Anda di halaman 1dari 4

Gejala Anemia Pada Santriwati Arroyyan : Studi Tentang

Pengetahuan Anemia di Tingkat Mahasantri


Devi Qurrotu Ainy
Prodi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
devi.ainy11@gmail.com

Abstract. Anemia is a condition in which the red cells and hemoglobin levels below normal
limits so it can not fulfill its function to provide oxygen to the body. Young women are the ones
who prone to anemia. Factors influencing the lack of iron levels, menstrual cycle every month,
chronic bleeding, lack of knowledge, the destruction of blood cells and so on. Anemia is the
condition affects both physical and cognitive mahasantri. Signs of anemia are sluggish, tired,
pale face, eye conjunctiva pale, and often felt dizzy. This study aims to reveal the level of
knowledge about anemia mahasantri. This is an observational study using the interview to
santriwati Arroyyan and interviews with koass. Results showed that 71,4% mahasantri have
less knowledge about anemia and 33.3% mahasantri have good knowledge about anemia.

Keywords: Knowledge, Anemia, Mahasantri Arroyyan.

PENDAHULUAN
Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa diliat dari ketersediaan sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat dan
kesehatan yang baik di samping penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi (Siswanto,
2001). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam tindakan seseorang dan menjadi
informasi yang secara terus-menerus dibutuhkan seseorang untuk memahami pengalaman (potter et al,
2005). Pengetahuan remaja yang kurang tentang anemia dapat mengakibatkan kurangnya pemahaman
mengenai anemia (Notoadmojo, 2003). Faktor pengetahuan,keadaan lingkungan dan kurangnya
asupan kebutuhan gizi merupakan faktor tidak langsung anemia (prize,2006).
Anemia merupakan keadaan dimana eritrosit dan hemoglobin yang beredar tidak dapat
memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi tubuh ( Handayani dan Wibowo, 2008 ).
Anemia dapat diartikan suatu keadaan dimana terjadinya penurunan kadar hemoglobin, hematokrit,
dan jumlah sel darah merah dibawah batas normal. Anemia biasanya disebabkan karena perdarahan
kronik dan malnutrisi ( Rusilanti, 2007).
Remaja adalah individu kelompok umur 10-19 tahun yang terbagi dalam dua terminasi yaitu
remaja awal, kelompok umur 10-14 tahun dan remaja akhir yaitu 15-19 tahun (Masthalina Herta et al,
2015). Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan anemia. Remaja putri beresiko lebih
tinggi terkena anemia dibandingkan dengan remaja laki-laki karena remaja putri mengalami siklus
menstruasi pada setiap bulannya. Selain itu, remaja putri ingin tampil ideal sehingga mengharuskan
mereka untuk diet yang tidak seimbang. Pengetahuan merupakan salah satu faktor kebiasaan makan
pada remaja (Ikhmawati Yulinar,2013). Pengetahuan yang kurang dapat mempengaruhi pola makan
dan kebiasaan yang kurang baik. Anemia pada remaja mempengaruhi konsentrasi belajar mahasiswa,
aktivitas kerja , stamina dan konsentrasi yang menurun.
Cukup seriusnya dampak dari anemia di tingkat mahasiswa, dilakukan penelitian ditingkat
mahasantri yaitu di Pesantren Mahasiswi Arroyyan mengenai gejala-gejala anemia dan cara
meredakan gejala tersebut sebelum datang ke dokter. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui gambaran pengetahuan di tingkat mahasantri mengenai anemia. Mahasantri merupakan
mahasiswi yang bertempat tinggal di pesantren mahasiswi.

.
2. METODE
Jenis penelitian ini merupakan observasional dengan melakukan wawancara kepada beberapa
santriwati arroyyan yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Adapun kriteria inklunsi penelitian
ini adalah Mahasantri Pesantren Mahasiswi Arroyyan dan bersedia sebagai responden penelitian.
Selain itu juga melakukan wawancara kepada koass untuk kevalidan data mengenai anemia.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Anemia terjadi dimana jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin dalam darah kurang dari batas normal.
Penyebabnya sangat bermacam-macam antara lain yaitu perdarahan hebat, kurangnya zat besi dalam
tubuh, rusaknya sel-sel darah, kecacingan, kurangnya asam folat dan sebagainya. Tanda-tanda anemia
pada seseorang yaitu muka pucat, konjungtiva mata pucat, lesu, letih, sering pusing. Menurut Depkes
RI kadar hemoglobin normal yaitu 12 sampai 16 g/dl. Gejala anemia sering ditemukan ditingkat
mahasiswa. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan dan pentingnya menjaga pola kebiasaan dan
memperhatikan pola makan yang baik. Anemia lebih banyak pada remaja putri karena mengalami
siklus menstruasi pada setiap bulannya. Selain itu di masa usianya , remaja putri lebih memperhatikan
keidealan badan sehingga membatasi makannya dan mengakibatkan kurangnya nutrisi yang cukup
bagi tubuh.
Responden peneliti ini adalah mahasantri yang bertempat tinggal di Pesantren Mahasiswi
Arroyyan Surakarta. Karakteristik umur responden bervariasi yaitu mulai umur 18 tahun sampai
umur 21 tahun. Dilakukan wawancara kepada 10 santriwati Arroyyan. Pengetahuan tentang anemia
meliputi definisi, gejala, penyebab, akibat, dan penanggulannya anemia. Tingkat pengetahuan
anemia , 71,4% mahasantri Arroyyan memiliki pengetahuan yang kurang. Mereka hanya memiliki
pengetahuan yang sangat dasar. Suria Rafirana (2017) mengatakan bahwa tingkat pengetahuan
berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang, semakin tinggi pengetahuannya semakin baik
pula kondisi gizinya.

TABEL HASIL PENELITIAN PENGETAHUAN ANEMIA

Kejadian anemia
Pengetahua Total
Anemia Tidak anemia
n
n % N % N %
Kurang 5 71,4 2 28,6 7 100
Baik 2 66,7 1 33,3 3 100

Berdasarkan tabel tersebut, didapatkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan kurang
terdapat 5 (71,4%) mengalami anemia sedangkan responden yang memiliki pengetahuan baik
terdapat 1 (33,3%) tidak mengalami anemia. Hasil penelitian sebanding dengan Kuswarini (2012),
menunjukkan bahwa ada hubungan yang antara pengetahuan dengan kejadian anemia. Wati (2010),
menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kejadian
anemia. Menurut penelitian Mamta (2014), usia, pendidikan, dan status kerja perempuan memiliki
hubungan yang signifikan secara statistik dengan pengetahuan yang berhubungan dengan anemia.
Pengetahuan yang terkait dengan doamin kognitif terdapat enam tahapan yaitu mengetahui,
memahami, mengaplikasikan, menganalisis, sintesis, dan mengevaluasi. Pengetahuan ditingkat
mahasantri hanya sekedar tahap mengetahui dan tidak sampai tahap pengaplikasian dalam kehidupan
sehari-hari seperti tidak meminum es teh setelah makan, olahraga teratur dan mengonsumsi makanan
tinggi kadar zat besi (Fajriyah Nuniek et al, 2016).
Menurut penelitian, gejala-gejala anemia yang dialami Santriwati Arroyyan yaitu letih, lesu, sering
pusing, muka yang pucat dan pada konjungtiva terlihat warna yang pucat. Santriwati arroyyan
meredakan dan penanganan gejala tersebut dengan memperhatikan kebiasaan makan yaitu dengan
tidak mengonsumsi teh setelah makan maupun mengonsumsi kopi sebagai teman belajar.
Menghindari makanan yang menhambat penyerapan zat besi. Selain itu, Santriwati Arroyyan
mengonsumsi sayur-sayuran kaya zat besi dan juga daging. Sebagai suplemennya, sangobion ataupun
penambah darah lainnya sebagai suplemen setiap harinya.
Berdasarkan hasil wawancara dokter muda, diketahu bahwa anemia merupakan kondisi kekurangan
Hb dalam tubuh. Hb normalnya pada laki-laki dan perempuan berbeda. Laki-laki normalnya 13-18
g/dl dan perempuan normalnya 11,5-16 g/dl. Pola konsumsi yang salah adalah salah satu penyebab
anemia. Orang indonesia memiliki kebiasaan suka minum teh, seperti yang kita ketahui teh terdapat
zat tanin yang dapat mengurangi zat besi di pencernaan. Dimana zat besi digunakan sebagai bahan
pembuatan Hb. Gejala pada penderita anemia yaitu lemas, lesu dalam waktu satu bulanan,
konjungtiva pucat, kalau sudah parah kukunya seperti sendok. Penyebab lainnya yaitu infeksi cacing,
biasanya sering pada petani dan anak kecil yang sering tidak memakai sandal. Diobati dengan obat
anti infeksi dan tes feses. Jika sudah parah bisa dibantu dengan transfusi darah. Selain itu disebabkan
oleh penyakit kronis seperti gagal ginjal. Cara menanggulanginya yaitu dengan cara edukasi. Untuk
para remaja putri ketika sedang menstruasi diharapkan mengonsumsi tablet zat besi satu tablet sehari.
Untuk anak-anak dan petani edukasi pemakaian sandal. Dan untuk masyarakat umum, edukasi untuk
mengonsumsi minum teh setelah makan. Karena makanan yang kita makan terhambat penyerapannya.

SIMPULAN
Setelah dilakukan penelitian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar Santriwati Arroyyan
mengetahui gejala anemia yang dialami dan dapat meredakan gejala anemia sebelum datang ke
dokter. selain itu, mahasantri Pesantren Arroyyan memiliki pengetahuan kurang baik mengenai
anemia. Terdapat hubungan antara pengetahuan dannkejadian anemia.

SARAN
Mahasantri saat ini memiliki berbagai pilihan sumber untuk mendapatkan berbagai informasi dan
menambah pengetahuan, mulai dari media sosial internet maupun tanya jawab dengan tenaga
kesehatan baik dokter, koass, perawat, maupun yang lainnya. Selain menambah pengetahuan,
diperlukan mahasantri memperhatikan kebiasaan makan yang baik, pola makan yang sehat dan
bergizi. Olahraga yang cukup dapat menjaga stamina tubuh dari gejala penyakit. Diharapkan
mahasantri dapat mengecek kesehatannya dengan rutin. Bagi mahasiswa fakultas kedokteran dapat
membantu mengecek dan mengontrol kesehatan mahasantri lainnya.

.
DAFTAR PUSTAKA
Amany, A. H. (2015). Anemia Dengan Kejadian Anemia Pada.
Atas, M., & Sman, D. I. (2017). Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Anemia , Menengah Atas Di
SMAN 3 Ponorogo. Skripsi, 29.
Caturiyantiningtiyas, T. (2015). Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap dan Perilaku dengan Kejadian
Anemia Remaja utri X dan XI SMA Negeri 1 Polokarto. Naskah Publikasi.
https://doi.org/10.2752/174967810X12657245205260
Fajriyah, N. N., & Fitriyanto, M. L. H. (2016). Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Pada
Remaja Putri. Jurnal Ilmu Kesehatan, IX(1), 1–6.
Gunatmaningsih, D. (2007). Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja
Putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes Tahun 2007. Skripsi, 3.

handayani, w. &., & andi. (2008). Buku AjarAsuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Rusilanti. (2007). Sehat dengan Jus Buah. Jakarta: Agromedia Puataka.
Kalsum, U., & Halim, R. (2016). Kebiasaan Sarapan Pagi Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada
Remaja. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains, 18(1), 09–19.
Listiana, A. (2016). Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Gizi Besi pada
Remaja Putri di SMKN 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah. Jurnal Kesehatan, 7(3), 455.
https://doi.org/10.26630/jk.v7i3.230
Maharani, I. I., Hardinsyah, H., & Sumantri, B. (2007). Aplikasi Regresi Logistik Dalam Analisis Faktor
Risiko Anemia Gizi Pada Mahasiswa Baru Ipb. Jurnal Gizi Dan Pangan, 2(2), 36.
https://doi.org/10.25182/jgp.2007.2.2.36-43
Masthalina Herta, Laraeni Yuli, P. D. Y. (2013). Pola Konsumsi (Faktor Inhibitor Dan Enhancer Fe)
Terhadap Status Anemia Remaja Putri. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(2), 113–120.
https://doi.org/ISSN 1858-1196

Rusilanti, 2007, Sehat dengan Jus Buah, Jakarta, Agromedia Pustaka

Anda mungkin juga menyukai