagnosa Medis CA
Paru Serta Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi dan Pemenuhan Kebutuhan
Rasa Nyaman Di Ruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya ?
2
3
4
3) Transportasi gas
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke
jaringan tubuh dan CO² jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
(1) curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.
(2) kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan
darah secara keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb.
2.1.3 Etiologi
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan
oksigenasi, yaitu hiperventilasi, hipoventilasi, deformitas tulang dan dinding
dada, nyeri,cemas, penurunan energy, kelelahan, kerusakan neuromuscular,
kerusakan muskoloskeletal, kerusakan kognitif/persepsi, obesitas, posisi tubuh,
imaturitas neurologis kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan membrane
kapiler-alveoli.
2.1.3.1 Faktor Predisposisi
1. Faktor Fisiologi
(1)Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia.
(2)Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran
napas bagian atas.
(3)Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport O2
terganggu.
(4)Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil,
luka, dan lain-lain.
(5)Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyalit kronik
seperti TBC paru.
2. Faktor Perkembangan
(1)Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
(2)Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
6
(3)Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan dan
merokok.
(4)Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas,
stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
(5)Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.
3. Faktor Perilaku
(1)Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru,
gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang,
diet yang tinggi lemak menimbulkan arterioklerosis.
(2)Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
(3)Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer
dan koroner.
(4)Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake
nutrisi/Fe menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alcohol,
menyebabkan depresi pusat pernapasan.
(5)Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat
4. Faktor Lingkungan
(1) Tempat kerja
(2) Suhu lingkungan
(3) Ketinggian tempat dan permukaan laut.
2.1.4 Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses
ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke
paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat
tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai
benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran
oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan
ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi,
7
2. Kulit
(1) Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer)
(2) Penurunan turgor (dehidrasi)
(3) Edema.
(4) Edema periorbital.
3. Jari dan kuku
(1) Sianosis
(2) Clubbing finger.
4. Mulut dan bibir
(1) membrane mukosa sianosis
(2) bernapas dengan mengerutkan mulut.
5. Hidung
Pernapasan dengan cuping hidung.
6. Vena leher
Adanya distensi / bendungan.
7. Dada
(1) retraksi otot Bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas pernapasan,
dispnea, obstruksi jalan pernapasan)
(2) Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan.
(3) Tactil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara melewati
saluran/rongga pernapasan
(4) Suara napas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
(5) Suara napas tidak normal (creklerlr/rales, ronkhi, wheezing, friction
rub/pleural friction)
(6) Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullness)
8. Pola pernapasan
(1) pernapasan normal (eupnea)
(2) pernapasan cepat (tacypnea)
(3) pernapasan lambat (bradypnea)
9
(4) Letargi
3. Gangguan pernafasan gas
a) Data Subjektif
(1) Pasien mengeluh pusing dan nyeri kepala
(2) Pasien mengeluh susah tidur
(3) Pasien merasa lelah
(4) Pasien merasa gelisah
b) Data Objektif
(1) Pasien tampak pucat
(2) Pasien tampak gelisah
(3) Perubahan pada nadi
(4) Pasien tampak lelah
2.1.9.2 Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan:
(1) Sekresi kental/belebihan sekunder akibat infeksi, fibrosis kistik atau
influenza.
(2) Imobilitas statis sekresi dan batuk tidak efektif
(3) Sumbatan jalan nafas karena benda asing
2) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan:
(1) Lemahnya otot pernafasan
(2) Penurunan ekspansi paru
3) Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan:
(1) Perubahan suplai oksigen
(2) Adanya penumpukan cairan dalam paru
(3) Edema paru
2.1.9.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa yang diangkat:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d peningkatan sputum ditandai
dengan batuk produktif
2. Ketidakefektifan pola nafas b/d posisi tubuh ditandai dengan bradipnea
13
b. Neoplasma ganas
3. Peradangan : Abses ,pleuritis,dll
4. Gangguan pembuluh darah
5. Trauma psikologis
2.2.4.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri
1. Usia
2. Lingkungan
3. Keadaan fisik
4. Pengalaman masa lalu
5. Mekanisme penysuaian diri
6. Nilai-nilai budaya
7. Penilaian tingkat nyeri
8. Skala nilai menurut Mc. Gill
0 = tidak Nyeri
1 = Nyeri ringan
2 = Tidak menyenangkan
3 = Nyeri menekan
4 = Sangat Nyeri
2.2.5 Patofisiologi
Penggolongan nyeri yang sering digunakan adalah klasifikasi berdasarkan satu
dimensi yaitu berdasarkan patofisiologi (nosiseptif vs neuropatik) ataupun
berdasarkan durasinya (nyeri akut vs kronik).
2.2.5.1 Nosiseptik vs Neuropatik
Berdasarkan patofisiologinya nyeri dibagi menjadi nyeri nosiseptik
dan nyeri neuropatik. Nyeri nosiseptif adalah nyeri yang disebabkan oleh
adanya stimuli noksius (trauma, penyakit atau proses radang). Dapat
diklasifikasikan menjadi nyeri viseral, bila berasal dari rangsangan pada organ
viseral, atau nyeri somatik, bila berasal dari jaringan seperti kulit, otot, tulang
atau sendi. Nyeri somatik sendiri dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu
superfisial (dari kulit) dan dalam (dari yang lain).
18
lain, efek kompresi atau invasi ke saraf atau pembuluh darah, obstruksi organ,
infeksi ataupun radang yang ditimbulkan), atau karena prosedur diagnostik
atau terapi (biopsy, post operasi, efek toksik dari kemoterapi atau radioterapi).
2.3 Konsep Dasar Penyakit
2.3.1 Definisi
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas
atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang
tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses
keganasan pada epitel bronkus didahului oleh masa pra kanker. Perubahan
pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut metaplasia skuamosa yang
ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan menghilangnya silia. Kanker paru
merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami proliferasidalam paru.
Kanker paru adalah kondisi ketika sel-sel jaringan di paru-paru tumbuh
dengan uar biasa cepat, menyebabkan tumor terbentuk. Paru-paru membantu
pernafasan dan memberikan oksigen ke seluruh tubuh. Kanker paru-paru adalah
pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalm jaringan paru-paru dapat
disebabkan oleh sejumlah karsinogen, lingkungan, terutama asap rokok.
2.3.2 Anatomi Fisiologi
Paru-paru manusia terletak pada rongga dada, bentuk dari paru paru adalah
berbentuk kerucut yang ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya
berada pada diafragma. Paru terbagi menjadi dua yaitu bagian yaitu, paru kanan
dan paru kiri. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paru-paru kiri
mempunyai dua lobus. Setiap paru-paru terbagi lagi menjadi beberapa sub-
bagian, terdapat sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut bronchopulmonary
segments. Paru-paru bagian kanan dan bagian kiri dipisahkan oleh sebuah ruang
yang disebut mediastinum.
21
Paru-paru manusia dibungkus oleh selaput tipis yang bernama pleura. Pleura
terbagi menjadi pleura viseralis dan pleura pariental. Pleura viseralis yaitu
selaput tipis yang langsung membungkus paru, sedangkan pleura parietal yaitu
selaput yang menempel pada rongga dada. Diantara kedua pleura terdapat rongga
yang disebut cavum pleura.
Gambar 2.2 Paru-paru manusia
a. Pernafasan bagian atas meliputi hidung, rongga hidung, sinus paranasal, dan
faring.
b. Pernafasan bagian bawah meliputi laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan
alveolus paru.
Menurut Alsagaff (2015)sistem pernapasan terbagi menjadi dari dua proses,
yaitu inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi adalah pergerakan dari atmosfer ke dalam
paru, sedangkan ekspirasi adalah pergerakan dari dalam paru ke atmosfer. Agar
proses ventilasi dapat berjalan lancar dibutuhkan fungsi yang baik pada otot
pernafasan dan elastisitas jaringan paru. Otot-otot pernafasan dibagi menjadi dua
yaitu :
a. Otot inspirasi yang terdiri atas, otot interkostalis eksterna,
sternokleidomastoideus, skalenus dan diafragma.
b. Otot-otot ekspirasi adalah rektus abdominis dan interkostalis internus.
2.3.2.1 Fisiologi Paru
Paru-paru dan dinding dada mempunyai struktur yang elastis. Dalam keadaan
normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada sehingga
paru-paru dengan mudah bergeser pada dinding dada karena memiliki struktur
yang elastis. Tekanan yang masuk pada ruangan antara paru-paru dan dinding
dada berada di bawah tekanan atmosfer.
Fungsi utama dari paru-paru adalah untuk pertukaran gas antara darah dan
atmosfer. Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi
jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida. Kebutuhan oksigen dan karbon
dioksida terus berubah sesuai dengan tingkat aktivitas dan metabolisme
seseorang, akan tetapi pernafasan harus tetap dapat berjalan agar pasokan
kandungan oksigen dan karbondioksida bisa normal.
Udara yang dihirup dan masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang
menyempit (bronchi dan bronkiolus) yang bercabang di kedua belah paru-paru
utama (trachea). Pipa tersebut berakhir di gelembung gelembung paru-paru
(alveoli) yang merupakan kantong udara terakhir dimana oksigen dan
karbondioksida dipindahkan dari tempat dimana darah mengalir. Ada lebih dari
23
300 juta alveoli di dalam paru-paru manusia dan bersifat elastis. Ruang udara
tersebut dipelihara dalam keadaan terbuka oleh bahan kimia surfaktan yang dapat
menetralkan kecenderungan alveoli untuk mengempis.
Untuk melaksanakan fungsi tersebut, pernafasan dapat dibagi menjadi empat
mekanisme dasar, yaitu :
a. Ventilasi paru yang berfungsi untuk proses masuk dan keluarnya
udara antara alveoli dan atmosfer.
b. Difusi dari oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah.
c. Transport dari pasokan oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan
cairan tubuh ke dan dari sel.
d. Pengaturan ventilais pada sistem pernapasan.
Pada waktu menarik nafas atau inspirasi maka otot-otot pernapasan
berkontraksi, tetapi pengeluaran udara pernafasan dalam proses yang pasif.
Ketika diafragma menutup, penarikan nafas melalui isi rongga dada kembali
memperbesar paru-paru dan dinding badan bergerak hingga diafragma dan tulang
dada menutup dan berada pada posisi semula.
Inspirasi merupakan proses aktif kontraksi otot-otot. Selama bernafas tenang,
tekanan intrapleura kira-kira 2,5 mmHg relatif lebih tinggi terhadap atmosfer.
Pada permulaan, inspirasi menurun sampai 6 mmHg dan paru-paru ditarik ke
posisi yang lebih mengembang dan tertanam dalam jalan udara sehingga menjadi
sedikit negatif dan udara mengalir ke dalam paru-paru. Pada akhir inspirasi,
recoil menarik dada kembali ke posisi ekspirasi dimana tekanan recoil paru-paru
dan dinding dada seimbang. Tekanan dalam jalan pernafasan seimbang menjadi
sedikit positif sehingga udara mengalir ke luar dari paru-paru.
Selama pernafasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat
elastisitas dinding dada dan paru-paru. Pada waktu otot interkostalis eksternus
relaksasi, dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke atas ke dalam
rongga toraks, menyebabkan volume toraks berkurang. Pengurangan volume
toraks ini meningkatkan tekanan intrapleura maupun tekanan intrapulmonal.
Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik, sehingga
24
udara mengalir keluar dari paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir menjadi
sama kembali pada akhir ekspirasi.
Proses setelah ventilasi adalah difusi yaitu, perpindahan oksigen dari alveoli
ke dalam pembuluh darah dan berlaku sebaliknya untuk karbondioksida. Difusi
dapat terjadi dari daerah yang bertekanan tinggi ke tekanan rendah. Ada beberapa
faktor yang berpengaruh pada difusi gas dalam paru yaitu, faktor membran,
faktor darah dan faktor sirkulasi. Selanjutnya adalah proses transportasi, yaitu
perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke paru dengan bantuan
aliran darah
Gambar 2.3 Fisiologi Penapasan Manusia
2.3.3 Etiologi
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru
belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat
karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain
seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain.
2.3.3.1 Merokok
Merokok merupakan faktor yang berperan paling penting, yaitu 85% dari
seluruh kasus. Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya
telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada
perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap
setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok.
25
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih
besar terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler
memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor
memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru. Tujuan
khususnya adalah pengaktifan onkogen (termasuk juga gen-gen K-ras dan myc),
dan menonaktifkan gen-gen penekan tumor (termasuk gen rb, p53, dan CDKN2).
2.3.3.7 Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga
dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif
kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika
efek dari merokok dihilangkan.
2.3.3.8 Faktor Risiko Kanker Paru
1. Laki-laki
2. Usia lebih dari 40 tahun
3. Pengguna tembakau (perokok putih, kretek atau cerutu)
4. Hidup atau kontal erat dengan lingkungan asap tembakau (perokok pasif)
5. Radon dan asbes
6. Lingkungan industri tertentu
7. Zat kimia, seperti arsenic
8. Beberapa zat kimia organic
9. Radiasi dari pekerjaan, obat-obatan, lingkungan
10. Polusi udara
11. Kekurangan vitamin A dan C
2.3.4 Klasifikasi
Kanker paru dibagi menjadi kanker paru sel kecil (small cell lung cancer,
SCLC) dan kanker paru sel tidak kecil (non-small lung cancer, NSCLC).
Klasifikasi ini digunakan untuk menentukan terapi. Termasuk didalam golongan
kanker paru sel tidak kecil adalah epidermoid, adenokarsinoma, tipe-tipe sel
besar, atau campuran dari ketiganya.
27
pada pemeriksaan sitologik, adalah berlipatnya nukleus akibat letak sel tumor
dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan.
2.3.4.5 Karsinoma sel besar
Adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan
sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung
timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan
cepat ke tempat-tempat yang jauh.
Bentuk lain dari kanker paru primer adalah adenoma, sarkoma, dan
mesotelioma bronkus. Walaupun jarang, tumor-tumor ini penting karena dapat
menyerupai karsinoma bronkogenik dan mengancam jiwa.
2.3.5 Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi
pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi
yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi
ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di
bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis,
dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada
29
Patway
WOC Ca Paru
Etiologi
1. Asap rokok
2. Polusi udara
3. Polusi lingkungan
kerja
30
6. Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
7. Pneumonektomi (pengangkatan paru).
34
2.3.9.4 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan,
pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga,
atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian
hari.Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai dengan
rencana keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif (intelektual),
kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan
tindakan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien,
faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi.
43
2.3.9.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yg
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Perawat dapat memonitor kealpaan yg terjadi
slm tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba
Medika. (Diakses tanggal 24 Juni 2019)
Elizabeth, J. Corwin.2008. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: ECG (Diakses tanggal
24 Juni 2019)
Hidayat A. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Buku 1. Salemba Medika,
Jakarta. (Diakses tanggal 24 Juni 2019)
Herdman, Heather T. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-
2011. Jakarta : EGC. Allih bahasa: Made Sumarwati, Dwi Widiarti, Etsu Tiar.
(Diakses tanggal 24 Juni 2019)
Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan Dasar Manusia & Proses Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika. (Diakses tanggal 24 Juni 2019)