Disusun Oleh :
Ade Esa Rany
PENDAHULUAN
Anemia masih merupakan masalah kesehatan utama di dunia, baik di negara maju maupun
negara yang sedang berkembang. Sebesar 30% penduduk dunia diperkirakan menderita anemia
dan lebih dari setengahnya merupakan anemia defisiensi besi.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS, 2013) terdapat 21,7% penduduk
dengan kadar hemoglobin yang kurang dari batas normal dengan proporsi 20,6% di perkotaan
dan 22,8% di pedesaan serta 18,4% laki-laki dan 23,9% perempuan. Berdasarkan kelompok
umur, 28,1% pada balita dengan kadar hemoglobin kurang dari 11,0 g/dL, anak usia 5-14 tahun
(Hb kurang dari 12,0 g/dL) sebesar 26,4%, anak usia 15-24 (Hb kurang dari 12,0 g/dL) 18,4%,
dan pada wanita hamil 37,1%. Kadar hemoglobin rendah banyak dialami oleh kelompok
remaja putri yang merupakan kelompok populasi rawan terhadap defisiensi gizi khususnya
defisiensi zat besi. Defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia dibanding dengan
defisiensi zat gizi lain seperti asam folat, vitamin B12, protein, vitamin,
dan trace elements lainnya.
Hasil RISKESDAS 2013 menunjukan bahwa 22,7% remaja putri mengalami anemia gizi 2
besi. Hal ini menunjukan bahwa anemia gizi besi pada remaja sampai saat ini masih menjadi
permasalahan gizi di Indonesia karena persentasenya >20% (RISKESDAS, 2013 ; Minarto,
2011). Timbulnya anemia dapat disebabkan oleh asupan pola makan yang salah, tidak teratur
dan tidak seimbang dengan kecukupan sumber gizi yang dibutuhkan tubuh diantaranya adalah
asupan energi, asupan protein, asupan karbohidrat, asupan lemak, dan yang terutama
kurangnya sumber makanan yang mengandung zat besi, dan vitamin C. Upaya
penanggulangan masalah anemia pada remaja putri adalah hal yang berkaitan dengan minat
terhadap asupan makanan yang mengandung zat besi dan vitamin C.
Dalam kehidupan sehari-hari, anemia gizi zat besi disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
kandungan zat besi dalam makanan sehari-hari yang kurang, penyerapan zat besi dari makanan
yang sangat rendah, adanya zat-zat yang menghambat penyerapan zat-zat besi, dan parasit di
dalam tubuh seperti cacing tambang atau cacing pita, diare, atau kehilangan banyak darah
akibat kecelakaan atau operasi.
Absorbsi besi yang efisien dan efektif adalah dalam bentuk Fero karena mudah larut. Untuk
itu, diperlukan suasana asam di dalam lambung dan senyawa yang dapat mengubah Feri
menjadi Fero di dalam usus. Senyawa yang dimaksud adalah asam askorbat (vitamin C).
Pada anemia defisiensi besi, absorbsi besi dapat menjadi empat sampai lima kali lipat dari
normal. manusia tidak mempunyai kesanggupan untuk mensintesis vitamin C, sehingga harus
mendapatkannya dari luar tubuh dalam bentuk makanan atau pengobatan.
Hemoglobin adalah protein kompleks yang terdiri atas protein, globin, dan pigmen hem yang
mengandung zat besi. Hemoglobin berfungsi sebagai pembawa oksigen yang kaya akan zat
besi dalam sel darah merah, dan oksigen dibawa dari paru-paru ke dalam jaringan. Hemoglobin
merupakan salah satu bagian dari darah dan hemoglobin memiliki peranan penting dalam
pembentukan sel darah merah (eritrosit).
Terong belanda merupakan sumber vitamin C yang berfungsi sebagai antioksidan karena
menjaga kesehatan sel, meningkatkan penyerapan zat besi, dan memperbaiki sistem kekebalan
tubuh.
Buah terong belanda juga mengandung senyawa-senyawa seperti β -karoten, antosianin dan
serat. Senyawa antioksidan yang dikandung pada β -Karoten yang mempunyai peranan yang
sangat penting karena paling tahan terhadap serangan radikal bebas. Senyawa ini sering disebut
sebagai provitamin A di dalam tubuh sehingga sering juga disebut sebagai vitamin A
1.2 TUJUAN
• Untuk mengetahui pengaruh penambahan terong belanda pada mutu organoleptik dan
kandungan zat besi pada pembuatan marshmallow sebagai bahan pangan alternatif
untuk mengatasi anemia
• Untuk mengetahui bagaimana aktivitas buah terong belanda terhadap kadar
hemoglobin, jumlah eritrosit dan nilai hematokrit.
BAB II
ANALISA JURNAL
berbanding lurus dengan penambahan terong belanda. Hal ini disebabkan fe yang
didapat dari 100 mg terong belanda hanya 0,3-0,9 dan dengan penambahan gelatin
juga berpengaruh terhadap kandungan fe marshmallow 2,6 mg. Gelatin adalah suatu
zat yang diperoleh dari hidrolisa parsial kolagen dari kulit, jaringan ikat putih dan
tulang hewan.
BAB III
TINJAUAN TEORI
Anemia adalah salah satu penyakit gangguan hematologi yang disebabkan oleh karena
kekurangan zat gizi yang ditandai dengan adanya gangguan dalam sintesis hemoglobin,
karena kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin baik karena
kekurangan konsumsi zat besi atau karena gangguan absorbsi.
Anemia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang banyak terjadi dan
tersebar di seluruh dunia terutama di negara berkembang dan negara miskin, kejadian
anemia banyak terjadi terutama pada usia remaja baik kelompok pria maupun wanita.
Timbulnya anemia dapat disebabkan oleh asupan pola makan yang salah, tidak teratur dan
tidak seimbang dengan kecukupan sumber gizi yang dibutuhkan tubuh diantaranya adalah
asupan energi, asupan protein, asupan karbohidrat, asupan lemak, dan yang terutama
kurangnya sumber makanan yang mengandung zat besi, dan vitamin C.
Gangguan gizi pada usia remaja yang sering terjadi diantaranya adalah kekurangan energi
dan protein, anemia gizi serta defisiensi berbagai macam vitamin. Pada saat ini Indonesia
dihadapkan pada masalah gizi, diantaranya adalah anemia gizi,kekurangan vitamin A,
kekurangan energi, protein dan kekurangan iodium.
Defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia gizi dibanding dengan defisiensi
zat gizi lain seperti asam folat, vitamin B12, protein, vitamin, dan trace elements lainnya.
Dalam kehidupan sehari-hari, anemia gizi zat besi disebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain: kandungan zat besi dalam makanan sehari-hari yang kurang, penyerapan zat besi dari
makanan yang sangat rendah, adanya zat-zat yang menghambat penyerapan zat besi, dan
parasit di dalam tubuh seperti cacing tambang atau cacing pita, diare, atau kehilangan
banyak darah akibat kecelakaan atau operasi.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam menanggulangi anemia gizi antara lain:
pemberian preparat zat besi dalam rangka penanggulangan jangka pendek dan menengah,
meningkatkan konsumsi bahan makanan sumber zat besi, penggunaan bahan makanan
yang telah difortifikasi, penanggulangan parasit cacing tambang dan penyakit infeksi
Upaya penanggulangan masalah anemia pada remaja adalah hal yang berkaitan dengan
asupan makanan yang mengandung zat besi dan vitamin C
4.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian tentang Pengaruh Penambahan Terong
Belanda (Solanum bataceum cav) Pada Mutu Organoleptik Kandungan Zat Besi Pada
Marshmallow sebagai Bahan Pangan Fungsional untuk Mengatasi Anemia.
4.2 Saran
Untuk Mahasiswa :
Hasil penelitian ini Diharapkan dapat menambah informasi tentang penambahan terong
belanda untuk marshmallow, sehingga dapat menjadi bahan bacaan yang menarik dan
bermanfaat,serta dapat dijadikan acuan bagi peneliti selanjutnya.
Untuk Perawat :
Hasil penelitian ini Diharapkan dapat menambah wawasan perawat tentang cara
penanggulangan anemia pada masyarakat luas terutama pada remaja.
Referensi
Yeni Roza, 2019, Jurnal Pengaruh Penambahan Terong Belanda Pada Mutu
Organoleptik Kandungan Zat Besi Pada Marshmallow Sebagai Pangan Alternatif
Untuk Mengatasi Anemia.
Sister Sianturi, Masitta Tanjung, Emita Sabr, 2013, Jurnal Pengaruh Buah Terong
Belanda Terhadap Jumlah Eritrosit Dan Kadar Hemoglobin Mencit Jantan Anemia
Strain Ddw Melalui Induksi Natrium Nitrit.
Risma Romaulina Simarmata, 2016, Aktivitas Jus Buah Terong Belanda terhadap
Kadar Hemoglobin dan Jumlah Eritrosit Tikus Anemia.