Anda di halaman 1dari 8

RESUME KEPERAWATAN ANAK

“Persiapan Pasien Untuk Pemeriksaan Tanda Peningkatan TIK,Tanda Rangsangan


Meningeal,Lumbal Pungsi (LP)”

Oleh:

Mutiara Jondesya
203110138
II.A

Dosen Pengampu :

Ns.Zolla Amely Ilda,S.Kep,M.Kep

PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI PADANG

2022
A.Tanda Peningkatan TIK

a) Sakit kepala merupakan gejala umum pada peningkatan TIK. Sakit kepala terjadi karena
traksi atau distorsi arteri dan vena dan duramater akan memberikan gejala yang berat pada
pagi hari dan diperberat oleh aktivitas, batuk, mengangkat, bersin.

b) Muntah proyektil dapat menyertai gejala pada peningkatan TIK.

c) Edema papil disebabkan transmisi tekanan melalui selubung nervus optikus yang
berhubungan dengan rongga subarakhnoid di otak. Hal ini merupakan indikator klinis yang
baik untuk hipertensi intrakranial.

d) Defisit neurologis seperti didapatkan gejala perubahan tingkat kesadaran; gelisah,


iritabilitas, letargi; dan penurunan fungsi motorik.

e) Bila peningkatan TIK berlanjut dan progresif berhubungan dengan penggeseran jaringan
otak maka akan terjadi sindroma herniasi dan tanda-tanda umum Cushing’s triad (hipertensi,
bradikardi, respirasi ireguler) muncul. Pola nafas akan dapat membantu melokalisasi level
cedera

B.Tanda Rangsangan Meningeal


Pemeriksaan tanda rangsang meningeal adalah pemeriksaan yang dilakukan pada
pasien dengan gejala dan tanda gangguan sistem saraf pusat seperti meningitis, atau pada
pasien yang dicurigai mengalami penyebab meningismus lainnya seperti perdarahan
subarachnoid atau tumor korda spinalis. Pemeriksaan tanda rangsang meningeal mencakup
kaku kuduk, tanda Brudzinski, dan tanda Kernig.

a) Kaku kuduk Pemeriksaan kaku kuduk dilakukan dengan mengatur pasien agar berada
dalam posisi telentang, kemudian leher di tekuk. Apabila dagu tertahan dan tidak
menempel atau mengenai bagian dada, maka terjadi kaku kuduk (positif).
b) Brudzinskil I Pemeriksaan Brudzinski I dilakukan dengan mengatur pasien agar
berada dalam posisi telentang, kemudian letakkan satu tangan di bawah kepala pasien
telentang dan tangan lainnya diletakkan di dada untuk mencegah badannya terangkat.
Selanjutnya kepala difleksikan ke dada, adanya rangsangan meningeal apabila kedua
tungkai bawah akan fleksi (terangkat) pada sendi panggul dan lutut.
c) Brudzinski II Pemeriksaan Brudzinski II dilakukan dengan mengatur pasien agar
berada dalam keadaan telentang, ke, udian tungkai atas difleksikan secara pasif pada
sendi panggul dan diikuti dengan fleksi tungkai lainnya. Apabila sendi lutut lainnya
dalam keadaan eksteensi, maka terdapat tanda meningeal.
d) Tanda Kernig Tanda Kernig dilakukan denga mengatur pasien agar dalam posisi
telentang, fleksikan tungkai atas tegak lurus kemudian luruskan tungkai bawah pada
sendi lutut. Penilaian dalam keadaan normalnya, tungkai bawah dapat membentuk
sudut 1350 terhadap tugkai atas.

C. Lumbal Pungsi (LP)


a. Pengertian

Lumbal pungsi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk penyakit yang berhubungan
dengan otak dan sistem saraf tulang belakang. Prosedur dilakukan dengan mengambil
cairan serebrospinal (CSF) yang terdapat pada selaput pelindung sistem saraf pusat.
Sejumlah cairan serebrospinal akan diambil melalui jarum yang disuntikkan pada bagian
bawah tulang belakang (area lumbar) untuk selanjutnya dianalisis di laboratorium.

b. Tujuan

1. Pemeriksaan cairan serebrospinalis,

2. Mengukur dan mengurangi tekanan cairan serebrospinal,

3. Menentukan ada tidaknya darah pada cairan serebrospinal,

4. Mendeteksi adanya bloksubarakhnoid spinal,

5. Memberikan antibiotik intrathekal ke dalam kanalis spinal terutama kasus infeksi

c.Indikasi

Menurut John Hopskin Medicine, beberapa kondisi dan penyakit yang bisa didiagnosis
melalui lumbal pungsi di antaranya adalah:

➢ Meningitis atau radang selaput pelindung otak dan sistem saraf tulang belakang

➢ Sakit kepala parah yang tidak diketahui penyebab pastinya

➢ Peradangan pada otak (ensefalitis)

➢ Kondisi yang ditandai dengan peningkatan tekanan pada otak

➢ Penyakit yang disebabkan oleh peradangan pada sistem saraf, seperti multiple sclerosis
dan sindrom Gullain-Barre’s

➢ Kanker atau tumor yang menyerang otak dan sistem saraf tulang belakang

➢ Leukemia

➢ Peradangan pada sistem saraf tulang belakang (myelitis)


➢ Penyakit Alzheimer dan kondisi lain yang berkaitan dengan penurunan fungsi sistem
saraf

➢ Neurosifilis, yaitu sifilis yang sudah menyerang sistem saraf

d. Kontraindikasi

1) Syock/renjatan

2) Infeksi local di sekitar daerah tempat pungsi lumbal

3) Peningkatan tekanan intracranial (oleh tumor, space occupying lesion,hidrosefalus)

4) Gangguan pembekuan darah yang belum diobati

5) Pasien yang mengalami penyakit sendi-sendi vertebra degeneratif. Hal ini akan sulit
untuk penusukan jarum ke ruang interspin

e Persiapan Pasien

1) Pastikan identitas klien

2) Kaji kondisi klien

3) Beritahu dan jelaskan pada klien/keluarganya tindakan yang dilakukan

4) Jaga privasi klien

5) Posisi klien

f. Persiapan Alat

• Sarung tangan steril

• Duk luban

• Kassa steril, kapas dan plester

• Antiseptic: povidon iodine dan alcohol 70 %

• Troleey

• Baju steril
• Jarum punksi ukuran 19, 20, 23 G.

• Manometer spinal

• Tempat penampung cairan serebrospinal steril x 3 (untuk bakteriologi, sitologi dan


biokimia)

• Kom

• Bengkok

• Bak steril

• Tromol

• Korentang

• Jarum anastesi

• Lidokain

g. Cara Kerja

Tahap Orientasi

1) Perawat memastikan tidak ada kontraindikasi missal infeksi kulit di lokasi pungsi

2) Berikan salam, panggil klien dengan namanya (kesukaanya)

3) Perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat

4) Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada klien/keluarga

5) Perawat meminta pasien untuk BAK sebelum tindakan lumbal pungsi

6) Pemberian informed consent

TahapKerja
1) Turunkan pakaian bawah sampai tidak menutupi daerah lumbal L3-L5 dan baju
dikeataskan.
2) Posisi tidur pasien dimiringkan kekiri atau kekanan, kedua tangan dimasukkan diantara
kedua kaki, kemudian menekuk bagian tekuk dan lutut , sampai lutut dan dagu hampir
bertemu.Pertahankan agar posisi pasien tetap seperti ini selama proses lumbal pungsi

3) Daerah yang akan ditusuk didesinfeksi dengan iodine, kemudian dengan kapas alkohol,
tunggu sampai kering

4) Lakukan anastesi dengan menyuntikan lidokain di daerah sekitar lumbal pungsi

5) Pada waktu memasukkan jarum punksi, kepala pasien ditekan, jika liquor sudah
keluar, tekanan dilepas, kepala hanya ditahan saja

6) Setelah liquor keluar, perawat melakukan : perawat mengukur tekanan liquor,


memasukkan cairan cerebro spinalis satu sampai dua tetes, kedalam tabung none dan pandy,
menampung liquor kedalam botol kecil untuk bahan pemeriksaan. Setelah liquor yang keluar
dianggap cukup, dokter mencabut jarum pungsi

7) Bekas tusukan ditekan dengan lidi kapas betadine, kemudian ditutup dengan kain kasa
lalu diplester

8) Botol yang berisi cairan cerebro spinalis diberi label nama pasien,tanggal,ruang rawat
dan jenis pemeriksaan

9) Segera bawa spesimen ke laboratorium untuk dianalisis

Tahap Terminasi

1) Pasien dimiringkan dengan posisi telungkup biasanya 4-8 jam, diperbolehkan untuk
memutar badan dari satu sisi ke sisi lain.

2) Evaluasi respon klien terhadap perubahan status neurologik seperti perubahan


kesadaran dan pupil, kenaikan suhu, peningkatan tekanan darah, serta iritabilitas seperti
sensasi di ekstremitas bawah

3) Berikan reinforcement positif

4) Jika sakit kepala berikan analgetik, dianjurkan untuk istirahat lebih lama dan banyak
minum

5) Periksa lokasi pungsi secara berkala apakah ada kebocoran cairan


6) Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

7) Mengakhiri kegiatan dengan baik

Dokumentasi

1) Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam pelaksanaan

2) Catat hasil tindakan (respon subjektif dan objektif) di dalam catatan

3) Dokumentasikan tindakan dalam bentuk SOAP

Anda mungkin juga menyukai