Anda di halaman 1dari 47

CEDERA KEPALA

KELOMPOK 1
Definisi Cedera Kepala
• Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan
kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar
terjadi akibat kecelakaan lalu lintas. (Mansjoer Arif,dkk ,2000)
• Cedera kepala adalah suatu gangguan trauma fungsi yang disertai
pendarahan interstisial dalam substansi otak tanpa diikuti
terputusnya continuitas otak (R. Samsuhidayat, dkk, 1997)
Etiologi Cedera Kepala
• Trauma oleh benda tajam
Menyebabkan cedera setempat & menimbulkan cedera lokal.
• Trauma oleh benda tumpul
Kerusakannya menyebar secara luas
• Kecelakan lalu lintas
Klasifikasi Cedera Kepala
Berdasarkan mekanismenya cedera kepala dibagi atas :
• Cedera kepala tumpul
• Cedera tembus
Berdasarkan morfologinya cedera kepala dikelompokkan menjadi:
• Fraktur tengkorak
• Lesi intrakranial
Secara umum untuk mendeskripsikan beratnya penderita
cedera kepala digunakan Glasgow Coma Scale (GCS).

Berdasarkan beratnya cedera kepala dikelompokkan menjadi:


• Nilai GCS sama atau kurang dari 8 didefenisikan sebagai
cedera kepala berat.
• Cedera kepala sedang memiliki nilai GCS 9-12
• Cedera kepala ringan dengan nilai GCS 13-15.
Manifestasi Klinis Cedera Kepala
Tanda-tanda atau gejala klinis untuk cidera kepala ringan:
• Pasien tertidur atau kesadaran yang menurun selama beberapa saat kemudian
sembuh.
• Sakit kepala yang menetap atau berkepanjangan.
• Mual atau dan muntah.
• Gangguan tidur dan nafsu makan yang menurun.
• Letargik.
Tanda-tanda atau gejala klinis untuk cidera kepala berat:

• Tanda-tanda cardinal yang menunjukkan peningkatan di otak


menurun atau meningkat.
• Perubahan ukuran pupil (anisokoria).
• Triad Cushing (denyut jantung menurun, hipertensi, depresi
pernafasan).
• Apabila meningkatnya tekanan intrakranial, terdapat pergerakan
atau posisi abnormal ekstrimitas.
Patofisiologi Cedera Kepala
• Cedera kepala otak primer merupakan suatu proses biomekanik yang
dapat terjadi secara langsung saat kepala terbentur dan memberi dampak
cedera jaringan otak.
• Cedera kepala sekunder terjadi akibat cedera primer misalnya adanya
hipoksia, iskemia, perdarahan.
• Perdarahan serebral menimbulkan hematom, misalnya pada epidural
hematom ,sub dural hematom dan intracerebral hematom.
• Kematian pada cedera kepala banyak disebabkan karena hipotensi karena
gangguan pada autoregulasi.
• Ketika terjadi gangguan autoregulasi akan menimbulkan hipoperfusi
jaringan serebral dan berakhir pada iskemia jaringan otak, karena otak
sangat sensitif terhadap oksigen dan glukosa.
WOC
Komplikasi Cedera Kepala
• Epilepsi pasca • Diabetes insipidus
trauma • Kejang pasca trauma
• Afasia • Kebocoran cairan
• Apraksia serebrospinal
• Agnosis • Edema serebral dan
• Amnesia herniasi
• Fistel karotis- • Defisit neurologis dan
kavernosus psikologis
Penatalaksanaan Cedera Kepala
Menurut Mansjoer, (2000) penatalaksanaan cedera kepala adalah :
• Cedera Kepala Ringan
Umumnya dapat dipulangkan ke rumah tanpa perlu dilakukan CT-Scan bila
memenuhi kriteria :
Hasil pemeriksaan neurologis (terutama status mini mental dan gaya
berjalan) dalam batas normal.
Foto servikal jelas normal
Adanya orang yang bertanggung jawab untuk mengamati pasien 24 jam
pertama, dengan instruksi untuk segera kembali kebagian gawat darurat jika
timbul gejala yang lebih buruk.
• Cedera Kepala Sedang
Pasien yang menderita konkusi otak (comotio cerebri), dengan skala
GCS 15 (sadar penuh, orientasi baik dan mengikuti perintah) dan
CT Scan normal, tidak perlu dirawat.

• Cedera Kepala Berat


Setelah penilaian awal dan stabilitasi tanda vital,keputusan segera
pada pasien ini yaitu apakah terdapat indikasi intervensi bedah saraf
segera (hematoma intrakranial yang besar). Penatalaksanaan cedera
kepala berat sebaiknya perawatan dilakukan di unit rawat intensif
Dalam unit rawat intensif dapat dilakukan hal-hal berikut :
• Penilaian ulang jalan nafas dan ventilasi
• Monitor tekanan darah
• Pemasangan alat monitor tekanan intraktranial pada pasien dengan skor
GCS < 8, bila memungkinkan.
• Penatalaksanaan cairan : larutan isotonis
• Nutrisi
• Temperatur badan
• Anti kejang
• Antibiotik dan Pemeriksaan
Pemeriksaan Diagnostik Cedera Kepala
• CT Scan: mengidentifikasi adanya hemoragik, menentukan ukuran
ventrikuler, pergeseran jaringan otak.
• Angiografi serebral: menunjukkan kelainan sirkulasi serebral
• X-Ray: mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan
struktur garis (perdarahan / edema), fragmen tulang.
• Analisa Gas Darah: medeteksi ventilasi atau masalah pernapasan
(oksigenasi)
• Elektrolit: untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit
Pemeriksaan Klinis Cedera Kepala
Pemeriksaan klinis pada pasien cedera kepala secara umum meliputi
• Anamnesis, pada anamnesis informasi penting yang harus ditanyakan adalah
mekanisme trauma.
• Pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan fisik secara lengkap dapat dilakukan
bersamaan dengan secondary survey. Pemeriksaan meliputi tanda vital dan
sistem organ
• Pemeriksaan neurologis, selain pemeriksaan GCS, perlu dilakukan lebih
dalam, mencakup pemeriksaan fungsi batang otak, saraf kranial, fungsi
motorik, fungsi sensorik, dan refleks-refleks
• dan pemeriksaan radiologis.
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN ABCD
AIRWAY
• Perhatikan kepatenan jalan napas, apakah ada sumbatan, sputum/
sekret, benda asing dan sebagainya.
• Meliputi pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas yang dapat
disebabkan benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur mandibula
atau maksila, fraktur larinks atau trachea.
• Dalam hal ini dapat dilakukan “chin lift” atau “jaw thrust”. Selama
memeriksa dan memperbaiki jalan nafas, harus diperhatikan
bahwa tidak boleh dilakukan ekstensi, fleksi atau rotasi dari leher.
BREATHING

• Bagaimana pernapasan pasien , frekuensi pernapasan,


irama pernapasan, penggunaan otot bantu pernapasan.
• Ventilasi yang baik meliputi:fungsi yang baik dari paru,
dinding dada dan diafragma.
CIRCULATION
• Apakah mengalami cyanosis, diaporesis, mukosa bibir kering atau
lembab, dan turgor kulit, nadi teraba lemah/ kuat, frekuensi nadi,
tekanan darah , CRT.
• Volume darah dan Curah jantung : Kaji perdarahan klien. Suatu keadaan
hipotensi harus dianggap disebabkan oleh hipovelemia. 3 observasi
yang dalam hitungan detik dapat memberikan informasi mengenai
keadaan hemodinamik yaitu kesadaran, warna kulit dan nadi.
• Kontrol Perdarahan
DISSABILITY

• Terbatasan karena kondisi pasien, tingkat kesadaran,


obat-obatan yang digunakan sebelumnya, alat bantu
yang digunakan.
• Penilaian neurologis secara cepat yaitu tingkat
kesadaran, ukuran dan reaksi pupil.
EXPOSURE

Dilakukan pemeriksaan fisik head toe toe untuk


memeriksa
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF
• RESIKO INFEKSI
• NYERI AKUT
• KERUSAKAN MOBILITAS FISIK
• KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI < KEB.TUBUH
• GG. PERFUSI JARINGAN CEREBRAL
• GG. PERSEPSI SENSORI
ASKEP CEDERA KEPALA
KASUS
• Kasus :
Nn.J usia 17 tahun mengalami kecelakaan lalu lintas, motor yang dikendarainya
menambrak minibus dan klien terhempas ke badan jalan, dengan kepala
membentur keras ke trotoar. Klien mengalami penurunan kesadaran,
hematoma ± 12 cm dahi kanan, deformitas tangan kiri, terdapat lesi dikaki
kanan. Klien kemudian dibawa ke RS.X untuk diberi pengobatan. Saat dilakukan
pengkajian keluarga klien mengatakan sebelum sampai ke RS klien sempat
mengatakan bahwa klien mual dan ingin muntah serta merasakan nyeri hebat
hingga menangis pada kpala yang terkena benturan. Keluarga juga mengatakan
klien tidak merespon sentuhan yang diberikan keluarga. Tampak nafas klien
sesak dan pendek, hasil pemeriksaan ditemukan Tekanan darah 90/60mmHg,
Nadi 60x per menit, nafas 32x per menit, suhu 36,50C, GCS: 8, tampak air
keluar dari hidung sehingga terdengar bunyi gurgling.
PENGKAJIAN
Anamnesa
Identitas klien
• Nama : Nn. J • Pendidikan: SMA
• Pekerjaan : Belum bekerja
• Umur : 17 tahun
• Diagnosa medis : Cedera kepala berat
• Alamat : Sambu
• Tanggal masuk RS : 28 Januari 2016 jam
• Status perkawinan : Belum Kawin 18.00 wib
• Agama : Islam • Tanggal pengkajian : 29 Januari 2016 jam
07.00 WIB
• No RM : 264623/1071353
Primary Survey
• Airway maintenance dengan cervical spine protection
• Breathing dan oxygenation
• Circulation dan kontrol perdarahan eksternal
• Disability-pemeriksaan neurologis singkat
• Exposure dengan kontrol lingkungan
Pengkajian Airway
• Pasien yang tidak sadar memerlukan bantuan airway dan
ventilasi. Pasien memiliki masalah pada kepatenan jalan nafas
sehingga pasien tidak bisa bernafas bebas. Adanya obstruksi
pada jalan nafas yang ditandai dengan adanya gurgling.
• Lindungi tulang belakang dari gerakan yang tidak perlu pada
pasien yang berisiko untuk mengalami cedera tulang belakang.
Gunakan berbagai alat bantu untuk mempatenkan jalan nafas
pasien sesuai indikasi :
• Chin lift/jaw thrust
• Oropharyngeal airway
Pengkajian Breathing (Pernafasan)
• Gerakan dada simetris, irama nafas dangkal, pola nafas
tidak teratur, adanya retraksi otot dada. Pernafasan 32
kali/menit. Ketika dipalpasi tidak adanya gerakan
trakea.
Pengkajian Circulation
• Nadi 60x/menit, TD 90/60 mmHg, hematoma ± 12cm
didahi kanan.
Pengkajian Disabilities
• Pada primary survey, disability dikaji dengan
menggunakan skala AVPU dan didapatkan pasien
memiliki respon unresponsive to pain. GCS 8, ada
refleks terhadap cahaya.
Exposure
• Menanggalkan pakaian pasien dan memeriksa cedera
pada pasien. Terdapat lesi pada kaki, terdapat
deformitas pada tangan kiri,dan tidak ada edema.
Secondary Assessment

• Pemeriksaan secara lengkap yang dilakukan secara


head to toe,
• Secondary survey hanya dilakukan setelah kondisi
pasien mulai stabil, dalam artian tidak mengalami syok
atau tanda-tanda syok telah mulai membaik.
Anamnesis

Keluhan utama
• Nn. J umur 17 tahun, datang ke RS dalam kondisi tidak
sadarkan diri. Klien mengalami benturan benda tumpul
di bagian kepala. Terdapat hematoma ± 12 cm dahi
kanan, deformitas tangan kiri, terdapat lesi dikaki
kanan
Riwayat masalah kesehatan sekarang
• Pasien mengalami benturan yang cukup keras. Terdapat
hematoma ± 12 cm dahi kanan, deformitas tangan kiri,
terdapat lesi dikaki kanan. Pasien tidak sadarkan diri
kemudian pasien di bawa ke rumah sakit X untuk
mendapatkan pengobatan dan tindakan lebih lanjut.
Ada cairan keluar dari hidung, adanya suara gurgling,
GCS : 8.
Riwayat medis
• Tidak ada penyakit serius yang pernah diderita pasien,
pasien juga tidak pernah di rawat di rumah sakit
sebelumnya.
Riwayat keluarga, sosial, dan sistem.
• Keluarga pasien dari golongan dengan kelas ekonomi
menengah kebawah. Memiliki hubungan yang baik
dengan tetangga dan selalu berinteraksi dengan
keluarga.
Anamnesis juga harus meliputi riwayat AMPLE yang bisa didapat dari
pasien dan keluarga (Emergency Nursing Association, 2007):

• A : Alergi ( Pasien tidak memiliki riwayat alergi ).


• M : Medikasi/obat-obatan ( Pasien diberi obat untuk mengurangi
nyeri, dan menghentikan perdarahan ).
• P : Pertinent medical history ( Pasien tidak pernah mengalami
penyakit yang serius)
• L : Last meal ( Pasien di beri asupan cairan melalui infus )
• E : Events, ( Pasien mengalami trauma kepala karena adanya
benturan benda tumpul )
Pemeriksaan Fisik

Kulit kepala
• Adanya perdarahan, dan nyeri tekan pada kepala.
Wajah
• Mata : Mata pasien sebelah kiri lebam dan bengkak, adanya
rasa nyeri pada mata sebelah kiri.
• Hidung : Setelah dilakukan tindakan pembebasan jalan nafas,
hidung klien bebas dari cairan dan tidak adanya penyumbatan.
• Telinga : Membrane timpani utuh dan tidak ada cedera pada
telinga.
• Rahang atas : Stabilitas rahang atas menurun.
• Rahang bawah : Tidak adanya fraktur.
• Mulut dan faring : Mulut kering, disekitar mulur terdapat
memar, tidak ada tonsil yang meradang.
Vertebra servikalis dan leher
• Tidak terjadi deformitas tulang dan tidak ada edema.

Toraks
• Inspeksi: Expansi dinding dada simetris. Tidak ada lesi
pada bagian thorak.
• Palpasi : Tidak ada nyeri tekandan krepitasi.
• Auskultasi : Terdengar suara gurgling.
Abdomen
• Tidak ada trauma benda tajam ataupun tumpul, tidak adanya sitensi
abdomen,luka, lecet ataupun memar.

Ektremitas
• Adanya lesi pada kedua ektremitas bawah dan memar di ektremitas atas.
 
Neurologis
• Pasien mengalami penurunan kesadaran, GCS 8, terjadi amnesia selama 28
jam, tidak bisa menentukan kanan dan kiri pada beberapa jam dan disorientasi
waktu dalam 24 jam.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Diagnostik
• X ray / CT Scan
• Menunjukkan adanya fraktur tengkorak.
• Angiografi serebral
• Menunjukkan kelainan sirkulasi serebral.
Pemeriksaan Laboratorium
• Pemeriksaan toksikologi
• Mendeteksi obat yang mengakibatkan penurunan kesadaran.
NANDA, NOC, NIC
Terima Kasih 

Anda mungkin juga menyukai