Anda di halaman 1dari 40

1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Demam typhoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan
rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian
tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Sumber penularan
demam typoid adalah penderita yang aktif, penderita dalam fase konfaselen, dan
kronik karier. Demam typhoid juga dikenali dengan nama lain yaitu, Typhus
Abdominalis, Typhoid fever, atau Enteric fever. Demam typhoid adalah penyakit
sistemik yang akut yang mempunyai karakteristik demam, sakit kepala dan
ketidakenakan abdomen berlangsung lebih kurang 3 minggu, yang juga disertai perut
membesar, limpa dan erupsi kulit. Demam typhoid (termasuk para-typhoid)
disebabkan oleh kuman salmonella typhi, S paratyphi B dan S paratyphi C. jika
penyebabnya adalah S paratyphi, gejalanya lebih ringan (Smeltzer, 2001). Typhus
Abdominalis terdapat di seluruh dunia dan penyebarannya tidak tergantung pada
iklim, tetapi lebih banyak dijumpai pada negara- negara berkembang di daerah tropis.
Diare dan typhus abdominalis (demam typhoid, entric fever) ialah penyakit infeksi
akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih
dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran, penyebab
penyakit ini adalah Salmonela Thyphosa (Ngastiyah, 236 : 2005).
Demam typhoid abdominalis atau demam typhoid masih merupakan masalah
besar di Indonesia bersifat sporadik endemik dan timbul sepanjang tahun. Kasus
demam typhoid di Indonesia, cukup tinggi berkisar antara 354-810/100.000 penduduk
pertahun. Hasil demam Typhoid di Indonesia, prevalensi 91% kasus demam typoid
terjadi pada umur 3-19 tahun. Hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi
proses tumbuh kembang, produktivitas kerja, prestasi kerja atau belajar, karena bila
penderita terkena penyakit ini setidaknya akan mengurangi jam kerja antara 4-6
minggu, terlebih bila disertai dengan komplikasi intestinal (perdarahan intestinal,
perforasi usus) atau komplikasi ekstra intestinal (komplikasi hematologik, hepatitis
tifosa, pankreatitis tifosa, miokarditis, tifoid toksik). Penyakit typhoid termasuk
2

penyakit yang mengakibatkan angka kejadian luar biasa (KLB) yang terjadi di Jawa
Tengah, pada tahun 2003 menepati urutan ke 21 dari 22 (4,6%) penyakit yang
tercatat. Meskipun hanya menempati urutan yang ke 21, penyakit typhoid
memerlukan perawatan yang komprehensif, mengingat penularan salmonella typhi
ada dua sumber yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Pasien
carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan terus mengekspresi
salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun (Depkes, 2008).
Sedangkan di Palembang dari penelitian retrospektif selama periode 5 tahun (2003-
2007) didapatkan sebanyak 3 kasus (21,5%) penderita demam typhoid dengan hasil
biakan darah salmonella positif dari penderita yang dirawat dengan klinis demam
typoid (Rajan L. Fernando, 2001). Data studi yang dilakukan di Puskesmas
1
Kedungmundu Semarang pada tahun 2010 menggambarkan bahwa jumlah penderita
Typhoid cenderung berfluktuasi dari bulan ke bulan, yaitu berkisar antara 22 orang
sampai 60 orang. Dimana jumlah penderita Typhoid paling sedikit pada bulan Januari
dan Agustus 2010 sebanyak 22 orang, sedangkan paling banyak pada bulan
September 2010 yang angkanya mencapai 60 orang pasien. Dari data diatas
menunjukkan bahwa angka angka kejadian Typhoid di wilayah Kedungmundu Kota
Semarang masih cukup tinggi (Profil Puskesmas Kedungmundu, 2010).
Tata laksana pada demam typhoid yang masih sering digunakan adalah
istirahat, perawatan, diet, terapi penunjang, serta pemberian antibiotik. Antibiotik
adalah zat kimiawi yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang mempunyai
kemampuan, dalam larutan encer, untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh
mikroorganisme lain. Dalam bahasa ini yang dimaksud dengan mikroba terbatas pada
jasad renik yang tidak tergolong kelompok parasit. Dalam hal ini, perawat berperan
sebagai pemberi asuhan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit, sebagai
pendidik kesehatan, dan sebagai fasilitator agar pelayanan kesehatan mudah dapat
menampung permasalahan yang dihadapi keluarga serta membantu mencarikan jalan
pemecahannya, misalnya mengajarkan kepada keluarga untuk mencegah agar tidak
terjadi penyakit tifus. Sedangkan peran klien dan keluarga lebih difokuskan untuk
menjalankan lima tugas keluarga dalam bidang kesehatan terkait dengan adanya
3

anggota keluarga yang menderita typhoid, lima tugas tersebut adalah mengenal
masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat, memberi
perawatan pada anggota keluarga yang sakit, mempertahankan atau menciptakan
suasana rumah yang sehat, mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas
kesehatan masyarakat. Dari latar belakang tersebut di atas, mendorong penulis dalam
kasus keperawatan dengan judul : Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.S Dengan
Masalah Typhoid pada Ny E Jalan Menteng Sejahtera No. 04 Wilayah Kerja
Puskesmas Menteng Palangka Raya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam Laporan
Studi Kasus ini yaitu bagaimana penerapan asuhan keperawatan keluarga Tn. S pada
Ny. E di wilayah kerja UPTD Puskesmas Menteng Palangka Raya?

1.3 Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan laporan studi kasus ini terbagi
menjadi:
1.3.1 Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan keperawatan keluarga Tn. S pada Ny. E di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Menteng Palangka Raya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian keperawatan keluarga Tn. S pada Ny. E dengan Thypoid.
2) Merumuskan diagnosa keperawatan keluarga Tn. S pada Ny. E dengan Thypoid.
3) Menyusun intervensi keperawatan keluarga Tn. S pada Ny. E dengan Thypoid.
4) Melaksanakan implementasi keperawatan keluarga Tn. S pada Ny. E dengan
Thypoid.
5) Melaksanakan evaluasi keperawatan keluarga Tn. S pada Ny. E dengan Thypoid.

1.4 Manfaat
Manfaat penulisan laporan studi kasus ini adalah sebagai berikut:
1.4.1. Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan
Mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien dengan kasus
Thypoid, memperoleh bahan bandingan antara teori dan kasus dan sebagai salah satu
pengalaman yang berharga dan nyata yang didapat dari lapangan praktek yang
4

dilakukan sesuai ilmu yang didapatkan serta sebagai acuan bagi penulis dalam
menghadapi kasus yang sama sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang
baik bagi klien dengan kasus Thypoid.
1.4.2. Bagi Wahana Praktik
Memperoleh gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan secara khusus pada
klien dengan kasus Thypoid, mengetahui kendala atau hambatan dalam manajemen
Asuhan Keperawatan di UPTD Puskesmas Menteng Palangka Raya sehingga dapat
membantu dalam mengambil kebijakan strategi di masa mendatang.

1.4.3. Bagi Institusi Pendidikan


Memperoleh gambaran pelaksanaan studi kasus secara khusus pada kasus
Thypoid serta dapat mengidentifikasi keterbatasan dan mengambil langkah perbaikan
jika diperlukan.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar
2.1.1 Pengertian
Demam thypoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,
gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Nursalam dkk, 2005).
Demam Typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh Salmonella Typhi. Penyakit ini di tandai oleh panas berkepanjangan,
5

ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur endotelial atau endokardial


dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam sel fagosit mononuklear dari hati,
limpa, kelenjar limfe usus dan peyers patch (Sumarmo S. Dkk, 2008).
Penyebab utama dari penyakit ini adalah mikroorganisme Salmonella Typhosa
dan Salmonella Typhi, A, B, dan C. Mikroorganisme ini banyak terdapat di kotoran,
tinja manusia dan makanan atau minuman yang terkena mikroorganisme yang dibawa
oleh lalat. Sebenarnya sumber utama dari penyakit ini adalah lingkungan yang kotor
dan tidak sehat. Tidak seperti virus yang dapat beterbangan di udara, mikroorganisme
ini hidup di sanitasi yang buruk seperti lingkungan kumuh, makanan dan minuman
yang tidak higenis Manifestas Klinik (Ngastiyah, 2005).

2.1.2 Etiologi
Salmonella typhi sama dengan Salmonella lain adalah bakteri Gram negatif
mempunyai flagela tidak berkapsul dan tidak membentuk spora fakultatif anaerob.
Mempunyai anti gensomatik (O) yang terdiri dari oligosakarida, flagelar antigen (H)
yang terdiri dari protein dan envelope antigen (K) yang tediri dari polisakarida.
Mempunyai makromolekuler lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapisan
luar dari diding sel yang dinamakan endotoksin. Salmonella Typhi juga dapat
memperoleh plasmid faktor R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multipel
antibiotik (Sumarmo S. Dkk, 2008).

2.1.3 Manifestasi Klinis


5
Masa tunas typhoid 10-14 hari, sebagai berikut:

Minggu I

Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari.
Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual,
batuk, epitaksis, obstipasi/diare, perasaan tidak enak di perut.
6

Minggu II

Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang
khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan
kesadaran.

2.1.4 Patofisiologi

Patofisiologi demam typhoid melibatkan 4 proses kompleks mengikuti ingesti


organisme yaitu:
2.1.4.1 Penempelan dan invasi sel-sel M Peyerspatch.
2.1.4.2 Mikroorganisme bertahan hidup dan bermultiplikasi dimakrofag Peyers
patch, nodus limfatikus mesenterikus dan organ-organ ekstra intestinal
sistem retikuloendotelial.
2.1.4.3 Mikroorganisme bertahan hidup di dalam aliran darah.
2.1.4.4 Roduksi enterotoksin yang meningkatkan kadar CAMP di dalam kripta usus
dan menyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke dalam lumen intestinal
(Soedarmo et al, 2010).
Mikroorganisme Salmonella Typhi dan Salmonella parathyphi masuk ke dalam
tubuh manusia melalui makanan atau minuman terkontaminasi. Sebagian
mikroorganisme di musnahkan dalam lambung dengan pH <2, sebagian lolos masuk
ke dalam usus dan selanjutnya berkembang biak. Bila respon imunitas humoral
mukosa (IgA) usus kurang baik maka mikroorganisme akan menembus sel-sel epitel
(terutama sel M) dan selanjutnya ke lamina propia. Propia mikroorganisme
berkembang biak dan difagosit oleh makrorag. Mikroorganisme dapat hidup dan
berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya di bawa ke Plak Peyeriileum
Distal kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika (Sudoyo et al, 2009).
7

2.1.5 Komplikasi
Komplikasi demam typhoid dapat dibagi atas dua bagian:
2.1.5.1 Komplikasi Intestinal
1. Perdarahan Usus
Dapat terjadi pada saat demam masih tinggi, ditandai dengan suhu
mendadak turun, nadi meningkat/cepat dan kecil, tekanan darah menurun. Jika
perdarahan ringan mungkin gejalanya tidak terlihat jelas, karena darah dalam
feses hanya dapat dibuktikan dengan tes benzidin. Jika perdarahan berat
ditemukan melena.
2. Perforasi Usus
Komplikasi ini dapat terjadi pada minggu ketiga ketika suhu sudah
turun. Gejala perforasi usus adalah pasien mengeluh sakit perut hebat dan
akan lebih nyeri lagi jika ditekan, perut tegang/kembung. Anak menjadi pucat,
dapat juga keringat dingin, nadi lemah, pasien dapat syok (Ngastiyah, 2005).
2.1.5.2 Komplikasi Ekstraintestinal
1. Komplikasi kardiovaskuler: kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis,
trombosis, tromboplebitis.
2. Komplikasi darah: anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia
hemolitik.
3. Komplikasi paru: pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu: hepatitis, kolesistitis.
5. Komplikasi ginjal: glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
6. Komplikasi pada tulang: osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.
7. Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, meningismus, meningitis, polineuritis
perifer, Sindroma Guillain Bare dan Sidroma Katatonia.

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


2.1.6.1 Pemeriksaan Leukosit
Pada febris typhoid terhadap ileumopenia dan limfobrastis relatif tetap
kenyataan leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kasus febris typhoid jumlah
leukosit pada sediaan darah tepi pada berada dalam batas normal, walaupun kadang-
kadang terikat leukositanis tidak ada komplikasi berguna untuk febris typhoid.
8

2.1.6.2 Pemeriksaan SGOT dan SGPT


Sering kali meningkat tetapi kembali normal setelah sembuhnya febris typhoid,
kenaikan SGOT dan SGPT tidak memerlukan pembatasan pengobatan.
2.1.6.3 Kenaikan Darah
Gerakan darah (+) memastikan febris typhoid tetapi biakan (-) tidak
menyingkirkan febris typhoid. Hal ini karena hasil biakan darah bergantung pada
beberapa faktor, yaitu:
1. Tekhnik pemeriksaan laboratorium.
2. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit.
3. Laksinasi di masa lampau.
4. Pengobatan dengan obat anti mikroba.
5. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam
serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji
widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang
disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien
membuat antibodi atau aglutinin yaitu:
6. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh
kuman).
7. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel
kuman).
8. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai
kuman).
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan
titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita
typhoid (Sudoyo et al, 2009).

2.1.7 Penatalaksanaan Medis


2.1.7.1 Perawatan
9

1. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah
komplikasi perdarahan usus.
2. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila
ada komplikasi perdarahan.
2.1.7.2 Diet
1. Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
2. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
4. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7
hari.
2.1.7.3 Obat-obatan

1. Klorampenikol
2. Tiampenikol
3. Kotrimoxazol
4. Amoxilin atau ampicillin (Sudoyo et al, 2009).

2.1.8 Pencegahan
Secara umum untuk memperkecil kemungkinan tercemar (Salmonella Typhi)
maka setiap individu harus memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang
mereka konsumsi. Salmonella Typhi di dalam air akan mati apabila di panaskan
setinggi 570C untuk beberapa menit atau dengan proses iodinasi atau klorinasi.
Untuk makanan pemanasan sampai suhu 570C beberapa menit dan secara merata
juga dapat mematikan kuman Salmonella typhi. Penurunan endemisitas suatu negara
atau daerah tergantung baik pada baik buruknya pengadaan sarana air dan pengaturan
pembuangan sampah serta tingkat kesadaran individu terhadap higiene pribadi.
Imunisasi aktif dapat membantu menekan angka kejadian demam typhoid (Sumarmo
S. Dkk, 2008).

2.2 Manajemen Keperawatan


2.2.1 Pengkajian Keperawatan
2.2.1..1 Riwayat: makan daging, telur yang tidak dimasak, atau minuman yang
terkontaminasi.
10

2.2.1.2 Gastrointestinal: awal mual dan muntah, nyeri abdomen dan diare, distensi
abdomen, pembesaran limpa.
2.2.1.3 Suhu tubuh: pada fase akut demam 39-400C, meningkat hingga 410C.
2.2.1.4 Kulit: rose spot dimana hilang dengan tekanan, ditemukan pada dada, perut
setelah minggu pertama.
2.2.1.5 Neurologis: delirium hingga stupor, perubahan kepribadian, katatonia,
aphasia.
2.2.1.6 Pernapasan: batuk non produktif.
2.2.1.7 Muskuloskeletal: nyeri sendi.
2.2.1.8 Kardiovaskuler: takikardi, hipotensi, dan shock jika perdarahan, infeksi
sekunder atau
septikemia.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


2.2.2.1 Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi.
2.2.2.2 Resiko tinggi ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit berhubungan
dengan hipertermi dan muntah.
2.2.2.3 Kurangnya pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang
informasi.

2.2.3 Intervensi Keperawatan


2.2.3.1 Resiko tinggi ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit berhubungan
dengan hipertermi dan muntah.
Tujuan : Ketidakseimbangan volume cairan tidak terjadi.
Kriteria Hasil : Membran mukosa bibir lembab, tanda-tanda vital dalam keadaan
stabil, tanda-tanda dehidrasi tidak ada.
Intervensi
1) Observasi masukan dan keluaran cairan.
Rasional: Untuk mengetahui terjadinya ketidakseimbangan cairan dan eletrolit.
11

2) Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa turgor kulit dan
pengisian kapiler.
Rasional: Menunjukkan kehilangan cairan berlebih atau dehidrasi.
3) Observasi tanda-tanda vital.
Rasional: Dengan menunjukkan respon terhadap efek kehilangan cairan.
4) Pertahankan pembatasan peroral dan tirah baring
Rasional: Istirahat berguna untuk pemulihan dan untuk penurunan kehilangan
cairan.

2.2.3.2 Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi.
Tujuan : Suhu tubuh normal.
Kriteria Hasil : Tanda-tanda vital dalam keadaan stabil dan tidak terjadi proses
infeksi.
Intervensi
1) Observasi suhu tubuh klien.
Rasional: Mengetahui perubahan suhu tubuh.
2) Beri kompres dengan air hangat (air biasa) pada daerah axila, lipat paha,
temporal bila terjadi panas.
Rasional: Melancarkan aliran darah dalam pembuluh darah.

3) Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat


seperti katun.
Rasional: Menjaga kebersihan badan.

4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik


Rasional: Menurunkan panas dengan obat.

2.2.3.3 Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang


informasi.
Tujuan : Pengetahuan keluarga meningkat.
Kriteria Hasil :
Intervensi
12

1) Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya


Rasional: Mengetahui apa yang diketahui pasien tentang penyakitnya.

2) Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan pasien


Rasional: Supaya pasien tahu tata laksana penyakit, perawatan dan pencegahan
penyakit typhoid.

3) Beri kesempatan pasien dan keluaga pasien untuk bertanya bila ada yang
belum dimengerti
Rasional: Mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien dan keluarga pasien
setelah di beri penjelasan tantang penyakitnya.

4) Beri reinforcement positif jika klien menjawab dengan tepat


Rasional: Memberikan rasa percaya diri pasien dalam kesembuhan sakitnya.

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, dimana
tindakan yang digunakan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan
dari asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan. Implementasi
dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat sebelumnya
berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan dalam kasus, dengan
menuliskan waktu pelaksanaan dan respon klien (Patricia A. Potter, 2005).

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi menentukan respons klien terhadap tindakan keperawatan dan
seberapa jauh tujuan perawatan telah terpenuhi (Patricia A. Potter, 2005).

2.3 Konsep Keluarga


2.3.1 Pengertian Keluarga
Menurut Departemen Kesehatan RI 1988, Keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul
13

serta tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(Santun Setiawati,2008).
Menurut Helvie 1981, Keluarga Adalah sekolompok manusia yang tinggal
dalam satu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat
(Setiadi.2008)
Menurut Friedman 1998, Keluarga Adalah Kumpulan dua orang atau lebih
yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu
mempunyai peran masing-masing yang bagian dari keluarga. (Suprajitno,
S.Kep.2004)

2.3.2 Tipe Keluarga


Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang
mengelompokkan. Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1) Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu,
dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2) Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga ini bertambah Anggota
keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (Kakek-nenek,
Paman-Bibi). (Suprajitno, S.Kp.2004)
2.3.3 Tahap Perkembangan Keluarga
Perawat keluarga perlu mengetahui tentang tahapan dan tugas perkembangan
keluarga, untuk memberikan pedoman dalam menganalisis pertumbuhan dan
kebutuhan promosi kesehatan keluarga serta untuk memberikan dukungan pada
keluarga untuk kemajuan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Tahap perkembangan
keluarga Menurut Duvall Dan Miller (1985); Carter dan Mc Goldrick (1988),
mempunyai tugas perkembangan yang berbeda seperti:
2.3.3.1 Keluarga pemula Atau Pemasangan baru (Berganning Family)
Pasangan Baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan
keluarga Pemula antara lain : membina hubungan intim yang memuaskan,
menetapkan tujuan bersama, membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan
kelompok sosial, persiapan menjadi orang tua.
14

2.3.3.2 Keluarga sedang mengasuh anak (Anak tertua bayi sampai umur 30 bulan)
(Child Bearing)
Tugas Keluarga ini Adalah adaptasi perubahan anggota keluarga (peran,
Interaksi, Seksual dan kegiatan), mempertahankan hubungan yang memuaskan
dengan pasangan, Menata ruang untuk anak, Biaya/Dana, dan mengadakan kebiasaan
keagaamaan secara rutin (Setiadi, 2008).
2.3.3.3 Keluarga Dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2-6 tahun)
Tugas Perkembangan keluarga saat ini adalah Pemenuhan kebutuhan
anggota keluarga, membantu anak bersosialisasi, beradaptasi dengan anak baru lahir,
anak yang lain juga terpenuhi, pembagian waktu, individu, pasangan dan anak,
pembagian tanggung jawab.
2.3.3.4 Keluarga Dengan Anak Usia Sekolah (Anak tertua Usia 6-13 tahun).
Tugas Perkembangan keluarga pada tahap ini adalah : mensosialisasikan
anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan dengan teman
sebaya, membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas
sekolah. (Ns. Komang Ayu Henny Achjar, SKM, MKep, Sp Kom, 2011)
2.3.3.5 Keluarga Dengan Anak Remaja (anak Tertua Umur 13-20 Tahun)
Menurut Duvall pada tahap ini: tahap yang paling rawan, karena dalam tahap
ini anak akan mencari identitas diri dalam membentuk kepribadiaanya, oleh karena
itu suri tauladan dari kedua orang tua sangat diperlukan. Komunikasi dan saling
pengertian antara kedua orang tua dengan anak perlu dipelihara dan dikembangkan.
(Drs. Nasrul Efiendy, 1998).
2.3.3.6 Keluarga Yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama
sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah)
Tugas perkembangan keluarga: memperluaskan keluarga inti menjadi
keluarga besar, mempertahankan Intim, berperan Suami-istri kakek dan nenek,
membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru dimasyarkat (Setiadi, 2008).
2.3.3.7 Keluarga Orang Tua usia pertengahan (Middle Age Family)
Tugas perkembangan pada tahap ini: menyediakan lingkungan yang
meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan yang memuaskan dan arti para
15

orang tua dan lansia, memperkokoh hubungan perkawinan dan merencanakan


kegiatan yang akan datang, tetap menjaga komunikasi dengan anak-anak (Ns.
Komang Ayu Henny Achjar, SKM, MKep, SpKom., 2010).
2.3.3.8 Keluarga Dalam Masa Pensiun Dan Lansia.
Tugas perkembangan pada tahap ini adalah menerima kematian pasangan,
kawan dan mempersiapkan kematian, penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara
merubah cara hidup, mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat, dan
melakukan Life Review masa lalu (Setiadi,2008).

2.3.4 Struktur Keluarga


Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi
keluarga melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat. Struktur keluarga terdiri dari
bermacam-macam diantaranya adalah :
2.3.4.1 Patrineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

2.3.4.2 Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak saudara sedarah dalam beberapa
generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
2.3.4.3 Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
2.3.4.4 Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami
2.3.4.5 Keluarga Kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa anak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanyan hubungan
dengan suami atau istri (Setiadi, 2008).

2.3.5 Fungsi Pokok Keluarga


16

Ada Beberapa fungsi yang dijalankan keluarga sebagai berikut :


2.3.5.1 Fungsi Afektif
Menurut Friedman (1998), fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama
untuk mengajarkan segala untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain (Setiadi, 2008).
2.3.5.2 Fungsi Biologis
Adalah untuk meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak,
memenuhi kebutuhan gizi keluarga, memelihara dan merawat anggota keluarga
(Setiadi, 2008).
2.3.5.3 Fungsi Psikologis
Memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian diantara
anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga, Memberikan
identitas keluarga. (Drs. Nasrul Efiendy, 1998)
2.3.5.4 Fungsi Sosialisasi
Fungsi yang mengembangkan proses interaksi dalam keluarga. Sosialisasi
dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar (Santun
Setiawati, 2008).
2.3.5.5 Fungsi Ekonomi
Adalah mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, Pengaturan pengunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, Menabung Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa yang
akan datang misalnya pendidikan anak-anak jaminan hari tua dan sebagainya.
(Setiadi.2008)
2.3.5.6 Fungsi Pendidikan
Adalah menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan
dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya,
Mempersiapkan Anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi
peranannya sebagai orang dewasa, Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat
perkembangannya (Drs. Nasrul Efiendy, 1998).
2.3.5.7 Keluarga Sebagai Sistem
17

Pengertian sistem yang paling umum adalah kumpulan beberapa bagian


fungsional yang saling berhubungan dan tergantung satu dengan yang lain dalam
waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Alasan keluarga disebut sebagai sistem adalah sebagai berikut :
1. Keluarga mempunyai subsistem : Anggota, fungsi, peran, aturan, budaya dan
lainnya yang dipelajari dan dipertahankan dalam kehidupan.
2. Terdapat saling berhubungan dan ketergantungan antar subsistem.
3. Merupakan unit (bagian) terkecil dari masyarakat yang dapat mempengaruhi
supra-sistemnya.

2.3.6 Tugas Keluarga Dalam Bidang kesehatan


Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas
dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi:
2.3.6.1 Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga.
Keluarga merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena
tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang
seluruh kekuatan sumber daya dan dana karena kesehatanlah kadang seluruh
kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Perubahan sekecil perubahan yang
dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua/keluarga.
Apabila menyadari adanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya,
perubahan apa yang terjadi dan beberapa besar perubahannya.
2.3.6.2 Memutuskan Tindakan Kesehatan Yang Tepat Bagi Keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan
yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara
keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan
yang tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi.
2.3.6.3 Merawat Keluarga Yang Mengalami Gangguan Kesehatan
Sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga
memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian,
18

anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan


lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.
2.3.6.4 Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
2.3.6.5 Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitranya bagi keluarga.
(Suprajitno, S.Kp., 2004)

2.3.7 Ketidakmampuan Keluarga dalam Melaksanakan Tugas-tugas Kesehatan


dan Keperawatan.
Tugas Keluarga merupakan Pengumpulan data yang berkaitan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan
keperawatan keluarga, mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan sebagai
etiologi/penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat penjajakan tahap II. Bila
ditemui data maladaptive pada keluarga lima tugas keluarga yang dimaksud adalah :
2.3.7.1 Ketidaksanggupan mengenal masalah kesehatan keluarga, disebabkan karena :
a. Kurang pengetahuan/ketidaktahuan fakta
b. Rasa takut akibat masalah yang diketahui
c. Sikap dan falsafah hidup.
2.3.7.2 Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan
yang tepat, disebabkan karena :
a. Tidak memahami mengenai sifat, berat, dan luasnya masalah.
b. Masalah Kesehatan tidak begitu menonjol
c. Keluarga tidak sanggup memecahkan masalah karena kurang
pengetahuan dan kurangnya sumber daya keluarga.
d. Tidak sanggup memilih tindakan diantara beberapa pilihan
e. Ketidakcocokan pendapat dari anggota-anggota keluarga
f. Tidak tahu tentang fasilitas kesehatan yang ada
g. Takut dari akibat tindakan, Sikap negatif terhadap masalah kesehatan,
Fasilitas kesehatan tidak terjangkau
h. Kurang percaya terhadap petugas dan lembaga kesehatan
i. Kesalahan informasi terhadap tindakan yang diharapkan.
19

2.3.7.3 Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit, disebabkan karena:


a. Tidak mengetahui keadaan penyakit misalnya, sifat, penyebab,
penyebaran, perjalanan penyakit, gejala dan perawatannya serta
pertumbuhan dan perkembangan anak.
b. Tidak mengetahui tentang perkembangan perawatan yang dibutuhkan
c. Kurang/tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perawatan
d. Tidak seimbang sumber-sumber yang ada dalam keluarga, misalnya :
keuangan, anggota keluarga yang bertanggung jawab, fasilitas fisik untuk
perawatan.
e. Sikap negative terhadap yang sakit
f. Konflik individu dalam keluarga
g. Sikap dan pandangan hidup
h. Perilaku yang mementingkan diri sendiri
2.3.7.4 Ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempergaruhi
kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga.
2.3.7.5 Ketidakkompakkan keluarga, karena sifat mementingkan diri sendiri, tidak
ada kesepakatan, acuh terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah.
2.3.7.6 Ketidakmampuan menggunakan sumber dimasyarakat guna memelihara
kesehatan, disebabkan karena :
a. Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada, Tidak memahami
keuntungan yang diperoleh
b. Kurang percaya terhadap petugas kesehatan dan lembaga kesehatan
c. Pengalaman yang kurang baik dari petugas kesehatan
d. Rasa takut pada akibat dari tindakan, Tidak terjangkau fasilitas yang
diperlukan, Tidak adanya fasilitas yang diperlukan, Rasa asing dan tidak
ada dukungan dari masyarakat, Sikap dan falsafah hidup (Drs. Nasrul
Efiendy, 2003).

2.4 Asuhan Keperawatan Keluarga


2.4.1 Pengkajian
20

Pengkajian Suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan informasi


secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya (Suprajitno, S.Kp).
Pengkajian merupakan suatu proses berkelanjutan, di mana pengkaji
menggambarkan kondisi/situasi klien sebelumnya dan saat ini sehingga informasi
tersebut bisa digunakan untuk memprediksi dimasa yang akan datang. (Santun
Setiawati).

2.4.2 Tahap-tahap Pengkajian


Untuk mempermudah perawat keluarga saat melakukan pengkajian, dipergunakan
istilah penjajakan.
1) Penjajakan I
Data-data yang dikumpulkan pada penjajakan I antara lain:
Data Umum, Riwayat tahapan perkembangan, Lingkungan, Struktur
Keluarga, Fungsi Keluarga, Strees dan koping keluarga, Harapan keluarga, Data
tambahan, Pemeriksaan Fisik.

Dari hasil pengumpulan data tersebut maka akan dapat didentifikasi masalah
kesehatan yang dihadapi keluarga. Contoh:
a. Anggota Keluarga dengan masalah kesehatan sistem pencernaan, Anggota
keluarga dengan masalah kesehatan sistem Pernafasan, Anggota keluarga
dengan masalah kesehatan Cairan elektrolit,
b. Anggota keluarga dengan masalah kesehatan Kehamilan resiko Tinggi, Anggota
keluarga dengan masalah kesehatan Malnutrisi
c. Anggota keluarga dengan masalah kesehatan Hipertensi
d. Anggota keluarga dengan masalah kesehatan Penyakit Kronik
2) Penjajakan II
Pengkajian yang tergolong dalam penjajakan II diantaranya pengumpulan
data-data yang berkaitan dengan ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi
masalah kesehatan sehingga dapat ditegakkan diagnosa keperawatan keluarga.
21

Adapun ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah diantaranya:


ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, Ketidakmampuan keluarga
Mengambil keputusan, Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga,
Ketidakmampuan keluarga memodifikasi Lingkungan Dan Ketidakmampuan
keluarga memanfaatkan Fasilitas kesehatan (Santun Setiwati,2008)

2.4.3 Diagnosa Keperawatan Keluarga


Diagnosa Keperawatan keluarga merupakan kumpulan pernyataan, uraian
dari hasil wawancara, pengamatan langsung dan pengukuran dengan menunjukkan
status kesehatan mulai dari potensial, resiko tinggi, sampai masalah aktual (Santun
Setiawati, 2008).

2.4.4 Analisa Data


Setelah data terkumpul (Dalam Format Pengkajian) maka selanjutnya
dilakukan analisa data yaitu mengaitkan data dan menghubungkan dengan konsep
teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan
masalah kesehatan dan keperawatan keluarga.
Cara Analisa Data Adalah :
1) Validasi data yaitu meneliti kembali data yang terkumpul dalam format
pengkajian.
2) Mengelompokan Data berdasarkan kebutuhan Bio, Psiko, Sosial Dan Spiritual.
3) Membandingkan Dengan Standart
4) Membuat Kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan (Setiadi, 2008).

2.4.5 Perumusan Masalah


Rumusan masalah kesehatan keluarga dappat menggambarkan keadaan
kesehatan dan status kesehatan keluarga, karena merupakan hasil dari pemikiran dan
pertimbangan yang mendalam tentang situasi kesehatan lingkungan, norma, nilai,
kultur yang dianut oleh keluarga tersebut (Drs. Narsul Efiendy,. 2008)
a) Masalah (Problem)
22

Adalah istilah yang digunakan untuk mendefinisikan masalah (tidak


terpenuhinya kebutuhan dasar keluarga dan anggota keluarga) yang di dentifikasi oleh
perawat melalui pengkajian tujuan penulisan pernyataan masalah adalah menjelaskan
status kesehatan atau masalah kesehatan keluarga secara jelas dan sesingkat mungkin
daftar diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan NANDA 1995 adalah sebagai
berikut:
1) Diagnosa Keperawatan Keluarga pada masalah lingkungan
a. Resiko terhadap cidera
b. Resiko terjadi infeksi (Penularan Penyakit)
c. Kerusakan Penatalaksanaan pemeliharaan rumah (Higienis lingkungan)
2) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur peran (komunikasi
keluarga Disfungsional)
Diagnosa Keperawatan keluarga pada masalah struktur peran :
a. Isolasi Social
b. Kerusakan Penatalaksanaan Pemeliharaan Rumah
3) Diagnosa Keperawatan keluarga pada masalah fungsi efektif
a. Perubahan proses keluarga
b. Perubahan menjadi orang tua
c. Koping keluarga tidak efektif ketadkmampuan
4) Diagnosa keperawatan Keluarga pada masalah fungsi social
a. Konflik peran orang tua
b. Kurang pengetahuan
5) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi perawatan kesehatan
a. Perubahan pemeliharaan kesehatan
b. Potensial peningkatan pemeliharaan kesehatan
6) Diagnosa Keperawatan keluarga pada masalah koping
a. Koping keluarga tidak efektif menurun
b. Koping keluarga tidak efektif ketidakmampuan
c. Resiko terhadap tindakan kekerasan
b). Penyebab (Etiologi)
Dikeperawatan keluarga etiologi ini mengacu kepada 5 tugas keluarga yaitu :
1. Mengenai Masalah kesehatan setiap anggotanya
23

2. Mengambil keputusan untuk tindakan yang tepat


3. Memberikan keperawatan dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang
terlalu muda
4. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
c). Tanda (Sign)
Tanda dan gejala adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang
diperoleh perawat dari keluarga yang mendukung masalah dan penyebab perawat
hanya boleh mendokumentasikan tanda dan gejala yang paling signifikan perumusan
diagnosis keperawatan keluarga sama dengan diagnosa diklinik yang dapat dibedakan
menjadi 5 (lima) kategori yaitu :
1) Aktual (terjadi deficit/gangguan kesehatan)
Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai data yang ditemukan yaitu dengan ciri
dari pengkajian didapatkan tanda dan gejala dari gangguan kesehatan.
Diagnosa keperawatan aktual memiliki tiga komponen diantaranya adalah
problem etiologi dan simpton.
1. Problem yang mengacu pada permasalahan yang dihadapi klien contoh
problem : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan pada balita (anak M)
Keluarga bapak T
2. Etiologi (Faktor yang berhubungan ) merupakan etiologi atau Faktor
penyebab yang dapat mempengaruhi perubahan status kesehatan Faktor ini
mengacu pada 5 tugas keluarga contoh. Etiologi berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan gangguan nutrisi
3. Simpton (Batasan Karateristik) yang mengacu pada petunjuk klinis tanda
subjektif dan objektif jadi syarat diagnosa aktual adalah harus ada PES
(Problem + Etiologi+Sympton) Contoh Diagnosa Aktual:
a) Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan pada balita (anak M) keluarga bapak T.
Berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
gangguan nutrisi.
24

b) Bersihan jalan nafas tidak efektif pada ibu T berhubungan dengan kurangnya
kemampuan keluarga bapak T merawat anggota keluarga yang sakit.
2) Resiko (Ancaman Kesehatan)
Diagnosa keperawatan resiko memiliki dua komponen diantaranya adalah
problem dan etiologi ciri diagnosa resiko adalah sudah ada data yang menunjang
namun belum terjadi gangguan contoh:
1. Resiko Terjadi konflik pada keluarga bapak T berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah komunikasi dalam keluarga.
2. Resiko tinggi terhadap penularan TBC Paru pada anggota keluarga yang lain
yang berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal gangguan
kesehatan setiap anggotannya.
3) Wellnes (Keadaan Sejahtera)
Adalah keputusan klinik tentang kesehatan keluarga dalam transisi dari tingkat
sejahtera tertentu ke tingkat sejahtera yang lebih tinggi sehingga kesehatan keluarga
dapat ditingkatkan : Contoh pernyataan diagnosa keperawatan sejahteraan:
1. Prilaku mencari bantuan kesehatan yang berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang peran sebagai orang baru (Linda Jual Carpenito, 1995)
2. Potensial terjadi peningkatan kesejahteraan pada ibu hamil (ibu N) keluarga
Bapak F.
3. Potensial peningkatan status kesehatan pada bayi keluarga Bapak x.
4) Sindrom
Adalah Diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa actual dan resiko tinggi yang
diperkirakan akan muncul karena suatu kejadian/situasi tertentu menurut NANDA
ada 2 diagnosa yaitu :
1. Syndrom trauma Pemerkosaan (Rape Trauma Syndrome) pada kelompok ini
menunjukkan adanya tanda dan gejala Misalnya : cemas, Takut, sedih,
gangguan istirahat dan tidur dan lain-lain.
2. Resiko Sindrom penyalahgunaan (Risk For Dijuse Syndrome) Misalnya :
Resiko gangguan proses fikir, resiko gangguan gambaran diri dan lain-lain
(Setiadi.2008)
25

2.4.6 Prioritas Diagnosa Keperawatan yang ditemukan


Tahap berikutnya setelah ditetapkan rumusan masalahnya adalah
memprioritaskan masalah sesuai dengan keadaan keluarga karena dalam suatu
keluarga perawat dapat menemukan lebih dari satu diagnosa keperawatan.
Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosa keperawatan keluarga yang ditemukan
di hitung dengan menggunakan skala prioritas skala Baylon dan Maglaya) sebagai
Berikut :
1. Tentukan Skor untuk tiap Kriteria
2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot
3. Jumlahkan skor untuk semua criteria
4. Skor Tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot

Tabel : 2. Skala Boylon dan Malgaya ( 2004 )


No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah 1
Skala : Tidak / kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2
Keadaan sejahtra 1
2 Kemungkinan masalah dapat 2
Skala : Mudah 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk di cegah 1
Skala : tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjol masalah 1
26

Skala : masalah berat, harus segera di 2


ganti ada masalah, tetap tidak perlu di 1
ganti masalah tidak di rasakan. 0
Sumber data : Aplikasi dalam Praktik Suprajitno 2004
Setelah kita mampu menentukan skor dari tiap kriteria kemudian kita lakukan
perhitungan dengan menggunakan rumus berikut untuk menetapkan nilai masalah.
Skor dibagi angka tertinggi dikali bobot, jumlahkan skornya. Skor tertinggi
merupakan prioritas diagnosa yang akan kita tanggulangi lebih dahulu
Skor x Bobot
= Nilai Masalah
Skala Tertinggi

Penentuan Perioritas sesuai dengan Kreteria skala :


1. Kriteria I Yaitu sifat masalah, bobot yang lebih berat yaitu tidak/kurang sehat
karena memerlukan tindakan segera dan disadari dan dirasakan oleh keluarga
untuk mengetahui sifat masalah ini mengacu pada tipologi masalah kesehatan
yang terdiri dari 3 kelompok besar yaitu :
a) Kurang/Tidak Sehat Nilai 3
Yaitu keadaan yang memungkinkan keadaan terjadinya penyakit, kecelakaan
dan kegagalan dalam mencapai potensi kesehatan.
Keadaan yang disebut dalam ancaman kesehatan antara lain adalah :
1. Penyakit keturunan, seperti Asthma, Diabetes Melitus dan sebagainya
2. Anggota Keluarga ada yang menderita penyakit menular, seperti TBC,
Gonore, Hepatitis dan sebagainya.
3. Jumlah anggota terlalu besar dan tidak sesuai dengan kemampuan sumber
daya keluarga
4. Resiko terjadi kecelakaan seperti tangga rumah terlalu curam, benda tajam
diletakkan disembarangan tempat.
5. Kekurangan atau kelebihan gizi dari masing-masing anggota keluarga.
6. Keadaan yang menimbulkan strees, antara lain :
27

Hubungan keluarga tidak harmonis, Hubungan orang tua dan anak yang
tegang, Orang tua yang tidak dewasa
b) Sanitasi Lingkungan
Ventilasi kurang baik, Sumber air Minum tidak memenuhi syarat, Polusi udara,
Tempat pembuangan sampah yang tidak sesuai dengan syarat
1. Kebiasaan Yang merugikan kesehatan
2. Riwayat Persalinan Sulit
c) Kurang / Tidak Sehat
Yaitu kegagalan dalam memantapkan kesehatan
1. Keadaan sakit (sesudah atau sebelum didiagnosa)
2. Gagal dalam pertumbuhan dan perkembangan yang tidak sesuai dengan
pertumbuhan normal.

d) Situasi Krisis
Perkawinan, Kehamilan, Persalinan, Masa nifas, Menjadi orang tua, Abortus,
Anak remaja, Anak masuk sekolah, Kehilangan pekerjaan, Kematian Anggota
keluarga
1. Kreteria II yaitu kemungkinan masalah dapat diubah.
Perhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut :
a) Pengetahuan Yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani
masalah
b) Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga
c) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan keterampilan dan waktu.
d) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyarakat
dan sokongan masyarakat.
1. Kreteria III yaitu Potensial masalah yang dapat dicegah
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah :
a) Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit masalah
28

b) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada.
c) Adanya Kelompok High Risk atau kelompok yang sangat peka menambah
potensi untuk mencegah masalah.
1. Kreteria IV, menonjolnya Masalah
Perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah
kesehatan tersebut. Prioritas didasarkan pada diagnosa keperawatan yang mempunyai
skor tertinggi dan didusun berurutan sampai skor terendah.

2.4.7 Perencanaan Keperawatan Keluarga


Perencanaan adalah bagian dari fase perorganisasian dalam proses
keperawatan keluarga yang meliputi penentuan tujuan Perawatan (jangka
Panjang/Pendek), penetapan standart dan kreteria serta menentukan perencanaan
untuk mengatasi masalah keluarga.

1. Penetapan Tujuan
Adalah hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi masalah diagnosa
keperawatan keluarga. Bila dilihat dari sudut jangka waktu, maka tujuan perawatan
keluarga dapat dibagi menjadi :
1) Tujuan Jangka Panjang
Menekankan pada perubahan perilaku dan mengarah kepada kemampuan
mandiri. Dan lebih baik ada batas waktunya, misalnya dalam waktu 2 hari.
Pencatuman jangka waktu ini adalah untuk mengarahkan evaluasi pencapaian pada
waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Contoh : Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 2 hari seluruh keluarga Bapak Jumain dapat merawat anggota
keluarga yang sakit dan dapat mencegah penularan penyakit.
2) Tujuan Jangka pendek
Ditekankan pada keadaan yang bisa dicapai setiap harinya yang dihubungkan
dengan keadaan yang mengacam kehidupan. Contoh :
29

a) Keluarga Bapak Jumain Dapat mengenal Dampak permasalahan penyakit Ibu


Romlah dengan menjelaskan akibat yang terjadi bila penyakit Ibu Romlah Tidak
segera Diobati.
b) Bayi Yang belum Diimunisasi dari keluarga tersebut harus segera diberi
imunisasi BCG, DPT, dan Polio.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan tujuan keperawatan adalah :
a) Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan
b) Merupakan Hasil akhir yang ingin dicapai
c) Harus objektif atau merupakan tujuan operasional langsung dari kedua belah
pihak (keluarga dan perawat)
d) Mencakup criteria keberhasilan sebagai dasar Evaluasi
1. Penetapan Kriteria Dan Standar
Merupakan Standart evaluasi yang merupakan gambaran tentang factor-faktor
yang dapat member petunjuk bahwa tujuan telah tercapai dan digunakan dalam
membuat pertimbangan bentuk dari standar dan Kriteria ini adalah penyataan Verbal
(Pengetahuan, Sikap, Dan Psikomotor)
Tabel : 3. Penetapan Kriteria Dan Standar
No Kriteria Standar
1 Pengetahuan 1. Keluarga Mampu menyatakan pengertian
Asthma secara umum
2. Keluarga Mampu menyebutkan jenis
makanan atau buah-buahan yang dapat
membantu proses penyembuhan kulit.
3. Keluarga dapat menyebutkan akibat jika
tidak diobati
4. Keluarga mampu memutuskan untuk
membuat rencana control setiap bulan
puskesmas
2 Sikap 1. Keluarga mampu memutuskan untuk
membuat rencana control setiap 1 bulan
30

sekali kepuskesmas
3 Psikimotor 1. Keluarga bisa menyediakan buah buahan
yang banyak mengandung Vitamin C.
Sumber : Setiadi 2008

2.4.8 Pembuatan Rencana Keperawatan


Intervensi Keperawatan adalah suatu tindakan langsung kepada keluarga yang
dilaksanakan oleh perawat yang ditujukan kepada kegiatan yang berhubungan
dengan promosi mempertahankan dalam menentukan rencana tindakan adalah :
1. Sebelum menulis cek sumber Informasi data.
2. Buat rencana keperawatan yang mudah dimengerti
3. Tuliskan harus jelek, spesifik dapat diukur dan Kriteria hasil sesuai dengan
indentifikasi masalah.
4. Memulai instruksi keperawatan harus menggunakan kata kerja.
5. Gunakan pena tinta dalkam menulis untuk mencegah penghapusan tulisan
atau tidak jelasnya tulisan.
6. Menggunakan kata kerja rencana kegiatan harus secara jelas menjabarkan
setiap kegaiatan sehingga perlu menggunakan kata kerja yang mudah
misalnya ajarkan cara perawatan luka
7. Menetapkan teknik dan prosedur keperawatan yang akan digunakan.
8. Melibatkan keluarga dalam menyusun rencana tindakan
9. Mempertimbangkan latar belakang budaya dan agama, lingkungan sumber
daya dan fasilitas yang tersedia.
10. Memperhatikan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku.
11. Rencana tindakan disesuaikan dengan seberapa daya dan dana yang dimiliki
oleh keluarga dan mengarah kemandirian sehingga tingkat ketergantungan
dapat diminimalisasikan focus dari intervensi keperawatan keluarga antara
lain meliputi kegiatan yang bertujuan :
1) Menstimulasi kesadarn atau penerima keluarga mengenai masalah dan kebutuhan
kesehatan dengan cara :
31

1. Memberi informasi yang tepat


2. Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan.
3. Mendorong sikap emosi yang sehat yang mendukung upaya kesehatan
masalah.
4. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan keluarga yang
tepat, dengan cara :
5. Mengidentifikasi Konsekwensi tidak melakukan tindakan
6. Mengidentifikasi sumber-sumber yang memiliki keluarga
7. Mendiskusikan tentang kosenkwensi tiap tindakan
2) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota yang sakit dengan cara :
1. Mendemostrasikan cara perawatan
2. Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah
3. Mengawasi keluarga melakukan perawatan.
3) Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan
memnjadi sehat dengan cara :
1. Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga.
2. Melakukan perubahan lingkungan keluarga septimal mungkin
4) Memotivasi Keluarga untuk memanfaatkan Fasilitas kesehatan yang ada dengan
cara :
1. Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga
2. Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
Saat menyusun rencana intervensi sebaiknya perawat harus melibatkan
keluarga secara katif untuk memudahkan pelaksanaan tindakan dan ini merupakan
salah satu cara untuk menghormati dan menghargai keluarg. Efektifitas yang akan
diperoleh perawat yaitu ada efek positif terhadap interaksi dengan keluarga karena
keluarga tidak menentang, karena selalu dilibatkan sebelumnya, dan akhirnya
keluarga cenderung bertanggung jawab. (Setiadi.2008)

2.4.9. Implementasi
32

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan


yang telah disusun pada tahap perecanaan pada tahap ini, perawat yang mengasuh
keluarga sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara Integrasi
semua kesehatan yang menjadi tim perawatan kesehatan di rumah.
Ada 3 tahap dalam tindakan keperawatan keluarga, Yaitu :
1. Tahap 1 : Persiapan
Persiapan ini meliputi kegiatan-kegiatan :
1) Kontrak dengan keluarga (Kapan dilaksanakan, beberapa lama waktunya, materi
yang akan didiskusikan, siapa yang melaksanakan, anggota keluarga yang perlu
mendapatkan informasi)
2) Mempersipkan peralatan yang diperlukan
3) Mempersiapkan lingkungan yang kondusif
4) Mengidentifikasi Aspek-aspek hukum dan etik
2. Tahap 2 : Intervensi
Tindakan keperawatan keluarga berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab
perawat secara professional adalah :

1. Independent
Adalah suatu kegiatan yang dilaksankan oleh perawat sesuai dengan kompetensi
keperawatan tanpa petunjuk dan perintah dari tenaga kesehatan lainnya.
2. Interdependent
Yaitu suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerja sama dengan tenaga kesehatan
lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi dan dokter dan yang lainnya.
3. Tahap 3 : Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan
akurat suatu kejadian dalam proses keperawatan. (Setiadi.2008)

2.4.10 Evaluasi
33

Tahap Penilaian atau evaluasi Adalah perbandingan yang sistematis dan


terencana tentang kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi disusun menggunakan SOAP secara operasional dengan tahapan
dengan sumatif (dilakukan selama proses asuhan keperawatan) dan formatif yaitu
dengan proses dan evaluasi akhir. (Setiadi.2008)

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

3.1 Pengkajian Keperawatan

3.1.1 Data Umum Keluarga

Nama Kepala Keluarga : Tn. S

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 37 tahun

Alamat : Jln. Menteng Sejahtera No. 04

Pekerjaan : Swasta
34

Pendidikan : S1

Agama : Kristen

Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia

A Daftar Anggota Keluarga


No Jenis Hub. dg TTL/
Nama Pendidikan Pekerjaan
. kelamin KK Umur
Ny. E P Istri 35 S1 Swasta
1.
An. E P Anak 6 SD Pelajar
2.
An. C P Anak 1 - -
3.
Tn. F L Mertua 60 D3 Pensiunan
4.
Ny. S P Mertua 56 SMA IRT
5.
Tn.N L Mertua 54 SMA Swasta
6

A. Genogram 3 (tiga) Generasi


34
Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
Meninggal
Serumah
Pasien sakit

C. Tipe Keluarga
Tepe dalam keluarga Tn. S adalah keluarga besar
D. Latar Belakang Keluarga
1. Latar Belakang Budaya Keluarga dan Anggota Keluarga
Keluarga Tn. S adalah dari suku Dayak dimana jika ada keluarga yang
sakit keluarga Tn. S menjenguk tergantung kesibukan
2. Bahasa Yang Digunakan
Bahasa yang digunakan Dayak dan bahasa Indonesia
35

3. Pengaruh Budaya Terhadap Kesehatan Keluarga


Didalam keluarga Tn. S tidak ada budaya yang mempengaruhi
kesehatan anggota keluarga sehingga bila sakit dibawa ke Puskesmas
dan Rumah Sakit.
B. Identifikasi Agama
Keluarga Tn. S mengatakan dalam keluarga saya semua menganut agama
Kristen, semua pelayanan kesehatan tidak ada menyimpang dari agama .
C. Status Kelas Sosial
Keluarga Tn. S mengatakan penghasilan mampu mencukupi kebutuhan
mereka.
D. Rekreasi Keluarga dan Pemanfaatan Waktu Luang
Keluarga Tn. S mengatakan bila waktu luang hanya mengobrol dengan
tetangga dan meonton TV di rumah sambil berkumpul dengan keluarga.

I TAHAP PERKEMBANGAN DAN SEJARAH KELUARGA


1 Tahap Perkembangan dan Tugas Perkembangan Keluarga Saat Ini
Memenuhi kebutuhan anggota keluarga misalnya kebutuhan tempat
tinggal, privasi dan rasa aman
2 Tahap Perkembangan yang Belum Terpenuhi
Mendapatkan kesehatan yang optimal
3 Riwayat Kesehatan Keluarga Inti
Keluarga Tn.S, khusunya pada Ny. E sebelumnya memang memiliki
riwayat Thypoid ketika dirinya masih remaja.
4 Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya
Tn. S tidak pernah menderita sakit yang begitu berat, kalaupun sakit hanya
di obati dengan obat-obatan yang dibeli di apotik sedangkan Ny. E dan
kedua orang anaknya memang pernah menderita penyakit Thypoid.
II DATA
Denah LINGKUNGAN
Rumah dan Lingkungan Sekitar Rumah
1 Karakteristik Rumah ( Disertai Denah Rumah dan Lingkungan Sekitar
U
Rumah )
B Rumah keluarga
T Tn.S permanen, lantai kramik memiliki WC dalam rumah

S
36

2 Karakteristik Tetangga Dan Komunitas


Keluarga Tn. S berhubungan baik dengan tetangga dan keluarganya
3 Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Tn. S mengatakan baru pindah ke rumah yang ditempatinya
sekarang sudah sejak 3 tahun yang lalu. Sebelumnya keluarga Tn. S tinggal
di jalan Putri Junjung Buih Palangka Raya.

4 Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Dengan Masyarakat


Keluarga mengatakan interaksi dengan tetangga baik, ditandai saat
kunjungan pertama Ny. E lagi ngobrol dangan tetangga.
5 Sistem Pendukung Keluarga
Sistem pendukung keluaarga Tn. S adalah menggunakan kertu BPJS untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal.

III STRUKTUR KELUARGA


1 Pola Komunikasi Keluarga
Keluarga Tn. S berkomunikasi dengan baik, ditandai dengan keluarga mau
mengatakan riwayat penyakit dalam keluarganya.
2 Struktur Kekuatan Keluarga
Kepala keluarga berperan penting dalam pengambilan keputusan
3 Struktur Peran
Tn. S sebagai kepala rumah tangga.
37

4 Nilai-Nilai Keluarga
Keluarga Tn. S mengatakan bila ada yang sakit dalam keluarganya,
Keluarga membawa yang sakit keserana terdekat misalnya ke Puskesmas
atau Rumah Sakit.

IV FUNGSI KELUARGA
1 Fungsi Afektif
Keluarga Tn. S menganggap anaknya akan tumbuh menjadi anak-anak
yang baik dan saling menghormati dalam keluarga, oleh sejak itu sejak dini
ia telah mengajarkan nilai-nilai tatakrama bagi anak-anaknya. Selain itu,
Tn. S juga mengatakan keluarganya saling menghormati satu sama lain dan
tetap mempertahankan keharmonisan keluarga.
2 Fungsi Sosialisasi
Keluarga memanfaatkan sosialisasinya dengan masyarakat lainnya yaitu
menerima ajaran agama yang dianut sesuai kepercayaan.
3 Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga Ny. E tampak pucat dan kelelahan serta tidak nafsu makan.
Selain tu Ny. E juga menderita demam mual dan muntah. Sehingga
keluarga dapat mengambil keputusan dengan cepat ketika Ny. E sakit tetapi
masih belum mampu meningkatkan status kesehatan keluarga, tapi untuk
pemanfaatan sarana kesehatan sudah cukup baik tetapi tidak konsisten
untuk selalu datang kontrol.
4 Fungsi Reproduksi
Tn. S berumur 37 tahun dan Ny. E berumur 37 tahun mempunyai 2 orang
anak dan mengatakan itu sudah cukup. Harapan Tn. S tergantung pada
anak-anak kelak semoga anak-anak bisa berhasil dan sukses seperti orang
lain.

VPEMERIKSAAN FISIK
Ny. E (Pasien)
Penampilan Umum :
Penampilan pada Tn. E cukup rapi mekakai baju dengan baik
K/U : Baik
38

BB : 68 Kg
TB : 158 Cm
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital :
Tanda vital tekanan darah 130/90 mmHG, Nadi 84 x/menit, suhu : 37,5
pernapasan : 20x/menit.
Keluhan Yang Dirasakan Saat Ini :
Badan terasa lemah dan mudah kelelahan akibat tidak nafsu makan. Selain itu
badannya juga terasa panas.
Pemeriksaan Fisik :
Kepala:
Rambut : Cukup Rambut bersih
Mata : baik pupil mengecil membesar saat terkena cahaya.
Telinga : Telinga bersih, pendengaran cukup baik serumen (-).
Hidung : Bersih, penciuman masih normal dapat mencium bau minyak
angin dan minyak wangi.
Mulut : Tidak ada radang dan bibir lembab.
Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar gondok dan teroid.
Dada:
Paru-paru:
Inspeksi:simetris, tidak ada retraksi, tidak ada luka.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan.
Perkusi: suara Vasikuler.
Auskultasi: tidak terdengar suara wheezing.
Jantung
Inspeksi: tidak ada kelainan Ic tidak nampak.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan Ictus cordis teraba pada Intercosta IV Mcl
sinistra.
Perkusi: suara S1 S2 Tunggal (redup).
Auskultasi: Normal (-)
Abdomen:
Inspeksi: tidak ada kelainan
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
Perkusi: suara sonor
Auskultasi: peristaltik normal (5-30x/menit)
Ekstermitas
Kanan : 5/5
Kiri : 5/5
Terapi obat dari RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
1. Thyamfenikol 3x1
2.Paracetamol 2x1
39

VI HARAPAN KELUARGA
Keluarga Tn. S mengharapkan bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari termasuk
untuk kebutuhan berobat dan sangat berharap agar masalah yang dihadapi dapat
berkurang dengan bantuan dari tenaga kesehatan.

VIII. ANALISA DATA


N DATA MASALAH PENYEBAB
O
1. Ds : Ketidak mampuan Ketidak
Ny. E mengatakan Badan terasa lemah dan keluarga merawat mampuan
mudah kelelahan akibat tidak nafsu anggota keluarga keluarga
makan. Selain itu badannya juga yang sakit. mengenal
terasa panas. masalah
Do : dalam
40

K/U Pasien tampak lemah kesehatan


Tanda Vital tekanan darah 120/90 mmHG,
Nadi 84 x/menit, suhu : 37,5 pernapasan :
20 x/menit.
Perkusi: suara S1 S2 Tunggal (Redup)
Terapi obat
1. Thyamfenikol 3x1
2.Paracetamol 2x1

2. Ds :
Ny. E Mengatakan dalam keluarga ada yang Kurang Ketidak
mengalami peyakit yang sama yaitu kedua pengetahuan mampuan
anaknya. keluarga tentang keluarga
Keluarga Tn. E mengatakan tidak tahu Thypoid mengenal
tetang Thypoid. masalah
Do : dalam
Keluarga tampak bingung saat di tanyakan kesehatan
tentang peyakit yang dialami Ny. E
Keluarga Tn. S sulit menjelaskan saat
dianya tentang Thypoid

Anda mungkin juga menyukai