Anda di halaman 1dari 8

JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543

Vol 2. No.2, Juli 2018 E-ISSN : 2579-7077

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA DI


SMA PGRI PEKANBARU

Linda Suryani
STIKes Payung Negeri Pekanbaru
Jl. Tamtama No 6, Labuh Baru. Pekanbaru
Email: linda.suryani@payungnegeri.ac.id

ABSTRAK
Prevalensi anemia remaja (usia 15-19 tahun) di Indonesia adalah 25,5%, dengan anemia pada remaja
pria sebesar 21% dan wanita 30%. Prevalensi tersebut lebih besar di pedesaan 27% dibandingkan
perkotaan 22,6%. Tingginya prevalensi anemia gizi besi antara lain disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu, kehilangan darah secara kronis, asupan zat besi tidak cukup, penyerapan yang tidak adekuat dan
peningkatan kebutuhan akan zat besi. Tujuan penelitian ini melihat Hubungan Status Gizi dengan
Kejadian Anemia Pada Remaja Di SMA PGRI Pekanbaru. Metode pada penelitian ini analitik cross
sectional. Penelitian dilakukan di SMA PGRI Pekanbaru pada bulan Juli 2017. Populasi dalam penelitian
ini adalah siswa/i SMA PGRI Pekanbaru yang berjumlah 447 orang dengan jumlah sampel 147 orang.
Pengambilan sampel dilakukan secara Proportionate Stratified Random Sampling. Pengukuran terhadap
variabel dengan menggunakan kuesioner, timbangan badan, dan pengukur tinggi badan. Uji statistik yang
digunakan untuk menganalisis data adalah Chi square. Berdasarkan uji Chi square antara status gizi
dengan anemia didapatkan OR 4,2 dan P value 0,002. Berarti dapat disimpulkan ada hubungan status
gizi dengan kejadian anemia pada remaja di SMA PGRI Pekanbaru

Kata Kunci : Status Gizi, Remaja, Anemia

ABSTRACT
Prevalence of anemia adolescents ( age 15-19 years ) in Indonesia is 25,5 % , with anemia in
adolescents male 21 % and woman 30 % .Prevalence of were greater in rural areas 27 percent
compared with the urban 22,6 %. The high prevalence of anemia nutrition iron caused by several factors
that is, loss blood in chronic, intake iron not enough, absorption not adekuat and the increase in the
demand for iron.The purpose of this research to relations nutritional status of with an occurrence
anemia in adolescents in high school PGRI Pekanbaru. The purpose of this research to relate the
nutritional status of with the incident anemia in adolescents in high school PGRI pekanbaru. Method to
research this analytic cross sectional. The research was done in high school PGRI Pekanbaru in july
2017 . The population in this research was students / i high school PGRI Pekanbaru which totaled 447
people with the total sample 147 people .The sample collection done in a proportionate stratified random
sampling. Measurements on variables using a questionnaire , scales agency , and a measuring body
height Statistical tests used to analyze data is chi square .Based on the chi square between status
nutrition of with anemia obtained or 4.2 and p value 0,002. Means can be concluded there was a
correlation nutritional status of with the incident anemia in adolescents in high school PGRI pekanbaru.

Keywords: Nutritional status, adolescent, anemia

PENDAHULUAN Anemia defisiensi zat besi


Anemia karena defisiensi zat lebih cenderung berlangsung di
besi menyerang lebih dari 2 milyar Negara yang sudah maju. Tiga puluh
penduduk di dunia. Di negara enam persen atau kira-kira 1400 juta
berkembang, terdapat 370 juta orang dari perkiraan populasi 3800
wanita yang menderita anemia juta orang di Negara sedang
karena defisiensi zat besi. Prevalensi berkembang menderita anemia,
rata-rata lebih tinggi pada ibu hamil sedangkan prevalensi di Negara maju
(51%) dibandingkan wanita yang hanya sekitar 8% atau kira-kira 100
tidak hamil (41%) (Gibney. et al, juta orang dari perkiraan populasi
2009). 1200 juta orang (Arisman, 2010).

77
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543
Vol 2. No.2, Juli 2018 E-ISSN : 2579-7077

Di Amerika serikat, orang yang Secara umum, tingginya


mengalami anemia sebanyak 2% prevalensi anemia gizi besi antara
sampai 10%. Negara-negara lain lain disebabkan oleh beberapa faktor
memiliki tingkat anemia lebih tinggi. yaitu, kehilangan darah secara
Pada perempuan muda terdapat dua kronis, asupan zat besi tidak cukup,
kali lebih mungkin untuk mengalami penyerapan yang tidak adekuat dan
anemia dibandingkan laki-laki muda peningkatan kebutuan akan zat besi
karena pendarahan menstruasi yang (Arisman, 2010).
teratur. Anemia terjadi pada kedua Masa remaja merupakan
orang muda dan orang tua, tetapi periode pertumbuhan anak-anak
anemia pada orang tua lebih menuju proses kematangan manusia
mungkin menyebabkan gejala karena dewasa. Periode ini terjadi perubahan
mereka biasanya memiliki masalah fisik, biologis, dan psikologis yang
medis tambahan (Proverawati, 2011) sangat unik dan berkelanjutan.
Prevalensi anemia di Indonesia Perubahan fisik yang terjadi akan
termasuk pada kategori sedang, memengaruhi status kesehatan dan
namun beberapa daerah (provinsi, nutrisinya. Ketidak seimbangan
kabupaten/ kota) masih dijumpai antara asupan zat gizi dan kebutuhan
jumlah prevalensi yang termasuk akan menimbulkan masalah gizi,
dalam kategori berat. Pada tahun baik berupa masalah gizi lebih
2000, dari total populasi di dunia, maupun gizi kurang (Briawan,
terdapat sekitar 1,2 milyar (1/5 2014).
populasi) kelompok usia remaja 10- Fenomena pertumbuhan pada
19 tahun (World Bank, 2003). masa remaja menuntut kebutuhan
Sedangkan di Indonesia dari total nutrisi yang tinggi agar tercapai
penduduk tahun 2005, sebanyak 218 potensi pertumbuhan secara
juta, proporsi kelompok usia remaja maksimal karena nutrisi dan
usia 10-19 tahun sebesar 41 juta, dan pertumbuhan merupakan hubungan
20,5 juta diantaranya perempuan integral. Pada masa ini pula nutrisi
(Briawan, 2014). penting untuk mencegah terjadinya
Pada remaja, data prevalensi penyakit kronik yang terkait nutrisi
anemia di dunia diperkirakan 46% pada masa dewasa kelak, seperti
(Beard,2000). Sedangkan di penyakit kasdiovaskular, diabetes,
Indonesia, dari laporan Depkes kanker, dan osteoporosis (Irianto,
(2005) prevalensi anemia pada 2014).
remaja wanita (usia 15-19 tahun) Status gizi remaja harus dinilai
26,5%, dan pada wanita usia subur secara perorangan, baik secara klinis,
26,9%. Hasil analisis permaesih dan antropometri, maupun secara
Herman (2005) tentang prevalensi psikososial. Ilmuwan Wait dkk
anemia remaja (usia 15-19 tahun) menyatakan bahwa kebutuhan kalori
adalah 25,5%, dengan anemia pada pada masa remaja dapat diukur
remaja pria sebesar 21% dan pada melalui tinggi badannya yaitu: usia
remaja wanita 30%. Prevalensi 11-18 tahun: 13-23 kkal/cm,
tersebut lebih besar di pedesaan 27% sedangkan remaja putri 10-19
dibandingkan perkotaan 22,6% kkal/cm (Irianto, 2014).
(Briawan, 2014).

78
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543
Vol 2. No.2, Juli 2018 E-ISSN : 2579-7077

Kebutuhan Gizi remaja relatif pada remaja dapat dicegah sedini


besar, karena mereka masih mungkin.
mengalami pertumbuhan. Selain itu,
remaja umumnya melakukan METODE PENELITIAN
aktivitas fisik lebih tinggi dibanding Jenis penelitian ini adalah
usia lainnya, sehingga diperlukan zat penelitian analitik cross sectional
gizi yang lebih banyak (Proverawati dimana melihat hubungan status gizi
& Wati, 2011). dengan kejadian anemia pada remaja
Dari hasil penelitian Wibowo Di SMA PGRI Pekanbaru, subjek
(2014) dengan judul hubungan antara diobservasi satu kali saja melalui
status gizi dengan anemia pada pengukuran atau pengamatan pada
remaja putri di Sekolah Menengah saat bersamaan dengan tujuan untuk
Pertama Muhammadiyah 3 melihat variabel bebas (independen)
Semarang, dapat diambil kesimpulan dan variabel terkait (dependen) yang
ada hubungan antara status gizi dilakukan pada saat pengelolaan
dengan anemia dimana Berdasarkan data. Penelitian dilakukan di SMA
hasil Uji Chi- Square diperoleh nilai PGRI Pekanbaru pada bulan Juli
significancy 0,000 yang 2017. Populasi dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa hubungan adalah siswa/i SMA PGRI
antara status gizi dengan anemia Pekanbaru yang berjumlah 447 orang
bermakna. dengan jumlah sampel 147 orang.
Data yang diperoleh dari Dinas Pengambilan sampel dilakukan
Pendidikan Kota Pekanbaru tahun secara Proportionate Stratified
2017, angka siswa/i SMA Swasta Random Sampling yaitu pengambilan
yang terbanyak kedua berada di sampel berdasarkan proporsi dari
SMA PGRI. Berdasarkan survey yang peneliti tentukan untuk setiap
pendahuluan yang peneliti lakukan kelas. Intrumen penelitian
didapatkan dari 10 siswa/i yang menggunakan kuesioner, timbangan
peneliti wawancarai 6 diantaranya dan pengukur tinggi badan untuk
mengalami anemia, siswa/i tersebut mengetahui hubungan status gizi
kelihatan pucat dan lesu dari dengan kejadian anemia. Analisis
beberapa pertanyaan yang peneliti data dilakukan secara univariat
ajukan mereka jarang sarapan pagi (analisis deskriptif). Analisis
dan sering makan makanan yang siap univariat bertujuan untuk
saji. menjelaskan atau mendeskripsikan
Berdasarkan uraian di atas karakteristik setiap variabel
peneliti tertarik untuk membuat penelitian. Analisa secara bivariat.
penelitian dengan tujuan melihat Analisa bivariat bertujuan untuk
hubungan status gizi dengan kejadian melihat hubungan status gizi dengan
anemia pada remaja di SMA PGRI kejadian anemia. Analisa bivariat
Pekanbaru. Metode penelitian yang dengan uji statistik Chi-Square X2
digunakan pada penelitian ini adalah dengan tingkat kemaknaan α = 0,05.
analitik cross sectional. Dari hasil
penelitian yang didapatkan nantinya
dapat meningkatkan pemahaman
remaja tentang gizi sehingga anemia

79
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543
Vol 2. No.2, Juli 2018 E-ISSN : 2579-7077

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari hasil penelitian diperoleh
data sebagai berikut:

Tabel 1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Kategori N %
Umur
< 16 tahun 8 5,4
16-17 tahun 114 77,6
>17 tahun 25 17
Berat Badan
< 50 kg 50 34
50-60 kg 66 44,9
>60 kg 31 21,1
Tinggi Badan
<151 cm 21 14,3
151- 161 cm 79 53,7
>161 cm 47 32
Jenis Kelamin
Laki-laki 57 38,8
Perempuan 90 61,2
Anemia
Tidak 109 74,1
Ya 38 25,9
Status Gizi
Baik 122 83
Kurang 25 17
Sumber : Analisa Data Primer, 2017

Hasil penelitian diperoleh dikarenakan pada masa ini mereka


karakteristik responden pada mengalami berbagai macam
penelitian meliputi Umur, Berat perubahan. Perubahan yang terjadi
Badan, Tinggi Badan, Jenis Kelamin, meliputi perubahan fisik, mental, dan
Anemia, dan Status Gizi. Dari 147 emosional. Hasil penelitian di
responden yang ada 77,6% berumur dapatkan 5,4% berumur < 16 tahun,
16-17 tahun, 44,9% memiliki berat 77,6% berumur 16-17 tahun dan
badan 50-60 kg, 53,7% memiliki 17% berumur >17 tahun. Hal ini
tinggi badan 151-161 cm, 61,2 % menunjukkan seluruh siswa siswi di
berjenis kelamin perempuan, 74,1% SMA PGRI Pekanbaru telah
tidak mengalami anemia dan 83% memasuki masa remaja.
memiliki status gizi baik. Terjadinya berbagai macam
Masa remaja merupakan masa perubahan yang dialami remaja
rentan bagi seorang anak mengalami tentunya akan mempengaruhi
masalah dalam status gizi, kebutuhan remaja. Salah satu

80
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543
Vol 2. No.2, Juli 2018 E-ISSN : 2579-7077

kebutuhan yang penting bagi remaja memiliki berat badan 50-60 kg, dan
adalah asupan gizi. Kandungan gizi 21,1% memiliki berat badan >60 kg,
yang terdapat dalam berbagai macam sedangkan untuk tinggi badan 14,3%
makanan yang dikonsumsi remaja, memiliki tinggi badan <151 cm,
akan mempengaruhi metabolisme 53,7% memiliki tinggi badan 151-
dalam tubuh remaja, baik yang 161 cm dan 32% memiliki berat
berhubungan dengan pertumbuhan badan >161 cm. Berdasarkan hasil
fisik, maupun yang berhubungan penelitian diperoleh 83% responden
dengan metabolisme hormon. memiliki status gizi baik.
Bertolak belakang dengan Penelitian Laus et al tahun
kebutuhan gizi remaja yang semakin 2009 di Brazil menyatakan bahwa
meningkat, karakteristik remaja terdapat hubungan antara body image
justru mulai senang memilih-milih dengan status gizi (p < 0,01, r =
makanan. Remaja lebih suka makan 0,37). Kebiasaan makan sehari-hari
jajanan daripada makan makanan sangat berpengaruh terhadap
yang telah disiapkan di rumah. pencapaian tubuh yang ideal,
Makanan yang mereka konsumsi misalnya saja pembatasan asupan
seringkali hanya karena mengikuti makanan agar berat badan tidak
trend saja yang belakangan ini berlebih. Banyak remaja yang
muncul dan sangat digemari remaja, merasa tidak puas dengan
seperti junk food, fast food,dan soft penampilan dirinya sendiri, apalagi
drink. Remaja mengkonsumsi yang menyangkut tentang body
makanan tanpa memperhatikan image atau persepsi terhadap
kandungan gizi yang ada dalam tubuhnya, khususnya remaja putri
makanan tersebut. Makanan seperti dimana bentuh tubuh tinggi dan
junk food, fast food,dan soft drink kurus merupakan hal yang
memiliki kandungan kalori dan diinginkan oleh remaja putri. Hal ini
lemak yang tinggi. Hal ini akan terkadang membawa pengaruh
menyebabkan remaja mengalami buruk, banyak remaja yang
gangguan status gizi jika makanan menerapkan pola makan tidak sehat
tersebut dikonsumsi secara terus- demi mendapat tubuh ideal. Pola
menerus. makan yang salah bisa meningkatkan
Gizi memiliki pengaruh yang risiko status gizi Buruk.
besar dalam mengawal pertumbuhan Kekurangan gizi pada remaja
remaja. Salah satu penilaian untuk terjadi akibat pembatasan konsumsi
mengukur kondisi gizi adalah dengan makanan dengan tidak
status gizi. Status gizi pada remaja memperhatikan kaidah gizi dan
diukur dengan menggunakan Indeks kesehatan sehingga asupan gizi
Masa Tubuh/Umur (IMT/U). Dari secara kuantitas dan kualitas tidak
hasil penelitian didapatkan remaja sesuai dengan Angka Kecukupan
yang menjadi responden pada saat Gizi yang dianjurkan. Pembatasan
penelitian di SMA PGRI Pekanbaru konsumsi makanan yang demikian
38,8% berjenis kelamin laki-laki, dan justru berdampak negatif terhadap
61,2% berjenis kelamin perempuan, status gizi remaja. Pembatasan ini
dari Berat badan yang didapat 34% dipengaruhi oleh ketidak puasan
memiliki berat badan < 50 kg, 44,9% body image.

81
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543
Vol 2. No.2, Juli 2018 E-ISSN : 2579-7077

Ketidakpuasan pada remaja yang dapat menyebabkan terjadinya


putri dengan menganggap tubuh anemia, salah satu faktor yang paling
gemuk ini membuat remaja berkontribusi adalah defisensi zat
melakukan upaya penurunan berat besi. Hal ini terjadi akibat asupan
badan nutrisi yang tidak
Hasil penelitian didapatkan mempertimbangkan menu seimbang
25,9 % responden mengalami yang meliputi unsur karbohidrat,
anemia, dimana responden yang lemak, protein, zat besi, vitamin,
banyak mengalami anemia terjadi mineral dan lain lain. Pola konsumsi
pada remaja putri sebanyak 76%. makanan juga mempunyai andil
Anemia adalah suatu keadaan besar terhadap kejadian anemia.
dimana kadar hemoglobin dalam Remaja laki-laki kurang
darah berada di bawah batas normal. berisiko menderita anemia
Pada remaja putri, batas kadar dibandingkan remaja perempuan,
hemoglobin untuk anemia adalah 12 karena remaja perempuan mengalami
g/dl. Remaja putri termasuk salah periode menstruasi dimana
satu kelompok yang rentan terhadap kehilangan kehilangan zat besi
kejadian anemia. Ada banyak faktor sekitar 0,8mg/hari

Tabel 2
Hubungan Status Gizi dengan Kejadian AnemiaPada Remaja Di SMA PGRI
Pekanbaru

Anemia
P
Status Gizi Tidak Ya OR
Value
N % N %
Baik 97 89 25 66
Kurang 12 11 13 34 4,203 0,002
Jumlah 109 100 38 100
Sumber : Analisa Data Primer, 2017

Hasil uji bivariat dengan mengalami gizi kurang. Pada


menggunakan uji chi Square keadaan gizi buruk/kurang, asupan
terhadap 2 variabel diperoleh ada nutrisi berkurang, tubuh secara
hubungan status gizi dengan kejadian perlahan akan melakukan proses
anemia pada remaja di SMA PGRI adaptasi. Secara berangsur–angsur
Pekanbaru, dengan OR 4,2 dan P metabolisme melambat, kebutuhan
value 0,002. Berarti remaja yang energi dan oksigen akan berkurang
memiliki status gizi kurang memiliki sehingga sel darah merah yang
kecenderungan mengalami anemia dibutuhkan untuk mengangkut
sebesar 4,2 atau 4 kali lebih besar oksigen tersebut juga akan
dibandingkan remaja yang memiliki berkurang. Pengurangan massa sel
status gizi baik. darah merah merupakan konsekuensi
Dari 38 siswa/i yang normal dari pengurangan massa
mengalami anemia 34% diantaranya tubuh. Selain itu, pada saat asupan

82
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543
Vol 2. No.2, Juli 2018 E-ISSN : 2579-7077

nutrisi berkurang terjadi pembatasan Briawan. D. (2013). Anemia


beberapa mikronutrien yang Masalah Gizi Pada Remaja
dibutuhkan dalam pembentukan sel Wanita. Jakarta: EGC
darah merah. Sedangkan pada Gibney, Michael J. et al. (2009). Gizi
keadaan overweight / status gizi Kesehatan Masayarakat. Jakarta:
berlebih, anemia juga dapat terjadi. EGC
Menurut Nead et al tahun 2004 Irianto. K. (2014). Gizi Seimbang
pada keadaan ini ada beberapa faktor dalam Kesehatan Reproduksi.
yang berperan, yaitu ada pengaruh Bandung: Alfabeta
genetik/ras dan asupan yang tidak Laus MF, Mota DC, Moreira RC,
adekuat dimana terbatasnya asupan Costa TM, Almeida S. Physical
makanan yang kaya besi activity, nutritional status and
body image concerns in
KESIMPULAN adolescents. Journal Brazailian
Hasil penelitian diperoleh ada Psiquatr. 2009.
hubungan status gizi dengan kejadian Notoatmodjo. S. (2012). Metodologi
anemia pada remaja di SMA PGRI Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Pekanbaru, dengan OR 4,2 dan P Prineka Cipta
value 0,002 Nead KG, Halterman JS,
Kaczorowski JM, Auinger P,
TERIMAKASIH Weitzman M. Overweight
Peneliti mengucapkan children and adolescents: a risk
terimakasih kepada Ketua STIKes, group for iron deficiency.
Ketua LPPM, Ketua PSD III Pediatrics. 2004.
Kebidanan Payung Negeri Proverawati. A. (2011). Anemia dan
Pekanbaru, Kepala Sekolah SMA Anemia Kehamilan. Yogyakarta:
PGRI Pekanbaru dan seluruh pihak Nuha Medika
yang membantu dalam penyelesaian Proverawati & Wati. (2011). Ilmu
penelitian ini. Gizi untuk Keperawatan & Gizi
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
DAFTAR PUSTAKA Medika
Adriani. M. & Wirjatmadi. B. Saryono. (2013). Metodologi
(2012). Peranan Gizi dalam Penelitian Kesehatan. Jogjakarta:
Siklus Kehidupan. Jakarta: Mitra Cendika
Kencana Prenada Media Group Saryono & Setiawan. A. (2011).
Ali. M. & Asrori. M. (2012). Metodologi Penelitian Kebidanan
Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi DIII, DIV,S1,dan S2. Jogjakarta:
Aksara Nusa Medika
Arikunto. S. (2013). Prosedur Sediaoetama, A. D. (2010). Ilmu Gizi
Penelitian Suatu Pendekatan I. Jakarta: Dian Rakyat
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Wibowo, dkk. Hubungan Antara
Arisman. (2010). Gizi dalam Daur Status Gizi dengan Anemia pada
Kehidupan. Jakarta: EGC Remaja Putri di Sekolah
Asdie, A. et al. (2010). Prinsip- Menengah Pertama
prinsip ilmu penyakit dalam. Muhammadiyah 3 Semarang,
Jakarta: EGC Jurnal Kedokteran

83
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543
Vol 2. No.2, Juli 2018 E-ISSN : 2579-7077

Muhammadiyah Volume 1 Nomor 2 Tahun 2013

84

Anda mungkin juga menyukai