CEDERA KEPALA
Disusun oleh:
Rahayu Fatmawati
1620221203
LAPORAN KASUS
CEDERA KEPALA
Telah disetujui
Tanggal
……………………………………….
Disusun oleh:
Rahayu Fatmawati
1620221203
Pembimbing
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan pembuatan laporan kasus yang
berjudul “Cedera Kepala” dimana laporan ini merupakan salah satu syarat dalam
mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik SMF Bedah RSUP Persahabatan Jakarta Periode
11 September – 18 November 2017.
Dalam menyelesaikan laporan kasus ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada dr. Iqbal, Sp.BS sebagai dokter pembimbing. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan laporan kasus ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan,
sehingga penulis mengharap kritik dan saran dari pembaca.
Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri beserta teman-
teman pada khususnya dan semua pihak yang berkepentingan bagi pengembangan ilmu
kedokteran pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III LAPORAN KASUS
BAB IV ANALISA KASUS
BAB V KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
II.2 Epidemiologi
Cedera kepala menjadi masalah pada kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi
di seluruh dunia. Cedera kepala adalah penyebab utama terjadinya kematian dan
disabilitas jangka panjang khususnya pada dewasa muda. Banyak pasien cedera kepala
berat meninggal sebelum sampai ke rumah sakit; hampir 90% kematian akibat cedera
terkait dengan cedera kepala (Astrand dan Romner, 2011). Sekitar 75% pasien cedera
kepala diklasifikasikan sebagai cedera kepala ringan, 15% cedera kepala sedang, dan
10% cedera kepala berat (Sylvia, 2017). Cedera ini dapat terjadi akibat kecelakaan lalu
lintas (terbanyak), baik pejalan kaki maupun pengemudi kendaraan bermotor. Selain
itu, cedera kranioserebral dapat juga terjadi akibat jatuh, peperangan (luka tembus
peluru), dan lainnya (Soertidewi, 2012).
II.3 Klasifikasi
Klasifikasi cedera kepala dapat dibagi berdasarkan pada Glasgow Comma Scale
(GCS) atau berdasarkan patologi dan gejala klinis (Soertidewi, 2012).
a. Klasifikasi berdasarkan GCS
Kategori GCS Gambaran Klinis Scaning Otak
CKR 14 – 15 Pingsan < 10 menit, Normal
tidak ada defisit
neurrologis
CKS 9 – 13 Pingsan > 10 menit Abnormal
s/d 6 jam, defisit
neurologik
CKB 3–8 Pingsan > 6 jam, Abnormal
defisit neurologik
Tabel 1 Klasifikasi berdasarkan GCS
Gambar 2 SDH akut memberikan gambaran lesi hiperdens berbentuk bulan sabit
(konkaf)
Gambar 3 SAH dengan ciri khas gambaran hemoragik membentuk lengkung sulkus
SAH biasanya terjadi bersamaan dengan perdarahan intrakranial
lainnya seperti EDH, SDH, ataupun ICH. Hal ini menyebabkan indikasi
operasi pada SAH mengikuti indikasi operasi pada perdarahan intrakranial
lainnya yang terjadi. Namun, prognosisnya lebih buruk jika terdapat SAH.
Gambar 4 ICH tampak sebagai lesi hiperdens multipel, kecil dengan batas tegas di
parenkim otak
Gambar 5 Fraktur kranium depresi (A) pada tulang parietal kanan (tanda panah putih).
Fraktur basis cranii (B) terdapat fraktur kominutif di tulang temporal kanan (tanda panah
putih), cairan di mastoid air cells (lingkaran putih), dan udara di dalam otak
(pneumocephalus) (tanda panah terputus)
BAB III
LAPORAN KASUS
III.1 Kasus I
III.1.1 Identitas
Nama : Tn. AJ
Umur : 19 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Lajang
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Duren Sawit
MRS : 27 Agustus 2017
III.1.2 Autoanamnesis
Keluhan Utama
Bengkak pada kepala depan kiri pasca KLL satu jam sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Sosial
o Pasien sering minum alkohol
o Merokok satu bungkus per hari
Status Neurologis
o Rangsang Meningeal
o Tidak ada Kaku kuduk
o Tidak ada Laseque
o Tidak ada Kernig
o Tidak ada Brudzinski I
o Tidak ada Brudzinski II
o Nervi Craniales
Dextra Sinistra
N.I (Olfactorius) Daya Penghidu Tidak dapat dinilai
N.II (Opticus) Ketajaman Tidak dapat dinilai
Penglihatan
Pengenalan Warna Tidak dapat dinilai
Lapang Pandang Tidak dapat dinilai
Funduskopi Tidak dapat dinilai
N.III, IV, VI Ptosis, Strabismus, Tidak dapat dinilai
(Oculomotorius, Nistagmus,
Troclearis, Eksoftalmus,
Abducens) Endoftalmus
Doll’s eyes (+) (+)
phenomenon
Pupil Isokor
Refleks Cahaya Tidak dapat dinilai
Langsung
Refleks Cahaya Tidak dapat dinilai
Tidak Langsung
N.V (Trigeminus) Menggigit, Tidak dapat dinilai
membuka mulut
N.VII (Facialis) Menutup mata Simetris
Meringis Simetris
Pengecapan 2/3 Tidak dapat dinilai
anterior
N.VIII Tes Rinne, Weber, Tidak dapat dinilai
(Vestibulocochlearis) Swabach
Mendengar suara Tidak dapat dinilai
gesekan jari tangan
N.IX, X Posisi uvula, Tidak dapat dinilai
(Glossopharyngeus, Pengecapan 1/3
Vagus) posterior, menelan
Bersuara Normal
N.XI (Accecorius) Memalingkan Tidak dapat dinilai
kepala, mengangkat
bahu
Sikap bahu Simetris
N.XII (Hypoglossus) Menjulurkan lidah, Tidak dapat dinilai
atrofi lidah, tremor
lidah
o Refleks Motorik
5555 5555
5555 5555
o Refleks Fisiologis
o Refleks Biseps : (+)/(+)
o Refleks Triseps : (+)/(+)
o Refleks Patella : (+)/(+)
o Refleks Achilles : (+)/(+)
o Refleks Patologis
o Refleks Babinski : negatif
o Refleks Chaddock : negatif
o Refleks Oppenheim : negatif
o Refleks Gordon : negatif
o Refleks Scheiffer : negatif
o Refleks Rossolimo : negatif
o Refleks Hoffmann Tromner : negatif