mempunyai efek untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut karena kandungan natural
florida yang dimilikinya dapat mencegah terjadinya karies pada gigi (Jones C et al.,
1999) 4, mengurangi risiko terjadinya patah tulang pada lansia karena densitas tulang
pada mereka yang minum teh lebih baik daripada mereka yang tidak minum teh
(Hegarty et al., 2000) 5. Hindmarch et al. 2000 6 melaporkan bahwa konsumsi teh dapat
meningkatkan kondisi kognitif dan psikomotor pada orang dewasa. Curhan et al, 1998
melaporkan bahwa adanya hubungan yang negatif antara konsumsi teh dengan kejadian
batu ginjal pada wanita usia 40-65 th. Setelah dikontrol oleh variabel pengganggu,
konsumsi teh sebanyak 240 ml per hari dapat menurunkan risiko terjadinya batu ginjal
sebesar 8%.
Walaupun teh mempunyai banyak manfaat kesehatan, namun ternyata teh juga
diketahui menghambat penyerapan zat besi yang bersumber dari bukan hem (non-heme
iron). Hurrell RF, Reddy M, dan Cook JD, 1999
menghambat penyerapan zat besi non-heme sebesar 79-94% jika dikonsumsi bersamasama.
Anemia kekurangan zat besi pada anak-anak di Arab Saudi dan di Inggris juga
dilaporkan berhubungan dengan kebiasaan minum teh (Gibson, 1999) 9. Dilaporkan juga
bahwa dampak dari interaksi teh dengan zat besi ini bergantung pada status konsumsi
zat besi dan karakteristik individu.
Lanjut usia (Lansia) merupakan keadaan alamiah yang dialami oleh setiap orang
ketika telah mencapai umur tertentu. Menurut UU no. 13 tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut usia yang dimaksud dengan kelompok lanjut usia adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun atau lebih. Jumlah dan proporsi penduduk
lansia di Indonesia semakin lama semakin meningkat, seiring dengan peningkatan
kualitas hidup dan pelayanan kesehatan, telah terjadi peningkatan umur harapan hidup
penduduk Indonesia.
Hasil Sensus Penduduk tahun 1971 menyebutkan bahwa terdapat 5,3 juta
penududuk lansia atau 4,5% dari total penduduk Indonesia. Sensus Penduduk tahun
2000 menyebutkan jumlah penduduk lansia telah menjadi 14,5 juta atau 7,1% dari total
penduduk Indonesia, maka dapat dikatakan bahwa dalam kurun waktu 30 tahun (1971
2000) telah terjadi peningkatan jumlah penduduk lansia 3 kali lipat. Depkes RI
memperkirakan tahun 2010 jumlah lansia akan menyamai jumlah balita yaitu sekitar
8,5% dari total penduduk Indonesia atau sekitar 19 juta jiwa, yang akan membawa
Indonesia memasuki era penduduk berstruktur tua.
Status kesehatan lansia secara umum mulai menurun, terutama pada kondisi
fisik dan psikososial yang berpotensi menimbulkan masalah kesehatan lainnya.
Permasalahan yang dihadapi lansia pada umumnya adalah penyakit degeneratif dan
gizi.Kelompok lansia pada umumnya memiliki gigi yang tidak sempurna lagi, sehingga
mempunyai keterbatasan dalam mengkonsumsi zat besi yang bersumber dari hewani
(heme iron), akibatnya lansia sangat rentan terhadap kejadian anemia. Walaupun lansia
dapat mengkonsumsi zat besi bersumber nabati, namun apabila dikonsumsi bersamasama dengan teh maka penyerapan zat besinya akan terhambat, sehingga lansia
tersebut tetap rentan terhadap kejadian anemia.
Anemia kurang zat besi merupakan penyakit nomor satu terbanyak yang diderita
oleh lansia di Indonesia dengan angka kejadian sebesar 50%, kemudian diikuti oleh
penyakit jantung dan pembuluh darah 29,5%, infeksi saluran pernafasan 12,2%, TBC
11,5%, dan kanker 2,2% (Depkes, 2003)
10
kebiasaan minum teh pada lansia dan pengaruhnya terhadap kejadian anemia.
2. Metode
Studi ini merupakan analisis lebih lanjut dari penelitan yang berjudul Hubungan
pola makan dengan kejadian anemia pada lansia di kota Jakarta. Studi ini memiliki
rancangan potong lintang, artinya pengumpulan data tentang kebiasaan minum teh dan
data tentang status anemia dilakukan pada saat yang bersamaan. Studi ini bersifat
analitik untuk mengetahui pengaruh minum teh terhadap kejadian anemia pada lansia.
Populasi studi ini adalah lansia di kota Jakarta. Definisi lansia pada studi ini
adalah penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih. Sedangkan sampelnya adalah
sebanyak 54 lansia yang dipilih secara acak. Berdasarkan besaran perbedaan risiko
yang ingin dideteksi (OR=3) dengan interval kepercayaan 95% dan kekuatan uji 90%,
proporsi anemia pada kelompok yang tidak minum teh sebesar 50% (Depkes 2003
10
Husaini 2001 11, Nugroho 2002 12), kemudian dengan menggunakan rumus perhitungan
besar sampel uji odds ratio (Lemeshow, 1990)
13
sebanyak 54 lansia. Pengukuran kadar hemoglobin dilakukan sendiri oleh tim peneliti
sebelum proses pengumpulan data tentang pola makan dilakukan. Pengukuran kadar
hemoglobin dilakukan dengan menggunakan metode Sianmethemoglobin, lansia
dikategorikan anemia apabila memiliki hemoglobin < 12 gr% (pada wanita) atau < 13 g
% (pada pria).
data
dilakukan
dengan
menggunakan
bantuan
komputer.
mineral seperti Fe, Zn, dan Ca sehingga penyerapan zat besi berkurang. Sedangkan
pada teh hijau senyawa polifenolnya masih banyak, sehingga kita masih dapat
meningkatkan peranannya sebagai antioksidan.
Angka kejadian anemia pada lansia dapat diturunkan melalui 3 langkah utama
yaitu 1) perubahan pola minum teh, 2) meningkatkan asupan lauk (protein hewani), dan
3) meningkatkan asupan pauk (protein nabati). Perubahan pola minum teh dapat
dilakukan dengan cara mengurangi konsumsi teh menjadi tidak setiap hari atau minum
2--3 jam setelah makan. Kita (termasuk lansia) mempunyai kebiasaan minum teh
bersamaan dengan saat makan nasi. Ini kekeliruan gizi yang harus diubah. Seperti telah
dijelaskan, teh mengandung tanin yang dapat mengikat mineral. Untuk itu sebaiknya
minum teh tidak dilakukan bersamaan dengan makan, tetapi sekitar 2--3 jam
sesudahnya.
umur
sex
aktivitas_fisik
minum_teh
minum_kopi
Hb
kolesterol
Valid
54
54
54
54
54
54
54
Missing
umur
Cumulative
Valid
Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
bukan lansia
32
59.3
59.3
59.3
lansia
22
40.7
40.7
100.0
Total
54
100.0
100.0
sex
Cumulative
Valid
Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
laki-laki
9.3
9.3
9.3
perempuan
49
90.7
90.7
100.0
Total
54
100.0
100.0
aktivitas_fisik
Cumulative
Valid
Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
berat
39
72.2
72.2
72.2
sedang
15
27.8
27.8
100.0
Total
54
100.0
100.0
minum_teh
Cumulative
Valid
Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
tiap hari
33
61.1
61.1
61.1
kadang-kadang
11
20.4
20.4
81.5
tidak minum
10
18.5
18.5
100.0
Total
54
100.0
100.0
Hb
Cumulative
Valid
Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
anemia
10
18.5
18.5
18.5
tidak anemia
44
81.5
81.5
100.0
Total
54
100.0
100.0
kolesterol
Cumulative
Valid
Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
normal
13.0
13.0
13.0
tinggi
16
29.6
29.6
42.6
sangat tinggi
31
57.4
57.4
100.0
Total
54
100.0
100.0
Chi-square Test:
Missing
Percent
54
Total
Percent
100.0%
Percent
.0%
54
100.0%
laki-laki
Count
3.0
2.0
5.0
.0%
100.0%
100.0%
32
17
49
29.0
20.0
49.0
65.3%
34.7%
100.0%
32
22
54
32.0
22.0
54.0
59.3%
40.7%
100.0%
% within sex
Count
Expected Count
% within sex
Total
Count
Expected Count
% within sex
Total
Expected Count
perempuan
lansia
Chi-Square Tests
Value
df
sided)
sided)
sided)
Pearson Chi-Square
8.015a
.005
Continuity Correctionb
5.538
.019
Likelihood Ratio
9.735
.002
.008
7.866
.008
.005
54
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.04.
b. Computed only for a 2x2 table
Missing
Percent
54
100.0%
Total
Percent
0
Percent
.0%
54
100.0%
berat
Count
21
39
23.1
15.9
39.0
46.2%
53.8%
100.0%
Count
14
15
Expected Count
8.9
6.1
15.0
93.3%
6.7%
100.0%
32
22
54
32.0
22.0
54.0
59.3%
40.7%
100.0%
% within aktivitas_fisik
% within aktivitas_fisik
Total
Total
18
Expected Count
sedang
lansia
Count
Expected Count
% within aktivitas_fisik
Chi-Square Tests
Value
sided)
sided)
sided)
df
Pearson Chi-Square
9.988a
.002
Continuity Correctionb
8.130
.004
11.815
.001
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
.002
Linear-by-Linear Association
9.803
N of Valid Casesb
.001
.002
54
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.11.
b. Computed only for a 2x2 table
Missing
Percent
54
100.0%
Total
Percent
0
.0%
Percent
54
100.0%
tiap hari
Count
kadang-kadang
15
33
19.6
13.4
33.0
54.5%
45.5%
100.0%
11
6.5
4.5
11.0
54.5%
45.5%
100.0%
10
5.9
4.1
10.0
80.0%
20.0%
100.0%
32
22
54
32.0
22.0
54.0
59.3%
40.7%
100.0%
Count
Expected Count
% within minum_teh
tidak minum
Count
Expected Count
% within minum_teh
Total
Count
Expected Count
% within minum_teh
Total
18
Expected Count
% within minum_teh
lansia
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
2.187a
.335
Likelihood Ratio
2.356
.308
Linear-by-Linear Association
1.613
.204
Pearson Chi-Square
N of Valid Cases
54
10
Missing
Percent
54
Total
Percent
100.0%
Percent
.0%
54
100.0%
normal
Count
tinggi
4.1
2.9
7.0
71.4%
28.6%
100.0%
16
9.5
6.5
16.0
56.2%
43.8%
100.0%
18
13
31
18.4
12.6
31.0
58.1%
41.9%
100.0%
32
22
54
32.0
22.0
54.0
59.3%
40.7%
100.0%
Count
Expected Count
% within kolesterol
sangat tinggi
Count
Expected Count
% within kolesterol
Total
Count
Expected Count
% within kolesterol
Total
Expected Count
% within kolesterol
lansia
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
.508a
.776
Likelihood Ratio
.526
.769
Linear-by-Linear Association
.222
.637
Pearson Chi-Square
N of Valid Cases
54
11
Missing
Percent
54
100.0%
Total
Percent
0
Percent
.0%
54
100.0%
Hb * umur Crosstabulation
umur
bukan lansia
Hb
anemia
Count
Expected Count
% within Hb
tidak anemia
Count
Expected Count
% within Hb
Total
Count
Expected Count
% within Hb
lansia
Total
10
5.9
4.1
10.0
70.0%
30.0%
100.0%
25
19
44
26.1
17.9
44.0
56.8%
43.2%
100.0%
32
22
54
32.0
22.0
54.0
59.3%
40.7%
100.0%
12
Chi-Square Tests
Value
df
sided)
sided)
sided)
Pearson Chi-Square
.586a
.444
Continuity Correctionb
.168
.682
Likelihood Ratio
.604
.437
.501
.576
.347
.448
54
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.07.
b. Computed only for a 2x2 table
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Angka
kejadian anemia pada Lansia di Jakarta yakni 18,5%. Untuk menurunkan kejadian
anemia pada usila, disarankan kepada usila untuk mengurangi kebiasaan minum
tehnya atau minum teh 23 jam sesudah makan atau meningkatkan asupan protein
terutama protein hewani. Namun, mengingat kondisi gigi serta keuangan lansia, maka
perubahan kebiasaan minum teh merupakan pilihan yang paling bijak untuk
menurunkan kejadian anemia.
Daftar Pustaka
1. Cao G, Sofic E, dan Prior R. Antioxidant capacity of tea and common vegetables.
Journal of Agree Food Chem, 1996 (44):3426-3431
2. Hertog M, Feskens E, Kromhout D. Antioxidant flavonols and coronary heart disease
risk. Lancet, 1997:349
3. Yang C, Chung Y, Yang G, Chabra S, Lee M. Tea and tea polyphenols in cancer
prevention. Journal of Nutrition, 2000 (130):472S-478S.
4. Jones C, Woods K, Whittle G, Worthington H, Taylor G. Sugar, drinks, deprivation
and dental caries in 14-year-old childern in the north west of England in 1995.
Community Dental Health, 1999 (16):68-71
5. Hegarty V, May H, Khaw K. Tea drinking and bone mineral density in older women.
American Journal of Clinical Nutrition, 2000 (71):1003-1007
6. Hindmarch I, Rigney U, Stanley N, Quinlan P, Rycroft J, Lane J. A naturalistic
13
14