A. Relevansi Metode
studi literatur bertujuan untuk melihat hubungan pola makan dengan kejadian
anemia pada remaja putri pada jurnal-jurnal terkait. Kelima artikel jurnal hasil
penelitian yang sama yaitu kuantitatif non eksperimental yaitu survey dan
2016-2020.
utama dari suatu penyakit. Biasanya anemia selalu menjadi akibat sampingan
hemoglobin dapat dilihat pada bagian dalam kelopak mata, yaitu kelopak
mata berwarna pucat. Semakin rendah kadar Hb maka anemia yang diderita
Salah satu penyebab terjadinya anemia adalah faktor pola makan. Pola
merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Pola makan
dan tidak pernah sama sekali. Dalam hal pemilihan makanan dan waktu
makan manusia dipengaruhi oleh usia, selera pribadi, kebiasaan, budaya dan
Seperti kebiasaan sarapan pada remaja putri, sarapan atau makan pagi
penting dilakukan karena saat tidur selama kurang lebih 8 jam tubuh kita tidak
ada makanan yang masuk dalam tubuh sedangkan tubuh tetap melakukan
metablisme basal. Sedangkan pagi hari aktivitas fisik mulai berjalan seperti
kegiatan dengan baik. Semua memerlukan energi dan energi didapat dari
untuk mengetahui hubungan pola makan dengan kejadian anemia pada remaja
pola makan dengan kejadian anemia pada remaja putri bahwa ada sebanyak
74 dari 83 orang (89,2%) remaja putri dengan pola makan tidak normal yang
normal ada sebanyak 51 dari 76 orang (67,1%) mengalami anemia. Hasil uji
statistik chi square menunjukkan bahwa nilai p= 0,001 (p ≤0,05), maka dapat
kejadian anemia pada pada remaja putri di SMA Negeri 2 Pringsewu tahun
2016. Dengan nilai OR 4,031 (95% CI = 1,738-9,348), hal ini berarti bahwa
pola makan tidak normal akan meningkatkan risiko kejadian kejadian anemia
sebanyak 4 kali dibandingkan pola makan normal pada remaja putri di SMA
pada remaja putri antara lain menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah
masa pertumbuhan yang sangat cepat, kekurangan zat besi pada masa ini akan
gizi yang lebih banyak. Kedua, perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan
kebutuhan energi dan zat gizi, di samping itu tidak sedikit remaja yang makan
yang dapat timbul karena kurang zat besi, antara lain konsentrasi belajar
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah pola makan yang tidak normal
pada remaja sebanyak 52,2% dan sisanya sebanyak 47,8% memiliki pola
sedangkan sisanya tidak anemia (21,4%). Pola makan tidak normal akan
pola makan normal pada remaja putri di SMA Negeri 2 Pringsewu tahun
2016.
Sejalan dengan hasil penelitian Sumy dkk (2020) yang bertujuan untuk
hubungan pola makan pada remaja dengan kejadian anemia pada siswi kelas
berdasarkan kelas, sebagian besar responden penelitian berada pada kelas VII
kesalahan (α) sebesar 5% (0,05) maka diperoleh bahwa nilai p-value pada
expected count cell sebanyak 50% (kurang dari 5), sehingga digunakan uji
lanjut yaitu Fisher's Exact Test dengan perolehan nilai signifikan sebesar =
0,02 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha diterima atau terdapat
memiliki pola makan kurang baik, sebagian besar siswi kelas VII tidak
mengalami anemia, terdapat hubungan antara pola makan pada remaja dengan
kejadian anemia pada siswi kelas VII MTs Sunan Kalijaga di Wilayah Kerja
rendah.
Zubir (2018) dalam penelitiannya bertujuan mengetahui hubungan
pola makan dengan anemia pada remaja putri di SMK Kesehatan Assyifa
pada remaja putri dalam penelitian ini adalah anemia sedang yang berjumlah
29 orang (44,6%). Pola makan remaja adalah tidak baik yang berjumlah 44
orang (67,7%). Diketahui bahwa dari 21 responden dengan pola makan baik
sebanyak 15 orang (71,4%) anemia pada remaja putri ringan, 5 orang (23,8%)
anemia pada remaja putri sedang dan 1 orang (4,8%) anemia berat.
orang (25%) anemia pada remaja putri ringan, 24 orang (54,4%) anemia
sedangn dan 9 orang (20,5%) anemia berat. Setelah dilakukan uji statistik
maka diperoleh nilai P=0,004, artinya hipotesis diterima atau ada hubungan
antara pola makan dengan anemia pada remaja putri di SMK Kesehatan
sebagian remaja putri di SMK Kesehatan Assyifa School Banda Aceh masih
mengalami anemia ringan, hal ini disebabkan karena pola makan remaja
menyimpang dari kebiasaan waktu makan yang sudah diberikan pada mereka.
Selain itu kebiasaan remaja yang sering mengkonsumsi makanan siap saji
juga merupakan faktor terjadinya anemia, sehingga perlu dirubah pola tingkah
jasmani.
pola makan adalah tingkah laku manusia atau sekelompok manusia dalam
dan kegiatan yang berulang kali dari individu dalam memenuhi kebutuhannya
terpenuhi.
Remaja putri mempunyai risiko yang lebih tinggi terkena anemia dari
pada remaja putra. Alasan pertama karena setiap bulan pada remaja putri
mengalami haid. Seorang wanita yang mengalami haid yang banyak selama
lebih dari lima hari dikhawatirkan akan kehilangan besi, sehingga
membutuhkan besi pengganti lebih banyak dari pada wanita yang haidnya
tidak sehat. Antara lain kebiasaan tidak makan pagi, malas minum air putih,
karbohidrat, vitamin dan mineral), kebiasaan ngemil makanan rendah gizi dan
sintesis pembentukan hemoglobin (Hb). Bila hal ini terjadi dalam jangka
dan pekerjaan, maka diperoleh hasil, ada hubungan antara pola makan dengan
anemia pada remaja putri di SMK Kesehatan Assyifa School Banda Aceh,
pengaruh pola makan terhadap kejadian anemia pada mahasiswi yang tinggal
berumur 19 tahun yaitu sebanyak 42 orang (42%) dan berumur 20 tahun yaitu
besar responden sudah mencukupi Pola Makan atas Angka Kecukupan Gizi
(AKG) yang telah ditentukan sebelumnya yaitu sebanyak 83 orang dan hanya
17 orang yang tidak mencukupi pola makannya atau AKG. 100 orang
bahwa sebanyak 39 orang yang mengalami anemia dan 61 orang yang tidak
mengalami anemia.
menjadi dewasa. Pola makan pada masa peralihan tersebut terkadang tidak
salah satunya adalah anemia. Anemia pada mahasiswi atau remaja putri
untuk menderita anemia. Hal ini dapat disebabkan karena pada priode tersebut
Hasil uji bivariat antara pola makan dengan kejadian anemia, diketahui
anemia, sebanyak 6 orang yang tidak mencukupi pola makannya tetapi tidak
mencukupi pola makannya dan tidak mengalami anemia. Setelah diuji dengan
value sebsar 0,018. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pola
mempunyai pola makan tidak cukup cenderung 1,206 kali lebih besar
cukup.
penyakit infeksi, penyakit kronik, aktifitas fisik dan paling umum adalah
karena ketidakcukupan asupan zat besi di dalam tubuh (Masthalina & Laraeni,
2015).
suka mengkonsumsi fast food dan junk food, sering mengkonsumsi minuman
teh kemasan, serta aktifitas kampus yang padat sehingga membuat mereka
sehat. Antara lain kebiasaan tidak makan pagi, malas minum air putih, diet
vitamin dan mineral), kebiasaan mengemil makanan rendah gizi dan makanan
waktu makan siang yang sangat terbatas, jadwal kuliah yang padat dan jam
kuliah kosong karena dosen tidak datang. Selain itu tinggal di indekost juga
makan atau diluar jadwal kebiasaan karena waktu yang terbatas, dan harus
anemia pada mahasiswi Fikes UM Parepare sebesar 39% dan pola makan
yang tidak mencukupi sebesar 17%. Terdapat pengaruh pola makan dengan
mempunyai pola makan tidak cukup cenderung 1,206 kali lebih besar
UM Parepare, diharapkan untuk merubah pola makan yang baik dan teratur
maupun hewani. Selain itu mengurangi mengkonsumsi junk food dan fast
untuk korelasi yang lebih baik dari data jumlah total partisipan dalam
remaja pertengahan (13 sampai 15 tahun) dan remaja akhir (16 sampai 19
berpartisipasi. Dari 32% ini sering minum teh/ kopi setelah makan, 36%
sering mengonsumsi jus buah/ buah, 39% sering makan sayuran berdaun hijau
food.
Di antara 300 peserta, 246 (82%) menderita anemia, 102 (34%) anak
berat (Hb <6gm%) Pada kelompok remaja awal dan akhir kasus anemia
meningkat secara bertahap dari kelompok remaja awal hingga akhir. Anemia
BMI normal. Anemia lebih sering terjadi pada vegetarian daripada non-
vegetarian dan di antara vegetarian lebih umum dengan pola makan berbasis
nasi ('r' = 0.871). Ada peningkatan asosiasi pada konsumsi teh dan kopi
setelah makan (‘r '= 0,892). Maksimal perempuan (78%) berada dalam
B. Keterbatasan
A. Kesimpulan
menunjukkan responden ada hubungan pola makan dengan kejadian anemia pada
remaja putri. Perbedaan dari masing-masing jurnal yaitu dari teknik pengambilan
sampel, dan indikator pertanyaan dalam kuesioner antara satu jurnal dengan
lainnya berbeda. Sedangkan persamaan dari kelima jurnal yaitu dari segi jenis
B. Saran
pola makan yang lebih spesifik menggunakan food recall agar hasil penelitian dan
apa yang dikonsumsi oleh responden secara detail dan mengurangi bias
penelitian.