BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Demam typhoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan
rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian
tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Sumber penularan
demam typoid adalah penderita yang aktif, penderita dalam fase konfaselen, dan
kronik karier. Demam typhoid juga dikenali dengan nama lain yaitu, Typhus
Abdominalis, Typhoid fever, atau Enteric fever. Demam typhoid adalah penyakit
sistemik yang akut yang mempunyai karakteristik demam, sakit kepala dan
ketidakenakan abdomen berlangsung lebih kurang 3 minggu, yang juga disertai perut
membesar, limpa dan erupsi kulit. Demam typhoid (termasuk para-typhoid)
disebabkan oleh kuman salmonella typhi, S paratyphi B dan S paratyphi C. jika
penyebabnya adalah S paratyphi, gejalanya lebih ringan (Smeltzer, 2001). Typhus
Abdominalis terdapat di seluruh dunia dan penyebarannya tidak tergantung pada
iklim, tetapi lebih banyak dijumpai pada negara- negara berkembang di daerah tropis.
Diare dan typhus abdominalis (demam typhoid, entric fever) ialah penyakit infeksi
akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih
dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran, penyebab
penyakit ini adalah Salmonela Thyphosa (Ngastiyah, 236 : 2005).
Demam typhoid abdominalis atau demam typhoid masih merupakan masalah
besar di Indonesia bersifat sporadik endemik dan timbul sepanjang tahun. Kasus
demam typhoid di Indonesia, cukup tinggi berkisar antara 354-810/100.000 penduduk
pertahun. Hasil demam Typhoid di Indonesia, prevalensi 91% kasus demam typoid
terjadi pada umur 3-19 tahun. Hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi
proses tumbuh kembang, produktivitas kerja, prestasi kerja atau belajar, karena bila
penderita terkena penyakit ini setidaknya akan mengurangi jam kerja antara 4-6
minggu, terlebih bila disertai dengan komplikasi intestinal (perdarahan intestinal,
perforasi usus) atau komplikasi ekstra intestinal (komplikasi hematologik, hepatitis
tifosa, pankreatitis tifosa, miokarditis, tifoid toksik). Penyakit typhoid termasuk
2
penyakit yang mengakibatkan angka kejadian luar biasa (KLB) yang terjadi di Jawa
Tengah, pada tahun 2003 menepati urutan ke 21 dari 22 (4,6%) penyakit yang
tercatat. Meskipun hanya menempati urutan yang ke 21, penyakit typhoid
memerlukan perawatan yang komprehensif, mengingat penularan salmonella typhi
ada dua sumber yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Pasien
carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan terus mengekspresi
salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun (Depkes, 2008).
Sedangkan di Palembang dari penelitian retrospektif selama periode 5 tahun (2003-
2007) didapatkan sebanyak 3 kasus (21,5%) penderita demam typhoid dengan hasil
biakan darah salmonella positif dari penderita yang dirawat dengan klinis demam
typoid (Rajan L. Fernando, 2001). Data studi yang dilakukan di Puskesmas
1
Kedungmundu Semarang pada tahun 2010 menggambarkan bahwa jumlah penderita
Typhoid cenderung berfluktuasi dari bulan ke bulan, yaitu berkisar antara 22 orang
sampai 60 orang. Dimana jumlah penderita Typhoid paling sedikit pada bulan Januari
dan Agustus 2010 sebanyak 22 orang, sedangkan paling banyak pada bulan
September 2010 yang angkanya mencapai 60 orang pasien. Dari data diatas
menunjukkan bahwa angka angka kejadian Typhoid di wilayah Kedungmundu Kota
Semarang masih cukup tinggi (Profil Puskesmas Kedungmundu, 2010).
Tata laksana pada demam typhoid yang masih sering digunakan adalah
istirahat, perawatan, diet, terapi penunjang, serta pemberian antibiotik. Antibiotik
adalah zat kimiawi yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang mempunyai
kemampuan, dalam larutan encer, untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh
mikroorganisme lain. Dalam bahasa ini yang dimaksud dengan mikroba terbatas pada
jasad renik yang tidak tergolong kelompok parasit. Dalam hal ini, perawat berperan
sebagai pemberi asuhan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit, sebagai
pendidik kesehatan, dan sebagai fasilitator agar pelayanan kesehatan mudah dapat
menampung permasalahan yang dihadapi keluarga serta membantu mencarikan jalan
pemecahannya, misalnya mengajarkan kepada keluarga untuk mencegah agar tidak
terjadi penyakit tifus. Sedangkan peran klien dan keluarga lebih difokuskan untuk
menjalankan lima tugas keluarga dalam bidang kesehatan terkait dengan adanya
3
anggota keluarga yang menderita typhoid, lima tugas tersebut adalah mengenal
masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat, memberi
perawatan pada anggota keluarga yang sakit, mempertahankan atau menciptakan
suasana rumah yang sehat, mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas
kesehatan masyarakat. Dari latar belakang tersebut di atas, mendorong penulis dalam
kasus keperawatan dengan judul : Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.S Dengan
Masalah Typhoid pada Ny E Jalan Menteng Sejahtera No. 04 Wilayah Kerja
Puskesmas Menteng Palangka Raya.
1.3 Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan laporan studi kasus ini terbagi
menjadi:
1.3.1 Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan keperawatan keluarga Tn. S pada Ny. E di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Menteng Palangka Raya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian keperawatan keluarga Tn. S pada Ny. E dengan Thypoid.
2) Merumuskan diagnosa keperawatan keluarga Tn. S pada Ny. E dengan Thypoid.
3) Menyusun intervensi keperawatan keluarga Tn. S pada Ny. E dengan Thypoid.
4) Melaksanakan implementasi keperawatan keluarga Tn. S pada Ny. E dengan
Thypoid.
5) Melaksanakan evaluasi keperawatan keluarga Tn. S pada Ny. E dengan Thypoid.
1.4 Manfaat
Manfaat penulisan laporan studi kasus ini adalah sebagai berikut:
1.4.1. Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan
Mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien dengan kasus
Thypoid, memperoleh bahan bandingan antara teori dan kasus dan sebagai salah satu
pengalaman yang berharga dan nyata yang didapat dari lapangan praktek yang
4
dilakukan sesuai ilmu yang didapatkan serta sebagai acuan bagi penulis dalam
menghadapi kasus yang sama sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang
baik bagi klien dengan kasus Thypoid.
1.4.2. Bagi Wahana Praktik
Memperoleh gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan secara khusus pada
klien dengan kasus Thypoid, mengetahui kendala atau hambatan dalam manajemen
Asuhan Keperawatan di UPTD Puskesmas Menteng Palangka Raya sehingga dapat
membantu dalam mengambil kebijakan strategi di masa mendatang.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar
2.1.1 Pengertian
Demam thypoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,
gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Nursalam dkk, 2005).
Demam Typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh Salmonella Typhi. Penyakit ini di tandai oleh panas berkepanjangan,
5
2.1.2 Etiologi
Salmonella typhi sama dengan Salmonella lain adalah bakteri Gram negatif
mempunyai flagela tidak berkapsul dan tidak membentuk spora fakultatif anaerob.
Mempunyai anti gensomatik (O) yang terdiri dari oligosakarida, flagelar antigen (H)
yang terdiri dari protein dan envelope antigen (K) yang tediri dari polisakarida.
Mempunyai makromolekuler lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapisan
luar dari diding sel yang dinamakan endotoksin. Salmonella Typhi juga dapat
memperoleh plasmid faktor R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multipel
antibiotik (Sumarmo S. Dkk, 2008).
Minggu I
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari.
Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual,
batuk, epitaksis, obstipasi/diare, perasaan tidak enak di perut.
6
Minggu II
Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang
khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan
kesadaran.
2.1.4 Patofisiologi
2.1.5 Komplikasi
Komplikasi demam typhoid dapat dibagi atas dua bagian:
2.1.5.1 Komplikasi Intestinal
1. Perdarahan Usus
Dapat terjadi pada saat demam masih tinggi, ditandai dengan suhu
mendadak turun, nadi meningkat/cepat dan kecil, tekanan darah menurun. Jika
perdarahan ringan mungkin gejalanya tidak terlihat jelas, karena darah dalam
feses hanya dapat dibuktikan dengan tes benzidin. Jika perdarahan berat
ditemukan melena.
2. Perforasi Usus
Komplikasi ini dapat terjadi pada minggu ketiga ketika suhu sudah
turun. Gejala perforasi usus adalah pasien mengeluh sakit perut hebat dan
akan lebih nyeri lagi jika ditekan, perut tegang/kembung. Anak menjadi pucat,
dapat juga keringat dingin, nadi lemah, pasien dapat syok (Ngastiyah, 2005).
2.1.5.2 Komplikasi Ekstraintestinal
1. Komplikasi kardiovaskuler: kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis,
trombosis, tromboplebitis.
2. Komplikasi darah: anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia
hemolitik.
3. Komplikasi paru: pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu: hepatitis, kolesistitis.
5. Komplikasi ginjal: glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
6. Komplikasi pada tulang: osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.
7. Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, meningismus, meningitis, polineuritis
perifer, Sindroma Guillain Bare dan Sidroma Katatonia.
1. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah
komplikasi perdarahan usus.
2. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila
ada komplikasi perdarahan.
2.1.7.2 Diet
1. Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
2. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
4. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7
hari.
2.1.7.3 Obat-obatan
1. Klorampenikol
2. Tiampenikol
3. Kotrimoxazol
4. Amoxilin atau ampicillin (Sudoyo et al, 2009).
2.1.8 Pencegahan
Secara umum untuk memperkecil kemungkinan tercemar (Salmonella Typhi)
maka setiap individu harus memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang
mereka konsumsi. Salmonella Typhi di dalam air akan mati apabila di panaskan
setinggi 570C untuk beberapa menit atau dengan proses iodinasi atau klorinasi.
Untuk makanan pemanasan sampai suhu 570C beberapa menit dan secara merata
juga dapat mematikan kuman Salmonella typhi. Penurunan endemisitas suatu negara
atau daerah tergantung baik pada baik buruknya pengadaan sarana air dan pengaturan
pembuangan sampah serta tingkat kesadaran individu terhadap higiene pribadi.
Imunisasi aktif dapat membantu menekan angka kejadian demam typhoid (Sumarmo
S. Dkk, 2008).
2.2.1.2 Gastrointestinal: awal mual dan muntah, nyeri abdomen dan diare, distensi
abdomen, pembesaran limpa.
2.2.1.3 Suhu tubuh: pada fase akut demam 39-400C, meningkat hingga 410C.
2.2.1.4 Kulit: rose spot dimana hilang dengan tekanan, ditemukan pada dada, perut
setelah minggu pertama.
2.2.1.5 Neurologis: delirium hingga stupor, perubahan kepribadian, katatonia,
aphasia.
2.2.1.6 Pernapasan: batuk non produktif.
2.2.1.7 Muskuloskeletal: nyeri sendi.
2.2.1.8 Kardiovaskuler: takikardi, hipotensi, dan shock jika perdarahan, infeksi
sekunder atau
septikemia.
2) Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa turgor kulit dan
pengisian kapiler.
Rasional: Menunjukkan kehilangan cairan berlebih atau dehidrasi.
3) Observasi tanda-tanda vital.
Rasional: Dengan menunjukkan respon terhadap efek kehilangan cairan.
4) Pertahankan pembatasan peroral dan tirah baring
Rasional: Istirahat berguna untuk pemulihan dan untuk penurunan kehilangan
cairan.
2.2.3.2 Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi.
Tujuan : Suhu tubuh normal.
Kriteria Hasil : Tanda-tanda vital dalam keadaan stabil dan tidak terjadi proses
infeksi.
Intervensi
1) Observasi suhu tubuh klien.
Rasional: Mengetahui perubahan suhu tubuh.
2) Beri kompres dengan air hangat (air biasa) pada daerah axila, lipat paha,
temporal bila terjadi panas.
Rasional: Melancarkan aliran darah dalam pembuluh darah.
3) Beri kesempatan pasien dan keluaga pasien untuk bertanya bila ada yang
belum dimengerti
Rasional: Mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien dan keluarga pasien
setelah di beri penjelasan tantang penyakitnya.
serta tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(Santun Setiawati,2008).
Menurut Helvie 1981, Keluarga Adalah sekolompok manusia yang tinggal
dalam satu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat
(Setiadi.2008)
Menurut Friedman 1998, Keluarga Adalah Kumpulan dua orang atau lebih
yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu
mempunyai peran masing-masing yang bagian dari keluarga. (Suprajitno,
S.Kep.2004)
2.3.3.2 Keluarga sedang mengasuh anak (Anak tertua bayi sampai umur 30 bulan)
(Child Bearing)
Tugas Keluarga ini Adalah adaptasi perubahan anggota keluarga (peran,
Interaksi, Seksual dan kegiatan), mempertahankan hubungan yang memuaskan
dengan pasangan, Menata ruang untuk anak, Biaya/Dana, dan mengadakan kebiasaan
keagaamaan secara rutin (Setiadi, 2008).
2.3.3.3 Keluarga Dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2-6 tahun)
Tugas Perkembangan keluarga saat ini adalah Pemenuhan kebutuhan
anggota keluarga, membantu anak bersosialisasi, beradaptasi dengan anak baru lahir,
anak yang lain juga terpenuhi, pembagian waktu, individu, pasangan dan anak,
pembagian tanggung jawab.
2.3.3.4 Keluarga Dengan Anak Usia Sekolah (Anak tertua Usia 6-13 tahun).
Tugas Perkembangan keluarga pada tahap ini adalah : mensosialisasikan
anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan dengan teman
sebaya, membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas
sekolah. (Ns. Komang Ayu Henny Achjar, SKM, MKep, Sp Kom, 2011)
2.3.3.5 Keluarga Dengan Anak Remaja (anak Tertua Umur 13-20 Tahun)
Menurut Duvall pada tahap ini: tahap yang paling rawan, karena dalam tahap
ini anak akan mencari identitas diri dalam membentuk kepribadiaanya, oleh karena
itu suri tauladan dari kedua orang tua sangat diperlukan. Komunikasi dan saling
pengertian antara kedua orang tua dengan anak perlu dipelihara dan dikembangkan.
(Drs. Nasrul Efiendy, 1998).
2.3.3.6 Keluarga Yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama
sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah)
Tugas perkembangan keluarga: memperluaskan keluarga inti menjadi
keluarga besar, mempertahankan Intim, berperan Suami-istri kakek dan nenek,
membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru dimasyarkat (Setiadi, 2008).
2.3.3.7 Keluarga Orang Tua usia pertengahan (Middle Age Family)
Tugas perkembangan pada tahap ini: menyediakan lingkungan yang
meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan yang memuaskan dan arti para
15
2.3.4.2 Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak saudara sedarah dalam beberapa
generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
2.3.4.3 Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
2.3.4.4 Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami
2.3.4.5 Keluarga Kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa anak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanyan hubungan
dengan suami atau istri (Setiadi, 2008).
Dari hasil pengumpulan data tersebut maka akan dapat didentifikasi masalah
kesehatan yang dihadapi keluarga. Contoh:
a. Anggota Keluarga dengan masalah kesehatan sistem pencernaan, Anggota
keluarga dengan masalah kesehatan sistem Pernafasan, Anggota keluarga
dengan masalah kesehatan Cairan elektrolit,
b. Anggota keluarga dengan masalah kesehatan Kehamilan resiko Tinggi, Anggota
keluarga dengan masalah kesehatan Malnutrisi
c. Anggota keluarga dengan masalah kesehatan Hipertensi
d. Anggota keluarga dengan masalah kesehatan Penyakit Kronik
2) Penjajakan II
Pengkajian yang tergolong dalam penjajakan II diantaranya pengumpulan
data-data yang berkaitan dengan ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi
masalah kesehatan sehingga dapat ditegakkan diagnosa keperawatan keluarga.
21
b) Bersihan jalan nafas tidak efektif pada ibu T berhubungan dengan kurangnya
kemampuan keluarga bapak T merawat anggota keluarga yang sakit.
2) Resiko (Ancaman Kesehatan)
Diagnosa keperawatan resiko memiliki dua komponen diantaranya adalah
problem dan etiologi ciri diagnosa resiko adalah sudah ada data yang menunjang
namun belum terjadi gangguan contoh:
1. Resiko Terjadi konflik pada keluarga bapak T berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah komunikasi dalam keluarga.
2. Resiko tinggi terhadap penularan TBC Paru pada anggota keluarga yang lain
yang berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal gangguan
kesehatan setiap anggotannya.
3) Wellnes (Keadaan Sejahtera)
Adalah keputusan klinik tentang kesehatan keluarga dalam transisi dari tingkat
sejahtera tertentu ke tingkat sejahtera yang lebih tinggi sehingga kesehatan keluarga
dapat ditingkatkan : Contoh pernyataan diagnosa keperawatan sejahteraan:
1. Prilaku mencari bantuan kesehatan yang berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang peran sebagai orang baru (Linda Jual Carpenito, 1995)
2. Potensial terjadi peningkatan kesejahteraan pada ibu hamil (ibu N) keluarga
Bapak F.
3. Potensial peningkatan status kesehatan pada bayi keluarga Bapak x.
4) Sindrom
Adalah Diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa actual dan resiko tinggi yang
diperkirakan akan muncul karena suatu kejadian/situasi tertentu menurut NANDA
ada 2 diagnosa yaitu :
1. Syndrom trauma Pemerkosaan (Rape Trauma Syndrome) pada kelompok ini
menunjukkan adanya tanda dan gejala Misalnya : cemas, Takut, sedih,
gangguan istirahat dan tidur dan lain-lain.
2. Resiko Sindrom penyalahgunaan (Risk For Dijuse Syndrome) Misalnya :
Resiko gangguan proses fikir, resiko gangguan gambaran diri dan lain-lain
(Setiadi.2008)
25
Hubungan keluarga tidak harmonis, Hubungan orang tua dan anak yang
tegang, Orang tua yang tidak dewasa
b) Sanitasi Lingkungan
Ventilasi kurang baik, Sumber air Minum tidak memenuhi syarat, Polusi udara,
Tempat pembuangan sampah yang tidak sesuai dengan syarat
1. Kebiasaan Yang merugikan kesehatan
2. Riwayat Persalinan Sulit
c) Kurang / Tidak Sehat
Yaitu kegagalan dalam memantapkan kesehatan
1. Keadaan sakit (sesudah atau sebelum didiagnosa)
2. Gagal dalam pertumbuhan dan perkembangan yang tidak sesuai dengan
pertumbuhan normal.
d) Situasi Krisis
Perkawinan, Kehamilan, Persalinan, Masa nifas, Menjadi orang tua, Abortus,
Anak remaja, Anak masuk sekolah, Kehilangan pekerjaan, Kematian Anggota
keluarga
1. Kreteria II yaitu kemungkinan masalah dapat diubah.
Perhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut :
a) Pengetahuan Yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani
masalah
b) Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga
c) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan keterampilan dan waktu.
d) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyarakat
dan sokongan masyarakat.
1. Kreteria III yaitu Potensial masalah yang dapat dicegah
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah :
a) Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit masalah
28
b) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada.
c) Adanya Kelompok High Risk atau kelompok yang sangat peka menambah
potensi untuk mencegah masalah.
1. Kreteria IV, menonjolnya Masalah
Perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah
kesehatan tersebut. Prioritas didasarkan pada diagnosa keperawatan yang mempunyai
skor tertinggi dan didusun berurutan sampai skor terendah.
1. Penetapan Tujuan
Adalah hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi masalah diagnosa
keperawatan keluarga. Bila dilihat dari sudut jangka waktu, maka tujuan perawatan
keluarga dapat dibagi menjadi :
1) Tujuan Jangka Panjang
Menekankan pada perubahan perilaku dan mengarah kepada kemampuan
mandiri. Dan lebih baik ada batas waktunya, misalnya dalam waktu 2 hari.
Pencatuman jangka waktu ini adalah untuk mengarahkan evaluasi pencapaian pada
waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Contoh : Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 2 hari seluruh keluarga Bapak Jumain dapat merawat anggota
keluarga yang sakit dan dapat mencegah penularan penyakit.
2) Tujuan Jangka pendek
Ditekankan pada keadaan yang bisa dicapai setiap harinya yang dihubungkan
dengan keadaan yang mengacam kehidupan. Contoh :
29
sekali kepuskesmas
3 Psikimotor 1. Keluarga bisa menyediakan buah buahan
yang banyak mengandung Vitamin C.
Sumber : Setiadi 2008
2.4.9. Implementasi
32
1. Independent
Adalah suatu kegiatan yang dilaksankan oleh perawat sesuai dengan kompetensi
keperawatan tanpa petunjuk dan perintah dari tenaga kesehatan lainnya.
2. Interdependent
Yaitu suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerja sama dengan tenaga kesehatan
lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi dan dokter dan yang lainnya.
3. Tahap 3 : Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan
akurat suatu kejadian dalam proses keperawatan. (Setiadi.2008)
2.4.10 Evaluasi
33
BAB 3
Umur : 37 tahun
Pekerjaan : Swasta
34
Pendidikan : S1
Agama : Kristen
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
C. Tipe Keluarga
Tepe dalam keluarga Tn. S adalah keluarga besar
D. Latar Belakang Keluarga
1. Latar Belakang Budaya Keluarga dan Anggota Keluarga
Keluarga Tn. S adalah dari suku Dayak dimana jika ada keluarga yang
sakit keluarga Tn. S menjenguk tergantung kesibukan
2. Bahasa Yang Digunakan
Bahasa yang digunakan Dayak dan bahasa Indonesia
35
S
36
4 Nilai-Nilai Keluarga
Keluarga Tn. S mengatakan bila ada yang sakit dalam keluarganya,
Keluarga membawa yang sakit keserana terdekat misalnya ke Puskesmas
atau Rumah Sakit.
IV FUNGSI KELUARGA
1 Fungsi Afektif
Keluarga Tn. S menganggap anaknya akan tumbuh menjadi anak-anak
yang baik dan saling menghormati dalam keluarga, oleh sejak itu sejak dini
ia telah mengajarkan nilai-nilai tatakrama bagi anak-anaknya. Selain itu,
Tn. S juga mengatakan keluarganya saling menghormati satu sama lain dan
tetap mempertahankan keharmonisan keluarga.
2 Fungsi Sosialisasi
Keluarga memanfaatkan sosialisasinya dengan masyarakat lainnya yaitu
menerima ajaran agama yang dianut sesuai kepercayaan.
3 Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga Ny. E tampak pucat dan kelelahan serta tidak nafsu makan.
Selain tu Ny. E juga menderita demam mual dan muntah. Sehingga
keluarga dapat mengambil keputusan dengan cepat ketika Ny. E sakit tetapi
masih belum mampu meningkatkan status kesehatan keluarga, tapi untuk
pemanfaatan sarana kesehatan sudah cukup baik tetapi tidak konsisten
untuk selalu datang kontrol.
4 Fungsi Reproduksi
Tn. S berumur 37 tahun dan Ny. E berumur 37 tahun mempunyai 2 orang
anak dan mengatakan itu sudah cukup. Harapan Tn. S tergantung pada
anak-anak kelak semoga anak-anak bisa berhasil dan sukses seperti orang
lain.
VPEMERIKSAAN FISIK
Ny. E (Pasien)
Penampilan Umum :
Penampilan pada Tn. E cukup rapi mekakai baju dengan baik
K/U : Baik
38
BB : 68 Kg
TB : 158 Cm
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital :
Tanda vital tekanan darah 130/90 mmHG, Nadi 84 x/menit, suhu : 37,5
pernapasan : 20x/menit.
Keluhan Yang Dirasakan Saat Ini :
Badan terasa lemah dan mudah kelelahan akibat tidak nafsu makan. Selain itu
badannya juga terasa panas.
Pemeriksaan Fisik :
Kepala:
Rambut : Cukup Rambut bersih
Mata : baik pupil mengecil membesar saat terkena cahaya.
Telinga : Telinga bersih, pendengaran cukup baik serumen (-).
Hidung : Bersih, penciuman masih normal dapat mencium bau minyak
angin dan minyak wangi.
Mulut : Tidak ada radang dan bibir lembab.
Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar gondok dan teroid.
Dada:
Paru-paru:
Inspeksi:simetris, tidak ada retraksi, tidak ada luka.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan.
Perkusi: suara Vasikuler.
Auskultasi: tidak terdengar suara wheezing.
Jantung
Inspeksi: tidak ada kelainan Ic tidak nampak.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan Ictus cordis teraba pada Intercosta IV Mcl
sinistra.
Perkusi: suara S1 S2 Tunggal (redup).
Auskultasi: Normal (-)
Abdomen:
Inspeksi: tidak ada kelainan
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
Perkusi: suara sonor
Auskultasi: peristaltik normal (5-30x/menit)
Ekstermitas
Kanan : 5/5
Kiri : 5/5
Terapi obat dari RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
1. Thyamfenikol 3x1
2.Paracetamol 2x1
39
VI HARAPAN KELUARGA
Keluarga Tn. S mengharapkan bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari termasuk
untuk kebutuhan berobat dan sangat berharap agar masalah yang dihadapi dapat
berkurang dengan bantuan dari tenaga kesehatan.
2. Ds :
Ny. E Mengatakan dalam keluarga ada yang Kurang Ketidak
mengalami peyakit yang sama yaitu kedua pengetahuan mampuan
anaknya. keluarga tentang keluarga
Keluarga Tn. E mengatakan tidak tahu Thypoid mengenal
tetang Thypoid. masalah
Do : dalam
Keluarga tampak bingung saat di tanyakan kesehatan
tentang peyakit yang dialami Ny. E
Keluarga Tn. S sulit menjelaskan saat
dianya tentang Thypoid