Anda di halaman 1dari 7

Hubungan Asupan Protein dan Fe terhadap Kejadian Anemia

Pada Anak Sekolah Dasar di Pulau Kanalo, Kabupaten Sinjai


Sulawesi Selatan Tahun 2018
Wahidatul Husna1, Nirwana1, Hurul Aini1, Andi Nurhana Magfirah1, Uswatun Hasanah1

1*)
Peminatan Gizi Jurusan Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar
(andinurhanaam@gmail.com)

Abstrak
Anemia defisiensi besi pada anak 5-12 tahun masih termasuk masalah kesehatan
masyarakat dengan prevalensi sebesar 29% di Indonesia dan di Kota Sinjai sebesar 42,35%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap hubungan asupan protein dan Fe terhadap status
anemia pada anak Sekolah Dasar. Penelitian menggunakan rancangan cross sectional pada
sampel terpilih. Subyek penelitian sebanyak 61 anak (Kelas 1-5 Sekolah Dasar) yang diambil
secara acak sederhana. Kemudian data yang terkumpul diolah menggunakan program SPSS
dan dianalisis dengan uji chi-square (X2) pada tingkat kemaknaan 95% (α=0,05). Hasil
analisis data menunjukkan bahwa dari 61 siswa terdapat 33 (54,1%) anak yang mengalami
anemia, dan terdapat 27 orang asupan proteinnya masih kurang dan 25 orang asupan Fe
masih kurang. Kesimpulan terdapat hubungan yang bermakna antara asupan protein dengan
kejadian anemia (p=0,001), dan terdapat hubungan yang bermakna asupan Fe dengan
kejadian anemia (p=0,001).
Kata kunci: asupan protein, zat besi, anemia.

Abstract
Anemia defisiensi iron on the 5-12 years is still included a public health issue with
prevalensi by 29% in Indonesia and in the city of Sinjai of 42,35%. This study aims to
uncover the relationship intake of protein and Fe against the status of child anemia in
Elementary. The research using the design of cross sectional on samples elecred. The subject
of research as much as 61 child (Class 1-5 Elementary) taken randomly simple. Then the
data collected are processed using the SPSS and analyzed with test chi-square (x2)significant
at 95% (α=0.05). The results of the data analysis suggests that of 61 students are 33 (54,1%)
children who suffered anemia and there are 27 people intake of Fe still less. The conclusion
there is a relationship meaningful between the intake of protein with the incident anemia
(p=0,001) and there is a relationship meaningful intake of Fe with the incident anemia
(p=0,001).
Kata kunci: intake of protein, in iron, anemia.

PENDAHULUAN gangguan fungsi dalam tubuh. Kekurangan


Anemia adalah salah satu masalah jumlah hemoglobin untuk mengangkut
kesehatan yang paling sering dijumpai di oksigen ke jaringan mengakibatkan
seluruh klinik di dunia dan sebagai terjadinya anemia yang ditunjukkan
masalah kesehatan utama di negara-negara dengan penurunan kadar hemoglobin,
berkembang. Anemia bukan termasuk hematokrit atau hitungan eritrosit
penyakit tetapi merupakan cerminan akan (Smeltzer, 2002).
Anemia sering kali dianggap sepele Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
oleh penduduk Indonesia sehingga (Riskesdas) tahun 2013, anemia defisiensi
masalah anemia merupakan masalah yang besi pada anak usia 5-12 tahun masih
paling banyak ditangani oleh pihak termasuk masalah kesehatan masyarakat di
Puskesmas maupun Rumah Sakit karena Indonesia yakni 29% (Sirajuddin, 2015).
anemia dianggap memiliki dampak jangka Sementara prevalensi anemia di Kabupaten
panjang. Jika masalah gizi dan anemia Sinjai sebesar 42,35%.
pada anak tidak diatasi, hal ini dapat
Anemia pada anak Sekolah Dasar
memicu masalah kesehatan lain
menyebabkan gangguan tumbuh kembang
(Anas, 2013).
fisik, menurunkan daya tahan tubuh,
Hemoglobin adalah molekul yang menurunkan tingkat kecerdasan dan
di dalamnya terdapat unsur protein globin, prestasi belajar. Anemia pada anak juga
Proforfirin dan besi heme, dimana sintesis mengganggu pertumbuhan sel tubuh
Hb akan mengalami hambatan jika salah maupun sel otak yang menimbulkan gejala
satu dari ketiga unsur tersebut mengalami muka pucat, lesu, letih dan cepat lelah
defisiensi. Pada anak, protein dan besi sehingga menurunkan kebugaran
merupakan komponen yang paling sering (Nirmala, 2012).
mengalami defisiensi. Anak membutuhkan
Penyebab terjadinya anemia
sekitar 10-15 mg zat besi sehari.
defisiensi besi adalah kurangnya asupan
Rendahnya zat besi dalam makanan,
zat besi serta penyakit infeksi. Distribusi
absorbsi besi dari makanan ± 10-15%
makanan yang tidak merata serta pola
menyebabkan kadar transferin yang
makanan yang kurang beragam juga
rendah dalam darah (Wahyuni, 2004).
menunjang kurangnya asupan besi dalam
Dalam Worldwide Prevelance of
tubuh (Mustika, 2012).
Anemia, WHO melaporkan bahwa ada
1,62 miliar orang di dunia yang menderita Anemia terjadi karena kurangnya
anemia dengan prevalensi 25,4% pada hemoglobin dalam darah. Oleh karena itu,
anak Sekolah Dasar. Prevalensi anemia untuk meningkatkan jumlah hemoglobin
pada anak Sekolah Dasar secara global dalam darah, sangat penting untuk
sebesar 37%. Prevalensi Anemia pada mengkonsumsi makanan yang tinggi Fe
anak Sekolah Dasar di India 85,5%, dan protein (Astuti, 2010).
di Thailand 13,4%, di Asia 58,4% dan
Penelitian ini bertujuan untuk
di Afrika yakni 49,8% (Sirajuddin, 2015).
mengetahui hubungan asupan protein dan
Fe terhadap kejadian anemia pada anak alat “Auto Check” dan kriteria status Hb
Sekolah Dasar di Pulau Kanalo, Kabupaten ditentukan berdasarkan standart yang telah
Sinjai. ditetapkan WHO yaitu Anemia <11,5
g/dL untuk responden anak usia sekolah,
METODE PENELITIAN
dan tidak Anemia ≥11,5 g/dL untuk
Penelitian ini dilaksanakan di 2 SD responden anak usia sekolah. Kemudian
yang bertempat di Pulau Kanalo, untuk pola konsumsi makanan diketahui
Kabupaten Sinjai pada bulan April tahun melalui wawancara jenis makanan sumber
2018 menggunakan rancangan cross zat besi (Fe) dan Protein, yang dikonsumsi
sectional pada sampel terpilih. Data yang oleh anak dilihat dari jenis makanannya
terkumpul diolah menggunakan program serta frekuensi makan dengan
SPSS. Analisis data secara univariat hanya menggunakan food frequency
dilakukan pada karakteristik responden questionnaire (FFQ) semi kuantitatif.
(jenis kelamin). Untuk melihat hubungan Selanjutnya data diolah menggunakan
variabel independen dengan variabel aplikasi nutri survey untuk mengetahui
dependen (bivariat), dianalisis dengan uji jumlah asupan protein dan Fe setiap
chi-square (x2) pada tingkat kemaknaan responden.
95% (α=0,05). Populasi dalam penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
ini adalah siswa Sekolah Dasar di Pulau
Kanalo Kelas 1 sampai 5 periode ajaran Tabel 1.1 Distribusi Responden berdasarkan
2017-2018 yaitu 122 siswa. Sampel yang jenis kelamin anak usia 6-12 Tahun di Pulau
digunakan sebanyak 61 anak (Kelas 1-5 Kanalo, Sinjai

Sekolah Dasar) yang dipilih secara


purposive sampling dengan kriteria inklusi Jenis kelamin Jumlah %

adalah siswa yang hadir saat penelitian Laki-laki 29 47,54


berlangsung.
Perempuan 32 52,46
Pengumpulan data dalam penelitian Total 61 100
ini dilakukan melalui pengukuran Hb
dengan food recall 24 hour pada
responden yang selanjutnya dikonfirmasi
ke orang tua responden untuk memperoleh
informasi yang akurat. Adapun status
Hemoglobin (Hb) diukur menggunakan
Lebih 1 6,7 14 93,3 15 100

Protein merupakan bagian terbesar


dalam tubuh setelah air. Seperlima bagian
tubuh adalah protein yang separuhnya ada
di dalam otot, seperlima di dalam jantung
Tabel 1.2 Distribusi Responden berdasarkan
dan tulang rawan, sepersepuluh di dalam
status anemia pada anak usia 6-12 Tahun di
kulit, dan selebihnya di dalam jaringan lain
Pulau Kanalo, Sinjai
dan cairan tubuh. Fungsi khas protein yaitu
Status membangun serta memelihara sel – sel dan
Jumlah %
Anemia
jaringan tubuh yang tidak dimiliki oleh zat
Anemia 33 54,09
gizi lain (Almatsier, 2009).
Normal 28 45,91
Potein yang kaya akan zat besi
Total 61 100
disebut hemoglobin. Globin dari
hemoglobin dipecah menjadi asam amino
Tabel 1.3 Hubungan Asupan Protein dengan sebagai protein dalam jaringan; zat besi
Kejadian Anemia dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan
untuk pembentukan sel darah merah
Status Anemia
Asupan berikutnya (Pearce, 2012).
Anemia Normal Total P-Value
Protein
n % N % n % Protein berperan dalam
Kurang 27 71,1 11 28,9 38 100 meningkatkan proses penyerapan besi.
Cukup 3 25 9 75 12 100 0,001 Proses reduksi dari feri ke fero dilakukan
Lebih 0 0 11 100 11 100 pada saluran pencernaan besi agar lebih
muudah di serap. Selain itu, protein juga
dapat membantu proses penyerapan
Tabel 1.4 Hubungan Asupan Zat Besi (Fe)
vitamin C untuk membentuk sel darah
dengan Kejadian Anemia
merah (Findledstein dkk, 2011).
Status Anemia
Asupan Selain itu, protein juga berfungsi
Anemia Normal Total P-Value
Zat Besi mengangkut zat besi yaitu melalui
n % N % n %
transferin. Sehingga asupan protein yang
Kurang 25 86,2 4 13,8 29 100
0,001 kurang menyebabkan gangguan transpor
Cukup 4 23,5 13 76,5 17 100
zat besi serta pembentukan hemoglobin
dan sel darah merah yang menyebabkan tubuh manusia dan hewan, yaitu sebanyak
terjadinya anemia defisiensi besi. 3 – 5 gram. Zat besi mempunyai fungsi
esensial di dalam tubuh yaitu sebagai alat
Secara teori, protein dapat
angkut oksigen dari paru – paru ke
diperoleh dari sumber protein hewani
jaringan tubuh, alat angkut elektron di
maupun nabati seperti susu, telur, ikan dan
dalam sel, dan sebagai bagian terpadu
lain-lain (Husaini, 1990). Pada
berbagai reaksi enzim di dalam jaringan
kenyataannya, anak-anak Sekolah Dasar di
tubuh (Almatsier, 2009).
Pulau Kanalo jarang mengkonsumsi
sumber protein seperti ikan segar. Alasan Zat besi digunakan untuk
yang diberikan orang tua mereka, pembentukan hemoglobin. Hemoglobin
meskipun tinggal di pulau atau pesisir akan mempunyai peranan penting dalam
tetapi mereka jarang mengkonsumsi ikan pengangkutan oksigen serta karbon
segar karena semua hasil tangkapan dioksida dalam tubuh. Hemoglobin
langsung dijual di pelelangan. merupakan pigmen yang memberikan
warna merah pada darah (Beck, 2011).
Agar tidak terjadi anemia,
dibutuhkan protein yang digunakan untuk Zat besi berhubungan dengan
sintesis sel darah merah. Protein dalam sel proses pembentukan hemoglobin, yaitu
darah merah yang mengangkut gas O2 ketika zat besi berikatan dengan
untuk dilepaskan ke sel-sel dan protoporfirin untuk membentuk heme.
mengangkut gas CO2 dari sel ke paru-paru Kemudian, heme akan berikatan dengan
untuk dikeluarkan dari tubuh (Astuti, rantai polipeptida yang nantinya akan
2010). membentuk satu rantai hemoglobin.
Masing-masing rantai akan berikatan
Setelah dilakukan uji korelasi,
menjadi empat rantai yang disebut dengan
terdapat hubungan yang signifikan antara
hemoglobin lengkap (Guyton & Hall,
asupan protein dengan status anemia pada
2007).
anak Sekolah Dasar (p=0,001). Hal ini
sejalan dengan penelitian Sri Utami, dkk Secara normal produksi sel darah
(2013) yang menyatakan bahwa asupan merah membutuhkan zat gizi, seperti zat
protein mempunyai hubungan yang besi, vitamin B12, asam folat, vitamin B6,
bermakna dengan kejadian anemia. dan protein. Kekurangan salah satu unsur
zat gizi akan menghambat pembentukan
Zat besi merupakan zat gizi mikro
sel darah merah sehingga menyebabkan
yang paling banyak terdapat di dalam
terjadinya anemia (Tarwoto & Wartonah, dengan kejadian anemia. Penelitian
2008). Peran protein dalam pembentukan sebelumnya juga dilakukan oleh
sel darah merah adalah sebagai alat angkut Mokoginta (2012) yang menyatakan
zat besi. Zat besi tidak terdapat bebas di bahwa asupan Fe memiliki hubungan yang
dalam tubuh. Zat besi akan bergabung bermakna dengan anemia.
dengan protein membentuk transferin.
Sumber zat besi yang berasal dari
Transferin akan membawa zat besi ke
sayuran memang jarang tersedia di Pulau
sumsum tulang untuk bergabung
Kanalo. Hal ini diakibatkan karena di
membentuk hemoglobin (Andarina &
Pulau Kanalo tidak terdapat pasar dan
Sumarmi, 2006). Seseorang yang
untuk membeli sayuran harus
kekurangan transferin di dalam tubuhnya
menyeberang ke pusat kota Sinjai yang
menyebabkan gagalnya zat besi untuk
dapat dijangkau dalam waktu kurang lebih
diangkut menuju eritroblas yang ada di
1 jam apabila naik kapal penyeberangan.
sumsum tulang. Akibatnya, pembentukan
Begitu juga dengan sumber zat besi yang
hemoglobin terganggu dan dapat
berasal dari buah-buahan. Kondisi Pulau
menyebabkan terjadinya anemia (Guyton
Kanalo yang panas dan memiliki tanah
& Hall, 2007).
berpasir menyebabkan kurangnya buah-
Anak-anak membutuhkan zat besi buahan yang dapat tumbuh disana.
rata-rata sebesar 8-15 mg per hari
KESIMPULAN
(Harijanto, 2000). Zat besi dapat diperoleh
dari sayuran seperti kacang panjang, Prevalensi anemia pada siswa SD
bayam, kangkung dan lauk pauk seperti di Pulau Kanalo, Sinjai yakni sebesar
tempe, tahu, daging ayam dan lain-lain. 54,09%. Terdapat hubungan yang
Selain itu, zat besi juga dapat diperoleh bermakna antara asupan zat besi (Fe)
dari buah-buahan seperti pepaya, mangga dengan kejadian anemia pada siswa
dan pisang (Husaini, 1990). Sekolah Dasar di Pulau Kanalo Kabupaten
Sinjai. Terdapat hubungan yang bermakna
Uji korelasi menunjukkan bahwa
antara asupan protein dengan kejadian
ada hubungan yang signifikan antara
anemia pada siswa Sekolah Dasar di Pulau
asupan Fe dengan status anemia pada anak
Kanalo Kabupaten Sinjai.
Sekolah Dasar (p=0,001). Hal ini sejalan
dengan penelitian Sri Utami, dkk (2013) SARAN
yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara asupan Fe
Untuk penelitian selanjutnya
diharapkan agar peneliti dapat memberikan
penyuluhan kepada anak tentang
pentingnya pola makan yang teratur dan
meningkatkan pola konsumsi pangan yang
banyak mengandung zat besi dan protein
seperti ikan,telur, sayur dan buah yang
mudah di dapat di wilayah pesisir.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai