Anda di halaman 1dari 19

JOURNAL READING

“Association between Socio-demographic, Nutritional Intake,


Cultural Belief, and Incidence of Anemia in Pregnant Women
in Karanganyar, Central Java”

Oleh:
Sekarrini Vidyatami
012.06.0034

Pembimbing:
dr. I NYOMAN SAYANG, Sp. OG

SMF KEBIDANAN DAN KANDUNGAN RSUD KABUPATEN BANGLI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL AZHAR MATARAM
2020
BAB I

ISI JURNAL

1.1 Judul Jurnal


Hubungan antara Sosio-demografik, Asupan Nutrisi, Kepercayaan
Budaya, dengan Insiden Anemia pada Wanita Hamil di Karanganyar,
Jawa Tengah
1.2 Abstrak

Latar belakang : Anemia masa kehamilan masih menjadi masalah utama


kesehatan masyarakat pada Negara berkembang. Penelitian di Indonesia
memeriksa dampak faktor sosio-demografik, pola makan, dan kepercayaan
budaya pada risiko anemia pada kehamilan masih kurang. Penelitian ini
bertujuan untuk meneliti dampak faktor sosio-demografik, pola makan, dan
kepercayaan budaya pada risiko anemia pada kehamilan.

Subjek dan Metode : Sebuah penelitian analitik cross-sectional dilakukan di


5 pusat kesehatan masyarakat di Karanganyar, Jawa Tengah, sejak Februari
hingga Maret 2018. Total 200 ibu hami pada trimester I, II, dan III dipilih
untuk penelitian ini dengan fixed disease sampling, terdiri atas 50 ibu dengan
anemia dan 150 ibu tanpa anemia. Variabel dependen penelitian ini adalah
anemia selama kehamilan. Dengan variabel independen yaitu asupan nutrisi,
pola makan, konsumsitablet zat besi, pendapatan keluarga, paritas, jumlah
anggota keluarga, kunjungan pemeriksaan antenatal, dan kepercayaan budaya.
Data dikumpulkan dengan kuisioner. Status anemia diperoleh dari rekam
medis. Data dianalisa dengan path analysis dilakukan dengan Stata 13.

Hasil : Risiko anemia pada kehamilan secara langsung menurun dengan


asupan nutrisi yang lebih baik (b = -1,02; 95% CI= -1,73 hingga -0,31; p=
0,005) dan konsumsi tablet zat besi yang teratur (b = -0,79; 95% CI=1,48
hingga 0,10; p=0,005). Risiko anemia pada kehamilan secara tidak
langsung ,dipengaruhi oleh pola makan yang lebih baik, pendapan keluarga
yang lebih tinggi, lebih besarnya ukuran keluarga, kepercayaan budaya,
paritas, pendidikan yang lebih tinggi, dan kunjungan pemeriksaan antenatal.

Simpulna : baiknya asupan nutrisi dan konsumsi tablet zat besi yang teratur
menurunkan risiko anemia selama kehamilan. Pola makan yang lebih baik,
pendapan keluarga yang lebih tinggi, lebih besarnya ukuran keluarga,
kepercayaan budaya, paritas, pengetahuan kehamilan memiliki dampak tida
langsung pada risiko anemia selama kehamilan.

Kata kunci : anemia, kehamilan. asupan nutrisi, tablet zat besi, pola makan.

1.3 Latar belakang


Anemia merupakan masalah kesehatal maternal yang serius. Anemia adalah
satu dari lima target masalah oleh World Health Organization (WHO)
sebelum 2025. Target WHO untuk mengurangi insidensi anemia hingga 50%
pada wanita usia melahirkan di seluruh dunia. Penelitian oleh Stevens et al.
(2012) menyatakan bahwa kehamilan memiliki risiko tinggi untuk insidensi
anemia hingga 38%. Anemia selama kehamilan merupakan masalah kesehatan
masyarakat di banyak Negara. Anemia terjadi di Negara berkembang hingga
52%, sedangkan di Negara industri, terjadi sebanyak 20% (Lee dan Okam,
2011).
Penelitian terus dilakukan untuk menilai prefalensi anemia. Beberapa
penelitian mengatakan bahwa angka prevalensi anemia di India, Ethiopia, dan
Indonesia masih cukup tinggi pada wanita hamil, berurutan sebesar 73,1%,
32,8%, dan 37,1% (Gogoi et al., 2016; Bekele et al.,2016; Developments,
2013).
Penyebab anemia selama kehamilan dipengaruhi oleh berbagai fakor
risiko. Risiko faktor anemia pada kehamilan berhubungan dengan
sosiodemografis seperti pendapatan keluarga, tingkat pendidikan, paritas (Rai
et al., 2016; Gogoi et al., 2016), jenis pekerjaan, kunjungan pemeriksaan
kehamilan, tidak mengkonsumsi suplemen zat besi (Titilayo et al., 2016; Xu
et al.,2016) dan banyaknya jumalh anggota keluarga juga menyebabkan
terjadinya anemia (Bekele et al., 2015).
Faktor lain ang sangat penting pada peningkatan kasus anemia pada
kehamilan yaitu kurangnya masukan nutrisi. Anemia defisiensi besi
merupakan faktor utama yang berkontribusi pada anemia pada kehamilan
dengan presentasi lebih dari 50% (Stevens et al., 2013). Insidensi anemia
sekitar 1/3 wanita hamil disebabkan oleh kurangnya mikronutrien seperti zat
besi, asam folat, dan vitamin d12 (Lee dan Okam, 2011). Masukan nutrisijuga
berhubungan dengan budaya dalam makan. Budaya mempengaruhi ibu dalam
pembatasan suatu makanan seperti di Nigeria (97,3%). Pantangan ini
menyebabkan kekurangan energy yang menyebabkan anemia.
Menurut data yang dikumpulkan di Dinas Kesehatan Daerah
Karanganyar dari Januari hingga September 2017, dinyatakan bahwa beberapa
pusat kesehatan masyarakat masih memiliki prevalensi anemia lebih dari
10%. Prevalensi tertinggi anemia terjadi di Puskesmas Colomadu II sebesar
22%. Anemia defisiensi besi dapat timbul dari kurang terpenuhinya nutrisi.
Kebiasaan seseorang pantang terhadap makanan tertentu masih terjad di
karang anyar seperti jamu, daun papaya, nagka, dan nanas.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan antara faktor
sosiodemografik, budaya, asupan nutrisi dengan anemia pada wanita hamil di
Karanganyar, Jawa Tengah.

1.4 Subjek dan Metode


1. Desain penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional yang dilakukan di
komunitas pusat kesehatan Tasikmadu, Colomadu I, Colomadu II,
Kebakkramat I, dan JUmantono di Karanganyar, Jawa Tengah, sejak
Februari hingga Maret 2018.
2. Populasi dan sampel
Sumber populasi pada peelitian ini adalah wanita hami pada trimester I, II,
dan III di daerah Karanganyar. Subjek penelitian ini yaitu wanita hami
yang anemia dan wanita hamil yang tidak anemia. Tekhnik pemilihan
sampel dengan purposive sampling. Pemilihan sampel menggunakan
tekhnik fixed disease sampling. Terdapat 200 subjek dengan rasio 1;3
terdiri dari 50 wanita hamil dengan anemia dan 150 wanita hamil tanpa
anemia.
3. Variabel penelitian
Variabel dependen penelitian ini adalah anemia selama kehamilan.
Dengan variabel independen yaitu asupan nutrisi, pola makan,
konsumsitablet zat besi, pendapatan keluarga, paritas, jumlah anggota
keluarga, kunjungan pemeriksaan antenatal, dan kepercayaan budaya.
4. Definisi operasional dari variabel
Pendidikan didefinisikan sebagai tingkat pendidikan formal terakhir yang
telah dilakukan oleh ibu. Skala pengukuran secara kategori, menggunakan
kode 0 untu < SMA dan 1 untuk >SMA.
Pendapan keluarga didefinisikan sebagai pemasukan yang diterima
oleh suami dan ibu dari pekerjaan dihitung perbulan.
Jumlah anggota keluarga didefinisikan sebagai jumlah orang yang
tinggal bersama dalam satu rumah karena ikatan pernikahan dan kelahiran.
Skala pengukuran dilanjutkan.
Paritas didefinisikan sebagai jumlah kelahiiran yang pernah dilakukan
oleh ibu. Skala pengukuran dilanjutkan.
Jumlah kunjungan kehamilan didefinisikan sebagai berapa kali ibu
datang ke pusat layanan masyarakat untuk pemeriksaan kehamilan. Skala
pengukuran dilanjutkan.
Frekuensi konsumsi tablet zat besi didefinisikan sebagai jumlah tablet
zat besi yang telah dikonsumsioleh ibu sejak awal hingga proses
kehamilan. Skala pengukuran dilanjutkan.
Diet didefinisikan sebagai kebiasaan makan selama kehamilan yang
menekankan pada frekuensi makan dan jenis makanan yang dikonsumsi.
Semua makanan yang dikonsumsi oleh wanita hamil tiap harinya dari pagi
hingga malam hari termasuk jenis dan jumlahnya yang mempengaruhi
kurangnya nutrient. Skala pengukuran dilanjutkan.
5. Alat penelitian
Kuisioner digunakan untuk mengumpulkan data sosiodemografis dan
budaya. Data mengenai diet menggunakan FFQ Semi-Quantitative dan
asupan nutrisi menggunakan recall makanan selama 2x24 jam. Data
tingakt Hemoglobin diambil dari buku monitor kesehatan kehamilan dan
anak.
6. Analisis data
Anilisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dengan
karakteristik subjek. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara anemia dengan variabel independen menggunakan chi-
square test. Analisis multivariate dilakukan menggunakan path analysis.
7. Etika penelitian
Ketika penelitian termasuk Informed consent, anonymity, confidentiality,
dan ethical clearance diperoleh dari Komite Etika Penelitian, R.S. Dr.
Moewardi, Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia, No. 47/II/HREC/2018.

1.5 Hasil
1. Karakteristik Sampel
Hasil dari karakteristik sampel yaitu 200 wanita hamil menurut faktor
sosiodemografik, kebanyakan dari mereka berusia 21-35 tahun sebanyak
163 orang (81,5%), berpendidikan ≥SMA sebanyak 127 orang (63,5%),
pemasuka keluarga ≥Rp. 1.696.000,- sebanyak 117 orang (58,5%), dan
jumlah anggota keluarga ≤4 orang sebanyak 152 orang (76%), dan jumlah
paritas ≤2 sebesar 172 (86%). Trimester tertinggi kehamilan sebesar 99
orang (49,5%), jumlah kunjungan kesehatan 157orang (78,5%), dan
frekuensi tablet darah regular sebanyak 102 orang (51%).
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independent (pendidikan, pemasukan keluarga,budaya,paritas,jumlah
anggota keluarga,diet,asupan nutrisis,frekuensi konsumsi tablet tambah
darah, dan kunjungan kehamilan) dan variabel dependen yaitu anemia.
Hasil analisis dapat dilihat di Table 1.
Pendidikan dan pemasukan yang lebih tinggi menurunkan risiko
anemia. Sama halnya. Nutrisi yang adekuat dan pola diet yang baik
menurunkan risiko anemia. Jumlah anak dan paritas meningkatkan risoko
anemia.

3. Path Analysis
Figure 1 menggambarkan model path analysis pada determinan tingkat
hemoglobin dengan estimasi parameter. Model path analysis dibuat oleh
peneliti menurut teori yang diperiksa dan diuji terhadap sampel data.
1.6 Diskusi
1. Hubungan antara pendidikan dan anemia
Pendidikan secara tidak langsung berhubungan dengan anemia melalui
masukan pendapatan dan nutrisi. Ibu yang berpendidikan tinggi akan
memeiliki pengetahuan tentang asupan akanan (Andriani et al., 2016).
Pendidikan kesehatan yang disediakan oleh orang kesehatan akan
mengarah pada kesadaran mengkonsumsi suplemen zat besi dengan tujuan
menekan kasus anemia (Khatod et al.,2013).
2. Hubungan antara pendapatan keluarga dengan anemia
Terdapat hubungan tidak langsung antara pendapatan keluarga dengan
anemia melalui asupan nutrisi. Hal ini menunjukkan bahwa makin tinggi
pendapatan keluarga, asupan nutriki akan lebih baik, sehingga, hal ini
menurunkan risiko anemia.
Kasus anemia lebih besar pada Negara berpenghasilan rendah dan
menengah, itu karena tingginya prevalensi malaria, malnitrisi, dan kurang
zat besi (Rahman et al., 2016). Tingginya pendapatan keluarga dapat
menurunkan kasus risiko anemia hingga 1/10 kali dibandingkan dengan
keluarga berpendapatan rendah (Andriani et al.,2016). Pendapatan tinggi
merupakan salah satu faktor pentingyang berkntribusi dengan
terpenuhinya kebutuhan nutrisi selama kehamilan (Rai et al., 2014;
Tembhare et al., 2015; Xu et al.,2016).
Pendapatan keluarga merefleksikan kemampuan untuk membeli bahan
makanan. Pendapatan keluarga dibawah upah minimum dapat berdampak
pada pemilihan makana dengan nutrisi yang terbatas, dan menyebabkan
ibu menderita anemia defisiensi besi. Daya beli makanan juga memiliki
hbungan dengan anemia (Kurniati et al., 2016). Rendahnya pendapatan
keluarga tidak hanya berdampak pada anemia defisiensi zat besi, namun
ibu uga berada dalam risiko kondisi defisiensi micronutrients lainnya
(Darnton-hill dan McParu, 2015).
3. Hubungan antara besarnya keluarga dan anemia
Besarnya keluarga secara tidak langsung berhubungan dengan anemia
melalui asupan nutrisi. Keluarga yang besar dapat menurunkan asupan
nutrisi wanita hamil.
Jumlah anggota keluarga terbesar yaitu <4 orang (76%). Jumlah
anggota keluarga <4 merupakan keluarga inti dengan ibu, ayah, dan 2
anak. Jumlah anggota keluarga ≥5 kemungkinan beranggotakan kakek
dan/atau nenek yang tinggal dirumah. Keluarga dengan anggota lebih dari
5 orang memiliki risiko anemia. Penelitian pada orang Ethiopia
menyatakan bahwa jumalah keluarga yang lebih dari empat orang
berhubungan dengan anemia (Gedefaw et al., 2015).
Jumlah anggota keluarga berhubungan dengan pertimbangan status
ekonomi yang berpengaruh dalam mencukupi kebutuhan gizi selama
kehamilan yang dibagikan dengan anggota keluarga yang lainnya
(Gedefaw et al., 2015). Konsumsi makanan bergantung pada jenis dan
jumlah makanan yang dibeli, dimasak, dan dibagikan ke anggota keluarga.
Jumlah anggota keluarga yang lebih dari lima memiliki
ketidakseimbangan pangan yang lebih tiggi (Bekele et al., 2015).
4. Hubungan antara paritas dan anemia
Paritas memiliki hubungan yang tidak langsung dengan anemia melalui
besarnya keluarga. Hal ini menunjukka bahwa makin tinggi paritas
maternal, maka jumlah keluarga lebih besar. Paritas yang tinggi juga
mempengaruhi kondisi fisik ibu (Ivoke, 2013) serta berkurangnya nutrisi
ibu. Paritas mengarah pana peningkatan kebutuhan akan zat besi yang
menghilang selama kehamilan dan persalinan (Khatod et al., 2013).
5. Hubungan antara budaya dan anemia
Tedrapat hubungan yang tidak langsung antara budaya dan anemia melalui
pola dirt. Ini menunjukkan bahwa ibu yang memiliki pantangan makanan
memiliki pola diet yang buruk dibandingkan dengan ibu yang tidak
memiliki pantangan makana selama hamil.
Ibu yang memiliki pantangan budaya untuk makan berisiko lebih
tinggi mengalami anemia disbanding ibu yan tidak memiliki pantangan
makanan (Ekwere et al., 2015). Mitos mengenai pantangan makanan
selama kehamilan dapat meningkat 4,5kali dibandingkan ibu yang tidak
ada pantangan makanan. Beberapa zat makanan yang tidak dapat dimakan
oleh orang hamil sebenarnya memiliki kandungan zat besi (Andriani et al.,
2016).
6. Hubungan antara pola diet dan anemia
Terdapat hubungan yang tidak langsung antara pola diet dan anemia
melalui asupan nutrisi. Ibu dengan pola diet yang buruk memiliki risiko
mendapat nutrisi makanan yang lebih sedikit dibandingkan ibu yang pola
dietnya baik.
Penelitian ini sejalan dengan Oktriyani et al. (2014), yang
menyatakana bahwa pola diet mempengaruhi kecukupan asupan energy,
jumlah makana yang dikonsumsi oelh ibu akan mempengaruhi asupan gizi
kandungannya. Pola diet selama kehamilan berbeda-beda tiap
trimesternya. Pada trimester awal dan kedua, ibu hamil cenderung
mengalami kekurangan energy kronis karena kondisi ibu yang tidak stabil.
Pola diet yang baik terjadi ketika jenis makanan yang dikonsumsi
bervariasi dengan jumlah atau dosis yang sesuai dengan kebutuhan
(Kementrian Kesehatan, 2014). Pemenuhan nutrisi seimbang tidak hanya
diperoleh dari satu jenis makana, tetapi beragam bahan makanan, terutama
dalam kasus anemia yang harus mengkonsumsi baha-bahan yang
mengandung zat besi (Kurnaiti et al., 2016).
Hasilnya menunjukka bahwa wanita hamil mengkonsumsi lebih
banyak sayuran hijau (71%) daripada daging ayam (42%). Kebiasan
mengkonsumsi makanan berasal dari sayuran yang lebih tinggi dari
konsumsi daging dapat menyebabkan anemia (Xu et al., 2016).
Berdasarkan penelitan oleh Bedi et al. (2014) di India, dikatakan bahwa
ibu yang vegetarian lebih banyak menderita anemia dibandingkan ibu
yang non vegetarian. Makanan yang baik dikonsumsi untuk meningkatkan
kadar hemoglobin adalah makanan dengan kandungan zat besi ayang
tinggi yang merupakan heme ditemukan dalam daging dan yang noon-
heme yang terkandung dalam sayuran (Tadesse et al., 2017; Tembhare et
al., 2015).

7. Hubungan antara asupan nutrisi dengan anemia


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa asupan nutrisi yang baik
menurunkan risiko anemia. Hal tersebut menunjukkan bahwa wanita
hamil yang asupan nutrisinya baik dapat menurunkan risiko anemia. Hal
ini sejalan denga penelitian oleh Darnton-hill dan Mkparu (2015) yang
menyatakan bahwa kurangnya nutrisi selama kehamilan harus
diperhatikan karena hal ini sangat berhubungan dengan insidensi anemia
(Ivoke, 2013 ; Bekele et al., 2016).
Pemenuhan kebuthan nutrisi delama kehamilan berguna pada masalah
nutrisi seperti defisiensi nutrisi. Berdasarkan pada guideline keseimbangan
nutrisi, kebutuhan nutrisi wanita hamil ditingkatkan, yaitu nutrisi makro
dan mikro (Kementrian Kesehatan Indonesia, 2014). Defisiensi
mikronutrien saat kehamilan menjadi beban global penyebab anemia.
Anemia merupakan setengah dari masalah akibat defisiensi mikronutrien
seperti zat besi (Stevens et al., 2013).
Kebutuhan zat besi selama kehamilan masih dibawah dari
rekomendasi Angka Kecukupan Gizi (70%), rata-rata kalori yang
diperoleh wanita hamil adalah 63,4%, dan rata-rata asupan zat besi adalah
44,5%. Kurangnya asupan kalori akan mempengaruhi kejadian anemia
(Khatod et al., 2013). Kebutuhan zat besi meningkat karena peningkatan
volume darah dan jaringan selama kehamilan. Menurut Pritasari et al.
(2017) kebutuhan zat besi ibu hamil diperkirakan sebanyak 1.000mg.

8. Hubungan antara jumlah kunjungan ANC dengan anemia


Jumlah kunjungan ANC memiliki hubungan yang tidak langsung dengan
anemia melalui distribusi tablet zat besi. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin sering wanita hamil mengunjungi perawattan ANC di fasilitas
kesehatan, semakin banyak tablet zat besi yang diterima dan dikonsumsi.
Hal ini sejalan dengan sebuah penelitian oleh Abdullahi et al. (2014) yang
meyatakan bahwa jumlah tablet zat besi yang dikonsumsi menungkat
seiring dengan usia keamilah dengan meningkatkan kunjungan.
Kehamilan yang lebih tua mengkonsumsi 3 kali lenih banyak daripada
kehamilan ynag lebih muda.
Beberapa wanita hamil mengkonsumsi lebih sedikit tabel zat besi
akibat kurangnya kunjungan ANC. Beberapa wanita lainnya tidak pernah
mengunjungi penyedia kesehatan data memasuki trimester kedua.
Kunjungan ANC harus dilakukan setidaknya diawal trimester kedua untuk
mencegah perkembangan bayi dari anemia (Adanikin dan Awoleke,
2015).
Tablet zat besi dapat diberikan selama kelas kehamilan berdasarkan
jadwalnya. Bidan menyediakan konseling yang berhubungan dengan
anemia pada wanita hamil dengan merekomendasikan untuk
mengkonsumsi makanan yang bernutrisi yang mengandung zat besi
(Prahesti et al., 2015). Pendidikan kesehatan diharapkan dapat
memberikan kesadaran bagi para ibu untuk mengkonsumsi suplemen zat
besi sebagai upaya untuk mengurangi kasus anemia (Khatod et al., 2013).

9. Hubungan antara frekuensi suplemen zat besi dengan anemia\


Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa frekuensi konsumsi
suplemen zat besi memiliki hubungan langsung dengan anemia. Meminum
suplemen zat besi secara teratur dapat menurunkan risiko anemia.
Temuan ini sejalan dengan penelitian oleh El Ashiry et al., 2014, yang
menyatakan bahwa kaus anemia terjadi apabila ibu tidak mengkonsumsi
suplemen zat besi secara adekuat. Grekunsi konsumsi yang baik dapan
menekan terjadinya anemia terutama pada trimester ketiga. Menurut
Titilayo et al., 2016, terjadinya anemia disbabkan oleh kurangnya
konsumsi suplemen zat besi selama kehamilan.
Suplemen zat besi sangat berguna untuk mencegah anemia. Suplemen
zat besi dan kombinasi asam folat juga dapat menurunkan insidensi
anemia (Abdullahi et al., 2014). Manfaat efektif biasanya terjadi setelah 3
bulan sejak konsumsi pertama kali (El Ashiry ey al., 2014). Menfaat
suplemen zat besi yaitu meningkatkan hemoglobin, serum ferritin, rerata
volume sel, serum zat besi, dan saturasi transfer, karena itu, dapat
mencegah pengurangan zat besi terutama pada trimester ketiga (Abdullahi
et al., 2014; Bedi et al., 2015). Suplemen zat besi sangat dianjurkan ntuk
mengatasi masalah gizi ketika ibu memiliki baasan diet dan pola makan
(Darnton-Hill dan Mkparu, 2015).
1.7 Conflict of Interest
Penulis menyatakan tidak ada konflik kepentingan mengenai publikasi artikel
ini.

BAB II
TELAAH JURNAL
2.1 Review Jurnal
1. Judul : “Association between Socio-demographic, Nutritional Intake,
Cultural Belief, and Incidence of Anemia in Pregnant Women in
Karanganyar, Central Java”
Hubungan antara Sosio-demografik, Asupan Nutrisi, Kepercayaan
Budaya, dengan Insiden Anemia pada Wanita Hamil di Karanganyar,
Jawa Tengah
2. Penulis : Indah Permatasari Sinawangwulan, Yukia Lanti Retno Dewi,
CSP. Wekadigunawan.
3. Abstrak : singkat dan jelas. Terdiri dari 278 kata, berisi tujuan, metode,
hasil, dan kesimpulan disertai dengan 5 kata kunci.
4. Jenis penelitian : analitik cross-sectional
5. Tempat penelitian : 5 pusat kesehatan komunitas di Karanganyar, Jawa
Tengah
6. Sampel penelitian : 200 ibu hamil dari trimester I hingga III
7. Hasil : hasil penelitian dipaparkan secara keseluruhan hasil
pengamatandan outcome dari penelitian
8. Kesimpulan : pada kesimpulan penelitian ini, masalah dan tujuan
penelitian dapat terjawab dan mampu mengemukakan jawaban atas
masallah dalam tulisan.
2.2 Analisis PICO
1. Problem
Insiden anemia pada ibu hamil yang dipengaruhi oleh faktor risiko seperti
kondisi sisodemografik, asupan nnutrisi, dan keyakinan budaya.
2. Intervention
Peneliti memilih sampel menggunakan teknik purposive sampling dan
mendapat data tentang anemia melalui catatan medis sampel. Kuisioner
digunakan untuk mengumpulkan data sosiodemografis dan budaya. Data
mengenai diet menggunakan FFQ Semi-Quantitative dan asupan nutrisi
menggunakan recall makanan selama 2x24 jam. Data tingakt Hemoglobin
diambil dari buku monitor kesehatan kehamilan dan anak.
3. Comparison
Sepengetahuan saya, banyak penelitian yang dilakukan untuk mencari
hubungan antara faktor risiko dengan kejadian anemia, namun di daerah
yang berbeda.
4. Outcome
Untuk menyelidiki kejadia anemia dan hubungannya dengan faktor risiko
pada ibu hamil di daerah Karanganyar, Jawa Tengah.
2.3 Analisis VIA
1. Validity
- Desain penelitian : analitik cross-sectional
- Populasi dan sampel : Sumber populasi pada peelitian ini adalah
wanita hami pada trimester I, II, dan III di daerah Karanganyar.
Didapatkan sebanyak 200 subjek penelitian ini yaitu wanita hami yang
anemia dan wanita hamil yang tidak anemia. Tekhnik pemilihan
sampel dengan purposive sampling. Pemilihan sampel menggunakan
tekhnik fixed disease sampling.
- Pengambilan sampel : pengumpulan sampel menggunakan teknik
purposive sampling dan mendapat data tentang anemia melalui catatan
medis sampel. Kuisioner digunakan untuk mengumpulkan data
sosiodemografis dan budaya. Data mengenai diet menggunakan FFQ
Semi-Quantitative dan asupan nutrisi menggunakan recall makanan
selama 2x24 jam. Data tingakt Hemoglobin diambil dari buku monitor
kesehatan kehamilan dan anak. Seluruh proses dilakukan dari bulan
Februari hingga Maret 2018.
2. Importance
Penelitian ini penting dilakukan. Mengingat bahwa kejadian anemia
banyak terjadi pada ibu hamil baik disebabkan oleh kurangnya nutrisi atau
sebab lainnya. Padahal, zat besi meruppakan salah satu mikronutrien yang
dibutuhkan baik untuk ibu hamil sendiri maupun bayi yang dikandungnya.
Sehingga, pengetahuan dan kesadaran ibu hamil akan pentingnya zat besi
sangat dibutuhkan.
3. Applicability
Apakah kharakteristik sampel penelitian dapat diterapkan di daerah anda?
Ya, penelitian ini dapat diterapkan karena memiliki kharakteristik
subjek penelitian yang sama, yaitu ibu hamil serta faktor-faktor lain yang
tidak terlalu berbeda dikarenakan ras, Negara, dan budaya yang sama.

BAB III
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
3.1 Kelebihan
1. Judul menggambarkan isi.
2. Abstrak singkat dan jelas.
3. Isi jural membahas penelitian secara lengkap.
3.2 Kekurangan
1. Isi jurnal yang terkesan terlalu berbelit-belit dan mengulang-ulang
penjelasan yang sama.
2. Tidak mencantumkan berapa banyak kandungan zat besi yang dibutuhkan
oleh wanita hamil.

Anda mungkin juga menyukai