BAB 1
TINJAUAN TEORI
1 Konsep Dasar
1.1 Pengertian
Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh
gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah) (Brunner & Suddarth, 2001).
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat
persisten dan irreversible. Sedangkan gangguan fungsi ginjal yaitu penurunan
laju filtrasi glomerulus yang dapat digolongkan dalam kategori ringan, sedang dan
berat (Mansjoer, 2007).
CRF (Chronic Renal Failure) merupakan gangguan fungsi ginjal yang
progresif dan irreversible, yang menyebabkan kemampuan tubuh gagal untuk
mempetahankan metabolisme dan keseimbangan cairan maupun elektrolit,
sehingga timbul gejala uremia yaitu retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah (Smeltzer, 2001).
Sedang
15% - 40% fungsi ginjal normal
Kondisi berat
2% - 20% fungsi ginjal normal
3. Stadium III: gagal ginjal stadium akhir atau uremia
1) kadar ureum dan kreatinin sangat meningkat
2) ginjal sudah tidak dapat menjaga homeostasis cairan dan elektrolit
3) air kemih/ urin isoosmotis dengan plasma, dengan BJ 1,010
KDOQI (Kidney Disease Outcome Quality Initiative) merekomendasikan
pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG (Laju Filtrasi
Glomerolus) :
1. Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten
dan LFG yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2)
2. Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara
60 -89 mL/menit/1,73 m2)
3. Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2)
4. Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73m2)
5. Stadium 5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15 mL/menit/1,73m2 atau
gagal ginjal terminal.
1.3 Etiologi
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak
nefron ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan
bilateral.
1. Infeksi, misalnya Pielonefritis kronik.
2. Penyakit peradangan, misalnya Glomerulonefritis.
3. Penyakit vaskuler hipertensif, misalnya Nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteri renalis.
4. Gangguan jaringan penyambung, seperti lupus eritematosus
sistemik (SLE), poli arteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif.
5. Gangguan kongenital dan herediter, misalnya Penyakit ginjal polikistik,
asidosis tubuler ginjal.
6. Penyakit metabolik, seperti DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis.
7. Nefropati toksik, misalnya Penyalahgunaan analgetik, nefropati timbale.
8. Nefropati obstruktif
1) Sal. Kemih bagian atas: Kalkuli neoplasma, fibrosis,
netroperitoneal.
2) Sal. Kemih bagian bawah: Hipertrofi prostate, striktur uretra,
anomali congenital pada leher kandung kemih dan uretra.
1.4 Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus
dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh).
3
Kardiovaskular Hipertensi
Retinopati dan enselopati hipertensif
6
Konsentrasi buruk
Apati
Letargi/gelisah, insomnia
Kekacauan mental
Koma
Otot berkedut, asteriksis, kejang
Neuropati perifer :
Konduksi saraf lambat, sindrom restless leg
Perubahan sensorik pada ekstremitas parestesi
Perubahan motorik foot drop yang berlanjut
menjadi paraplegi
1.6 Komplikasi
1. Hiperkalemia akibat penurunana ekskresi, asidosis metabolic, katabolisme
dan masukan diet berlebih.
2. Perikarditis, efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi
produk sampah uremik dan dialysis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system
rennin-angiotensin-aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah
merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi toksin dna kehilangan
drah selama hemodialisa.
5. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang rendah dan metabolisme vitamin D abnormal.
6. Asidosis metabolic
7. Osteodistropi ginjal
8. Sepsis
9. neuropati perifer
10. hiperuremia
Nilai normal :
Laki-laki : 97 - 137 mL/menit/1,73 m3 atau
0,93 - 1,32 mL/detik/m2
Wanita : 88-128 mL/menit/1,73 m3 atau
0,85 - 1,23 mL/detik/m2
4) Hemopoesis : Hb, trobosit, fibrinogen, factor pembekuan
Elektrolit : Na+, K+, HCO3-, Ca2+, PO42-, Mg+
Endokrin : PTH dan T3,T4
Pemeriksaan lain: berdasarkan indikasi terutama faktor
pemburuk ginjal, misalnya: infark miokard.
2. Diagnostik
1) Etiologi CKD dan terminal
Foto polos abdomen.
USG
Nefrotogram.
Pielografi retrograde.
Pielografi antegrade.
Mictuating Cysto Urography (MCU).
2) Diagnosis pemburuk fungsi ginjal
RetRogram
USG
9
Diagnosa 2
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelebihan volume cairan di dalam
tubuh
Kriteria Hasil:
Terbebas dari edema, efusi, anaskara
Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspneu/ortopneu
Terbebas dari distensi vena jugularis, reflek hepatojugular (+)
Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan
vital sign dalam batas normal
Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan
Menjelaskanindikator kelebihan cairan
No Intervensi Rasional
1 Observasi tanda tanda vital dan Mengetahui perkembangan status
keadaan umum pasien. kesehatan pasien.
2 Kaji lokasi dan luas edema Mengetahui ada atau tidaknya
edema akibat kelibihan cairan
yang terjadi pada pasien.
3 Auskultasi bunyi nafas pasien Mengindikasikan apakah cairan
sudah sampai ke paru-paru.
4 Berikan posisi semi fowler Membantu pengemangan ekspansi
paru pasien.
5 Monitor hasil laboratorium pasien Mengindikasikan adanya
(cretinin) gangguan pada ginjal
6 Pasang vemflon sebagai jalur Vemflon digunakan untuk
pemberian obat via intravena membatasi cairan yang masuk.
7 Berikan Terapi O2 sesuai indikasi Membantu sirkulasi oksigen
pasien
8 Anjurkan pada keluarga untuk Kelebihan volume cairan akan
tidak memberikan minum terlalu menambah rasa sesakpada pasien
banyak
9 Kolaborasi pemberian obat Memperlancar pngeluaran cairan
diuretik melalui urin
10 Berikan penjelasan kepada Membantu memberikan motivasi
keluarga tentang pentingnya pada pasien
pemasangan kateter
11 Lakukan pemasangan kateter Mengeluarkan cairan melalui
urine.
12 Pantau intake output pasien Mengetahui keseimbangan cairan
pasien.
16
Diagnosa 3
Intoleransi aktivitas b.d keletihan/kelemahan, anemia, retensi produk sampah dan
prosedur dialysis.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 2 jam diharapkan ADL pasien
menunjukkan peningkatan.
Kriteria Hasil :
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi dan RR.
Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
No Intervensi Rasional
1 Observasi adanya pembatasan Kondisi pasien sangat dibatasi
pasien dalam melakukan aktivitas untuk melakukan aktivitas
berlebih.
2 Kaji adanya faktor yang dapat Mengetahui apa saja kegiatan
menyebabkan kelelahan yang sudah maupun belum bisa
ditoleransi oleh pasien.
3 Monitor respons kardiovaskuler Mengetahui ada atau tidaknya
terhadap aktivitas pengaruh terhadap tanda-tanda
vital pasien setelah beraktivitas
4 Monitor pola tidur dan istirahat Mengetahui kecukupan istirahat
pasien pada pasien
5 Motivasi keluarga untuk Membantu proses penyembuhan
membantu ADL pasien. pasien.
1.12 Implementasi
Pelaksanaan atau implementasi adalah aktualisasi dari rencana perawatan
melalui intervensi keperawatan (Smeltzer & Bare, 2002).
Tindakan keperawatan atau implementasi merupakan pelaksanaan
perencanaan oleh perawat dan klien. Hal hal yang harus diperhatikan ketika
melakukan implementasi adalah intervensi dilakukan sesuai dengan rencana
setelah dilakukan validasi, penugasan keterampilan interpersonal, intelektual dan
tehnikal. Intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang
tepat, kemampuan fisik, psikologis dilindungi dan didokumentasikan keperawatan
berupa pencatatan dan pelaporan.
Tindakan keperawatan atau implementasi merupakan pelaksanaan
perencanaan oleh perawat dan klien. Ada tiga fase implementasi keperawatan
yaitu fase persiapan klien dan lingkungan. Kedua fase operasional merupakan
puncak implementasi dengan berorientasi pada tujuan implementasi dapat
dilakukan dengan intervensi independen atau mandiri, serta interdependen atau
sering disebut intervensi kolaborasi. Bersamaan dengan ini, perawat tetap
melakukan going asesment yang berupa pengumpulan data yang berhubungan
17
dengan reaksi klien termasuk reaksi fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Ketiga
fase interminasi, merupakan terminasi perawat dengan klien setelah implementasi
dilakukan.
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah
intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi,
penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual, dan teknikal, intervensi harus
dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik, dan
psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan
pelaporan. (Gaffar, 1999).
Pelaksanaan adalah implementasi atau penerapan tindakan-tindakan
keperawatan yang telah direncanakan. Pada tahap ini ada beberapa yang perlu
dikerjakan, antara lain :
1. Melaksanakan/menerapkan tindakan-tindakan keperawatan yang ada
dalam rencana.
2. Mengisi format asuhan keperawatan.
Beberapa prioritas keperawatan yang diterapkan dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan pada klien dengan Hematemesis Melena merujuk
pada kasus Perdarahan Gastrointestinal Atas menurut Doenges (2000)
adalah kontrol perdarahan, meningkatkan/mempertahankan stabilitas
hemodinamik, meningkatkan penurunan stres, dan memberikan informasi
tentang proses penyakit/prognosis, kebutuhan pengobatan, dan potensial
komplikasi.
1.13 Evaluasi
Evaluasi adalah penentuan dari respon pasien terhadap intervensi
keperawatan dan sejauh mana tujuan sudah dicapai (Smeltzer & Bare, 2002).
Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan yang merupakan aktifitas
berkesinambungan dari tahap awal (pengkajian) sampai tahap akhir (evaluasi) dan
melibatkan pasien/keluarga. Evaluasi bertujuan untuk menilai efektifitas rencana
dan strategi asuhan keperawatan. Evaluasi terdiri dari evaluasi proses, untuk
menilai apakah prosedur dilakukan sesuai dengan rencana dan evaluasi hasil
berfokus kepada perubahan perilaku dan keadaan kesehatan pasien sebagai hasil
tindakan keperawatan. Ada tiga alternatif dalam menafsirkan hasil evaluasi yaitu :
1. Masalah teratasi
Masalah teratasi apabila pasien menunjukkan perubahan tingkah
laku dan perkembangan kesehatan sesuai dengan kriteria pencapaian tu-
juan yang telah ditetapkan.
2. Masalah sebagian teratasi
Masalah sebagian teratasi apabila pasien menunjukkan perubahan
dan perkembangan kesehatan hanya sebagian dari kriteria pencapaian tu-
juan yang telah ditetapkan.
3. Masalah belum teratasi
18
BAB 2
TINJAUAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. U
Umur : 41 Tahun
Tanggal MRS : 13 Februari 2015 ; 12.00 WIB
No. MR : 18.41.60
Diagnosa : Cronic Kidney Disease