Anda di halaman 1dari 60

Laporan Kasus

Cedera Kepala Ringan dengan


Epidural Hematome

IDENTITAS PENDERITA
Nama

: An. A

Nomor RM

: W 15 11 0786XX

Jenis kelamin

: Laki-laki

Usia

: 11 tahun

Agama

: Islam

Alamat

: Jetis Mojokerto

Tanggal Masuk IGD : Minggu, 22 Nov 2015

Anamnesis
KELUHAN UTAMA : Nyeri Kepala
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG : Nyeri kepala
dirasakan sejak 3 hari yang lalu akibat terserempet
sepeda motor, px terjatuh, kepala bagian kanan
terbentur aspal, Nyeri dirasakan terus menerus,
nyeri dirasakan hanya di kepala bagian kanan dan
bersifat menekan. Setelah kejadian px sadar,
muntah 2x, dan dibawa ke IGD RS CM, disarankan
operasi tetapi keluarga pasien menolak untuk MRS.
1 hari yg lalu leher px terasa kaku, hanya menoleh
ke kiri, tidak terasa nyeri dan bibir sulit digerakan.

Riwayat Penurunan Kesadaran (-)


Riwayat Muntah: 2x setelah kejadian, 6x saat
dirumah
Riwayat perdarahan hidung dan telinga tidak ada
Riwayat Pengobatan : metoclopramide(dari IGD rs
sebelumnya) sehari minum 3 tablet
Riwayat sesak tidak ada
Riwayat Kejang (-)
Alergi Obat (-)
BAK : Lancar, kuning kesan normal, BAB : Kesan
normal

Pemeriksaan Fisik
Status Generalis : Baik / Gizi Cukup/
Composmentis
Primary Survey :

Airway : Clear, tidak ada obstruksi,


tidak ada suara tambahan

Breathing:

pergerakan dinding dada


simetris kanan = kiri , RR 20 X /menit

Primary Survey :

Circulation

: TD 110/70 mmHg, N=87


x/ menit, reguler, kuat angkat normal,
CRT <2 detik, akral hangat.

Disability

: GCS 15 (E4M5V6), Pupil


bulat anisokor diameter 2 / 4 mm,
RC +/+, Exposure
: Hematome di
regio temporalis kanan

Status lokalis :
Regio Temporalis Dextra
Inspeksi:Tampak vulnus eskoriasi,
hematome(+)
Palpasi :Nyeri tekan (+), tidak teraba
krepitasi

Secondary Survey :
Regio Capitis
Inspeksi: tampak hematom di regio
temporal dextra
Palpasi : Nyeri tekan, tidak teraba
krepitasi
Mata
: Ekimosis periorbita (-), Ptosis
tidak ada, konjungtiva tidak anemis,
pupil anisokor 2 mm / 4 mm, RC +/+

Secondary Survey :
Hidung : Krepitasi (-), Bloody rinorhea
(-)
Bibir
: Tidak tampak sianosis
Telinga : Ekimosis post auricular (-),
bloody otorhea(-)

Status Neurologis
GCS
: 15 (E4,V5,M6)
Kaku kuduk : tidak ada
Ekstremitas
Ekstremitas

Mata
: Pupil bulat
anisokor diameter
2mm/4
Superior
Inferior
mm,Gerak
refleks cahaya +/+normal
normal
Kekuatan
Tonus
Refleks
fisiologis
Refleks
patologis
Sensibilitas

normal

normal

Normotoni

Normotoni

+
-

/ +
/ -

normal

/+

- / normal

Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap
Hemoglobin (g/dl)
Hematokrit (%)
Eritrosit (106/L)
Leukosit (103/L)
Basofil (%)
Eosinofil (%)
Neutrofil batang (%)
Limfosit (%)
Monosit (%)
Platelet (103/L)
MCV (fl)
MCH (pg)
MCHC (g/dl)

13,6
39
4,29
12,2
0,09
3,3
61,40
24,7
9,8
294
92
32
35

CT Scan

CT SCAN

CT SCAN

CT SCAN

Pemeriksaan CT Scan

Tulang2 baik,tidak terdapat fraktur


Sulcus Girus tidak tampak kabur
Ventrikel Dextra Sempit
Massa hiperdens di regio temporoparietal
dg ukuran (6x2)/2 x 6 = 36
Epidural hematome regio
temporoparietal dextra
Midline shift 8 mm

Resume
Seorang pasien Laki-Laki usia 11 tahun
masuk ke rumah sakit dengan keluhan nyeri
kepala, nyeri dirasakan sejak 3 hari yang
lalu akibat kecelakaan terserempet sepeda
motor, px terjatuh dan kepala sebelah kanan
terbentur aspal. Tidak ada penurunan
kesadaran, px muntah 2x setelah jatuh,
diberi obat metoclopramide dr igd rs
sebelumnya, muntah 6x saat dirumah. Leher
px juga terasa kaku, hanya menoleh ke kiri.

KU : Baik/Gizi Cukup/Composmentis. Airway


clear, Breathing dan sirkulasi kesan normal.
Status lokalis di regio temporal kanan tampak
edem, dan Vulnus eskoriasi , tidak teraba
krepitasi.
Pada
pemeriksaan
neurologis
ditemukan GCS 15 (E4M5V6), Pupil bulat
anisokor diameter 2mm/ 4mm, reflex
cahaya+/+. Kekuatan motorik ekstremitas
atas dan bawah normal, refleks fisiologis
normal di keempat ekstremitas. Reflek
patologis dan meningeal sign tidak ada

Diagnosis
Cedera Kepala Ringan GCS 456 dg
Epidural Hematome

Penatalaksanaan

Head up 300
O2 8 liter per menit via NRM
IVFD NaCl 0,9 % 1, 5 cc/ kgBB/ jam
Antibiotik profilaksis Cephalosporin genereasi III
( Ceftriaxone 500mg/12jam/iv)
Antiinflmasi (Ketorolac 15mg/8jam/iv)
Loading manitol 300 ml dilanjutkan
maintenance 150 ml per 8 jam
Inj. citicholin 500 mg
Awasi KU, vital sign dan GCS
Pro Trepanasi

Diskusi Cedera Kepala


Cedera kepala di Indonesia,Dari pasien yang
sampai di rumah sakit, 80% CKR, 10 %CKS
dan 10% CKB.
Didominasi usia produktif (15-44 tahun); lakilaki.
Cedera kepala seluruh struktur lapisan, mulai
dari lapisan kulit kepala tulang tengkorak,
duramater, vaskuler otak, sampai jaringan
otaknya sendiri
Fokus utama mencegah cedera otak sekunder

ANATOMI TULANG
TENGKORAK

ANATOMI MENINGEN

ANATOMI OTAK

VASKULARISASI

Tekanan Intrakranial
TIK normal saat
istirahat kira-kira 10
mmHg.
TIK >20 mmHg
abnormal
Kenaikan TIK dapat
menurunkan perfusi
otak dan menyebabkan
atau memperberat
iskemia.

MONRO-KELLIE

DEFINISI CEDERA KEPALA


Suatu kerusakan pada kepala, bukan
bersifat
congenital
ataupun
degeneratif, tetapi disebabkan oleh
serangan / benturan fisik dari luar,
yang dapat
mengurangi atau
mengubah
kesadaran
yang
menimbulkan kerusakan kemampuan
kognitif dan fungsi fisik.

EPIDEMIOLOGI
kelompok usia produktif antara 15-44
tahun
laki-laki
76% cedera kepala ringan,
15% cedera kepala sedang,
9% cedera kepala berat

Klasifikasi Cedera Kepala

Glasgow Coma Scale (GCS)

GCS < 8
: cedera kepala berat
GCS 9-12 : cedera kepala sedang
GCS 13-15 : cedera kepala ringan

MORFOLOGI
Fraktur cranium X-Ray & CT Scan
Linier
Diastase
Depressed
Komunitif

Fraktur Cranium Berdasarkan Lokasi


Anatomis
dibedakan atas :
Konveksitas (kubah tengkorak)
Basis cranii (dasar tengkorak)

FRAKTUR FOSSA ANTERIOR


Fraktur atap orbita
Monocle Hematoma
Brill Hematoma/ Raccoons Eyes
Fraktur melintas lamina cribosa
gangguan penciuman
rhinnorhoea

FRAKTUR FOSSA MEDIA


Fraktur os petrosum
Otorrhoe
Fraktur Sella tursica.
Diabetes insipidus
Sinus cavernosus syndrome.
Mata tampak akan membengkak
menonjol,terasa sakit, conjungtiva
berwarna merah, Bruit (+).

dan

FRAKTUR FOSSA POSTERIOR


Fraktur melintas os petrosum.
Battles Sign.
Fraktur melintas foramen magnum.
mati seketika

Lesi Intrakranial
Diklasifikasikan : fokal dan difusa
Lesi fokal : hematome epidural,
hematome subdural, kontusio dan
hematome intraserebral
Cedera otak difusa CT scan normal namun
menunjukkan perubahan sensorium atau
bahkan koma dalam keadaan klinis
neurologis penderita sangat buruk.

Epidural hematome
Di ruang potensial antara tabula interna dan
duramater
Gejala lucid interval
sisifraktur terletak ipsilateral
CT Scan akan tampak area hiperdens biconvex
bila
ditolong segera pada tahap ini
prognosisnya sangat baik
Berkaitan langsung dengan status neurologis
penderita
Adanya garis fraktur menyokong didiagnosis
hematom epidural dan lokasinya.

Subdural Hematoma
-Sakit kepala
-Kesadaran menurun + / Subarakhnoid hematoma
-Kaku kuduk
-Nyeri kepala
-Bisa didapati gangguan kesadaran

Subdural Hematome

CEDERA OTAK DIFUS


kelanjutan kerusakan otak akibat cedera akselerasi
dan deselerasi.
Cedera aksonal difus (Diffuse Axonal injury, DAI)
adalah keadaan dimana penderita mengalami koma
pasca cedera yang berlangsung lama dan tidak
diakibatkan oleh suatu lesi masa

Penegakan Giagnosa

Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Radiologi
Foto Rontgen
CT scan
MRI
Pemeriksaan Laboratorium

Pasien dengan cedera kepala harus


ditangani dan dipantau terus sejak
tempat kecelakaan, selama perjalanan
dari tempat kejadian sampai rumah sakit,
diruang gawat darurat, kamar radiologi,
sampai
ke
ruang
operasi,
ruang
perawatan atau ICU, sebab sewaktuwaktu bisa memburuk akibat aspirasi,
hipotensi, kejang dan sebagainya.

Penatalaksanaan Cedera
Kepala
Penatalaksanaan Awal
Primary Survey
Airway, dengan Kontrol Servikal (Cervical Spine Control)
Breathing dan Ventilasi
Circulation dengan Kontrol Perdarahan
Disability (Neurologic Evaluation)
Resusitasi
Tambahan monitoring EKG, kateter gaster dan uretra,
monitoring lain seperti laju pernpasan, anlisis gas darah,
pulse oxymetry, tekanan darah, pemeriksaan X-Ray dan
pemeriksaan tambahan lain.

Jalan nafas (Air way)


Jalan nafas dibebaskan dari lidah yang
turun ke belakang dengan posisi
kepala ekstensi,kalau perlu dipasang
pipa orofaring atau pipa endotrakheal,
bersihkan sisa muntahan, darah, lendir
atau gigi palsu. Isi lambung
dikosongkan melalui pipa nasograstrik
untuk menghindarkan aspirasi
muntahan

Pernafasan (Breathing)
Gangguan pernafasan: sentral atau perifer
Kelainan sentral: depresi pernafasan pada
lesi medula oblongata
Penyebab perifer :aspirasi, trauma dada,
edema paru, DIC, emboli paru, infeksi.
Akibat dari gangguan pernafasan dapat
terjadi hipoksia dan hiperkapnia. Tindakan
dengan pemberian oksigen kemudian cari
dan atasi faktor penyebab dan kalau perlu
memakai ventilator.

Sirkulasi (Circulation)
Cari sumber perdarahan dan
hentikan sumber perdarahan,
perbaikan fungsi jantung dan
mengganti darah yang hilang dengan
plasma,atau darah

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik singkat meliputi
kesadaran, pupil, defisit fokal serebral dan
cedera ekstra kranial.
Hasil pemeriksaan fisik pertama ini dicatat
sebagai data dasar dan ditindaklanjuti,
setiap perburukan dari salah satu
komponen diatas bisa diartikan sebagai
adanya kerusakan sekunder dan harus
segera dicari dan menanggulangi
penyebabnya

Pemeriksaan radiologi
Dibuat foto kepala dan leher,
sedangkan foto anggota gerak, dada
dan abdomen dibuat atas indikasi. CT
scan kepala dilakukan bila ada fraktur
tulang tengkorak atau bila secara klinis
diduga ada hematom intrakranial

Penatalaksanaan Cedera
Kepala
Elevasi kepala 30 : Meningkatkan venous return TIK turun
Hiperventilasi ringan : Menyebabkan PCO2 turun vasokonstriksi - TIK turun
Pertahankan tekanan perfusi otak (CPP) > 70 mmHg
(CPP = MAP-ICP) . Anak2 : 60mmhg, bayi: 50mmhg
Drainase : Tindakan ini dilakukan bila hiperventilasi
tidak berhasil. Untuk jangka pendek dilakukan
drainase ventrikular, sedangkan untuk jangka
panjang dipasang vp shunt, misalnya bila terjadi
hidrosefalus

Terapi Medikamentosa
Cairan intravena : Pada saat awal pemasukan cairan
dikurangi untuk mencegah bertambahnya edema
serebri dengan jumlah cairan 1500-2000 ml/hari
diberikan perenteral, sebaiknya dengan cairan koloid,
tp pada awalnya dapat dipakai cairan kristaloid
seperti NaCl 0,9% atau ringer laktat, jangan diberikan
cairan yang mengandung glukosa oleh karena terjadi
keadaan hiperglikemia menambah edema serebri
Hiperventilasi : dengan sasaran tekanan CO2
(pCO2) 27-30 mmHg dimana terjadi vasokontriksi
yang diikuti berkurangnya aliran darah serebral.
Antikonvulsan bila kejang

Manitol , Cairan ini menurunkan TIK


dengan menarik air dari jaringan otak
normal melalui sawar otak yang masih
utuh kedalam ruang intravaskuler. Bila
tidak terjadi diuresis pemberiannya
harus dihentikan. Cara pemberiannya :
Bolus 0,5-1 gram/kgBB dalam 20
menit dilanjutkan 0,25-0,5 gram/kgBB,
setiap 6 jam selama 24-48 jam

Neuroproteksi : Adanya waktu


tenggang antara terjadinya trauma
dengan timbulnya kerusakan
jaringan saraf, memberi waktu bagi
kita untuk memberikan
neuroprotektan. M

Komplikasi sistematik
Infeksi: profilaksis antibiotik diberikan bila ada resiko tinggi infeksi
seperti: pada fraktur tulang terbuka, luka luar dan fraktur basis
kranii
Demam: kenaikan suhu tubuh meningkatkan metabolisme otak
dan menambah kerusakan sekunder, sehingga memperburuk
prognosa. Oleh karena itu setiap kenaikan suhu harus diatasi
dengan menghilangkan penyebabnya
Gastrointestinal: pada penderita sering ditemukan gastritis erosi
dan lesi gastroduodenal lain, 10-14% diantaranya akan berdarah.
Keadan ini dapat dicegah dengan pemberian antasida atau
bersamaan dengan H2 reseptor bloker.
Kelainan hematologi: kelainan bisa berupa anemia,
trombosiopenia, hiperkoagilasi. Kelainan tersebut walaupun ada
yang bersifat sementara perlu cepat ditanggulangi agar tidak
memperparah kondisi pasien

Sekian dan terimakasih...

Anda mungkin juga menyukai