Oleh:
Sekarrini Vidyatami
012.06.0034
Pembimbing:
dr. I NYOMAN SAYANG, Sp. OG
ISI JURNAL
Simpulna : baiknya asupan nutrisi dan konsumsi tablet zat besi yang teratur
menurunkan risiko anemia selama kehamilan. Pola makan yang lebih baik,
pendapan keluarga yang lebih tinggi, lebih besarnya ukuran keluarga,
kepercayaan budaya, paritas, pengetahuan kehamilan memiliki dampak tida
langsung pada risiko anemia selama kehamilan.
Kata kunci : anemia, kehamilan. asupan nutrisi, tablet zat besi, pola makan.
1.5 Hasil
1. Karakteristik Sampel
Hasil dari karakteristik sampel yaitu 200 wanita hamil menurut faktor
sosiodemografik, kebanyakan dari mereka berusia 21-35 tahun sebanyak
163 orang (81,5%), berpendidikan ≥SMA sebanyak 127 orang (63,5%),
pemasuka keluarga ≥Rp. 1.696.000,- sebanyak 117 orang (58,5%), dan
jumlah anggota keluarga ≤4 orang sebanyak 152 orang (76%), dan jumlah
paritas ≤2 sebesar 172 (86%). Trimester tertinggi kehamilan sebesar 99
orang (49,5%), jumlah kunjungan kesehatan 157orang (78,5%), dan
frekuensi tablet darah regular sebanyak 102 orang (51%).
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independent (pendidikan, pemasukan keluarga,budaya,paritas,jumlah
anggota keluarga,diet,asupan nutrisis,frekuensi konsumsi tablet tambah
darah, dan kunjungan kehamilan) dan variabel dependen yaitu anemia.
Hasil analisis dapat dilihat di Table 1.
Pendidikan dan pemasukan yang lebih tinggi menurunkan risiko
anemia. Sama halnya. Nutrisi yang adekuat dan pola diet yang baik
menurunkan risiko anemia. Jumlah anak dan paritas meningkatkan risoko
anemia.
3. Path Analysis
Figure 1 menggambarkan model path analysis pada determinan tingkat
hemoglobin dengan estimasi parameter. Model path analysis dibuat oleh
peneliti menurut teori yang diperiksa dan diuji terhadap sampel data.
1.6 Diskusi
1. Hubungan antara pendidikan dan anemia
Pendidikan secara tidak langsung berhubungan dengan anemia melalui
masukan pendapatan dan nutrisi. Ibu yang berpendidikan tinggi akan
memeiliki pengetahuan tentang asupan akanan (Andriani et al., 2016).
Pendidikan kesehatan yang disediakan oleh orang kesehatan akan
mengarah pada kesadaran mengkonsumsi suplemen zat besi dengan tujuan
menekan kasus anemia (Khatod et al.,2013).
2. Hubungan antara pendapatan keluarga dengan anemia
Terdapat hubungan tidak langsung antara pendapatan keluarga dengan
anemia melalui asupan nutrisi. Hal ini menunjukkan bahwa makin tinggi
pendapatan keluarga, asupan nutriki akan lebih baik, sehingga, hal ini
menurunkan risiko anemia.
Kasus anemia lebih besar pada Negara berpenghasilan rendah dan
menengah, itu karena tingginya prevalensi malaria, malnitrisi, dan kurang
zat besi (Rahman et al., 2016). Tingginya pendapatan keluarga dapat
menurunkan kasus risiko anemia hingga 1/10 kali dibandingkan dengan
keluarga berpendapatan rendah (Andriani et al.,2016). Pendapatan tinggi
merupakan salah satu faktor pentingyang berkntribusi dengan
terpenuhinya kebutuhan nutrisi selama kehamilan (Rai et al., 2014;
Tembhare et al., 2015; Xu et al.,2016).
Pendapatan keluarga merefleksikan kemampuan untuk membeli bahan
makanan. Pendapatan keluarga dibawah upah minimum dapat berdampak
pada pemilihan makana dengan nutrisi yang terbatas, dan menyebabkan
ibu menderita anemia defisiensi besi. Daya beli makanan juga memiliki
hbungan dengan anemia (Kurniati et al., 2016). Rendahnya pendapatan
keluarga tidak hanya berdampak pada anemia defisiensi zat besi, namun
ibu uga berada dalam risiko kondisi defisiensi micronutrients lainnya
(Darnton-hill dan McParu, 2015).
3. Hubungan antara besarnya keluarga dan anemia
Besarnya keluarga secara tidak langsung berhubungan dengan anemia
melalui asupan nutrisi. Keluarga yang besar dapat menurunkan asupan
nutrisi wanita hamil.
Jumlah anggota keluarga terbesar yaitu <4 orang (76%). Jumlah
anggota keluarga <4 merupakan keluarga inti dengan ibu, ayah, dan 2
anak. Jumlah anggota keluarga ≥5 kemungkinan beranggotakan kakek
dan/atau nenek yang tinggal dirumah. Keluarga dengan anggota lebih dari
5 orang memiliki risiko anemia. Penelitian pada orang Ethiopia
menyatakan bahwa jumalah keluarga yang lebih dari empat orang
berhubungan dengan anemia (Gedefaw et al., 2015).
Jumlah anggota keluarga berhubungan dengan pertimbangan status
ekonomi yang berpengaruh dalam mencukupi kebutuhan gizi selama
kehamilan yang dibagikan dengan anggota keluarga yang lainnya
(Gedefaw et al., 2015). Konsumsi makanan bergantung pada jenis dan
jumlah makanan yang dibeli, dimasak, dan dibagikan ke anggota keluarga.
Jumlah anggota keluarga yang lebih dari lima memiliki
ketidakseimbangan pangan yang lebih tiggi (Bekele et al., 2015).
4. Hubungan antara paritas dan anemia
Paritas memiliki hubungan yang tidak langsung dengan anemia melalui
besarnya keluarga. Hal ini menunjukka bahwa makin tinggi paritas
maternal, maka jumlah keluarga lebih besar. Paritas yang tinggi juga
mempengaruhi kondisi fisik ibu (Ivoke, 2013) serta berkurangnya nutrisi
ibu. Paritas mengarah pana peningkatan kebutuhan akan zat besi yang
menghilang selama kehamilan dan persalinan (Khatod et al., 2013).
5. Hubungan antara budaya dan anemia
Tedrapat hubungan yang tidak langsung antara budaya dan anemia melalui
pola dirt. Ini menunjukkan bahwa ibu yang memiliki pantangan makanan
memiliki pola diet yang buruk dibandingkan dengan ibu yang tidak
memiliki pantangan makana selama hamil.
Ibu yang memiliki pantangan budaya untuk makan berisiko lebih
tinggi mengalami anemia disbanding ibu yan tidak memiliki pantangan
makanan (Ekwere et al., 2015). Mitos mengenai pantangan makanan
selama kehamilan dapat meningkat 4,5kali dibandingkan ibu yang tidak
ada pantangan makanan. Beberapa zat makanan yang tidak dapat dimakan
oleh orang hamil sebenarnya memiliki kandungan zat besi (Andriani et al.,
2016).
6. Hubungan antara pola diet dan anemia
Terdapat hubungan yang tidak langsung antara pola diet dan anemia
melalui asupan nutrisi. Ibu dengan pola diet yang buruk memiliki risiko
mendapat nutrisi makanan yang lebih sedikit dibandingkan ibu yang pola
dietnya baik.
Penelitian ini sejalan dengan Oktriyani et al. (2014), yang
menyatakana bahwa pola diet mempengaruhi kecukupan asupan energy,
jumlah makana yang dikonsumsi oelh ibu akan mempengaruhi asupan gizi
kandungannya. Pola diet selama kehamilan berbeda-beda tiap
trimesternya. Pada trimester awal dan kedua, ibu hamil cenderung
mengalami kekurangan energy kronis karena kondisi ibu yang tidak stabil.
Pola diet yang baik terjadi ketika jenis makanan yang dikonsumsi
bervariasi dengan jumlah atau dosis yang sesuai dengan kebutuhan
(Kementrian Kesehatan, 2014). Pemenuhan nutrisi seimbang tidak hanya
diperoleh dari satu jenis makana, tetapi beragam bahan makanan, terutama
dalam kasus anemia yang harus mengkonsumsi baha-bahan yang
mengandung zat besi (Kurnaiti et al., 2016).
Hasilnya menunjukka bahwa wanita hamil mengkonsumsi lebih
banyak sayuran hijau (71%) daripada daging ayam (42%). Kebiasan
mengkonsumsi makanan berasal dari sayuran yang lebih tinggi dari
konsumsi daging dapat menyebabkan anemia (Xu et al., 2016).
Berdasarkan penelitan oleh Bedi et al. (2014) di India, dikatakan bahwa
ibu yang vegetarian lebih banyak menderita anemia dibandingkan ibu
yang non vegetarian. Makanan yang baik dikonsumsi untuk meningkatkan
kadar hemoglobin adalah makanan dengan kandungan zat besi ayang
tinggi yang merupakan heme ditemukan dalam daging dan yang noon-
heme yang terkandung dalam sayuran (Tadesse et al., 2017; Tembhare et
al., 2015).
BAB II
TELAAH JURNAL
2.1 Review Jurnal
1. Judul : “Association between Socio-demographic, Nutritional Intake,
Cultural Belief, and Incidence of Anemia in Pregnant Women in
Karanganyar, Central Java”
Hubungan antara Sosio-demografik, Asupan Nutrisi, Kepercayaan
Budaya, dengan Insiden Anemia pada Wanita Hamil di Karanganyar,
Jawa Tengah
2. Penulis : Indah Permatasari Sinawangwulan, Yukia Lanti Retno Dewi,
CSP. Wekadigunawan.
3. Abstrak : singkat dan jelas. Terdiri dari 278 kata, berisi tujuan, metode,
hasil, dan kesimpulan disertai dengan 5 kata kunci.
4. Jenis penelitian : analitik cross-sectional
5. Tempat penelitian : 5 pusat kesehatan komunitas di Karanganyar, Jawa
Tengah
6. Sampel penelitian : 200 ibu hamil dari trimester I hingga III
7. Hasil : hasil penelitian dipaparkan secara keseluruhan hasil
pengamatandan outcome dari penelitian
8. Kesimpulan : pada kesimpulan penelitian ini, masalah dan tujuan
penelitian dapat terjawab dan mampu mengemukakan jawaban atas
masallah dalam tulisan.
2.2 Analisis PICO
1. Problem
Insiden anemia pada ibu hamil yang dipengaruhi oleh faktor risiko seperti
kondisi sisodemografik, asupan nnutrisi, dan keyakinan budaya.
2. Intervention
Peneliti memilih sampel menggunakan teknik purposive sampling dan
mendapat data tentang anemia melalui catatan medis sampel. Kuisioner
digunakan untuk mengumpulkan data sosiodemografis dan budaya. Data
mengenai diet menggunakan FFQ Semi-Quantitative dan asupan nutrisi
menggunakan recall makanan selama 2x24 jam. Data tingakt Hemoglobin
diambil dari buku monitor kesehatan kehamilan dan anak.
3. Comparison
Sepengetahuan saya, banyak penelitian yang dilakukan untuk mencari
hubungan antara faktor risiko dengan kejadian anemia, namun di daerah
yang berbeda.
4. Outcome
Untuk menyelidiki kejadia anemia dan hubungannya dengan faktor risiko
pada ibu hamil di daerah Karanganyar, Jawa Tengah.
2.3 Analisis VIA
1. Validity
- Desain penelitian : analitik cross-sectional
- Populasi dan sampel : Sumber populasi pada peelitian ini adalah
wanita hami pada trimester I, II, dan III di daerah Karanganyar.
Didapatkan sebanyak 200 subjek penelitian ini yaitu wanita hami yang
anemia dan wanita hamil yang tidak anemia. Tekhnik pemilihan
sampel dengan purposive sampling. Pemilihan sampel menggunakan
tekhnik fixed disease sampling.
- Pengambilan sampel : pengumpulan sampel menggunakan teknik
purposive sampling dan mendapat data tentang anemia melalui catatan
medis sampel. Kuisioner digunakan untuk mengumpulkan data
sosiodemografis dan budaya. Data mengenai diet menggunakan FFQ
Semi-Quantitative dan asupan nutrisi menggunakan recall makanan
selama 2x24 jam. Data tingakt Hemoglobin diambil dari buku monitor
kesehatan kehamilan dan anak. Seluruh proses dilakukan dari bulan
Februari hingga Maret 2018.
2. Importance
Penelitian ini penting dilakukan. Mengingat bahwa kejadian anemia
banyak terjadi pada ibu hamil baik disebabkan oleh kurangnya nutrisi atau
sebab lainnya. Padahal, zat besi meruppakan salah satu mikronutrien yang
dibutuhkan baik untuk ibu hamil sendiri maupun bayi yang dikandungnya.
Sehingga, pengetahuan dan kesadaran ibu hamil akan pentingnya zat besi
sangat dibutuhkan.
3. Applicability
Apakah kharakteristik sampel penelitian dapat diterapkan di daerah anda?
Ya, penelitian ini dapat diterapkan karena memiliki kharakteristik
subjek penelitian yang sama, yaitu ibu hamil serta faktor-faktor lain yang
tidak terlalu berbeda dikarenakan ras, Negara, dan budaya yang sama.
BAB III
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
3.1 Kelebihan
1. Judul menggambarkan isi.
2. Abstrak singkat dan jelas.
3. Isi jural membahas penelitian secara lengkap.
3.2 Kekurangan
1. Isi jurnal yang terkesan terlalu berbelit-belit dan mengulang-ulang
penjelasan yang sama.
2. Tidak mencantumkan berapa banyak kandungan zat besi yang dibutuhkan
oleh wanita hamil.