Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR, KONSUMSI ENHANCER DAN

INHIBITOR ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN


REMAJA PUTRI DI SMAN 3 CIBINONG

Devi Afifah Yuliadharma1), Ibnu Malkan Bakhrul Ilmi1, Taufik Maryusman1), Firlia
Ayu Arini1)
1,2,3,4)
Program Studi Gizi Program Sajana, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta

E-mail: deviafifahy@upnvj.ac.id
E-mail: ibnuilmi@upnvj.ac.id
E-mail: PembelajarTaufik@gmail.com
E-mail: firliaayuarini@upnvj.ac.id

ABSTRAK
Anemia dipengaruhi oleh kadar hemoglobin tubuh dimana faktor yang dapat mempengaruhi kadar hemoblogin
salah satunya adalah kualitas tidur. Anemia juga terjadi karena defisiensi asupan zat gizi besi yang dipengaruhi
oleh kemampuan penyerapan zat besi. Penyerapan asupan zat besi dapat dipengaruhi oleh faktor pendorong
(enhancer) dan penghambat (inhibitor). Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana hubungan
kualitas tidur, konsumsi enhancer dan inhibitor zat besi dengan kadar hemoglobin pada remaja putri di SMAN 3
Cibinong. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional dan melibatkan 50 siswi
kelas X dan XI yang dipilih dengan teknik stratified random sampling. Didapatkan hasil rata-rata kadar Hb
responden adalah 12,7 g/dL. Sebanyak 54% responden sering mengkonsumsi enhancer zat besi dan 56% responden
sering mengkonsumsi inhibitor zat besi. Terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan kadar Hb (p = 0,024),
tidak terdapat hubungan antara konsumsi enhancer zat besi dengan kadar Hb (p = 0,209), dan terdapat hubungan
antara konsumsi inhibitor zat besi dengan kadar Hb (p = 0,033). Sehingga kesimpulannya adalah kualitas tidur dan
kebiasaan konsumsi inhibitor zat besi dapat mempengaruhi kadar Hb dan memicu anemia sehingga responden
disarankan mengurangi konsumsi inhibitor zat besi sebagai upaya pencegahan dini kejadian anemia.

Kata Kunci: Enhancer & inhibitor zat besi; kadar hemoglobin; kualitas tidur

ABSTRACT

Anemia is caused by the hemoglobin level and the factor that can affect hemoglobin levels is sleep quality. Anemia
also occurs due to a deficiency of iron nutrient intake which is affected by the ability to absorb iron. The absorption
of iron intake can be influenced by enhancers and inhibitors. The purpose of this study is to determine the
relationship between sleep quality, consumption of iron enhancers, and inhibitors with hemoglobin levels in female
adolescents at SMAN 3 Cibinong. This study was an observational study with a cross-sectional design and
involved 50 female students in grades X and XI who were selected using stratified random sampling. It was found
that the average Hb level of the respondents was 12.7 g/dL. As many as 54% of respondents often consume iron
enhancers and 56% of respondents often consume iron inhibitors. There is a relationship between sleep quality
and Hb levels (p = 0.024), there is no relationship between consumption of iron enhancers and Hb levels (p =
0.209), and there is a relationship between consumption of iron inhibitors and Hb levels (p = 0.033). So the
conclusion is that sleep quality and consumption habits of iron inhibitors can affect Hb levels and trigger anemia
so respondents are advised to reduce the consumption of iron inhibitors in an effort to prevent anemia early.

Keywords: Iron enhancers & inhibitors; hemoglobin level; sleep quality


PENDAHULUAN Penelitian yang dilakukan oleh Fitria (2020)
menyatakan bahwa ada hubungan antara
WHO mengartikan anemia sebagai kualitas tidur dengan gejala anemia (Fitria
kondisi tubuh saat kadar hemoglobin (Hb) & Puspita, 2020).
dalam darah berada di bawah nilai Selain kualitas tidur, defisiensi
normalnya. Saat ini, anemia masih menjadi asupan zat besi juga dapat menyebabkan
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia anemia. Zat besi dari makanan akan
terutama remaja putri, wanita usia subur, diabsorpsi oleh enterosit duodenum, lalu
dan ibu hamil. Remaja putri lebih rentan transferrin akan membawa zat besi dari
mengalami anemia karena banyak enterosit ke dalam plasma darah (Means,
kehilangan darah ketika menstruasi setiap 2020). Asupan zat besi dapat dipengaruhi
bulan (Kemenkes RI, 2018b). Kadar oleh kurangnya konsumsi zat besi dan
hemoglobin rendah merupakan salah satu pengaruh kemampuan penyerapan zat besi,
faktor gizi yang mengakibatkan penurunan dimana penyerapan asupan zat besi dapat
kecerdasan intelektual pada anak. Nilai dipengaruhi oleh faktor pendorong
kecerdasan intelektual dan kemampuan (enhancer) dan penghambat (inhibitor)
belajar pada anak dengan kondisi anemia (Pratiwi & Widari, 2018). Ada beberapa
lebih rendah dibanding anak yang sehat mikronutrien yang bekerja dengan zat besi
(Kusmiyati et al., 2013). untuk meningkatkan penyerapan zat besi,
Hasil survei RISKESDAS 2013 seperti vitamin A, vitamin C, vitamin B2,
menunjukkan angka prevalensi anemia di dan vitamn B6 (Marya, 2013). Selain itu
Indonesia yaitu 21,7% pada semua juga terdapat zat gizi yang mengganggu
kelompok umur. Selain itu, data penyerapan zat besi, seperti zat tanin dalam
RISKESDAS juga menunjukkan bahwa teh dan kopi. Selain itu, zat gizi lain yang
prevalensi anemia perempuan usia ≥15 termasuk penghambat (inhibitor) adalah
tahun adalah sebesar 22,7% (Kemenkes RI, kalsium, fosfat, dan fitat yang dikonsumsi
2013). Angka prevalensi anemia meningkat dalam jumlah besar (Sizer & Whitney,
menjadi 23,7% pada semua kelompok umur 2013).
dan 32% pada remaja berusia 15 – 24 tahun Studi pendahuluan dengan metode
(Kemenkes RI, 2018a). Hasil penelitian wawancara telah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya oleh Permatasari et al. (2020) dan hasilnya sebanyak 66,6% dari 21
menunjukkan terdapat 20,9% remaja di responden mengatakan belum pernah
Kota Bogor yang mengalami anemia memeriksa kadar hemoglobin dan 52,4%
(Permatasari et al., 2020). Penelitian serupa diantaranya mengaku sering merasakan
juga dilakukan di Kabupaten Bogor yang gejala anemia. Kualitas tidur buruk juga
menunjukkan prevalensi anemia siswi dialami oleh 61,9%. Melihat hasil
sebesar 35,6% dan deplesi simpanan zat penelitian terdahulu dan studi pendahuluan,
besi 45,5% (Briawan et al., 2014). peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
Anemia dipengaruhi oleh kadar lebih lanjut terkait hubungan kualitas tidur,
hemoglobin tubuh, salah satu faktor yang konsumsi enhancer dan inhibitor dengan
dapat mempengaruhi kadar hemoblogin kadar hemoglobin remaja putri khususnya
adalah kualitas tidur. Kualitas tidur yang di SMAN 3 Cibinong.
buruk dapat mempengaruhi proses
regenerasi sel tubuh, terutama dalam METODE
pembentukan hemoglobin sehingga
berakibat pada kurangnya kadar Penelitian dilakukan selama dua
hemoglobin dalam tubuh (Astuti et al., bulan, yaitu dari bulan Maret sampai April
2015). Kurangnya kadar hemoglobin akan tahun 2023. Metode penelitian yang
menyebabkan kurangnya suplai oksigen digunakan adalah analitik observasional
dan berlanjut pada kejadian anemia. dengan desain penelitian cross sectional.
Jumlah sampel sebanyak 50 orang Konsumsi enhancer dan inhibitor zat
yang dipilih dengan teknik stratified besi diukur menggunakan kuesioner SQ –
random sampling dimana populasi dibagi FFQ dalam rentang waktu 1 bulan dengan
menjadi beberapa sub kelompok yang daftar bahan makanan yang dikelompokkan
disebut strata lalu sampel dipilih dari setiap menjadi protein, sayuran, buah – buahn, dan
strata sehingga sampel terdistribusi secara minuman. Bahan makanan tersebut akan
merata dan mewakili karakteristik populasi dikategorikan menurut frekuensi konsumsi
heterogen. Subjek penelitian ini adalah menjadi “sering” jika mengkonsumsi ≥
siswi kelas X dan XI SMAN 3 Cibinong 3x/minggu dan “jarang” jika
yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria mengkonsumsi < 3x/minggu.
inklusi pada penelitian ini yaitu siswi aktif Data yang diperoleh kemudian diolah
kelas X dan XI, berusia 15 sampai 18 tahun, dan dianalisis menggunakan software
bersedia mengikuti penelitian dengan Microsoft Excel dan Statistical Package for
mengiis formulir informed consent, serta Social Science (SPSS) versi 25. Analisis
bersedia mengisi kuesioner dan univariat dilakukan untuk menggambarkan
diwawancarai oleh peneliti. Sedangkan distribusi karakteristik responden (usia,
kriteria eksklusinya adalah responden yang kelas, kadar hemoglobin, dan frekuensi
sedang menjalani diet (vegan atau konsumsi enhancer dan inhibitor zat besi).
berpuasa), sedang mengalami menstruasi Analisis bivariat dilakukan dengan uji
dan sedang hamil. korelasi spearman untuk mengetahui
Variabel dependen penelitian ini adalah hubungan antar variabel dependen dengan
kadar hemoglobin remaja putri. Variabel independen. Penlitian ini telah mendapat
independennya adalah kualitas tidur, konsumsi persetujuan dari Komisi Etik Penelitian
enhancer dan inhibitor zat besi. Sedangkan Kesehatan Universitas Pembangnan
jenis kelamin, aktivitas fisik dan penyakit
Nasional “Veteran” Jakarta Nomor:
infeksi merupakan variabel perancu karena
termasuk faktor yang dapat mempengaruhi
50/III/2023/KEPK petunjuk pelasanaan
kadar hemoglobin seseorang. Data yang penelitian dan pengabdian masyarakat
dikumpulkan dalam penelitian ini adalah
HASIL PENELITIAN
karakteristik responden berupa usia, kelas dan
kadar hemoglobin yang diperoleh dari Karakteristik Responden
kuesioner serta alat ukur hemoglobin digital
(easytouch), data kualitas tidur yang diperoleh Total responden dalam penelitian
dengan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality ini yaitu 50 orang remaja putri, terdiri dari
Index (PSQI), serta data konsumsi enhancer rentang usia 15 – 17 tahun, dengan
dan inhibitor zat besi. responden terbanyak adalah 16 tahun yaitu
Pengambilan kadar hemoglobin 31 responden (62%). Usia rata – rata
dilakukan oleh bidan menggunakan alat responden yaitu 15,98. Sedangkan jenjang
ukur Hb digital (easytouch) dengan cara kelas terbanyak yaitu ada pada kelas X
menyuntik jari menggunakan lancet pen sebanyak 27 responden (54%). Hasil
lalu jari ditekan secara perlahan agar darah pemeriksaan kadar Hb menunjukkan bahwa
keluar. Darah yang keluar akan responden dengan kadar Hb baik (50%)
ditempelkan ke chip alat pemeriksa sama dengan responden dengan kadar Hb
hemoglobin digital. Kadar hemoglobin rendah (50%), masing – masing 25
akan keluar secara otomatis dan peneliti responden.
mencatat hasil tersebut. Hasil kadar
hemoglobin dikategorikan menjadi baik
(kadar Hb ≥ median) kurang (kadar Hb <
median).
Tabel 1. Karakteristik Responden buruk. Selanjutnya pada variabel konsumsi
Variabel n = 50 (%) enhancer dan inhibitor zat besi, rata – rata
Usia frekuensi secara berurutan adalah 2,82 dan
15 10 (20%) 2,08 kali/minggu dengan frekuensi tertinggi
16 31 (62%) yaitu 5.
17 9 (18%)
Kualitas Tidur
Kelas Kualitas tidur dinyatakan buruk
X 27 (54%) apabila hasil skor kuesioner PSQI yaitu 6 –
XI 23 (46%) 21. Tabel 3 menyajikan beberapa aspek
Kadar Hemoglobin yang mengganggu kualitas tidur responden.
Baik (≥ 12,6 g/dL) 25 (50%)
Kurang (< 12,6 g/dL) 25 (50%) Tabel 3. Gambaran Frekuensi
Kualitas Tidur Gangguan Tidur
Baik (0 – 5) 4 (8%) Gangguan Frekuensi Jumlah
Buruk (6 – 21) 46 (92%) Tidur (%)
Konsumsi Enhancer Terbangun di 22
Sering (≥ 3x/minggu) 27 (54%) tengah
Jarang (< 3x/minggu) 23 (46%) malam atau
Konsumsi Inhibitor terlalu dini
Sering (≥ 3x/minggu) 28 (56%) Terbangun 10
Jarang (< 3x/minggu) 22 (44%) untuk ke
≥ 3x
kamar mandi
Mayoritas responden juga memiliki seminggu
Kedinginan 24
kualitas tidur yang buruk sebanyak 46 di malam hari
responden (92%). Selanjutnya pada Kepanasan di 14
variabel konsumsi, sebanyak 27 responden malam hari
(54%) sering mengkonsumsi enhancer zat Mimpi buruk 10
besi dan sebanyak 28 responden (56%) Terasa nyeri 10
sering mengkonsumsi inhibitor zat besi. Lainnya 10
Total 100
Tabel 2. Distribusi Data Primer Berdasarkan tabel 3, sebanyak 46
Rata – responden (92%) menyatakan bahwa
Variabel Min – Maks
rata  SD kualitas tidur mereka memburuk secara
12,6  signifikan dalam sebulan terakhir.
Kadar Hb 8 – 18 mg/dL
2,64 Penyebabnya beragam, diantaranya karena
Kualitas 8,52  insomnia dan kurangnya durasi tidur yang
Skor 4 – 15 disebabkan karena menatap layar gawai
Tidur 2,03
Konsumsi 2,82  1– terlalu lama sebelum tidur. Sebaliknya,
Enhancer 1,46 5x/minggu terdapat 4 responden (8%) mengaku bahwa
Konsumsi 2,08  1– mereka lebih memiliki kualitas tidur yang
Inhibitor 1,22 5x/minggu lebih baik yang ditunjukkan dengan tidur
yang teratur dan jarang mengalami
Tabel 2 menunjukkan bahwa rata – gangguan tidur seperti terbangun di tengah
rata kadar hemoglobin responden yaitu 12,6 malam, mimpi buruk, dan latensi tidur yang
dan kadar hemoglobin tertinggi yaitu 18 baik.
mg/dL. Untuk kualitas tidur, rata – rata
responden memiliki skor 8,52 dengan skor
tertinggi yaitu 15 yang berarti kualitas tidur
Konsumsi Enhancer Zat Besi tubuh. Zat gizi yang termasuk ke dalam
enhancer zat besi yaitu protein, vitamin A,
Enhancer zat besi merupakan
vitamin C, vitamin B2, vitamin B6. Berikut
makanan yang dapat mempercepat
merupakan distribusi frekuensi konsumsi
penyerapan zat besi dari makanan ke dalam
enhancer zat besi pada responden.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Konsumsi Enhancer Zat Besi


Rata – rata Sering Jarang
Bahan Makanan Frekuensi
Berat (gram) n % n %
per minggu
Protein
Unggas/ayam 3,2 65,6 41 82 9 18
Daging sapi 0,8 62,4 7 14 41 82
Daging kambing 0,7 32,1 0 0 14 28
Ikan/seafood 1,8 71,5 15 30 29 58
Telur 2,6 69,8 28 56 20 40
Jeroan/hati 0,7 25 3 6 18 36
Sayuran
Wortel 1,9 23,2 19 38 23 46
Ketimun 1,8 46,6 9 18 17 34
Kol 1,3 18,3 8 16 24 48
Buncis 1,1 27,2 8 16 17 34
Sawi 1,7 31 16 32 19 38
Kacang panjang 0,9 26,3 4 8 19 38
Daun singkong 1,6 28,9 9 18 11 22
Buah – buahan
Jeruk 1,8 118,8 12 24 19 38
Tomat 1,2 48 11 22 13 26
Mangga 1,6 256,9 15 30 25 50
Semangka 1 177,4 8 16 31 62
Pepaya 1,4 200,2 7 14 20 40
Jambu 1,1 275,4 3 6 26 52
Pisang 2,4 140,9 27 54 18 36

Berdasarkan tabel 4, sebagian besar disebabkan karena mayoritas responden


responden sering mengonsumsi enhancer tidak menyukai rasa daging kambing dan
zat besi berupa daging ayam (82%), rata – jeroan/hati serta belum mengkonsumsinya
rata 3,2 kali dalam seminggu. Selain daging dalam 1 bulan terakhir.
ayam, sumber enhancer zat besi yang sering
dikonsumsi responden adalah telur (56%), Konsumsi Inhibitor Zat Besi
pisang (54%), dan wortel (38%). Inhibitor zat besi merupakan
Sedangkan sumber enhancer zat besi yang makanan yang dapat menghambat
paling jarang dikonsumsi responden adalah penyerapan zat besi dari makanan ke dalam
daging sapi (82%), dengan frekuensi tubuh. Zat gizi yang termasuk ke dalam
konsumsi rata – rata 0,8 kali per minggu inhibitor zat besi yaitu fitat, fosfat tannin,
(tidak setiap hari). Selain itu, daging kafein, dan kalsium. Berikut merupakan
kambing dan jeroan/hati dikonsumsi rata – distribusi frekuensi konsumsi inhibitor zat
rata 0,7 kali per minggu (tidak setiap hari). besi pada responden
Menurut hasil wawancara, hal ini
.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Konsumsi Inhibitor Zat Besi
Rata – rata Sering Jarang
Bahan Makanan Frekuensi
Berat (gram) n % n %
per minggu
Protein
Tempe 2,1 51 15 30 29 58
Tahu 2,3 56,1 17 34 28 56
Kacang tanah 1 14,7 4 8 12 24
Kacang hijau 0,7 80 0 0 21 42
Keju 2,2 225 9 18 26 52
Minuman
Sari kedelai 1,8 37,5 2 4 8 16
Teh 2,2 260,5 9 18 35 70
Kopi 4,3 199,6 22 44 16 32
Susu 4,3 266,2 32 64 12 24

Berdasarkan tabel 5, sebagian besar (70%) dengan rata – rata frekuensi


responden sering mengkonsumsi inhibitor konsumsi 42,2 kali per minggu.
zat besi berupa susu (64%) dengan rata – Berdasarkan wawancara, hal ini disebabkan
rata frekuensi konsumsi 4,3 kali per karena mayoritas responden sering
minggu. Selain susu, kopi juga termasuk mengkonsumsi susu pada pagi dan malam
sumber inhibitor zat besi yang sering hari. Selain itu responden juga mengaku
dikonsumsi responden dengan rata – rata sering mengkonsumsi kopi, baik dari toko
frekuensinya adalah 4,3 kali per minggu. minuman maupun membuat kopi seduh
Sedangkan sumber inhibitor zat besi yang sendiri di rumah.
jarang dikonsumsi responden adalah the

20 20

15 15
Kadat Hb
Kadar Hb

10 10

5 Y = 0,0693x + 12,527
5 Y = -0,6035x + 17,768
R² = 0,0014
R² = 0,2255
0 0
0 5 10 15 20 0 2 4 6
Kualitas Tidur Konsumsi Enhancer

Gambar 1. Scatter Plot Hubungan Gambar 2. Scatter Plot Hubungan


Kualitas Tidur dengan Kadar Konsumsi Enhancer dengan Kadar
Hemoglobin Hemoglobin
dengan kadar hemoglobin pada remaja putri
6 Y = -0.8318x + 14.452 di SMAN 3 Cibinong. Selain itu didapatkan
R² = 0.1425
5 nilai r sebesar 0,181 yang berarti kekuatan
hubungan kuat. Pada diagram scatter plot
Kadar Hb

4
3 (Gambar 2) juga tidak menunjukkan adanya
2 korelasi. Pada variabel konsumsi inhibitor
1 didapatkan nilai p value sebesar 0,033 (p <
0
0,05) pada variabel konsumsi inhibitor.
0 5 10 15 20 Artinya terdapat hubungan antara konsumsi
Konsumsi Inhibitor inhibitor dengan kadar hemoglobin pada
remaja putri di SMAN 3 Cibinong. Selain
itu didapatkan nilai r sebesar -0,302 yang
Gambar 1. Scatter Plot Hubungan
berarti kekuatan hubungan sedang. Pada
Konsumsi Inhibitor dengan Kadar
diagram scatter plot (Gambar 3) juga
Hemoglobin
menunjukkan korelasi negatif.
Hubungan Kualitas Tidur, Konsumsi
Enhancer dan Inhibitor Zat Besi dengan PEMBAHASAN
Kadar Hemoglobin
Hubungan Kualitas Tidur dengan Kadar
Berdasarkan tabel 6, didapatkan Hemoglobin
nilai p value sebesar 0,024 (p < 0,05) pada
Ketika seseorang menderita
variabel kualitas tidur. Artinya terdapat
insomnia atau kualitas tidur yang buruk,
hubungan antara kualitas tidur dengan
dapat memicu stres oksidatif, yang jika
kadar hemoglobin pada remaja putri di
terjadi selama lebih dari 12 jam
SMAN 3 Cibinong. Namun untuk nilai r
menyebabkan sel darah merah lebih cepat
yang didapat yaitu -0,320 yang berarti
rusak. Akibatnya, sel darah merah
kekuatan hubungan sedang. Hal ini
berkurang dan kadar hemoglobin dalam
mungkin karena ada faktor lain selain
darah menurun (Mawo et al., 2019). Hasil
kualitas tidur yang dapat mempengaruhi
pada penelitian ini sejalan dengan
kadar Hb yang berada di luar variabel
penelitian Paundanan (2023) yang
penelitian ini.
menyatakan ada hubungan bermakna antara
kualitas tidur dengan kadar hemoglobin
Tabel 6. Hubungan Kualitas Tidur,
pada remaja putri dengan p value = 0,012 (p
Konsumsi Enhancer dan Inhibitor Zat
< 0,05). Jackowska et al. (2015) juga
Besi dengan Kadar Hemoglobin
menyatakan bahwa durasi tidur dan
Variabel Kadar
gangguan tidur berhubungan dengan kadar
Hemoglobin
hemoglobin yang rendah. Sementara itu,
r − 0,032 penelitian lain oleh Kara & Tenekeci (2017)
Kualitas Tidur
p value 0,024 juga menyatakan terdapat korelasi antara
Konsumsi r 0,181 kualitas tidur dengan kejadian anemia
Enhancer p value 0,209 dengan p value = 0,001 (p < 0,05).
Konsumsi r − 0,302 Banyaknya remaja putri yang memiliki
Inhibitor p value 0,033 kualitas tidur buruk dibuktikan dari hasil
kuesioner PSQI, yaitu mayoritas responden
Pada diagram scatter plot (Gambar mengalami gangguan tidur berupa
1) juga terlihat korelasi yang negatif. kedinginan di malam hari dan terbangun di
Selanjutnya pada variabel konsumsi tengah malam atau dini hari. Responden
enhancer didapatkan nilai p value sebesar juga menyatakan bahwa penyebab kualitas
0,209 (p > 0,05). Artinya tidak terdapat tidur buruk alah karena bermain gadget
hubungan antara konsumsi enhancer sebelum tidur.
Teori lain menyebutkan bahwa tidur pembentukan hemoglobin (Trisna et al.,
memiliki hubungan dengan mekanisme 2023) Kejadian anemia dapat
pelepasan radikal bebas, dimana tingkat mempengaruhi sistem dopaminergik,
stress oksidatif akan berfluktuasi mengikuti dimana sistem ini berperan dalam kualitas
irama sirkadian. Intensitas tidur dapat dan kuantitas REM (Rapid Eye Movement)
mempengaruhi proses biologis tubuh yang saat tidur (Sincan et. al., 2022).
terjadi ketika tidur, salah satunya
Fifel et al. (2018) juga menemukan bahwa Pedoman Gizi Seimbang (PGS). Dimana
kekurangan dopamine berkaitan dengan untuk porsi konsumsi lauk hewani dan
sleep/wake disturbance, terutama dalam nabati menurut anjuran PGS adalah 3P/hari
kondisi pencahayaan yang tidak optimal. (150 gram), namun responden dalam
penelitian ini rata – rata mengonsumsi lauk
Hubungan Konsumsi Enhancer Zat Besi hewani sebanyak 54,4 gram/hari (36,27%).
dengan Kadar Hemoglobin Untuk porsi sayur buah menurut anjuran
Salah satu faktor yang PGS adalah 1 – 3P/hari (100 – 300 gram),
mempengaruhi kadar hemoglobin tubuh sedangkan responden pada penelitian ini
adalah asupan zat gizi besi dimana asupan mengkonsumsi sayur buah sebanyak 101,3
zat besi juga dipengaruhi oleh faktor gram/hari yang artinya sudah memenuhi
pendorong (enhancer). Hasil penelitian ini batas minimal anjuran konsumsi.
sejalan dengan penelitian Masthalina Protein merupakan sumber zat besi
(2015) yang menyatakan tidak ada dan asam folat, yang juga berperan dalam
hubungan konsumsi enhancer zat besi absorpsi zat besi dalam tubuh. Sehingga
dengan status anemia siswi (p value = jika seseorang kekurangan protein maka
0,380). Hal ini dapat terjadi karena penyerapan zat besi dan asam folat
konsumsi enhancer zat besi tidak menurun. Protein juga berperan dalam
bersamaan dengan makanan sumber zat pembentukan darah (homopoiesis) dan
besi, sehingga tidak menimbulkan dampak pengangkutan zat besi ke seluruh tubuh.
yang signifikan bagi ketersediaan zat besi Jadi ketika asupan protein lebih rendah,
tubuh. Penelitian serupa juga dilakukan pengangkutan besi menjadi terhambat.
oleh Nabilla (2020) yang menyatakan tidak Selain itu, vitamin C juga diketahui sebagai
ada hubungan antara kejadian anemia zat yang mendorong penyerapan zat besi
dengan pola konsumsi enhancer zat besi karena dapat mengubah bentuk feri menjadi
pada santriwati (p value = 0,339). Hasil fero sehingga mudah diserap dan
penelitian ini juga selaras dengan penelitian membentuk gugus besi – oksalat yang
Susantini & Bening (2023) yang membuatnya larut pada pH tinggi di
menyatakan tidak ada hubungan antara duodenum. Baik protein maupun vitamin C
konsumsi enhancer dengan anemia remaja jika dikonsumsi dalam jumlah terbatas
putri (p value = 0,18). Safwan & Asar maka peran zat tersebut sebagai enhancer
(2017) juga melakukan penelitian serupa tidak akan bekerja secara maksimal (Elba et
terhadap remaja putri menyimpulkan al., 2021). Meskipun vitamin C menjadi
bahwa tidak ada hubungan signifikan antara enhancer terkuat, beberapa penelitian tidak
status hemoglobin dengan asupan vitamin C mengkonfirmasi adanya korelasi antara
(p value = 0,394). total asupan vitamin C harian dengan status
Permatasari et al. (2020) juga besi, hal ini bisa terjadi karena beberapa
menyatakan bahwa tidak ada hubungan faktor yang mengganggu (Skolmowska &
signifikan antara asupan besi, protein serta Glabska, 2022). Diet sayur dan buah yang
vitamin C terhadap status anemia remaja bervariasi dengan kadar vitamin C dan serat
putri di Kota Bogor. Pasalnya, konsumsi yang berbeda, sehingga efek dari masing –
lauk hewani serta buah dan sayur masih masing komponen ini menyebabkan
tergolong rendah dibandingkan anjuran konsentrasi hemoglobin tidak berubah.
Studi baru juga menyatakan bahwa belum mengikat zat besi sehingga penyerapan zat
ada uji klinis acak untuk menilai apakah besi terganggu. Pada penelitian ini
suplemen vitamin C diperlukan untuk konsumsi tahu menjadi konsumsi inhibitor
penderita anemia (Li et al., 2020). zat besi terbanyak ke – 3 setelah susu dan
Penelitian yang dilakukan oleh Habibie et kopi dengan rata – rata frekuensi konsumsi
al. (2018) juga menyimpulkan bahwa tidak yaitu 2,3x/minggu dan rata – rata konsumsi
terdapat hubungan antara asupan vitamin C sebanyak 56,1 gram.
dengan kadar hemoglobin remaja putri (p Inhibitor zat besi yang paling sering
value = 0,383). Penelitian sejalan dilakukan dikonsumsi pada responden penelitian ini
pada mahasiswa di Pakistan menyimpulkan adalah susu dan kopi. Susu merupakan
bahwa rata – rata konsumsi makanan kaya salah satu sumber protein hewani yang
akan vitamin C hanya berpengaruh sedikit mengandung nilai gizi tinggi dan digemari
terhadap kenaikan kadar hemoglobin masyarakat. Dimana protein dalam susu
dibandingkan dengan batas normal disebut kasein dan whey diketahui dapat
hemoglobin. Sehingga disimpulkan tidak menghambat penyerapan zat besi. Zat gizi
ada pengaruh signifikan antara asupan lain yang terkandung dalam susu yaitu
vitamin C dengan sttaus hemoglobin kalsium juga dapat menghambat
(Safwan & Asar, 2018). penyerapan zat besi heme dan nonheme
yang berkaitan dengan transportasi zat besi
Hubungan Konsumsi Inhibitor Zat Besi (Hurrell & Egli (2010) dalam Khodijah
dengan Kadar Hemoglobin 2018)). Dalam penelitian ini, responden
Selain konsumsi enhancer, asupan zat sering mengkonsumsi susu dan kopi
besi juga dipengaruhi oleh faktor 4x/minggu dengan kuantitasnya berturut –
penghambat (inhibitor). Hasil penelitian ini turut yaitu 266,2 ml dan 199,6 ml. Setelah
sejalan oleh penelitian Simanungkalit & dilakukan wawancara lebih lanjut, rata –
Desi (2019) yang menyatakan adanya rata responden mengkonsumsi susu 2x/hari
hubungan inhibitor zat besi dengan (pagi dan malam). Selain susu dan kopi, teh
kejadian anemia pada remaja putri (p value juga dikonsumsi sebanyak 2x/minggu
= 0,009). Warda & Fayasari (2021) namun kuantitasnya sebanyak 260,5 ml.
menyimpulkan bahwa salah satu faktor Meskipun konsumsi teh lebih sedikit
yang mempengaruhi status anemia pada frekuensinya dibanding kopi, namun porsi
remaja putri yaitu konsumsi inhibitor zat yang dikonsumsi lebih besar dibanding
besi. Penelitian serupa oleh Masthalina kopi. Kandungan kalsium pada susu
(2015) juga menghasilkan adanya diketahui dapat mengurangi efektifitas
hubungan signifikan (p value = 0,004) penyerapan zat besi sebesar 50 – 60%.
antara konsumsi inhibitor zat besi dengan Semakin banyak asupan kalsium, maka
status anemia siswi. Hal ini disebabkan semakin rendah kadar hemoglobin tubuh
karena sebagian besar siswi gemar sehingga meningkatkan resiko anemia
mengkonsumsi teh dan coklat yang (Marina et al., 2015).
merupakan inhibitor zat besi. Nabilla et. al Menurut Nugroho & Wardani
(2022) juga menyimpulkan adanya (2022), konsumsi kafein berhubungan
hubungan antara konsumsi sumber dengan kejadian anemia (p value = 0,000).
inhibitor zat besi dengan status anemia Hal ini dikarenakan tannin dalam teh dan
santriwati (p value = 0,012). Hal ini kopi dapat menurunkan absorbsi zat besi
dikarenakan hampir setiap hari menu di hingga 80%, selain itu konsumsi teh atau
Pondok Pesantren Al – Mizan berupa kopi 1 jam setelah makan dapat
olahan lauk tempe dan tahu. Kedua menurunkan absorbsi zat besi hingga 85%.
makanan ini berbahan dasar kacang kedelai Kandungan tannin pada dapat menghambat
yang mengandung fitat, dimana fitat dapat penyerapan zat besi sebesar 20% (Delimont
et al., 2012).
Penelitian serupa dilakukan oleh = 0,013) dan fitat (p value = 0,048).
Marina et. al (2015) yang menyimpulkan Polifenol dalam teh dan kopi dapat
bahwa ada hubungan antara status Hb menghambat penyerapan zat besi hingga
dengan asupan tanin/konsumsi teh (p value 90%.
Semakin banyak polifenol yang sebagian besar berusia 16 tahun (62%) dan
dikonsumsi, maka semakin banyak kelas X (54%). Responden yang memiliki
polifenol yang menghambat penyerapan. kadar Hb baik dan kurang sama – sama
Namun, efek polifenol dalam menghambat berjumlah 25 orang (50%). Mayoritas
penyerapan zat besi juga tergantung pada responden memiliki kualitas tidur buruk
jenis polifenol dan jumlah polifenol yang (92%), mengkonsumsi enhancer dengan
dikonsumsi (Hurrell & Egli (2010) dalam frekuensi sering (54%), dan mengkonsumsi
dalam Gunec (2023)). Penelitian lain inhibitor dengan frekuensi sering (56%).
bereksperimen bahwa penyerapan zat besi Setelah dilakukan uji bivariat,
lebih banyak dihambat oleh konsumsi teh didapatkan hasil adanya pengaruh kualitas
dibandingkan kopi. Penyerapan zat besi tidur dan konsumsi inhibitor dengan kadar
menurun sebanyak 62% saat hemoglobin pada remaja putri di SMAN 3
mengkonsumsi teh dan 35% saat Cibinong secara signifikan dilihat dari hasil
mengkonsumsi kopi (Hallberg & Rossander uji statistik nilai p value berturut – trut yaitu
(1982) dalam Gunec (2023)). 0,024 dan 0,033. Namun, tidak terdapat
pengaruh konsumsi enhancer zat besi
SIMPULAN dengan kadar hemoglobin pada remaja putri
di SMAN 3 Cibinong secara signifikan
Terdapat 50 responden yang
dilihat dari hasil uji statistik nilai p value =
berpartisipasi dalam penelitian dan
0,209.

DAFTAR PUSTAKA on Iron Bioavailability and Status:


A Narrative Review; 2013. 1 – 12
WHO. Iron Deficiency Anemia; Elba F, Daryanti E, Gumilang L, Nurjannah
Assessment, Prevention and TA. Correlation Between
Control; 2001 Consumption of Protein and
Kementrian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Vitamin C Among Children Aged
Dasar Tahun 2013. Jakarta: 12 – 24 Months with Anemia in the
Kementrian Kesehatan RI; 2013 South Sumedang District; 2021. 220
Kementrian Kesehatan RI. Laporan Riset – 227
Kesehatan Dasar Nasional Tahun Fifel K, Meijer JH, Deboer T. Long-term
2018. Jakarta: Kementrian Effects of Sleep Deprivation on
Kesehatan RI; 2018 Neuronal Activity in Four
Briawan D, Madanijah S, Ernawati F, Hypothalamic Areas; 2018. 54 – 63
Zulaikhah. Status Besi, Ghosh T, Sarkar E, Sarkar K, Dalai CK,
Pengetahuan dan Sikap Tentang Ghosal A. A study on Smartphone
Anemia pada Siswi Remaja di Addiction and Its Effects on Sleep
Kabupaten Bogor; 2014 Quality Among Nursing Students in
Damanik AH, Simanungkalit SF, Arini FA. a Municipality Town of West
Gambaran IMT/U, Asupan Zat Besi Bengal. Family Med Prim Care;
(Fe), dan Inhibitor Zat Besi (Fe) 2021: 10(1). 378–386
dengan Anemia Remaja Putri di Gunec C. A Mini Review on The
SMA Muhammadiyah 7 Sawangan, Relationship Between Coffee and
Depok; 2018: 14(3). 255 – 263 Tea Consumption and Iron
Delimont NM, Haub MD, Lindshield BL. Absorption in The Gut – Iron
The Impact of Tannin Consumption Deficiency Anemia; 2023. 10–13
Hallberg & Rossander. Effect of Different Public Health Science and
Drinks on The Absorption of Non- Research; 2022: 2(1), 51–56
heme Iron From Composite Meals; Permatasari T, Briawan D, Madanijah S.
1982. Huma Nutrition. Hubungan Asupan Zat Besi dengan
Hurrell R & Egli I. Iron Bioavailability and Status Anemia Remaja Putri di Kota
Dietary Reference Values. The Bogor. PREPOTIF: Jurnal
American Journal of Clinical Kesehatan Masyarakat; 2020: 4(2),
Nutrition; 2010: 91(5), 1461S- 95–101
1467S Pratiwi R, Widari D. Hubungan Konsumsi
Jackowska M, Brown J, Steptoe A. The Sumber Pangan Enhancer dan
Impact of a Brief Gratitude Inhibitor Zat Besi dengan Kejadian
Intervention on Subjective Sell- Anemia Pada Ibu Hamil. Amerta
being, Biology and Sleep; 2016 Nutrition; 2018: 2(3), 283
Kara B, Tenekeci EG. Sleep Quality and Ram E, Mart B, Ech E, Ant I, Jerue BA. The
Associated Factors in Older Turkish Association between Diet and Sleep
Adults With Hypertension: A Pilot Quality among Spanish University
Study. Journal of Transcultural Students; 2022, 1–12
Nursing; 2017: 28(3) Safwan A, Asar F. Association Between
Khani Jeihooni A, Hoshyar S, Afzali Hemoglobin Status with Vitamin C
Harsini P, Rakhshani T. The Effect Intake. MedCrave: 2018: 6(1), 25–
of Nutrition Education Based on 28
PRECEDE Model on Iron Sari RF. Hubungan Kualitas Tidur dan
Deficiency Anemia Among Female Status Gizi dengan Kadar
Students. BMC Women’s Health; Hemoglobin Remaja Putri di SMA
2021: 21(1), 1–9 Islam 1 Surakarta [Skripsi].
Khodijah. Hubungan Antara Konsumsi Surakarta: Institut Teknologi Sains
Pangan Enhancer dan Inhibitor Fe, dan Kesehatan PKU
dan Aktivitas Fisik dengan Kadar Muhammadiyah Surakarta; 2019.
Hemoglobin dan Prestasi Skolmowska D, Glabska D. Effectiveness
Akadaemik Pada Mahasiswa Gizi of Dietary Intervention with Iron
Masyarakat IPB. [Skripsi]. Bogor: and Vitamin C Administered
Institut Pertanian Bogor; 2018 Separately in Improving Iron Status
Mawo PR, Rante SDT, Sasputra IN. in Young Women; 2022. 1–19
Hubungan Kualitas Tidur dengan Thomas APL, Gurung R, Mahalakshmi M.
Kadar Hemoglobin Mahasiswa Night Time Gadget Use and Quality
Fakultas Kedokteran UNDANA. of Sleep among Health Science
Cendana Medical Journal (CMJ); Students in Bangalore, India; 2022:
2018: 7(2), 158–163 79(4), 13–20
Means, R. T. (2020). Iron Deficiency and Wang PY, Chen KL, Yang SY, Lin PH.
Iron Deficiency Anemia: Relationship of Sleep Quality,
Implications and Impact in Smartphone Dependence, and
Pregnancy, Fetal Development, and Health-Related Behaviors in Female
Early Childhood Parameters. Junior College Students; 2019:
Nutrients, 12(2). 14(4).
Nugroho RF, Wardani EM. Habit of
Consumption of Tea, Coffee and Fe
Tablets with The Incidence of
Anemia in Pregnant Women in
Sidoarjo. Pancasakti Journal of

Anda mungkin juga menyukai