Anda di halaman 1dari 6

NAMA : SUKMA AZZAHRA

NIM : 203110194

KELAS : 2B

TUGAS : RESUME KEPERAWATAN ANAK

1. Tanda peningkatan TIK

Tekanan intrakranial adalah nilai tekanan di dalam rongga kepala. Tekanan ini
dapat menunjukkan kondisi jaringan otak, cairan otak atau cairan serebrospinal, dan
pembuluh darah otak. Pada kondisi tertentu, tekanan intrakranial dapat meningkat dan
menyebabkan gejala tertentu yang perlu diwaspadai.

Penyebab Peningkatan Tekanan Intrakranial

Penyebab paling umum seseorang mengalami peningkatan tekanan intrakranial


adalah cedera kepala, misalnya akibat pukulan atau hantaman keras di kepala.

Pada bayi atau anak-anak, kondisi ini sering kali terjadi akibat cedera kepala
ketika mereka terjatuh dari tempat tidur, kecelakaan, atau karena tindak kekerasan pada
anak. Selain itu, salah satu penyebab umum terjadinya peningkatan tekanan intrakranial
pada anak adalah kelainan bawaan lahir, misalnya hidrosefalus kongenital.

Peningkatan tekanan intrakranial juga bisa disebabkan oleh peningkatan tekanan


pada cairan serebrospinal, yaitu cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang
belakang. Peningkatan tekanan intrakranial juga dapat terjadi karena jaringan otak
membengkak akibat luka atau penyakit.

Kondisi atau penyakit yang dapat menjadi penyebab peningkatan tekanan


intrakranial, di antaranya:

 Infeksi otak, misalnya meningitis dan abses otak


 Stroke
 Tumor atau kanker pada otak
 Aneurisma otak
 Hidrosefalus
 Hipoksemia atau berkurangnya kadar oksigen dalam darah
 Status epilektikus pada penderita epilepsi
 Perdarahan otak karena tekanan darah yang terlalu tinggi
 Pembengkakan atau edema otak

Mengenali Gejala yang Timbul

Peningkatan tekanan darah intrakranial dapat dikenali dari gejala-gejala sebagai


berikut:

 Sakit kepala
 Mual dan muntah
 Penglihatan ganda
 Tekanan darah meningkat
 Merasa bingung, linglung, gelisah atau timbul perubahan perilaku

Kondisi ini juga dapat menilmbulkan gejala yang lebih berat, termasuk pupil mata
tidak memberi respons pada perubahan cahaya, napas cepat atau sesak, kejang, serta
hilang kesadaran atau koma.

Dalam mendiagnosis peningkatan tekanan intrakranial, biasanya dokter akan


melakukan penelusuran riwayat medis dan pemeriksaan fisik pada pasien, termasuk
pemeriksaan saraf dan status mental atau kondisi kejiwaan.

Selain itu ,dokter juga dapat melakukan pemeriksaan penunjang, seperti CT scan
dan MRI, untuk menentukan penyebab peningkatan tekanan intrakranial.

Pada kasus tertentu, dokter dapat melakukan pemeriksaan cairan otak melalui
tindakan pungsi lumbal. Namun, tindakan ini harus dilakukan sesuai indikasi, karena
dapat berpengaruh pada kondisi otak dan tekanan intrakranial.

2. Tanda rangsangan meningeal


Pemeriksaan tanda rangsang meningeal adalah pemeriksaan yang dilakukan pada
pasien dengan gejala dan tanda gangguan sistem saraf pusat seperti meningitis, atau
pada pasien yang dicurigai mengalami penyebab meningismus lainnya seperti
perdarahan subarachnoid atau tumor korda spinalis. Pemeriksaan tanda rangsang
meningeal mencakup kaku kuduk, tanda Brudzinski, dan tanda Kernig.

Pemeriksaan tanda rangsang meningeal bertujuan untuk mengidentifikasi adanya


iritasi meningeal, misalnya pada kasus meningitis. Pemeriksaan tanda rangsang
meningeal adalah salah satu pemeriksaan bedside yang bisa dilakukan dengan mudah
untuk membantu mengarahkan diagnosis.

Teknik pemeriksaan tanda rangsang meningeal terdiri atas 4 perasat, yaitu


pemeriksaan kaku kuduk (nuchal rigidity), tanda Brudzinski I, Brudzinski II, dan
perasat Kernig. Pemeriksaan ini mudah untuk dilakukan meskipun dalam keadaan
gawat darurat.

a. Kaku Kuduk

Pasien dalam posisi terlentang. Posisikan satu tangan pemeriksa di bawah kepala
pasien dan tangan lain di atas dada. Lakukan fleksi pada leher pasien ke arah dada
secara pasif. Apabila terdapat tahanan sehingga dagu tidak menempel pada dada, maka
kaku kuduk dinyatakan positif.
Pemeriksaan kaku kuduk dapat memberikan hasil positif pada kasus selain
meningitis, seperti pada tetanus, tumor korda spinalis, peningkatan tekanan intrakranial,
bahkan stroke. Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas yang rendah tetapi spesifisitasnya
tinggi.

b. Tanda Brudzinski I

Pasien dalam posisi terlentang. Posisikan satu tangan pemeriksa di bawah kepala
pasien dan tangan lain di atas dada. Kemudian, fleksikan kepala pasien ke arah dada
secara pasif. Apabila kedua tungkai bawah fleksi pada sendi panggul dan sendi lutut
saat kepala difleksikan, maka tanda Brudzinski I dinyatakan positif.

c. Tanda Brudzinski II

Pasien dalam posisi terlentang. Tungkai kiri dalam keadaan lurus. Kemudian,
fleksikan tungkai kanan secara pasif pada sendi panggul. Apabila diikuti oleh fleksi
tungkai kiri, tanda Brudzinski II dinyatakan positif.

d. Tanda Kernig

Pasien dalam posisi terlentang. Fleksikan tungkai bawah pada sendi panggul
hingga 90 derajat (tegak lurus). Kemudian, ekstensikan tungkai bawah pada sendi lutut.
Dalam keadaan normal, sendi lutut dapat diekstensikan hingga sebesar 135˚. Apabila
saat ekstensi sendi lutut terdapat hambatan dan menyebabkan nyeri, tanda Kernig
dinyatakan positif.

3. Lumbal Pungsi (LP)

Lumbar puncture atau lumbal pungsi adalah prosedur pengambilan cairan tulang
belakang dan otak (serebrospinal). Prosedur ini dilakukan dengan menusukkan jarum ke
celah tulang belakang di punggung bagian bawah.

Prosedur lumbal pungsi biasanya digunakan untuk pemeriksaan penyakit otak dan
saraf tulang belakang, seperti meningitis atau multiple sclerosis. Prosedur ini juga dapat
dilakukan untuk memasukkan obat langsung ke otak atau saraf tulang belakang.
Tujuan dan Indikasi Lumbal Pungsi (LP)

Prosedur lumbal pungsi dapat dilakukan sebagai metode diagnosis maupun


pengobatan. Berikut adalah beberapa tujuan dilakukannya prosedur ini:

 Mengambil sampel cairan serebrospinal untuk mendeteksi suatu penyakit.


 Melihat tekanan di dalam rongga kepala dan tulang belakang.
 Memasukkan obat-obatan ke dalam sistem saraf, seperti obat bius atau obat
kemoterapi.
 Memasukkan cairan pewarna atau zat radioaktif ke dalam cairan
serebrospinal sebelum melakukan pemindaian.

Pemeriksaan sampel cairan serebrospinal

Pemeriksaan sampel cairan otak dan saraf tulang belakang (cairan serebrospinal)
melalui lumbal pungsi bermanfaat untuk mendeteksi kelainan pada sistem saraf, seperti
infeksi, perdarahan, atau kanker. Beberapa penyakit yang dapat membutuhkan lumbal
pungsi untuk mendiagnosisnya adalah:

 Meningitis
 Radang otak
 Tumor pada otak dan sumsum tulang belakang
 Pendarahan subarachnoid
 Sindrom Reye
 Myelitis
 Neurosifilis
 Sindrom Guillain-Barre
 Multiple sclerosis

Tindakan lumbal pungsi

Dokter saraf akan menusukkan jarum ke celah tulang belakang di bagian punggung
bawah. Selama proses jarum masuk, pasien tidak diperkenankan bergerak. Setelah
jarum masuk sampai batas yang diinginkan, pasien akan diminta untuk mengubah posisi
sehingga cairan otak dan saraf tulang belakang dapat keluar.
Tindakan selanjutnya tergantung pada tujuan dilakukannya LP. Dokter dapat mengukur
tekanan di di dalam rongga tulang belakang, mengambil sampel cairan, atau
menyuntikkan obat. Kemudian jarum akan dicabut dan lubang suntikan akan ditutup
dengan perban.
Prosedur ini biasanya berlangsung selama 30-45 menit. Walaupun tidak merasa nyeri
saat tindakan LP, pasien tetap dapat merasa tidak nyaman dan tertekan di bagian
punggung selama proses penusukan jarum.
Hasil pemeriksaan lumbal pungsi biasanya sudah bisa diketahui 48 jam setelah prosedur
dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai