Anda di halaman 1dari 8

JOM Vol 2 No 1, Januari

2015

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA


PADA REMAJA PUTRI

Wahyu Putri Handayani1, Riri Novayelinda2, Jumaini3

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau1


Departemen Keperawatan Komunitas Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau2
Departemen Keperawatan Medikal Bedah Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau3

Email: wahyu_putri73@yahoo.co.id
Abstract

This study aim to assesthe relationship of nutritional status with the incidence of anemia among irl
adoleccent in SMAN 8 Pekanbaru. This studi used a descriptive research design with cross
sectional method. This study conducted on 86 middle girl adolescent in SMAN 8 Pekenbaru using
purposive sampling technique. Measuring instrument used in the weight scales, height measurement
and hemoglobin multi function monitoring system. The analysis in univariate and bivariate analysis
with fisher test. The result showed that there was no relationship between nutritional status and the
incidence of anemia in adolescent girl with a significance level of 0.05 was obtained p value <
0.512. It is suggested to the school of to do monitoring the Hb level among student in the school.

Keyword: Anemia, young women, nutritional status.

PENDAHULUAN terhadap beberapa siswi SMU di Jakarta


menunjukkan 40% remaja menderita anemia
Gizi adalah suatu proses organisme (Dilon, Supandi & Wahyuni, 2004 dalam
menggunakanmakanan yang dikonsumsi secara Hapzah & Yulita, 2012). Sedangkan hasil
normal melalui proses digesti, absorpsi penelitian yang dilakukan Anggraeni (2007,
transportasi menyimpanan, metabolisme dan dalam Hapzah & Yulita, 2012), terhadap
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk beberapa remaja putri di wilayah DKI Jakarta
mempertahankan kehidupan pertumbuhan dan menunjukkan prevalensi anemia remaja putri
fugsi normal dalam organ-organ serta cukup tinggi yaitu sebesar 44.6% yang sebagian
mengahasilkan energi (Supariasa, Bakri & besar disebabkan oleh kurangnya asupan zat
Fajar, 2013). besi dari makanan yang dikonsumsi. Penelitian
Kesehatan dan gizi merupakan faktor lain juga dilakukan oleh Abbas (2003, dalam
yang menentukan sumber daya manusia (SDM) Hapzah & Yulita, 2012) di daerah pulau
disamping juga merupakan Hak Azazi Manusia Barrang Rompo Makasar, hasil penelitiannya
(HAM). Pesatnya Perkembangan Ilmu menunjukkan bahwa asupan zat besi pada
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) serta remaja putri masih rendah sebesar 3.72 mg.
keberhasilan pembangunan negara kita telah Beberapa negara dunia, prevalensi
terjadi peningkatan status kesehatan baik anemia remaja putri menunjukkan masalah
tingkat individu, kelurga atau tingkat kesehatan kesehatan masyarakat, terutama negara
penduduk semakin membaik dan harapan hidup berkembang. Menurut Leenstra (2003, dalam
semakin meningkat (Adriyani & Wirjatmadi Nursari, 2010), di bagian Barat Kenya
2012). prevalensi anemia pada remaja putri umur 12-
Menurut WHO, sekitar 25-40% remaja 18 tahun sebesar 21.1 % sedangkan di
putri di Asia Tenggara menderita anemia Morogoro Municipality Tanzania ditemukan
tingkat ringan sampai berat. Berdasarkan Survei prevalensi anemia pada remaja putri umur 11-
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 17 tahun sebesar 42 % (Kinabo, dkk, 2003
prevalensi anemia remaja putri adalah 57.1% dalam Nursari, 2010). Di negara India, 60-70 %
sedangkan tahun 2001 sebesar 30%. Penelitian remaja putri menderita anemia (Pande, 2004
742
dalam Nursari, 2010). Hasil penelitian Chang, energi pada remaja sangat mempengaruhi
dkk, (2006, dalam Nursari, 2010) di Kuala pertumbuhaan tubuh, jika asupan tidak kuat
Lumpur Malaysia, ditemukan prevalensi anemia dapat menyebabkan seluruh fungsional remaja
pada remaja putri sebesar 28.3 %. ikut menderita. Antara lain, derajat metabolisme
Hasil penelitian di beberapa daerah di yang buruk, tingkat efektifitas, tampilan fisik,
Indonesia juga menunjukkan masih tingginya dan kematangan seksual. Usia remaja
prevalensi anemia pada remaja putri, contohnya merupakan usia dimana terdapat perubahan-
saja pada remaja putri SMU dan MAN di enam perubahan hormonal dimana perubahan struktur
daerah kabupaten di Jawa Barat didapatkan fisik dan psikologis mengalami perubahan
prevalensi anemia sebesar 40.4 % (Susanto, drastis. Masalah gizi yang utama yang dialami
2000 dalam Sari, 2011). Selain itu prevalensi oleh para remaja diantaranya yaitu anemia
anemia pada remaja putri SLTP 14 Semarang defisiensi zat besi, kelebihan berat
sebesar 50.12%, (Saidin, Permaesih & badan/obesitas dan kekurangan zat gizi. Hal ini
Leginem, 2002dalam Sari, 2011). Berdasarkan berkaitan dengan meningkatnya konsumsi
beberapa penelitian tersebut, didapatkan makanan olahan yang nilai gizinya kurang,
beberapa faktor yang berhubungan dengan namun memiliki banyak kalori sebagai faktor
kejadian anemia pada remaja putri, yaitu asupan pemicu obesitas pada usia remaja. Konsumsi
energi, asupan protein, asupan zat besi, asupan jenis-jenis junk foodmerupakan penyebab para
vitamin C, kebiasaan minum teh atau kopi, remaja rentan sekali kekurangan zat gizi
investasi cacing, pengetahuan, pendidikan dan (Istiany & Rusilanti, 2013).
jenis pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, Kebiasaan makan saat remaja dapat
dan pola menstruasi. mempengaruhi kesehatan pada masa kehidupan
Gizi merupakan salah satu komponen berikutnya (setelah dewasa dan berusia lanjut).
yang sangat penting dalam pembangunan, yang Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan
dapat memberikan konstribusi dalam mereka mengalami anemia yang menyebabkan
mewujudkan sumberdaya manusia yang keletihan, sulit konsentrasi sehingga remaja
berkualitas sehingga mampu berperan secara pada usia bekerja menjadi kurang produktif.
optimal dalam pembangunan. Data Riset Remaja membutuhkan lebih banyak zat besi
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 terutama para wanita, karena setiap bulanya
menunjukan 16.4% memaparkan bahwa mengalami haid yang berdampak kurangnya
perempuan yang mengalami anemia mencapai asupan zat besi dalam darah sebagai pemicu
15.81%. Riskesdes tahun 2010 memaparkan anemia (Istiany & Rusilanti, 2013).
bahwa prevalensi remaja yang mengalami gizi Berdasarkan survei awal yang di
buruk 4.8 %, gizi kurang 11.4 %, gizi baik 75.2 lakukan di SMA Negeri 8 Pekanbaru
% dan gizi lebih 8.6%. padatanggal 07 November 2014 dari 10 siswi
Anemia disebabkan oleh kurangnya zat yang dijadikan responden 7 siswi yang
besi dalam tubuh sehingga kebutuhan besi mengalami anemia. Alasan dari siswi yang
untuk eritropoesis tidak cukup yang ditandai mengalami anemia terjadi karena pada saat
dengan gambaran sel darah merah yang dilakukan survei awal 2 siswi yang mangalami
hipokrom mikrositik, kadar besi serum dan menstruasi, 2 siswi mengatakan yang tidak
saturasi (jenuh) transferin menurun, akan sarapan sebelum pergi ke sekolah, 2 orang siswi
berperan penting mengikat besi total (TIBC) yang mengatakan sarapan tetapi hanya makan
meninggi dan cadangan besi dalam sumsum dengan makanan junk food saja, dan 1 siswi
tulang dan tempat lain sangat kurang atau tidak juga yang mengatakan dalam proses diit.
ada sama sekali (Gultom, 2003 dalam Rumpiati, Berdasarkan latar belakang diatas, sehingga
Ella & Mustafidah, 2010). penulis tertarik untuk melakukan penelitian di
Fase remaja yang ditandai dengan SMA Negeri 8 Pekanbaru dengan judul
kematangan fisiologis seperti pembesaran “Hubungan staus gizi dengan kejadian anemia
jaringan sampai organ tubuh membuat remaja pada remaja Putri”.
memerlukan kebutuhan nutrisi yang spesial TUJUAN PENELITIAN
(Tim Penulis Poltekkes Depkes Jakarta I, 2010
dalam Pramitya &Valentina, 2013). Asupan
743
Tujuan penelitian adalah mengetahui (orang)
hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada XI 38 44.2%
remaja putri SMA Negeri 8 Pekanbaru. Jumlah 86 100%
Menstruasi
Menstruasi 23 26.7%
MANFAAT PENELITIAN Tidak 63 73.3 %
Dapat memberikan informasi bagi SMA Jumlah 86 100%
Negeri 8 Pekanbaru mengenai hubungan status Proses diit
gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri Diit 29 33.7%
SMA Negeri 8 Pekanbau. Tidak 57 66.3%
Jumlah 86 100%
Tinggi badan
METODE PENELITIAN
Desain: Penelitian ini merupakan
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa
penelitian kuantitatif dengan desain penelitian
dari 86 responden remaja putri SMA Negeri 8
deskriptif korelatif dengan rancangan cross
Pekanbaru mayoritas responden berada pada
sectional
tahap usia remaja pertengahan (14- 16 tahun)
Sampel:Metode pengambilan sampel
yaitu sebanyak 60 responden (69.7%) dan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagian responden remaja putri SMA Negeri 8
purposive samplingdengan jumlah sampel
berada pada tahap usia remaja lanjut (17-20
sebanyak 86 responden remaja putri SMA
tahun) yaitu sebanyak 26 responden (30.3%),
Negeri 8.
mayoritas responden yaitu kelas X 48
Instrument:Alat pengumpulan
responden (55.8%)dan kelas XI 38 resonden
databerupa timbangan berat badan, alat untuk
(44.2%), mayoritas pada saat dilakukan
mengukur tinggi badan dan alat pengukuran Hb
penelitian yang tidak mengalami menstruasi
yaitu dengan alat sistem monitoring multi
sebanyak 63 responden (73.3%), dan yang
fungsi serta menggunakan lembar observasi.
mengalami menstruasi sebanyak 23
Prosedur : sampel pada penelitian ini
responden(26.7%), mayoritas pada saat
yaitu berjumlah 86 responden remaja putri.
dilakukan penelitian yang tidak menjalani
Responden diambil dari kelas X dan kelas XI.
proses diit sebanyak 57 responden (66.3) dan
Pengukuran tinggi badan remaja putri SMA
yang menjalani diit sebanyak 29 responden
Negeri 8 dengan menggunakan meteran tinggi
(33.7%).
badan, pengukuran berat badan digunakan
penimbangan berat badan, sedangkan
2. Nilai Hb dan IMT Responden
pengukuran hemoglobin remaja putri dilakukan
Tabel 5
dengan menggunakan alat sistem monitoring
Distribusi Responden berdasarkan nilai Hb
multi-fungsi.
dan IMT
Jumlah Persen
HASIL PENELITIAN Hb
(orang) (%)
A. Analisa Univariat Hb
1. Karakteristik Responden Normal 51 41%
Tabel 4 Anemia 35 59.5%
Total 86 100%
Distribusi Responden Berdasarkan
IMT
Karakteristik Normal 84 97.7%
Jumlah Gemuk 2 2.3%
Karakteristik Persen (%)
(orang) Total 86 100%
Usia Responden
Masa remaja
pertengahan 14- 16 60 69.7% Berdasarkan tabel 5dapat dilihat bahwa
Tahun dari 86 responden remaja putri SMA Negeri 8
Masa remaja lanjut 17-
26 30.3% Pekanbaru mayoritasresponden yang tidak
20 Tahun mengalami anemia sebanyak 51 responden
Jumlah 86 100%
(41%) dan remaja putri yang mengalami anemia
Kelas
X 48 55.8% sebanyak 35 responden (59.5%),
Karakteristik Jumlah Persen (%) mayoritasresponden putri dalam rentang IMT
744
normal sebanyak 84 responden (97.7%) dan Pekanbaru yaitu remaja pertengahan60
remaja putri dalam rentang gemuk sebanyak 2 responden rata-rata usia 14 sampai 16
responden (2.3%). tahun.Selain itu pada penelitian ini banyak
terdapat remaja yang berusia 14-16 tahun
B. Analisa Bivariat dikarenakan remaja memang berada pada usia
Analisa ini menggunakan uji statistic uji 11-16 tahun atau remaja pertengahan. Sampel
fisher untuk melihat hubungan status gizi pada penelitian ini berada di kelas X dan XI.
dengan kejadian anemia pada remaja putri di Sedangkan untuk kelas XII tidak dijadikan
SMA Negeri 8 Pekanbaru, dengan hasil sebagai sampel dikarenakan kelas XII sedang dalam
berikut: proses bimbingan belajar untuk persiapan ujian
Tabel 6 nasional. Proses pengambilan sampel pada
Hubungan antara status gizi dengan kejadian penelitian ini dibantu oleh bagian hubungan
anemia pada remaja putri di SMA Negeri 8 masyarakat yang membantu mengumumkan
Pekanbaru. kepada remaja putri, selain itu sampel dilakukan
secara suka rela dan tidak dilakukan secara
Kejadian anemia P value paksaan.
Status
gizi Normal Anemia Total
N % N % N % b. Kelas
49.8 34.2 84 97.7 Hasil penelitian yang dilakukan di SMA
Normal 49 35
% % % 0.512
1.2 0.8 2 2.3
Negeri 8 Pekanbaru menunjukkan bahwa dari
Gemuk 2 0 86 remaja putri diambil dari kelas X dan kelas
% % %
86 100 XI sebanyak 38 responden. Alasan peneliti
Jumlah 51 51.0 35 35.0
% tidak mengambil sampel dari kelas XII
dikarenakan remaja putri SMA Negeri 8
Berdasarkan tabel 6 diatas hasil analisis KELAS XII disibukkan dengen proses
hubungan status gizi terhadap kejadian anemia bimbingan belajar persiapan ujian nasional.
pada remaja putri SMA Negeri 8 Pekanbaru, Penelitian ini di perkuat dengan hasil
diperoleh data bahwa remaja putri status gizi penelitian Rumpiati, Ella & Mustafidah (2010),
normal sebanyak 49 responden (49.8%) maka kelas tidak mempengaruhi dengan kejadian
tidak mengalami anemia dan 35 dari responden anemia pada remaja hal ini dikarenakan remaja
yang mengalami anemia.Tabel ini juga mempunyai keadaan gizi yang berbeda-beda
menjelaskan bahwa 2 responden yang status yaitu berat badan dan tinggi badan serta riwayat
gizinya gemuk mengalami anemia (1.2%). gizi yang berbeda pula. Seorang yang memiliki
Berdasarkan hasil uji statistik dengan status kesehatan yang baik, maka pertumbuhan
menggunakan uji fisherdi atas dapatkanp value dan perkembangan juga akan optimal.
= 0.05>α (0.0512), hal ini dapat disimpulkan
bahwatidak ada hubungan antara status gizi c. Status Menstruasi
dengan kejadian anemia pada remaja putri yang Hasil penelitian yang dilakukan di SMA
signifikan status gizi remaja putri terhadap Negeri 8 Pekanbaru menunjukkan bahwa dari
kejadian anemia maka Ho gagal ditolak. 86 remaja putri tidak mengalami status
menstruasi saat dilakukan penelitian sebanyak
PEMBAHASAN 63 responden, sedangkan yang mengalami
A. Pembahasan Hasil Penelitian menstruasi saat dilakukan penelitian sebanyak
1. Karakteristik Responden 23 responden. Penelitian Hapzah & Yulita
a. Usia (2012), bahwa apabila kebutuhan besi tambahan
Istiani dan Rusilanti (2013), terpenuhi pada remaja putri tidak akan
mengelompokkan usia menjadi 3 kategori, yaitu mempengaruhi terjadinya anemia pada remaja
masa remaja awal /dini (early adolescenes) (11- putri.
13 tahun), masa remaja pertengahan (middle Remaja putri membutuhkan zat besi yang
adolescenes) (14-16 tahun), masa remaja lanjut digunakan untuk mengganti zat besi yang
(late adolescenes) (17-20 tahun), dimana hilang bersama darah menstruasi, disamping
rata-rata responden remaja putri SMA Negeri 8 untuk menopang pertumbuhan serta
745
pematangan seksual (Gunatmaningsih, Hasil analisa hubungan status gizi dengan
2007).Penelitian Kirana (2011), menjelaskan kejadian anemia pada remaja putri SMA Negeri
tidak adanya hubungan pola menstruasi dengan 8 Pekanbaru menunjukkan hasil bahwa dari 86
kejadian anemia diduga karena pada penelitian responden, tidak terdapat hubungan status gizi
ini tidak dilakukan pengukuran banyaknya terhadap kejadian anemia pada remaja putri
darah yang keluar selama menstruasi. SMA Negeri 8 Pekanbaru, diperoleh data
Sayangnya pada penelitian ini tidak mengkaji bahwa remaja putri status gizi normal sebanyak
hubungan antara status menstruasi dengan 49 (49.8%) maka tidak mengalami anemia dan
kejadian anemia, sehingga diperlukan penelitian 35 dari responden yang mengalami anemia.
lanjutan yang nantinya membahas tentang Tabel ini juga menjelaskan bahwa 2 responden
hubungan antara status menstruasi dengan yang status gizinya gemuk mengalami anemia
kejadian anemia pada remaja putri. (1,2%).
Berdasarkan hasil uji statistik dengan
d. Proses diit menggunakan uji fisherdi dapatkanp value =
Hasil penelitian yang dilakukan di SMA 0.512>α (0.05), hal ini dapat disimpulkan
Negeri 8 Pekanbaru menunjukkan bahwa dari bahwa tidak ada hubungan antara status gizi
86 remaja putri pada saat dilakukan penelitian dengan kejadian anemia pada remaja putri yang
mayoritas remaja putri yang dijadikan signifikan terhadap kejadian anemia.
responden sedang tidak dalam proses diit Pada hakekatnya gizi merupakan salah satu
sebanyak 75 responden, sedangkan remaja putri faktor penentu kualitas sumberdaya manusia.
SMA Negeri 8 Pekanbaru yang dijadiakan Kecukupan zat gizi sangat diperlukan oleh
sampel yang sedang menjalani pross diit setiap individu sejak dalam kandungan, bayi,
sebanyak 29 responden. Adriana (2010), anak-anak, masa remaja, hingga usia lanjut.
frekuensi makan yang baik adalah 3 kali dalam Kecukupan gizi dapat dipengaruhi oleh umur,
sehari agar stamina siswa dan siswi tetap fit jenis kelamin, aktifitas, berat badan dan tinggi
selama mengikuti kegiatan sekolahmaupun badan. Keadaan gizi seseorang merupakan
ekstrakulikuler. Penelitian ini menunjukkan gambaran apa yang dikonsumsinya dalam
pada saat dilakukan penelitian remaja putri jangka waktu yangcukup lama dan tercermin
SMA Negeri 8 yang sedang menjalani proses dari nilai status gizinya (Hapzah & Yulita,
diit sebanyak 29 responden (33,7%) dan remaja 2012).
yang tidak menjalani proses diit sebanyak 57 Status gizi adalah ekspresi dari keadaan
responden (66.3%). keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu
Penelitian Hapzah dan Yulita (2012), bahwa atau perwujudan dari zat gizi dalam bentuk
kejadian anemia remaja putri sebesar 42.2 % variabel tertentu. Indeks Massa Tubuh (IMT)
dan variabelyang berhubungan bermakna secara merupakan alat yang sederhana untuk
statistik (p value <α 0.05) dengan kejadian memantau status gizi (Supariasa, 2002).
anemia remaja putri adalah kebiasaan makan Menurut Riyadi (2003, dalam Nursari, 2010)
(yang meliputi : kebiasaan diet) hasil penelitian IMT merupakan indeks berat badan seseorang
ini sejalan dengan penelitian sejalan dengan dalam hubungannya dengan tinggi badan, yang
penelitian diatas karena sebagian besar ditentukan dengan membagi berat badan dalam
responden sama-sama memiliki kebiasaan satuan kilogram dengan kuadrat tinggi dalam
kurang mengkonsumsi makan sumber zat besi satuan meter kuadrat.
sehingga pemenuhan asupan zat besi yang Menurut Thompson (2007, dalam Arumsari,
seimbang menjadi kurang. Sayangnya pada 2008) status gizi mempunyai korelasi positif
penelitian ini tidak dilakukan penelitian antara dengan konsentrasi Hemoglobin, artinya
hubungan pola kebiasaan diit dengan kejadian semakin buruk status gizi seseorang maka
anemia. Diharapakan untuk penelitan lanjutan semakin rendah kadar Hbnya. Berdasarkan
melakukan penelitian yang berhubungan penelitian Permaesih (2005), ditemukan
dengan dengan kebisaan pola diit dengan hubungan yang bermakna antara IMT anemia,
kejadian anemia. yang mana remaja putri dengan IMT tergolong
2. Hubungan status gizi remaja kurus memiliki resiko 1,4 kali menderita
putridengan kejadian anemia
746
anemia dibandingkan 48 remaja putri dengan Bagi perkembangan Ilmu
IMT normal. Keperawatan khususnya tenaga pengajar
dan pelajar disarankan untuk dapat memakai
a. Keterbatasan Penelitian hasil penelitian ini sebagai salah satu
Pada penelitian ini terdapat keterbatasan sumber informasi mengenai hubungan
penelitian yaitu: perlunya faktor-faktor yang status gizi dengan kejadian anemia pada
harus dikontrol seperti status menstruasi, pola remaja putri.
diit dan kebiasaan sarapan pagi yang
dimasukkan dalam kriteria inklusi. 3. Bagi Remaja Putri
Diharapkan bagi remaja putri agar lebih
PENUTUP meningkatkan dan lebih peduli terhadap
A. Kesimpulan status gizi yang adekuat agar terhindar dari
Hasil penelitian tentang hubungan status berbagai masalah kesehatan salah satunya
gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri anemia.
menyatakan bahwa sebagian besar responden
berada pada usia tahap remaja pertengahan 4. Bagi Peneliti Lain
berusia 14-16 tahun, sebagian besar Diharapkan pada peneliti selanjutnya
respondenduduk dikelas X yang berjumlah 48 dapat melanjutkan penelitian ini dengan
remaja putrisebagian besar juga remaja putri jumlah sampel yang lebih besar dan dengan
SMA Negeri 8 tidak melakukan program diit tempat yang berbeda pula dengan harapan
dan ada juga remaja putri yang sedang data yang didapatkan dapat berdistribusi
mengalami diit pada saat dilakuakn penelitian. secara normal dengan karakteristik
Hasil analisa hubungan status gizi dengan responden yang lebih homogen, karena
kejadian anemia pada remaja putri SMA Negeri semakin homogen data hasil penelitian akan
8 Pekanbaru menunjukkan hasil bahwa dari 86 semakin baik. Peneliti selanjutnya juga
responden, tidak terdapat hubungan status gizi dapat melakukan penelitian tentang faktor-
terhadap kejadian anemia pada remaja putri faktor yang mempengaruhi status gizi
SMA Negeri 8 Pekanbaru, diperoleh data dengan kejadian anemia pada remaja putri.
bahwa remaja putri status gizi normal sebanyak
49 (49.8%) maka tidak mengalami anemia dan UCAPAN TERIMAKASIH
35 dari responden yang mengalami anemia. Terima kasih kepada Universitas Riau melalui
Tabel ini juga menjelaskan bahwa 2 responden Lembaga Penelitian Universitas Riau yang telah
yang status gizinya gemuk mengalami anemia memberikan bantuan dana dalam
(1.2%). menyelesaikan skripsi ini.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan
1
menggunakan uji fisherdi dapatkanp value = Wahyu Putri Handayani: Mahasiswa
0.5>α (0.05), hal ini dapat disimpulkan bahwa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
tidak ada hubungan antara status gizi dengan Riau, Indonesia
2
kejadian anemia pada remaja putri yang Riri Novayelinda M.Ng: Dosen Bidang Ilmu
signifikan status gizi remaja putri terhadap Keperawatan Anak Program Studi Ilmu
kejadian anemia. Keperawatan Universitas Riau, Indonesia
3
Jumaini., M.Kep Sp.Kep. J: Dosen Bidang
B. Saran Ilmu Keperawatan Jiwa Program Studi Ilmu
1. Bagi Institusi Pendidikan SMA Negeri 8 Keperawatan Universitas Riau, Indonesia
Diharapkan bagi institusi
pendidikanhendaknya dapatbekerjasama
dengan pihak puskesmas untuk memberikan DAFTAR PUSTAKA
kegiatan penyuluhan kesehatan tentang
anemia dan bahaya anemia jika tidak diatasi. Adriani, M., & Wirjatmadi, B. (2012). Peran
gizi dalam status kehidupan. Jakarta:
2. Bagi perkembangan Ilmu Keperawatan Kencana Prenada Media Group.

747
Arumsari, E. 2008. “Faktor Risiko Anemia Standar antropometri penilaian status
Pada emaja Putri Peserta Program gizi anak. Diperoleh pada tanggal 01
Pencegahan dan Penanggulangan Februari 2015 di website
Anemia Gizi Besi (PPAGB) di Kota http://gizi.depkes.go.id/wp-
Bekasi”. Bogor : Skripsi GMSK IPB. content/uploads/2011/11/buku-sk-
antropometri-2010.pdf
Asfuah, S. (2012) Buku saku klinik untik
keperawatan dan kebidanan. Nuha Kirana, D. P. (2011).Hubungan asupan zat gizi
Medika. dan pola menstruasi dengan kejadian
anemia pada remaja putri. Diperoleh
DinasPendidikanKota Pekanbaru. (2013).Data pada tangal 28 Januari 2015 diwebsite
jumlah siswa siswi.Pekanbaru:Dispen eprints.undip.ac.id/32594/1/395_Dian-
Kota Pekanbaru. Purwitaningtyas-kirana-G2C007002. pfd

Gunatmaningsih, D. (2007). Faktor-faktor yang Lapau, B. (2013). Metode Penelitian


berhubungan dengan kejadian anemia Kesehatan:Metode ilmiah penulisan
pada remaja putri. Diperoleh pada skripsi, tesis, dan desertasi, Jakarta:
tanggal 7 Oktober 2014 di Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/12538
0-S-5605-Faktor-faktor%20yang- Muchtadi, D. (2009). Pengantar ilmu gizi.
Pendahuluan.pdf. Bandung: Alfabeta.

Hapzah &Yulita. R. (2012). Hubungan tingkat Muttaqin, A. (2009).Buku ajar asuhan


pengetahuan dan status gizi terhadap keperawatan klien dengan gangguan
kejadian anemia remaja Putri. Di sisitem kardiovaskuler dan hematologi.
peroleh pada tanggal 21 Oktober Jakarta: Salemba Medika.
2014dari Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian
http://jurnalmediagizipangan.files.wordp kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
ress.com/2012/07/hubungan-tingkat-
pengetahuan-dan-status-gizi-terhadap- Nursalam. (2008). Konsep &penerapan
kejadian-anemia-remaja-putri.pdf metodologi penelitian ilmu keperawatan
pedoman skripsi, tesis, dan instrumen
Hidayat, A. A. A. (2007).Metode penelitian penelitian keperawatan. jakarta:
keperawatan dan teknik analisa data. salemba medika.
Jakarta: Salemba Medika.
Nursari, D. (2010). Gambaran kejadian anemia
Hidayat, A. A. A (2012). Riset keperawatan pada remaja putri. Diperoleh pada
dan teknik penulisan ilmiah. Jakarta: tanggal 23 September 2014 diwebsite
Salemba Medika. Http://www.perpus.Fkik.uinjkt.ac.id/file
_digital/DILLA%Nursari.Pdf.
Idapola, S. S. J. (2009).Hubungan indek massa
tubuh. Di peroleh pada tanggal 7 Permaesih. (2005). Faktor-faktor yang
Oktober 2014 dari mempengaruhi aemia pada remaja.
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/12676 Buletin penelitian kesehatan volume 23
0-S-5637-Hubungan%20indeks- nomor 4.
Literatur.pdf.
Pramitya, I. M & Valentina, T. D. (2013).
Istiany, A & Rusilanti. (2013). Gizi terapan. Hubungan regulasi diri dengan status
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. gizi pada remaja akhir. Di peroleh pada
tanggal 9 September
Keputusan mentri kesehatan republik indonesia http://ojs.unud.ac.id/index.php/psikologi
nomor 1995/mekes/sk/XII/2010 tentang /article/view/8482/6326
748
kejadian anemia pada remaja putri. Di
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas peroleh pada taggal 9 September 2014 di
Riau. (2013). Pedoman penulisan skripsi http://jurnalmediagizipangan.files.wordp
dan penelitian.Skripsi Program Studi ress.com/2012/07/hubungan-tingkat-
Ilmu Keperawatan. Tidak di pengetahuan-dan-status-gizi-terhadap-
Publikasikan. kejadian-anemia-remaja-putri.pdf.

Proverawati, A. (2011). Anemia dan anemia Sari, L. P. ( 2011). Gambaran pengetahuan dan
kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika. sikap remaja putri terhadap anemia.Di
Peroleh pada tangga; 2 september 2014
Riskesdas. (2007). Laporan Riset Keperawatan http://180.241.122.205/dockti/LISA_PU
Dasar 2007 Badan enelitian dan RNAMA_SARI-08010039.pdf
Pengembangan kesehatan Kementrian
Kesehatan RI. Diperoleh pada tanggal Saryono. (2011). Metodologi penelitian
18 Januari 2015 dari kesehatan. Yokjakarta: Mitra Cendikia.
http://www.health.org/sites/default/files/
laporanNasional,Riskesdas202007.pdf. Setiadi. (2007). Konsep &penulisan riset
keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Riskesas. (2010). Laporan Riset Keperawatan
Dasar 2010 Badan Penelitian dan Supardi, S. & Rustika. (2013). Metode riset
Pengembangan Kesehatan Kementrian keperawatan. Jakrta: Cv Trans Info
Kesehatan RI. Diperoleh pada tanggal Media.
18 Januari 2015 dari
http:www.litbang.depkes.go.id/sitesdow Supariasa, Bakri, & Fajar, I. (2001). Penilaian
nload/buku status gizi. Jakarta:EGC.
laporan/lapnasriskesdas2010/Laporan Supariasa. (2002). Penilaian status gizi.
riskesdas 2010.pdf Jakarta:EGC.

Rumpiati, Ella, F & Mustafidah, H. (2010). Supariasa, N.D.I., Bakri, B., & Fajar, I (2013).
Hubungan antara status gizi dengan Penilaian status gizi. Jakarta: EGC

749

Anda mungkin juga menyukai