Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI DENGAN ANEMIA

DEFISIENSI ZAT BESI PADA REMAJA USIA 10 - 19 TAHUN

Divia Ayu Sartika1 Lilis Majidah2 Sri Lestari3


123
STIKes Insan Cendekia Medika Jombang
1
email : ayudivia412@gmail.com 2email : lilismajidah2@gmail.com 3email : butari393@
gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan Makanan cepat saji atau fast food adalah makanan yang disiapkan dalam
waktu singkat (kurang dari 1 menit seteah pemanasan). Menu yang ditawarkan pada restoran
fast food pada umumnya terbatas dan sebagian besar system pelayanannya berupa selft
service by the customer. Namun selain kepraktisan penyajian dan rasa yang lezat dampak
dari konsumsi makanan cepat saji sangatlah buruk bagi kesehatan tubuh salah satunya adalah
anemia defisiensi zat besi apa lagi bagi para remaja yang dalam masa pertumbuhan.Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan konsumsi makanan cepat saji dengan
anemia defisiensi besi pada remaja usia 10-19 tahun. Metode penelitian Literature Review
dari kumpulan jurnal terkait tahun 2015-2020. Hasil dari penelitian Literature Review ini di
dapatkan 92 responden dengan keterangan positif anemia sebanyak 64 (54,5%) responden
dan paling banyak pada remaja perempuan disbanding dengan remaja laki-laki dan 28
(45,5%) responden tidak mengalami anemia. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian
Literature Review ini adanya hubungan antara konsumsi makanan cepat saji dengan anemia
defisiensi besi pada remaja usia 10-19 tahun. Saran Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan hubungan konsumsi makanan cepat saji dengan anemia defisiensi zat besi pada
remaja-remaja dilaur sana, supaya masyarakat lebih memperhatikan kandungan gizi dalam
makanan yang dikonsumsi khususnya bagi para remaja di usia 10-19 tahun dan tentunya
mencegah sedini mungkin penyakit ini mengingat dampak dari anemia zat besi ini sangat
buruk.

Kata kunci: Anemia, Makanan Cepat Saji, Remaja

THE RELATIONSHIP OF CONSUMING FAST FOOD AND IRON-DEFICIENCY


ANEMIA ON TEENAGER 10-19 AGED

ABSTRACT

Introduction Fast food is kind of food that served in a short time (less than a minute after
heating). Generally, the menu offered in the restaurant is limited and the serving system
mostly is self service by customer. Besides the practice serving and the delicious taste of
consuming fast food, it has bad effects for health, and one of them in Iron-Deficiency Anemia
especially for teenager who is in the growth period. The purpose of this research was to
identify the relationship of consuming fast food and Iron-Deficiency Anemia on teenager 10-
19 aged. The method used in this research was literature review and the data was from
related journals starting from 2015-2020. The result of this literature review found sixty
four (54,5%) of ninety two respondents were positively having anemia and mostly the
respondents were female teenager rather than male teenager. Twenty eight (45,5%)
respondents were not having anemia. To conclude, this literature proved that there was a
relationship between the consuming of fast food and Iron-Deficiency Anemia on teenager
10-19 aged. Suggestions This research is expected to link fast food consumption with iron
deficiency anemia in teenagers there, so that people pay more attention to the nutritional
content in the food consumed, especially for adolescents aged 10-19 years and of course
prevent this disease as early as possible considering the effects of iron anemia are
devastating.

Keywords: Anemia, Fast Food, Teenager

PENDAHULUAN Health Organization (WHO), 2013


prevalensi anemia dunia sekitar 40-88%.
Anemia merupakan salah satu masalah Jumlah penduduk usia remaja 10-19 tahun
kesehatan yang masih menyerang sekitar 50,9% laki-laki dan 49,1%
Indonesia. Tanpa mengenal batas usia dan perempuan.
jenis kelamin anemia dapat diderita oleh
siapapun tanpa disadari. Anemia Menurut data hasil Surve Demografi
didefinisikan suatu keadaan kadar Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012.
Hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih Prevalensi anemia di Indonesia sebanyak
rendah daripada nilai normal untuk 75,9% pada remaja putri. Menurut data
kelompok umur dan jenis kelamin hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi
(Adriani, 2015). anemia di Indoneia yaitu 21,7% dengan
penderita anemia berumur 5-14 tahun
Tabel 1.1 Prosentasi Anemia menurut (Kemenkes RI. 2014). Anemia pada
WHO remaja yaitu 22,7% pada tahun 2013
Kelompo Prevelensi Populasi menjadi 25% pada tahun 2018 (Dinkes
k anemia terpengaruh Kabupaten Kediri, 2018).
populasi Perse 95% Jumlah 95%
n CI (juta) CI Anemia bukan percerminan keadaan suatu
Anak- penyakit atau gangguan fungsi tubuh.
anak
45.7- 283- Secara fisiologis, terjadi apabila terdapat
usia 47.4 293
prasekola
49.1 303 kekurangan jumlah hemoglobin untuk
h mengangkut oksigen ke jaringan. Pada
Anak- pria, hemoglobin normal adalah 14-18 gr
19.9- 238- % dan eritrosit 4,5-5,5 jt/mm3, sedangkan
anak 25.4 305
30.9 371 pada perempuan, hemoglobin normal 12-
sekolah
Wanita 39.9- 16 gr % dengan eritrosit 3,5-4,5 jt/mm3,
hamil 41.8 56 54-59
43.8 remaja putri lebih rentan anemia
Wanita dibandingkan dengan remaja laki-laki. Itu
28.7- 446-
tidak 30.2 468 disebabkan kebutuhan zat besi pada remaja
31.6 491
hamil perempuan 3 kali lebih besar dari pada
Pria 8.6- 175- remaja laki-laki.
12.7 260
16.9 345
Orangtua 18.3- 126- Kekurangan zat besi dalam makanan
23.9 164 sehari-hari dapat menimbulkan anemia gizi
29.4 202
Total 22.9- 1500-
atau yang dikenal sebagai penyakit kurang
populasi 24.8 1620 darah. Keanekaragaman konsumsi
26.7 1740
makanan sangat penting dalam membantu
menigkatkan Fe. Berdasarkan faktor
Penyebab anemia paling umum terjadi
penyebab kurangnya konsumsi zat besi
adalah defisiensi zat besi. Kehilangan
pada remaja adalah ketersediaan pangan,
darah yang lama akibat penyakit infeksi
kurangnya pengetahuan dan kebiasaan
akut dan kronis (diare, malaria, HIV). Diet
makan tidak baik.
yang tidak terkontrol untuk menurunkan
berat badan, asupan zat gizi yang kurang Perilaku makan remaja dapat dipengaruhi
/tidak mencukupi dan hambatan absorb zat
oleh 2 faktor, yaitu faktor eksternal dan
besi. (Briawan, 2012). Menurut World
faktor internal. Faktor eksternal meliputi
jumlah dan karakteristik keluarga, peran untuk membentuk Hb. Masalah kesehatan
orang tua, teman sebaya sosial, nilai dan dan gizi yang terjadi di Indonesia pada
norma, media massa, fast food, dll 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)
(Mardalena, 2017). Perilaku makan pada menjadi fokus perhatian saat ini, sebab hal
remaja yang lebih menyukai makanan tersebut tidak hanya akan berdampak pada
ringan (snack), serta sengaja tidak makan kenaikan angka sakit dan kematian pada
karena menginginkan bentuk tubuh yang semua kelompok usia. Status kesehatan di
diidamkan, dan karena kesibukan Indonesia masih memprihatinkan termasuk
beraktifitas seseorang menjadi lupa makan anemia, anemia merupakan masalah
lalu hanya konsumsi makanan cepat saji. kesehatan yang dapat dialami oleh semua
Masalah lain yang terjadi pada remaja kelompok usia (Kemenkes RI, 2016).
dengan makan banyak asal kenyang
dengan tiggi lemak dan karbohidrat tanpa Anemia Defisiensi Besi
memperhatikan unsur gizi di dalamnya.
Perilaku makan remaja tersebut dapat Anemia defisiensi besi adalah anemia yang
berampak pada kesehatan remaja dengan disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam
timbulnya kasus gizi seperti kekurangan tubuh tubuh sehingga kebutuhan besi
gizi serta kelebihan (Citerawati dkk, 2017). untuk eritopoiesis tidak cukup ditandai
dengan gambaran sel darh merah yang
Rumusan Masalah Bagaimana hubungan hipokrom mikrositik, kadar besi serum dan
konsumsi makanan cepat saji dengan saturasi (jenuh) tranferin menurun, mampu
kejadia anemia pada remaja usia 10-19 ikat besi total (TIBC) menggi dan
tahun. cadangan besi dalam sumsum tulang dan
tempat lain sangat kurang atau tidak
Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk samasekali(Sitanggang, 2019)
mengetahui hubungan antara konsumsi
makanan cepat saji dengan kejadian Batasan Anemia
anemia pada remaja usia 10-19 tahun.
Tabel 2.1 Batasan Anemia Menurut WHO
Tinjauan Pustaka Kelompok Batas Normal
Anak Balita 11 gr %
Definisi Anemia Anak Usia Sekolah 12 gr %
Wanita Dewasa 12 gr %
Anemia merupakan masalah gizi yang Laki-laki Dewasa 13 gr %
banyak terdapat di seluruh dunia, yang Ibu Hamil 11 gr %
Sumber : WHO/UNICEF/ UNU, 1997 dikutip oleh
tidak hanya terjadi di negara berkembang Natalia Erlina Yuni dalam Kelainan darah tahun
tetapi juga di negara maju. Penderita 2017 hal 69.
anemia diperkirakan dua miliar, dengan
prevalensi terbanyak di wilayah Asia dan Defenisi zat besi
Afrika. Bahkan WHO menyebutkan bahwa
anemia merupakan 10 masalah kesehatan Zat besi merupakan zat yang penting bsgi
terbesar di abad modern ini. Kelompok tubuh. Zat ini terutama diperlukan dalam
yang beresiko tinggi menderita adalah hemopoboesis (pembentukan darah) yaitu
wanita usia subur, ibu hamil, anak usia sintesis hemoglobin (Hb). Hemoglobin
sekolah dan remaja. Anemia merupakan (Hb) yaitu sebagai pengangkut oksigen
maasalah gizi yang paling utama di dari paru-paru ke seluruh tubuh(Briawan,
Indonesia(Briawan, 2012). 2012). Zat besi adalah mineral yang
dibutuhkan untuk membentuk sel darah
Menurut Hardiansyah dkk (2017) anemia merah (Hemoglobin). Selain itu, zat besi
adalah suatu keadaan kekurangan kadar juga berfungsi dalam sistem pertahanan
hemoglobin (Hb) dalam darah yang tubuh(Adriana, 2015).
terutama disebabkan oleh kekurangan zat
gizi (khususnya zat besi) yang diperlukan
Sumber zat Besi 5. Study desaign, desain penelitian yang
digunakan oleh jurnal yang akan
Sumber zat besi adalah makanan hewani direview.
seperti daging, ayam, ikan dan telur.
Sumber lainnya dari nabati antara lain Kata kunci
serealia tumbuk, kacang-kacangan,
sayuran hijau dan beberapa jenis buah. Pencarian artikel atau jurnal menggunakan
Disamping jumlah besi, perlu diperhatikan keyword dan boolen operator (AND, OR
juga kualitas zat besi di dalam makanan, NOT or AND NOT) yang digunakan untuk
dinamakan juga ketersediaan biologik. memperluas atau menspesifikkan
Pada umumnya zat besi dalan hewani pencarian, sehingga mempermudah dalam
mempunyai ketersediaan biologik tinggi penentuan artikel atau jurnal yang
dibanding dengan nabati. Sebaiknya digunakan. Kata kunci yang digunakan
diperhatikan kombinasi makanan sehari- dalam penelitian ini adalah “Anemia”
hari yang terdiri atas campuran sumber zat AND “makanan cepat saji” AND
besi dari hewani dan nabati(Briawan, “Remaja“
2012).
Database atau Search engine
Kebutuhan Zat Besi Pada Remaja
Data yang digunakan dalam penelitian ini
Kebutuhan zat besi dalam tubuh sangat adalah data sekunder yang diperoleh bukan
kecil yaitu 35 mg/kg berat badan wanita dari pengamatan langusung, akan tetapi
atau 50 mg/kg berat badan laki-laki. Besi diperoleh dari hasil penelitian yang telah
dalam badan sebagian terletak dalam sel- dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu.
sel darah merah( Adriani, 2015). Sumber data sekunder yang didapat berupa
artikel atau jurnal yang relevan dengan
Kebutuhan zat besi pada seseorang sangat topik dilakukan menggunakan database
tinggi bergantung pada usia dan jenis melalui e-resources Perpusnas, Google
kelamin. Kebutuhan zat besi pada scolar
perempuan lebih banyak dari pada laki-laki
karena perempuan mengalami menstruasi Kriteria Inklusi dan Ekslusi
setiap bulan. Wanita hamil, bayi dan anak-
anak lebih beresiko untuk mengalami Tabel 3.1 Kriteria inklusi dan ekslusi
anemia zat besi daripada yang lainnya dengan format PICOS
(Briawan, 2012). Kriteria Inklusi Eksklusi

Populati Jurnal Jurnal


BAHAN DAN METODE PENELITIAN on internasional yang internasion
/problem berhubungan al yang
dengan topic tidak ada
Strategi Pencarian Literature penelitian yakni hubungan
Framework yang digunakan anemia difisiensi dengan
Strategi yang digunakan untuk mencari zat besi topic
artikel menggunakan PICOS framework peneliti
1. Population/problem, populasi atau yakni
masalah yang akan di analisis. anemia
2. Intervention, suatu tindakan difisiensi
penatalaksanaan terhadap kasus zat besi
perorangan atau masyarakat serta Intervent Makanan cepat Selain
pemaparan tentang penatalaksanaan. ion saji yang makanan
dikonsumsi cepat saji
3. Comparation, penatalaksanaan lain yang
yang digunakan sebagai pembanding. dikonsumsi
4. Outcome, hasil atau luaran yang
diperoleh pada penelitian.
Compar Tidak ada factor Tidak ada Literature review ini disintesis
ation pembanding factor menggunakan metode naratif dengan
pembandin mengelompokkan data-data hasil ekstraksi
g yang sejenis sesuai dengan hasil yang
Outcome Adanya hubungan Tidak diukur untuk menjawab tujuan. Jurnal
mengkonsumsi adanya
penelitian yang sesuai dengan kriteria
makanan cepat hubungan
saji dengan mengkonsu inklusi kemudian dikumpulkan dan dibuat
anemia defisiensi msi ringkasan jurnal meliputi nama peneliti,
zat besi makanan tahun terbit, judul, metode, dan hasil
cepat saji penelitian serta database.
dengan
anemia
defisiensi HASIL PENELITIAN
zat besi
Study Mix methods Systemaric Berdasarkan penelitian hubungan
desaign study, Literature
konsumsi makanan cepat saji dengan
experienental Review
study, survey
anemia defisiensi zat besi pada remaja usia
study, cross- 10-19 tahun dengan menelaah jurnal
sectional, analisis terkait dalam kurun waktu 2015-2020,
korelasi, jumlah total rata-rata spesimen didapati 92
komparasi dan dan dinyatakan hasil 64 sampel positif dan
studi kualitatif 28 sampel negative. Persentase hasil dapat
Tahun Artikel atau jurnal Artikel atau dilihat pada table berikut
terbit yang terbit setelah jurnal yang
tahun 2015 terbit Table 4.1 Kebiasaan makan cepat saji
sebelum Kebiasaan Frekuensi Prosentase
tahun 2015 Makan %
Sering 42 37
Bahasa Bahsa Inggris dan Selain
Bahasa Indonesia Bahasa Jarang 50 63
Inggris dan
Bahasa
Indonesia Dari data diatas dapat diketahui bahwa dari
92 responden yang dilakukan penelitian
Seleksi Studi dan Penelitian Kualitas sebagian besar atau 63% remaja jarang
mengkondumdi makanan cepat saji. Dan
Hasil pencarian data seleksi studi 37% sering mengkonsumsi makanan cepat
Berdasarkan hasil pencarian literature saji.
melalui publikasi e-resources Perpusnas,
Google Scholar mengunakan kata kunci “ Table 4.2 Kejadian anemia
fast food “ AND “ anemia “ AND “ remaja Kejadian Frekuensi Prosentase
Anemia %
“, peneliti menemukan 651 jurnal yang
Anemia 64 65%
sesuai dengan kata kunci tersebut. Jurnal
Tidak 28 35%
penelitian tersebut kemudian diskrining,
Anemia
sebanyak 540 jurnal dikslusi karena
terbitan tahun 2010 ke bawah dan
Dari data diatas terdapat remaja yang
menggunakan Bahasa selain Basa Inggris
mengalami anemia sebanyak 65% atau 64
dan Bahasa Indonesia. Assessment
responden. Dan yang tidak mengalami
kelayakan terhadap 112 jurnal, jurnal yang
anemia sebanyak 35% atau sebanyak 28
duplikasi dan jurnal yang tidak sesuai
responden.
dengan kriteris inklusi dilakukan ekslusi,
sehingga didapatkan 10 jurnal yang
dilakukan review.
Table 4.3 Asupan Makanan
No. Asupan F Presentase Hasil analisis menggunakan uji statistic
Makanan (%) Chi Square dengan taraf kesalahan (α)
1. Cukup 41 45,2% sebesar 5% (0,05) maka diperoleh bahwa
2. Kurang 51 54,8% nilai p-value pada kolom chi-square tidak
Total 92 100% memenuhi persyaratan karena masih
sumber : Data skunder dari jurnal terkait dalam
kurun waktu tahun 2015-2020.
terdapat nilai expected count cell sebanyak
50% ( kurang dari 5). Sehingga digunakan
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas asupan uji lanjut yaitu Fisher\s Exact Test dengan
makanan dari 92 responden (100%), perolehan nilai signifikan sebesar = 0,02 <
menunjukan bahwa responden dengan 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
asupan makanan baik sebanyak 41 orang Ha diterima atau terdapat hubungan antara
(45,2%) dan asupan makanan kurang pola makan dengan kejadian anemia pada
sebanyak 51 orang (54,8%). remaja.

Table 4.4 Presentase hasil uji hubungan


konsumsi makanan cepat saji dengan PEMBAHASAN
anemia pada remaja usia 10-19 tahun
berdasarkan jenis kelamin Menurut Hardiansyah dkk (2017), anemia
N Jenis Positif Negative adalah suatu keadaan kekurangan kadar
o. Kelami Jum (%) Ju (%) hemoglobin (Hb) dalam darah yang
n lah ml terutama disebabkan oleh kekurangan zat
ah gizi (khususnya zat besi) yang diperlukan
1. Laki- 20 20,5 11 17% untuk membentuk Hb. Kadar Hb normal
laki % pada remaja putri adalah 12 gr/dl dan
Peremp 44 34 17 28,5 remaja pria 13 gr/dl. Remaja dikatakan
uan % % anemia jika kadar Hb < 12 gr/dl
Jumlah 64 54,5 28 45,5 (Proverdwati, 2011).
% % Angka anemia gizi besi di Indonesia
Sumber : Data skunder dari jurnal terkait dalam
kurun waktu tahun 2015-2020. sebanyak 72,3%. Kekurangan besi pada
remaja mengakibatkan pucat, lemah, letih,
Hasil uji uji anemia pada remaja yang pusing dan menurunnya konsentrasi
mengkonsumsi makanan cepat saji belajar. Penyebabnya antara lain : tingkat
berdasarkan jenis kelamin, dari 92 sampel pendidikan orang tua, tingkat ekonomi,
dan 64 sampel (54,5%) positi, persentase tingkat pengetahuan tentang anemia dari
tertinggi ada remaja perempuan yaitu remaja putri, konsumsi Fe, Vitamin C dan
(34%) 44 sampel positif dan persentase lamanya menstruasi. Jumlah penduduk
teredah ada pada remaja laki-laki yaitu usia remaja (10-19 tahun) di Indonesia
(20,5%) 20 sampel positif. sebesar 26,2% yang terdiri dari 50,9% laki-
laki dan 49,1% perempuan. Selain itu
Table : 4.5 hubungan konsumsi makanan berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013,
cepat saji dengan kejadian anemia pada prevalensi anemia di Indonesia yaitu
remaja (n=92) 21,7% dengan penderita anemia berumur
Kejadian Anemia 5-14 tahun sebesar 26,4% dan 18,4%
Makan Tidak P berumur 15-24 tahun(Sitanggang, 2019).
Anemia Total
Cepat Saji Anemia -
F % F % F % V
a
l
Berdasarkan jurnal yang telah ditelaah
u dalam kurun waktu lima tahun terakhir
e
Konsumsi 64 54,5 28 45,5 92 100 0 hasil pemeriksaan hubungan konsumsi
Tidak 0 0 0 0 0 0 , makanan cepat saji dengan anemia
Komsumsi 0
2 defisiensi zat besi pada remaja usia 10-19
Sumber : Data sekunder dari jurnal terkait dalam tahun dari 55 sampel yang positif sejumlah
kurun waktu tahun 2015-2020. 35 responden (54,8%) dan negative
berjumlah 20 responden (45,2%). Kondisi Kejadian Anemia Pada Remaja Usia 10-19
ini sesuai dengan penelitian Tahun. Dari hasil pengamatan pada table
Sulistyoningtyas (2018) yang 4.2 remaja yang mengalami anemia
menunjukkan 54,8% yang sering sebesar 54,8% atau 64 responden dan yang
mengkonsumsi makan cepat saji lebih tidak mengalami anemia sebesar 45,2%
rawan mengalami anemia daripada remaja atau 28 responden dari total responden
yang menjaga konsumsi makanannya. yaitu 92. Hasil ini tidak jauh berbeda
dengan penelitian Oktavien dan Ketaren
Masa remaja telah dilaporkan menjadi pada tahun 2018 dengan judul hubungan
kesempatan untuk pertumbuhan catchup. pola makan dengan angka kejadian anemia
Kecepatan pertumbuhan yang tinggi pada remaja putri di SMA Pencawan
meyebabkan remaja membutuhkan energy Medan tahun 2018. Hasil ini tidak jauh
dan protein yang tinggi. Masa remaja berbeda juga dengan penelitian
merupakan masa pertumbuhan an Sulistyoningtyas dengan judul hubungan
perkembangan, baik secara fisik, mental, kebiasaan makan cepat saji dengan
dan aktivitas sehingga kebutuhan makanan kejadian anemia pada mahasiswa prodi
yang mengandung zat-zat gizi menjadi DIII Bidan Pendidikan Universitas’
cukup besar. Remaja putri banyak Aisyiyah Yogyakarta pada tahun 2018.
mengalami kekurangan zat-zat gizi dalam
konsumsi makanan sehari-harinya. Penyebab anemia pada remaja berusia 10-
Kebutuhan zat besi dianggap penyebab 19 tahun disebabkan oleh pola makan
paling umum dari anemia secara global. remaja yang tidak teratur, kebiasaan
Tetapi beberapa lainnya kekurangan gizi remaja yang tidak sarapan setiap pagi
termasuk folat, vitamin B12 dan vitamin sebelum berangkat sekolah, kebiasaan
A) akut dan peradangan kronis parasit mengkonsumsi fast food, makanan instan
infeksi dapat menyebabkan anemia seperti sari buah dalam minuman kaleng
(Sitanggang, 2019). atau kotak yang sudah dicampur dengan
Hasil Pengamatan Berdasarkan Konsumsi bahan-bahan kimia juga kebiasaan remaja
Makanan Cepat Saji Berdasarkan yang masih sering mengkonsumsi mie
konsumsi makanan cepat saji dari 92 instan. Hal ini sesuai dengan teori Dodik
remaja, 42 remaja (37%) yang sering Briawan tahun 2012 bahwa remaja
mengkonsumsi makanan cepat saji dan 50 memiliki resiko tinggi mengalami anemia
remaja (63%) yang jarang mengkonsumsi karena defisiensi besi. Ini disebabkan
makanan cepat seji. Dari hasil pengamatan memasuki fase remaja, tubuh tumbuh
tersebut diketahui bahwa remaja mayoritas semakin pesat yang disertai berbagai
lebih memilih mengkonsumsi makanan hormone. Remaja putri biasanya lebih
cepat saji dari pada makanan yang rentan atau beresiko lebih tinggi terkena
mengandung gizi seimbang. anemia. Hal ini dikarenakan remaja putri
muali mengalami mentruasi sehingga
Perilaku makan remaja dapat dipengaruhi asupan makanan yang rendah zat besi
oleh dua factor eksternal dan factor dapat memicu anemia. Anemia juga
internal. Factor eksternal meliputi jumlah berpotensi terjadi pada remaja yang
dan karakteristik keluarga, peran orang tua, melakukan diet dan vegetarian.
teman sebaya, social budaya, nilai norma,
media massa, fast food, mode, Gejala yang paling umum dari anemia
pengetahuan, gizi, dan pengalaman adalah kelelahan atau kelemahan, warna
individu. Sedangkan pada faktor internal kulit pucat yang disebabkan oleh kadar
meliputi kebutuhan fisiologi, body image, hemoglobin darah yang rendah dan
soft-concept, nilai dan kepercayaan kesulitan berkonsentrasi atau mengingat
individu, pemilihan dan arti makanan, akibat kurangnya pasokan oksigen keotak.
psikososial, dan kesehatan ( Mardalena, Hal ini sangat merugikan bagi remaja yang
2017). masih bersekolah yaitu menurunkan
kemampuan dan konsentrasi belajar,
mengganggu pertumbuhan tinggi dan berat menentukan pengetahuan dan ketrampilan
badan menjadi tidak optimal khususnya dalam menentukan menu makanan bagi
pematangan organ-organ reproduksi, keluarganya yang akan berpengaruh
terutama bagi remaja putri yang sudah terhadap status kesehatan pada semua
mengalami menstruasi(Yuni, 2017). anggota keluarganya (Sitanggang, 2019)

Asupan Makanan Pada remaja Usia 10-19 Presentase Hasil Uji Hubunngan Konsumsi
Tahun Berikut adalah data dari asupan Makanan Cepat Saji Dengan Anemia Pada
makanan pada remaja yang berusia 10-19 Remaja Berdasarkan Jenis Kelamin.
tahun dengan kejadian anemia, dari 92 Berdasarkan jenis kelamin didapatkan 20
responden 41 diantaranya mengaku sampel (20,5%) positif pada laki-laki dan
kebutuhan asupan makanan yang 44 sampel (34%) positif pada perempuan,
dikonsumsi cukup yaitu (45,2%) jika dihubungkan dengan teori remaja putri
sedangkan 51 diantaranya mengaku bahwa biasanya lebih rentan atau beresiko lebih
asupan makanan yang dikonsumsi kurang tinggi terkena anemia. Hal ini dikarenakan
memenuhi kebutuhan gizi tubuh yaitu remaja putri mulai mengalami mentruasi
(54,8%). sehingga asupan makanan yang rendah zat
besi dapat memicu anemia penelitian
Remaja pada umumnya memiliki Briawan (2012) didapat prevalensi sampel
karateristik kebiasaan makan tidak sehat. anemia positif paling banyak pada remaja
Antara lain kebiasan tidak makan pagi, putri responden berjenis kelamin
malas minum air putih, diet tidak sehat perempuan memiliki perilaku makan tidak
karena ingin langsing (mengabaikan sehat. Mardalena (2017) menjelaskan
sumber protein, karbohidrat, vitamin dan bahwa pada remaja perempuan perilaku
mineral). Kebiasaan ngemil rendah gizi makan tidak sehat dapat terjadi karena
dan makan makanan siap saji sehingga remaja perempuan sering menganggap
remaja tidak mampu memenuhi kebutuhan dirinya kelebihan berat badan atau mudah
keanekaragaman zat makanan yang gemuk sehingga sering diet dengan cara
dibutuhkan oleh tubuhnya untuk proses yang tidak benar. Perilaku makan tidak
sintesis pembentukan hemoglobin (Hb). sehat ini dapat terjadi karena remaja putri
Bila hal ini terjadi dalam jangka waktu memiliki tuntutan untuk mempunyai betuk
yang lama akan menyebabkan kadar Hb tubuh yang ideal dengan presepsi yang
terus berkutang dan menimbulkan anemia salah.
(Sitanggang, 2019)
Didukung dari penelitian Kurniawan,
Tingkat asupan zat besi terhadap kejadian Briawan dan Caraka (2015) menunjukkan
anemia secara tidak langsung disebabkan bahwa adanya perbedaan perilaku makan
oleh keadaan sosial ekonomi meliputi pada remaja laki-laki dan putrid. Dimana
tingkat pendidikan orang tua dan remaja putri cenderung memiliki perilaku
pendapatan kluarga yang rendah. makan tidak sehat dibanding dengan
Berdasarkan penelitian di India remaja laki-laki karena remaja putri
menunjukkan bahwa prevalensi anemia merasa tidak puas dengan keadaan
tingkat berat pada remaja sebesar 17,3% tubuhnya karena pertambahan lemak
berasal dari ekonomi rendah. Hal ini tubuh.
didukung pula oleh hasil penelitian di
Bangladesh yang menyatakan bahwa Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji
tingkat pendapatan yang rendah memiliki Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja
hubungan engan tingat asupan zat besi Hasil penelitian menunjukan bahwa dari
yang berasal dari makanan hewani seperti seluruh responden semuanya
daging, ikan, unggas dan lainya. Tingkat mengkonsumsi makanan cepat saji
pendidikan ibu berhubungan dengan sementara 92 responden (100%) yang
prevalensi anemia remaja putri tinggat mengkonsumsi makanan cepat saji dan 64
besar 7,5% tingakat pendidikan ibu dapat responden (54,5%) mengalami anemia,
sehingga dapat disimpulkan terdapat defisiensi zat besi pada remaja-remaja
hubungan antara konsumsi makanan cepat dilaur sana, supaya masyarakat lebih
saji dengan anemia defisiensi besi pada memperhatikan kandungan gizi dalam
remaja. Hasil penelitian ini sejalan dengan makanan yang dikonsumsi khususnya
penelitian yang dilkukan oleh Antono dkk bagi para remaja di usia 10-19 tahun
(2020) yang dilakukan kepada 66 dan tentunya mencegah sedini
responden yang memiliki pola makan mungkin penyakit ini mengingat
dengan kategori baik sejumlah 8 dampak dari anemia zat besi ini sangat
orang(12,1%) dan seluruhnya tidak buruk.
mengalami anemia sedangkan 58 2. Bagi penelitian selanjutnya perlu
responden (87,9%) dengan pola makan dilakukan penelitian lebih lanjut
kurang baik terdapat 25 responden (37,9%) tentang hubungan konsumsi makanan
yang mengalami anemia, sehingga dapat cepat saji dengan anemia dengan
disimpulkan bahwa Ha Diterima atau jumlah sampel yang lebih besar.
terdapat hubungan antara pola makan 3. Bagi akademik diharapkan dapat
dengan kejadian anemia pada remaja. melakukan penelitian lain serupa
terhadap anemia dibidang hematologi.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hamidiyah
(2020) yang dilakukan kepada 86 KEPUSTAKAAN
responden yang mengalami anemia
sebanyak 57 (72,1%) artinya lebih banyak Antono, S. D. Arika, I. S & Mashlachatul,
santri yang masih anemia disebaban karena M. 2020. “Pola Makan Pada Remaja
kurangnya asupan nutrisi. Berdasarkan Berhubungsn dengan Kejadian
hasil analisis data menggunakan chi-square Anemia Pada Siswi Kelaws VII”,.
diperoleh p-value sebesar 0,029 dengan Jurnal Ilmiah Permas : Jurnal ilmiah
taraf signifikan 0,05. Karena p-value < a STIKES Kendal Volume 10. No. 2,
maka H0di tolak artinya ada hubungan hh 223-232
yang signifikan antara asupan nutrisi
dengan kejadiannya anemia pada remaja Anthony. L. dkk. “Iron Deficiency
putrid di asrama Ma’had Aly Pondok Anemia”. Artikel seminar. Vol 387,
pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Issue 10021. Page 907-916
Situbondo.
https://www.sciencedirect.com/science/arti
cle/abs/pii/S0140673615608650
SIMPULAN DAN SARAN
Hamidiyah, A. 2020. “Hubungan Asupan
Simpulan Nutrisi dendan Kejadian Anemia pada
Remaja Putri”,. JOMIS. Vol. 4. No. 1
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian
literature review yang telah dilakukan http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jomis/
peneliti, dapat disimpulkan bahwa terdapat article/view/1091/726
hubungan konsumsi makanan cepat saji
dengan anemia defisiensi zat besi pada Kaimudin, N. I ., Hariati, L & Jusniar, R.
remaja usia 10-19 tahun. A. 2017. “ Skrining dan Determinan
Kejadian Anemia Pada Pemaja Putri
Saran SMA Negri Kendari”. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat
Saran yang didapat dalam penelitian ini Vol. 2. No. 6 ; ISSN 250-731X
adalah :
1. Penelitian ini diharapkan dapat https://media.neliti.com/media/publications
memberikan hubungan konsumsi /185793-ID-skrining-dan-determinan-
makanan cepat saji dengan anemia kejadian-anemia.pdf
Ketaren, Yolanda Risky Oktaviena BR. program of Costa Rica: impact on
2018. “ Hubungan Pola Makan anemia prevalence and hemoglobin
Dengan Angka Kejadian Anemia concentrations in wwoman and
Pada Remaja Putri di SMA children”. The American Jurnal of
Pencawarna Medan”, Kebidanan. CLINICAL NUTRITION
Poltekes Kemenkes. Medan https://academic.oup.com/ajcn/article/
101/1/210/4564282
http://repo.poltekkesmedan.ac.id/jspui/han
dle/123456789/648 Purnama, N. L. A. 2020. “Perilaku Makan
dan Status Gizi Remaja”, Jurnal
Klikdoktor. (2016, 10 Juni). Wajah Pucat Penelitian Kesehatan, Jilid 7, No. 2,
Benarkah Selalu Karena Anemia?. hh. 57-62
Diakses pada 15 Juli 2020, dari
https://www.klikdokter.com/rubrik/re Romandani, Q. F& Teti, R. 2019.
ad/2700843/wajah-pucat-benarkah- “Hubungan Pengetahuan Anemia
selalu-karena-anemia dengan Kebiasaan Makan Pada
Remaja Putri”,. JPPNI Vol. 04, No.
Kurniawati, D & Drs, Hery Tri Susanto 03
M.,Si. 2019. “Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Anemia Remaja Putri Rusman, A D. P. 2018. “Eating Pattern
dengan Menggunakan and Anemia Events in Students
Staying in Boarding House”, Jurnal
Bayesian Regresi Logistik dan Alogritma Ilmiah Manusia dan Kesehatan, Vol.
Metropolis-Hasting”. Jurnal Ilmiah 1, No. 2
Mtematika Vol. 7. No. 1
sehatQ. (2019, 12 Desember). Bukan
Maharani, S. 2020. “ Penyuluhan Tentang Sekerdar Keadinginan, Ini 7
Anemia Pada Remaja”. Jurnal Penyebab Kaki Dingin dan Cara
Abdimas Kesehatan (JAK) Vol. 2. Mengatasinya. Diakses pada 15 juli
No. 1 2020, dari
https://www.sehatq.com/artikel/penye
Media Indonesia. (2020, 25 Januari). bab-kaki-dingin-dan-cara-
Penyebab Seseorang Mudah Marah. mengatasinya
Diakses pada 15 juli 2020, dari
https://mediaindonesia.com/read/detai Sitanggang, Maya Rumondang. 2019. “
l/285554-penyebab-seseorang-mudah- Faktor yang Mempengaruhi Anemia
marah Pada Remaja Putri di SMA Prima
Tembung”, Skripsi. Fakultas Farmasi
Muslich, Anshori & Iswati, Sri. 2009. dan Kesehatan. Intitusi Kesehatan
“Metodologi Penelitian Kuantitatif” : Helvetia. Medan
Edisi 1. Surabayar : Pusat Penerbitan http://repository.helvetia.ac.id/2387/6/
dan Percetakan UNAIR (AUP) MAYA%20RUMONDANG%20SIT
ANGGANG%201801032237.pdf
Monitor.(2018, 05 juli). 6 Gejala Kurang
Darah Akibat Anemia yang Wajib Sulistyoningtyas, S. 2018.“Hubungan
Anda Ketahui. Diakses pada 15 juli Kebiasaan Makan Cepat Saji dengan
2020, dari Kejadian Anemia pada Mahasiswa
https://monitor.co.id/2018/07/05/6- Prodi D IV Bidan”, Universitas
gejala-kurang-darah-akibat-anemia- Aisyyah Yogyakarta, Vol. 6, No.2
yang-wajib-anda-ketahui/
Widtastuti, Arum. 2017. “ Pengetahuan,
Oxford Academic. 2015. “effectiveness Sikap dan Tindakan Mahasiswa Boga
evaluation of the food fortification Universitas Negri Yogyakarta
Tentang Konsumsi Makanan Cepat
Saji (Fast Food)”, Skripsi. Fakultas
Teknik. Boga. UNY. Yogyakarta
http://eprints.uny.ac.id/52547/1/Arum
%20Widyastuti_1351241024_Tugas
%20Akhir%20Skripsi.pdf)

Anda mungkin juga menyukai