ABSTRAK
Anemia dikenal sebagai masalah kesehatan masyarakat selama bertahun-tahun, berdasarkan hasil Riskesdas
2018 diketahui prevalensi anemia sebesar 48,9%. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor risiko yang
memengaruhi terjadinya anemia pada wanita pemetik teh di daerah Pengalengan Bandung, Jawa Barat. Desain
penelitian adalah cross-sectional dengan 148 subjek Wanita Usia Subur (WUS) berusia antara 18-45 tahun yang
sudah menikah dan tidak sedang hamil yang dipilih secara purposive di Kebun Purbasari, Talun Santosa dan Sedep.
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang didanai oleh Neys-van Hoogstraten Foundation (NHF). Data
yang diperoleh adalah karakteristik subjek (usia, besar keluarga, lama dan tingkat pendidikan), pengeluaran pangan
dan non pangan keluarga/bulan, status gizi dan komposisi tubuh, dan status anemia. Hasil penelitian menunjukkan
sebagian besar pekerja wanita pemetik teh berusia 40-44 tahun, dengan jumlah keluarga ≤4 orang dan 72,3%
dengan tingkat pendidikan rendah (89,9% berpendidikan maksimal SD). Rata-rata pengeluaran non pangan lebih
besar daripada pengeluaran pangan. Berdasarkan berbagai indikator komposisi tubuh, secara umum pekerja wanita
pemetik teh dalam kondisi berat badan berlebih (56,8%), lingkar lengan atas normal (98,6%). Rata-rata total lemak
tubuh >32,1%, visceral fat normal (≤9%), lingkar pinggang berisiko ≥80 cm, dan RPP ≥0,8 cm sebesar 81,1%.
Prevalensi anemia pada wanita pemetik teh sebesar 42,6%. Overweight merupakan faktor yang paling berisiko
terhadap anemia karena penimbunan lemak dapat menurunkan penyerapan zat besi sehingga jumlah hemoglobin
menurun dan eritrosit mengecil. Umur sebagai faktor protektif. Anemia dapat dicegah melalui edukasi gizi, pola
hidup sehat, dan pengendalian faktor penyebab serta predisposisinya.
Kata kunci : Anemia, faktor risiko, overweight, WUS
ABSTRACT
Anemia is known as a public health problem for many years, based on the results of Riskesdas 2018 it is
known that the prevalence of anemia is 48.9%. This research aims to analyze the risk factors that influence anemia
in female tea pickers in Pangalengan, Bandung, West Java. The research method was cross-sectional with 148
subjects of the so-called Wanita Usia Subur (WUS). They are women of childbearing age, between 18-45 years
old who were married and not pregnant. They were selected purposively in the plantation areas Purbasari, Talun
Santosa and Sedep. This research was part of a research funded by Neys-van Hoogstraten Foundation (NHF).
The data obtained are the characteristics of the subjects (age, family size, length and level of education), monthly
family expenses for food and non-food, status of nutrition and body composition, and anemia status. The results
showed that most of the female tea pickers are 40-44 years old, having family size up to 4 people and 72.3% of
them are low level educated (89.9% has maximum the elementary school education). The average expenses for
non-food are greater than those for food. Based on various body composition indicators, the female tea pickers
were in general overweight (56.8%), normal upper arm circumference (98.6%). The average total of body fat is
greater than 32,1%, normal visceral fat (≤9%), waist circumference at risk ≥80 cm, and RPP ≥0.8 cm at 81.1%.
The prevalence of anemia in tea picking women was 42.6%. Overweight is the most risk factor for anemia because
fat accumulation can reduce iron absorption so that the amount of hemoglobin goes down and erythrocytes
decreases. The age as a protective factor. Anemia can be prevented through nutrition education, healthy lifestyles,
and controlling the causes and predisposing factors.
Keywords : Anemia, risk factors, overweight, WUS
Copyright © 2019 by author. This is an open access article under the CC BY-NC-SA license
(https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/).
DOI : http://dx.doi.org/10.30597/mkmi.v15i3.7008
292
JURNAL MKMI, Vol. 15 No. 3, September 2019
293
Eryasih Setyorini : Faktor Risiko Anemia pada Wanita Pemetik Teh
ini bertujuan menganalisis faktor risiko yang me- methamoglobin menggunakan EDTA sebagai anti
mengaruhi terjadinya anemia pada wanita pemetik koagulan. Data primer yang diperoleh meliputi
teh di daerah Pengalengan Bandung, Jawa Barat. karakteristik sosial, pengeluaran pangan dan non-
pangan, status gizi, komposisi tubuh dan status
BAHAN DAN METODE anemia. Wawancara dilakukan langsung oleh pe-
Penelitian dilakukan di PTPN VIII Perke- neliti dibantu asisten peneliti bergelar sarjana gizi
bunan Teh di daerah Pengalengan Bandung, Jawa yang sudah berpengalaman dalam beberapa pene-
Barat, meliputi Kebun Purbasari, Talun Santosa litian sebelumnya serta diberi pelatihan sebelum
dan Sedep pada bulan April-Mei 2016. Desain melakukan wawancara dalam penelitian ini untuk
penelitian ini cross sectional dan bagian dari pe- mengendalikan kualitas data.
nelitian yang didanai oleh Neys-van Hoogstraten Data awal dientry terlebih dahulu kemudi-
Foundation dengan tema Income contribution, an dilakukan cleaning untuk melihat kelengkapan
food consumption, iron deficiency anemia among dari seluruh kuesioner. Setelah selesai, kemudian
women workers in tea plantation and effect of mul- dilakukan proses pengolahan data yang mencakup
tinutrients suplementation with nutrition educa- pengeditan kuesioner, pengkodean, penyusunan
tion to increase their well-being dan mendapatkan file, pemasukan data, pengeditan file, penyusu-
persetujuan Etik (Ethical Approval) dari Komisi nan variabel, pengkombinasian dan pemisahan
Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kesehatan file. Pengolahan data dan analisis menggunakan
Masyarakat Universitas Diponegoro Nomor: 22/ program komputer Microsoft Excel serta SPSS for
EC/FKM/2015. Windows. Faktor risiko anemia dihitung menggu-
Pemilihan subjek dalam penelitian ini nakan analisis regresi logistik (p<0.05). Kategori
melalui purposive tanpa pengembalian. Subjek anemia yaitu jika konsentrasi Hb <120 g/dl. Pre-
berjumlah 148 orang pekerja Wanita Usia Subur valensi anemia menjadi masalah kesehatan masya-
(WUS) berusia antara 18-45 tahun yang sudah me- rakat jika mencapai lebih dari 5%. Masalah ane-
nikah dan tidak sedang hamil. Data yang dikum- mia termasuk ringan jika prevalensinya sebesar
pulkan dalam penelitian ini meliputi karakteristik 5-19,9%, sedang (20-40%) dan serius (>40%).14
subjek (usia, besar keluarga, lama dan tingkat pen-
didikan), pengeluaran pangan dan non pangan ke- Tabel 1. Karakteristik Sosial Responden
luarga/bulan, status gizi dan komposisi tubuh, dan Karakteristik n %
status anemia. Umur (tahun)
Cara pengumpulan data karakteristik sub- 18-39 30 20.3
jek, pengeluaran pangan dan non pangan keluarga 40-44 68 45.9
adalah dengan menggunakan alat bantu kuesioner 45-49 50 33.8
melalui teknik wawancara langsung oleh enume- Rata-rata±SD 42.2±5.3
rator kepada subjek. Tinggi badan diukur dengan Besar keluarga (orang)
menggunakan microtoise merk GEA® buatan Kecil (≤ 4) 107 72.3
Indonesia dengan akurasi 0,1 cm, berat badan di- Sedang (5-7) 41 27.7
ukur dengan menggunakan timbangan skala di- Rata-rata±SD 3.9±1.2
gital merk CAMRY® EB. 9374 buatan Cina de- Lama pendidikan (tahun)
ngan akurasi 0,1 kg. Indeks Massa Tubuh (IMT) ≤6 133 89.9
dihitung dengan rumus berat badan (kg) dibagi >6 15 10.1
tinggi badan (m) kuadrat. Komposisi tubuh dinilai Rata-rata±SD 5.3±2.0
dengan menggunakan BIA (Bioelectrical Impe- Tingkat pendidikan
dance Analysis). Tidak sekolah 56 37.8
Data yang dikumpulkan merupakan data SD 78 52.7
primer yang diambil menggunakan daftar per- SMP 13 8.8
tanyaan (kuesioner), observasi dan pengukuran SMA 1 0.7
serta analisis biokimiawi dengan pengambilan
darah secara langsung dengan metode cyano-
294
JURNAL MKMI, Vol. 15 No. 3, September 2019
295
Eryasih Setyorini : Faktor Risiko Anemia pada Wanita Pemetik Teh
296
JURNAL MKMI, Vol. 15 No. 3, September 2019
Makin tinggi penghasilan rumah tangga, maka ran rumah tangga (p=0,016) dan asupan protein
makin kecil proporsi pengeluaran untuk pangan (p=0,037) dengan kadar hemoglobin.19 Pengelua-
terhadap seluruh pengeluaran rumah tangga. Ru- ran untuk kesehatan/pengobatan berada diurutan
mah tangga cenderung semakin sejahtera bila kedua terkecil dari jenis pengeluaran. Pengeluaran
persentase pengeluaran untuk makanan lebih ke- non pangan yang dihabiskan untuk rokok lebih be-
cil dibandingkan persentase pengeluaran untuk sar dari pengeluaran untuk pangan pokok. Hal ini
non makanan. Pengeluaran rumah tangga dibeda- menunjukkan prioritas yang salah pada pengelua-
kan menurut kelompok pangan dan non pangan.18 ran rumah tangga. Sebenarnya pengeluaran untuk
Hasil penelitian menunjukkan pengeluaran pa- rokok dapat diganti untuk membeli pangan sum-
ngan pada keluarga wanita pemetik teh lebih ke- ber protein hewani yang memiliki bioavailabili-
cil jika dibandingkan dengan pengeluaran non tas besi yang lebih baik daripada pangan nabati.
pangan jenis pengeluaran non pangan yaitu me- Pengeluaran tembakau setiap hari diasumsikan
liputi kesehatan, rokok, kebersihan, bahan bakar, dapat menambah kebutuhan gizi pangan keluarga,
pendidikan anak, pakaian, pulsa, dan cicilan. Tiga sebagai contoh biaya yang digunakan untuk mem-
pengeluaran non pangan teratas adalah rokok, beli 1 bungkus rokok setara dengan 0.5 kg daging
pendidikan anak-anak, dan cicilan/kredit/arisan. ayam (975 kalori). Hal ini selaras dengan studi
Berdasarkan hasil penelitian Widyaji dan Mah- tentang pengelompokan anemia pada perempuan
mudiono ditemukan adanya hubungan pengelua- dan anak-anak di Indonesia yang menemukan bah-
297
Eryasih Setyorini : Faktor Risiko Anemia pada Wanita Pemetik Teh
wa ayah yang merokok akan meningkatkan risiko 18-39 tahun risiko terjadinya anemia akan lebih
terjadinya anemia di keluarga karena sumber daya kecil dibandingkan dengan usia 40-44 tahun. Hal
keluarga dialihkan dari makanan ke tembakau.20 ini dikarenakan pada usia tersebut rentan mengala-
Efroymson yang mendukung analisis tentang mi penyakit kronis yang menimbulkan perubahan
dampak ekonomi dari konsumsi tembakau di ka- dalam fungsi tubuh khususnya pada mekanisme
langan masyarakat miskin di Bangladesh menya- pembentukan sel darah merah dan penurunan he-
takan bahwa pengeluaran rokok merupakan beban moglobin, yang mengakibatkan terjadinya anemia.
besar bagi rumah tangga miskin.21 Pengeluaran Hasil penelitian ini berbeda dengan studi yang
yang dihabiskan untuk rokok dapat dialihkan ke dilakukan oleh Mulyawati yang menemukan bah-
pengeluaran makanan dan kesehatan seperti yang wa dari 72 pekerja wanita di sebuah perusahaan
ditegaskan oleh penelitian ini. Plywood di Jakarta ditemukan 56 orang (77,77%)
Rasio berat badan dan tinggi badan meng- menderita anemia, dan sebanyak 54 subjek dian-
indikasikan berat badan dalam hubungannya de- taranya tergolong kedalam usia reproduksi berk-
ngan tinggi badan dan bermanfaat untuk mengukur isar antara 19 sampai 35 tahun (dengan rata-rata
kejadian overweight dan obesitas pada orang de- 23 tahun).27 Prevalensi anemia pada wanita le-
wasa. Validitas indeks massa tubuh sebagai in- bih besar dibandingkan dengan pria dikarenakan
deks persentase lemak tubuh sudah banyak diteliti pada usia reproduksi, wanita harus mengalami
dan dikatakan valid.22 Jumlah wanita pemetik teh haid setiap bulannya. Darah yang keluar pada
yang mengalami overweight dan obesitas sebesar waktu haid menyebabkan kehilangan zat besi 1,3
56,8% menunjukkan besarnya masalah gizi yang mg per hari. Pada kondisi tubuh overweight akan
dihadapi masyarakat di perkebunan teh. Over- meningkatkan risiko terjadinya anemia sebesar
weight dan obesitas merupakan faktor risiko dari 4,119 kali dibandingkan dengan IMT lainnya. Hal
berbagai penyakit degeneratif, seperti: diabetes tersebut dikarenakan terdapat penimbunan lemak
mellitus tipe 2, hipertensi, penyakit jantung, asma, di jaringan adiposa. Penimbunan lemak ini dapat
gangguan mental, depresi, dislipidemia dan kan- menurunkan penyerapan zat besi sehingga menye-
ker.23 Menurut Nuttall peningkatan lemak visceral babkan terjadinya inflamasi kronik yang ber-
pada wanita seiring dengan meningkatnya umur hubungan dengan ekspresi sitokin proinflamatory
berhubungan dengan penurunan sirkulasi estradiol yang pada akhirnya mempengaruhi proses meta-
yaitu penurunan estrogen/testosterone yang ber- bolisme besi sehingga akan terjadi radikal bebas.
hubungan dengan menopause.24 Akumulasi lemak Hal ini menyebabkan sintesis Hb tidak sempurna
di bagian atas tubuh juga berhubungan dengan dan pada akhirnya jumlah hemoglobin menurun
peningkatan risiko penyakit jantung koroner, dia- dan eritrosit mengecil hingga dan terjadi anemia.28
betes, batu ginjal dan gout dibandingkan dengan Hal ini sejalan dengan penelitian Shekarriz dan
akumulasi lemak di tubuh bagian bawah. Wani- Vaziri yang menyatakan ada hubungan positif
ta yang gemuk memiliki risiko yang lebih tinggi antara peradangan serta overweight yang berpe-
terkena penyakit diabetes dan penyakit jantung ngaruh terhadap perubahan kadar Hb (anemia).29
koroner, dan berbagai penyakit kanker.25 Ukuran Masalah kegemukan pada wanita pekerja
rasio lingkar pinggang-pinggul (RPP) merupakan ini dikhawatirkan akan meningkatkan risiko masa-
indikator status gizi penduduk usia dewasa untuk lah kesehatan, sehingga pada akhirnya akan me-
mengetahui adanya obesitas abdomen. Ukuran mengaruhi kapasitas dan produktivitas kerjanya.
RPP memberikan pendugaan akumulasi lemak Berdasarkan penelitian Mayez et al, pada orang
abdomen, karena peningkatan RPP dapat mem- dengan kelebihan berat badan, terjadi penimbunan
prediksi peningkatan risiko penyakit jantung, dia- lemak yang berlebihan, sehingga terakumulasi di
betes dan penyakit kronis lainnya yang berkaitan hati. Keadaan ini bermula dari peningkatan kadar
dengan obesitas.26 asam lemak bebas sebagai katabolisme lemak da-
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lam darah. Asam lemak bebas dengan jumlah yang
yang berhubungan dengan anemia adalah variabel meningkat akan diambil oleh hati dan produksi
overweight sebagai faktor risiko dan umur sebagai VLDL (Very Low Density Lipoprotein) tidak dapat
faktor protektif (umur 18-39 tahun). Pada umur mengikuti kecepatan aliran masuk asam lemak
298
JURNAL MKMI, Vol. 15 No. 3, September 2019
bebas sehingga terjadi penimbunan triasilgliserol Adapun faktor yang paling berpengaruh terhadap
yang akan menyebabkan timbunan lemak pada kejadian anemia adalah overweight sebagai faktor
hati. Akumulasi keadaan ini dapat memicu pem- risiko dan umur sebagai faktor protektif. Over-
bentukan peroksida lipid yang pada akhirnya akan weight merupakan faktor yang paling berisiko
memengaruhi proses metabolisme besi sehingga terhadap anemia karena penimbunan lemak dapat
akan terjadi radikal bebas.30 menurunkan penyerapan zat besi sehingga jum-
Menurut Lopez overweight dan obesitas lah hemoglobin menurun dan eritrosit mengecil.
berkaitan dengan kejadian anemia. Pada wanita Overweight ini dapat dicegah melalui pola hidup
yang kelebihan berat badan penyerapan zat besi sehat, menjaga Indeks Masa Tubuh (IMT) dalam
dua pertiga lebih rendah dari wanita dengan berat kondisi normal, dan edukasi gizi untuk mening-
badan normal karena tidak dapat memenuhi fungsi katkan kesadaran masyarakat terkait pentingnya
untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cu- pencegahan overweight yang dapat menyebabkan
kup ke jaringan perifer. Sehingga, terjadinya gang- anemia dan penyakit degeneratif lainnya.
guan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang.31
Survei yang dilakukan di negara Cina menunjuk- UCAPAN TERIMA KASIH
kan populasi wanita dengan kelebihan berat badan Terima kasih penulis sampaikan kepada
memiliki kemungkinan lebih kecil mengalami Neys-van Hoogstraten Foundation (NHF), The
anemia dibandingkan dengan wanita dengan be- Netherlands yang telah memberikan bantuan pe-
rat badan normal.32 Namun demikian, penelitian nelitian melalui IPB pada penelitian yang merupa-
yang dilakukan oleh Pasalina menunjukkan bahwa kan rangkaian dari penelitian disertasi penulis.
persentase terbesar (66,7%) penderita anemia ada-
lah pada subjek dengan berat badan berlebih.33 Hal DAFTAR PUSTAKA
ini sejalan dengan penelitian Zeng et al, yang me- 1. [WHO] World Health Organization. The
nemukan bahwa terjadi peningkatan risiko anemia Global Prevalence of Anaemia in 2011. Ge-
pada wanita yang overweight.34 Didukung pula neva (CH): World Health Organization; 2015.
dengan penelitian di Meksiko yang menunjukkan 2. Riskesdas. Hasil Utama Riskesdas 2018. Ja-
bahwa prevalensi defisiensi besi lebih tinggi pada karta: Kementerian Kesehatan Badan Peneli-
wanita overweight dibandingkan dengan berat tian dan Pengembangan Kesehatan; 2018.
badan normal. Meskipun asupan zat besi sama, 3. Khatun K, Imbach P, Zamora JC. An Assess-
namun konsentrasi besi serum lebih rendah pada ment of Climate Change Impacts on the Tropi-
wanita overweight. Hal tersebut dikarenakan ha- cal Central America using the Holdridge Life
bisnya cadangan besi dan adanya penurunan sup- Zone (HLZ) Land Classification System.
ply besi ke dalam sumsum tulang. Sehingga pro- iForest: Biogeosciences and Forestry. 2013;
duksi sel darah merah terganggu.35 6:183-189.
4. Widiastuti S. Faktor Determinan Produkti-
KESIMPULAN DAN SARAN vitas Kerja pada Pekerja Wanita. [Skripsi].
Rata-rata pekerja wanita pemetik teh beru- Semarang: Program Studi Ilmu Gizi Fakultas
sia 40-44 tahun dengan tingkat pendidikan rendah, Kedokteran Universitas Diponegoro; 2016.
dan jumlah keluarga ≤4 orang. Rata-rata penge- 5. Khatun T, Alamin A, Saleh F, Hossain M, Ho-
luaran non pangan lebih besar daripada penge- que A, Ali L. Anemia among Garment Facto-
luaran pangan. Berdasarkan berbagai indikator ry Workers in Bangladesh. Journal of Scien-
komposisi tubuh, secara umum pekerja wanita tific Research. 2013;16(4): 502-507.
pemetik teh dalam kondisi berat badan berlebih 6. Kemenkes RI. Pedoman Gizi Seimbang. Ja-
(overweight dan obesitas) sebesar 56,8%, lingkar karta: Ditjen Bina Gizi dan KIA Kementerian
lengan atas normal (98,6%). Rata-rata total lemak Kesehatan RI; 2014.
tubuh >32,1%, visceral fat normal (≤9%), lingkar 7. BPS. Jakarta Dalam Angka. Jakarta: Badan
pinggang berisiko ≥80 cm, dan RPP (Rasio Ping- Pusat Statistik; 2012.
gang Pinggul) ≥0,8 cm sebesar 81,1%. Prevalensi 8. Gopaldas T. Iron-Deficiency Anemia in
anemia pada wanita pemetik teh sebesar 42,6%. Young Working Women can be Reduced by
299
Eryasih Setyorini : Faktor Risiko Anemia pada Wanita Pemetik Teh
300
JURNAL MKMI, Vol. 15 No. 3, September 2019
29. Shekarriz R, Vaziri MM. Iron Profile and In- lected Communities in Ghana. International
flammatory Status of Overweight and Obese Journal of Chronic Disseases. 2017;1-7.
Women in Sari, North of Iran. International 33. Pasalina PE, Jurnalis YD, Ariadi. Hubungan
Journal of Hematology Oncolgy and Stem Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Ane-
Cell Research. 2017;11(2):108-113. mia pada Wanita Usia Subur Pranikah. Jur-
30. Mayez MD, Lacey JV Jr, Beebe-Dimmer J, nal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan. 2019;
Gillespie BW, Cooper B, Laing TJ, Schotten- 10(1):12-20.
feld D. Prevalence, Incidence, Survival, and 34. Zeng Q, He Yuan, Dong S, Zhao X, Chen Z,
Disease Characteristics of Sistemic Sclerosis Song Z, Chang G, Yang F, Wang Y. Optimal
in a large US population. Arthritis & Rheu- Cut-Off Values of BMI, Waist Circumference
matism. 2003; 48(8):2246-2255. and Waist: Height Ratio for Defining Obesity
31. Lopez AC, Melseboonstra A, MB, Herter- in Chinese Adults. British Journal Nutrition.
Aeberli I. In Overweight and Obese Women, 2014;112(10):1735-1744.
Dietary Iron Absorption is Reduced and the 35. Lopez AC, Osendarp SJM, Boonstra AM, Ae-
Enhancement of Iron Absorption by Ascor- berli I, Salazar FG, Feskens E. Sharply High-
bic Acid is one Half that in Normal-Weight er Rates of Iron Deficiency in Obese Women
Women. The American Journal of Clinical and Children are Predicted by Obesity-Relat-
Nutrition. 2015;102(6):1389-1397. ed Inflammation Rather than by Differences
32. Anderson AK. Prevalence of Anemia, Over- in Dietary Iron Intake. The American Journal
weight/Obesity, and Undiagnosed Hyperten- Clinical Nutrition. 2011;93(5):975-983.
sion and Diabetes among Residents of Se-
301