Meningitis
dengan
Pendekatan
SDKI,
SLKI,SIKI
Design By:
Bambang Priadi
Dian Ratnawati
Fahmi Fitriani
Definisi
Infeksi sistem saraf pusat (SSP) dapat dibagi menjadi dua kategori besar yaitu meningitis yang
melibatkan meningen dan ensefalitis yang terjadi pada parenkim otak.
Meningitis adalah peradangan leptomeningen termasuk ruang subarachnoid yang mengarah ke
konstelasi tanda dan gejala dan adanya sel-sel inflamasi di Cairan Serebrospinal.
Pachymeningitis adalah peradangan dura mater yang biasanya dimanifestasikan oleh penebalan dura
mater intrakranial pada radiologi.
Meningitis akut didefinisikan sebagai timbulnya gejala peradangan meningeal selama beberapa jam
sampai beberapa hari sedangkan meningitis kronis didefinisikan sebagai setidaknya 4 minggu gejala
radang selaput otak.
Meningitis aseptik mengacu pada sindrom dengan tanda dan gejala peradangan meningeal tetapi
dengan kultur cairan serebrospinal (CSF) rutin yang negatif
Meningitis rekuren didefinisikan sebagai setidaknya dua episode tanda dan gejala inflamasi
meningeal dengan temuan cairan serebrospinal terkait yang dipisahkan oleh periode pemulihan penuh.
Penyebab
01 02 03
Bakteri Virus Parasit
• Streptococcus • Herpes simpleks • Meningitis eosinofilik
pneumoniae • HIV • Meningitis amuba
(pneumokokus) • Virus gondongan • Infeksi cacing pita di
• Neisseria meningitidis • Virus West Nile otak (cysticercosis)
(meningokokus) • dan lain-lain atau malaria serebral
• Haemophilus
influenzae
(Haemophilus)
• Listeria
monocytogenes
(listeria)
Penyebab meningitis
lainnya
Meningitis juga dapat disebabkan oleh hal hal yang bersifat
noninfeksi, seperti reaksi kimia, alergi obat, beberapa jenis
kanker, dan penyakit inflamasi seperti sarkoidosis
Patofisiologi
Sebagian besar kasus meningitis disebabkan
oleh agen infeksi yang telah berkolonisasi atau
membentuk infeksi lokal di tempat lain pada
tubuh manusia. Agen infeksi seperti bakteri,
virus, jamur, atau parasit dapat memperoleh
akses ke susunan saraf pusat dan menyebabkan
penyakit meningeal. Invasi melalui aliran darah
merupakan cara penyebaran yang paling umum
pada sebagian besar agen infeksi. Proses invasi
ini, pada gilirannya menyebabkan
pembengkakan otak dan pada akhirnya dapat
mengakibatkan penurunan aliran darah ke
bagian bagian otak dan memperburuk gejala
infeksi.
Tanda dan Gejala
Trias klasik meningitis bakterial terdiri dari:
Keluhan lesu
Perubahan memori
Rentang perhatian yang pendek
Perubahan kepribadian dan perilaku
Sakit kepala parah
Nyeri otot secara umum
Mual dan muntah
Demam dan kedinginan
Takikardia
Penurunan tingkat kesadaran
Ketakutan dipotret
Tanda-tanda iritasi meningeal seperti kaku kuduk dan tanda Kernig positif dan tanda Brudzinski
Ruam makula merah dengan meningitis meningokokus
Sakit perut dan dada dengan meningitis virus
1. Hipertemia b/d proses penyakit
infeksi (D.0130)
Intervensi Keperawatan:
Luaran: Termoregulasi membaik (L.14134)
1. Menggigil dan kulit merah menurun
a. Manajemen hipertermia (I.15506)
2. Kejang menurun • Identifkasi penyebab hipertermi (mis. dehidrasi terpapar
3. Akrosianosis, piloreksi, vasokonstriksi perifer dan lingkungan panas penggunaan incubator)
pucat menurun • Monitor suhu tubuh
4. Takikardi, takipnea, dasar kuku sianotik, dan hipoksia • Monitor kadar elektrolit
• Monitor haluaran urine
menurun • Sediakan lingkungan yang dingin
5. Suhu tubuh dan suhu kulit membaik • Longgarkan atau lepaskan pakaian
6. Pengisian kapiler membaik • Basahi dan kipasi permukaan tubuh
7. Ventilasi membaik • Berikan cairan oral
8. Tekanan darah membaik • Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih)
• Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau
kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen,aksila)
• Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
• Batasi oksigen, jika perlu
• Anjurkan tirah baring
• Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
2. Resiko Perfusi Serebral Tidak
efektif (D.0017)
Luaran: Perfusi Serebral meningkat (L.02014)
Intervensi Keperawatan:
1. Tingkat kesadaran meningkat
2. Kognitif meningkat a. Manajemen peningkatan tekanan intrakranial (I.06198)
• Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi, gangguan metabolisme,
3. Tekanan intraktranial menurun
edema serebral)
4. Sakit kepala menurun • Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan darah meningkat, tekanan
5. Gelisah, kecemasan, dam agitasi menurun nadi melebar, bradikardia, pola napas ireguler, kesadaran menurun)
• Monitor MAP (Mean Arterial Pressure)
6. Demam menurun
• Monitor CVP (Central Venous Pressure), jika perlu
7. Refleks saraf membaik • Monitor PAWP, jika perlu
• Monitor PAP, jika perlu
• Monitor ICP (Intra Cranial Pressure), jika tersedia
• Monitor CPP (Cerebral Perfusion Pressure)
• Monitor gelombang ICP
• Monitor status pernapasan
• Monitor intake dan output cairan
• Monitor cairan serebro-spinalis (mis. Warna, konsistensi)
• Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang
• Berikan posisi semi fowler
• Hindari maneuver Valsava
• Cegah terjadinya kejang
• Hindari penggunaan PEEP
• Hindari pemberian cairan IV hipotonik
• Atur ventilator agar PaCO2 optimal
• Pertahankan suhu tubuh normal
• Kolaborasi pemberian sedasi dan antikonvulsan, jika perlu
• Kolaborasi pemberian diuretic osmosis, jika perlu
• Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
3. Nyeri Akut b/d agen pencedera Fisiologis
/Inflamasi (D.0077)
Luaran: Tingkat nyeri menurun (L.08066) Intervensi Keperawatan:
1. Keluhan nyeri menurun
2. Merigis menurun a. Manajemen Nyeri (I.08238)
• Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
3. Sikap protektif menurun • Identifikasi skala nyeri
4. Gelisah dan kesulitan tidur menurun • Identifikasi respon nyeri non verbal
5. Anoreksia, mual, muntah menurun • Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
• Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Ketegangan otot dan pupil dilatasi menurun • Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Pola napsa dan tekanan darah membaik • Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
• Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
• Monitor efek samping penggunaan analgetik
• Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
• Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
• Fasilitasi istirahat dan tidur
• Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
• Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
• Jelaskan strategi meredakan nyeri
• Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
• Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
• Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
• Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Diagnosa keperawatan lain yang sering muncul
pada Askep Meningitis
Penurunan Gangguan
Gangguan Ansietas Persepsi
kapasitas
Mobilitas fisik (D.0080) sensori
adaptif
(D.0054) (D.0085)
Intrakranial
(D.0066)
References
● Arefa Cassoobhoy. 2020. Meningitis. Web MD. https://www.webmd.com/children/understanding-meningitis-basics
● Hersi K, Gonzalez FJ, Kondamudi NP, et al. 2021. Meningitis (Nursing). Treasure Island (FL): StatPearls Publishing.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK568762/
https://www.msdmanuals.com/professional/neurologic-disorders/meningitis/overview-of-meningitis..
● PPNI, 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
● PPNI, 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
● PPNI, 2019. Standart Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta