FAKULTAS KEDOKTERAN
BELL’S PALSY
Disusun oleh :
Pembimbing :
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................3
2.1 Definisi.........................................................................................................3
2.2 Epidemiologi................................................................................................3
2.3 Etiologi.........................................................................................................4
2.4 Patofisiologi.................................................................................................5
2.5 Gejala klinis.................................................................................................5
2.6 Klasifikasi....................................................................................................8
2.7 Diagnosis......................................................................................................9
2.8 Tatalaksana.................................................................................................12
2.9 Diagnosis Banding.....................................................................................17
2.10 Prognosis....................................................................................................17
BAB 3 LAPORAN KASUS..................................................................................18
3.1 Anamnesis..................................................................................................18
3.2 Pemeriksaan Fisik......................................................................................20
3.3 Diagnosis....................................................................................................22
3.4 Daftar Masalah...........................................................................................22
3.5 Terapi.........................................................................................................23
3.6 Planning.....................................................................................................23
3.7 Prognosis....................................................................................................24
BAB 4 PEMBAHASAN.......................................................................................25
BAB 5 KESIMPULAN........................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................29
ii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
yang memengaruhi saraf kranial penyebab paling umum dari kelumpuhan wajah
di seluruh dunia.[1] Pada tahun 1812, bell’s palsy diperkenalkan oleh Sir Charles
wajah. Kejadian sindrom ini terjadi sekitar 15-20 kasus per 100.000 orang setiap
potensi cedera mata. Masalah kecacatan yang ditimbulkan oleh bell’s palsy cukup
kompleks, meliputi impairment berupa wajah tidak simetris dan kaku, serta dapat
seperti gangguan berbicara dan ekspresi wajah, serta makan dan minum, handicap
kontraktur serta mencegah kelainan pada mata. Selain itu, pengobatan seharusnya
kelumpuhan saraf ini.[4] Rehabilitasi medik pada penderita bell`s palsy diperlukan
otot fasialis, dan mengembalikan fungsi yang terganggu akibat kelemahan otot
otot fasialis sehingga penderita dapat kembali melakukkan aktivitas kerja sehari-
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
unilateral yang bersifat akut dan penyebabnya idiopatik. Sindrom ini merupakan
2.2 Epidemiologi
Bell’s palsy terjadi pada sekitar 15-20 dari 100.000 orang per tahun dengan
40.000 kasus baru setiap tahunnya. Bell’s palsy diperkirakan menyebabkan sekitar
60-75% kasus paralisis wajah unilateral akut, dengan 63% kasus terjadi di sisi
wajah kanan. Di Indonesia, frekuensi terjadinya bell’s palsy sebesar 19,55% dari
seluruh kasus neuropati yang sering dijumpai pada usia 20-50 tahun. Angka
tahun. Bell’s palsy dapat mengalami rekuren, dengan kisaran kekambuhan yang
dilaporkan 4-14%. Namun pemulihan total tanpa terapi dapat terjadi pada 60-80%
pasien. Kelumpuhan yang disebabkan oleh gangguan nervus kranialis yang paling
sering ini dapat terjadi pada semua usia, tetapi kasus lebih banyak terlihat pada
Tingkat insiden tertinggi pada mereka yang berusia 70 tahun dan lebih tua. Faktor
2.3 Etiologi
dan iskemik. Berikut ini adalah empat teori yang dihubungkan dengan etiologi,
yaitu :
(HSV) tipe I dan virus herpes zoster dari ganglia saraf kranial.
(yaitu, luka dingin), virus berjalan ke akson saraf sensorik dan berada
3. Teori herediter
2.4 Patofisiologi
Nukleus motoris nervus fasialis terletak diantara anterior dan lateral dari
timpani dan mastoid. Segmen labirin (bagian proximal) memanjang dari fundus
kanalis auditori internal menuju ganglion genikulatum. Pada pintu masuk tersebut,
terdapat bagian tersempit dari kanalis fasialis yang merupakan lokasi yang rentan
didiagnosa dengan inspeksi karena ciri khas yang dapat ditemukan berupa
kelumpuhan sisi wajah pada daerah yang sakit, hilangnya lipatan-lipatan di dahi
6
dan daerah wajah sisi yang sakit akan terlihat mencong. Gejala kelumpuhan
menyebabkan sudut mulut sisi lesi jatuh dan tidak dapat diangkat, makanan
berkumpul diantara pipi dan gusi pada sebelah lesi, tidak dapat menutup mata dan
mengerutkan kening pada sisi lesi. Kelumpuhan ini adalah berupa tipe flaksid,
kanalis fasialis)
pada N.VIII.[7]
Sulit berbicara
8
Pembengkakan wajah
c. Residual
Otot hipertonik
Sinkinesia
2.6 Klasifikasi
ditemukan
berikut:
1. Asimetris luas.
2.7 Diagnosis
a. Anamnesis
Hiperakusis (30%)
Epifora
Nyeri ocular
Penglihatan kabur
Onset Bells’ palsy mendadak, dan gejala mencapai puncaknya kurang dari
b. Pemeriksaan Fisik[9]
wajah. Pada lesi UMN (lesi supranuclear di atas nukleus pons), 1/3
Pada saat pasien diminta untuk mengangkat alis, sisi dahi terlihat
datar.
lumpuh.
12
otot stapedius.
penderita Bell’s palsy yang dinilai pada kondisi simetris atau asimetris antara sisi
Pada keadaan normal jumlah kelima posisi wajah adalah 100 poin. Hasil
penilaian itu diperoleh dari penilaian angka presentase dikalikan dengan masing-
masing poin. Nilai akhirnya adalah jumlah dari 5 aspek penilaian tersebut.
13
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan MRI kepala dan kontras dilakukan jika curigai adanya lesi sentral.
Pemeriksaan darah rutin, ureum, kreatinin, dan gula darah untuk mengetahui
2.8 Tatalaksana
hari onset.[9]
a. Medikamentosa[9]
14
selama 10 hari. Jika virus varicella zoster dicurigai, dosis tinggi 800
mg oral 5 kali/hari.
b. Non medikamentosa
Rehabilitasi medik
1 Program Fisioterapi
Pemanasan
Microwave Diathermy.
Stimulasi listrik
Penderita Bell’s palsy sering merasa malu dan menarik diri dari
4 Program Psikologik
6 Home Program
menit
permen karet
18
Perawatan mata :
hari
tidur
menunjukkan kelemahan pada sisi bawah wajah tetapi tidak pada sisi atas
wajah.[9]
Lesi LMN seperti infeksi yang terjadi pada media otitis akut, koleastoma,
2.10 Prognosis
timbulnya gejala awal (60-80%) dan dalam kurun waktu waktu 6 bulan pasien
dengan Bell’s palsy dapat mengalami pemulihan secara total atau sebagian fungsi
wajah. Beberapa orang mungkin dapat mengalami efek samping sedang hingga
berat. Dalam beberapa kasus, sisa kelemahan otot dapat berlangsung lebih lama
BAB 3
LAPORAN KASUS
3.1 Anamnesis
a. Identitas Pasien
Umur : 59 tahun
Agama : Islam
b. Anamnesis
Keluhan Utama
Pasien datang ke poli saraf dengan keluhan mulut mencong sebelah kanan
sejakk 1 hari yang lalu sebelum ke poli. Keluhan dirasakan saat bangun tidur.
Awalnya, pasien menyadari setelah melihat cermin dan pasien merasa mulutnya
mencong tertarik ke sebelah kanan. Pasien baru menyadari ternyata bukan hanya
mulutnya saja yang miring, tetapi dahinya yang kiri juga tidak ada kerutan saat
bercermin. Mata kiri pasien juga tidak dapat menutup dengan rapat sehingga
terasa agak pedih. Saat makan pagi, dirasakan makanan mengumpul di pipi
sebelah kiri. Pasien masih bisa merasakan rasa manis, asin, dan asam. Ketika
berkumur keluar air dari sisi kiri mulut, pasien juga tidak bisa bersiul.
Pendengaran tidak terganggu, masih mendengar sama kerasnya baik telinga kanan
maupun telinga kiri. Pasien bila tidur tidak dekat dengan jendela dan tidak
sakit telinga (-), riwayat hipertensi (-), riwayat diabetes melitus (-), dan riwayat
trauma (-).
oleh BPJS
Anamnesis Sistem
A. Kepala : nyeri kepala (-)
B. Sistem Indera
Mata : pandangan ganda (-), penglihatan kabur (-),
kelemahan kelopak mata -/+, air mata keluar
(-), mata perih (-).
Hidung : mimisan (-), pilek (-), tersumbat (-)
Telinga : Pendengaran berkurang (-), berdenging (-), keluar
cairan (-), nyeri telinga (-)
C. Mulut : senyum +/-, gusi berdarah (-), nyeri gigi (-)
D. Tenggorokan : sulit menelan (-), suara serak (-)
E. Sistem respirasi : sesak nafas (-),
F. Sistem kardiovaskuler : nyeri dada (-), berdebar-debar (-)
G. Sistem gastrointestinal : mual (-), muntah (-), sakit perut (-), gangguan
buang air besar (-)
H. Sistem muskulo skeletal : kesemutan ujung-ujung jari kaki (-), kram (-),
demam (-)
I. Sistem genitourinaria : BAK lancer BAB Lancar
J. Ekstremitas atas : luka (-),
K. Ekstremitas bawah : luka (-), bengkak (-)
22
oleh BPJS.
a. Keadaan umum : E4 V5 M6
Suhu : 36,8 C
c. Pemeriksaan neurologis:
1. Kesadaran : E4 V5 M6
Istirahat 20 30 6
Mengerutkan dahi 10 30 3
Menutup mata 30 30 9
Tersenyum 30 30 9
Bersiul 10 30 3
Total 30
Tidak dilakukan
N.IX, X : Tidak dilakukan
N.XI : Tidak dilakukan
N.XII : Tidak dilakukan
Jantung
Inspeksi : Tidak dilakukan
Palpasi : Tidak dilakukan
Perkusi : Tidak dilakukan
24
Differential Diagnosis
Lesi LMN seperti infeksi yang terjadi pada media otitis akut,
koleastoma, infeksi virus (HSV-1, CMV, DAN EBV), neoplasma,
dan trauma.
wajah
3.5 Terapi
a. Terapi Medikamentosa
hari kedua 1x2 tablet, hari ketiga 1x1 tablet. Lalu, diturunkan lagi
b. Rehabilitasi Medik
- Home program : tutup mata kiri saat tidur dan mandi, tetesi oculi
3.6 Planning
Planning edukasi
3.7 Prognosis
Ad vitam : Bonam
Ad functionam: Bonam
Ad sanationam: Bonam
27
BAB 4
PEMBAHASAN
unilateral yang bersifat akut dan penyebabnya idiopatik. Sindrom ini merupakan
penyebab paling umum dari kelumpuhan wajah di seluruh dunia. Bell’s palsy
dapat terjadi pada semua usia, namun sindrom ini lebih sering dijumpai pada pada
usia 20-50 tahun. Pada kasus ini pasien adalah laki-laki berinisial S berusia 59
tahun.
Bell’s palsy terjadi karena adanya kerusakan pada nervus fasialis. Gejala
klinisnya sesuai dengan lokasi kerusakan pada jaras yang dilewati oleh nervus ini.
Jika lokasi kerusakan setinggi foramen stilomastoideus, maka gejala klinis yang
akan muncul adalah kelumpuhan otot wajah pada satu sisi wajah, yang
menyebabkan sudut mulut sisi lesi jatuh dan tidak dapat diangkat, makanan
berkumpul diantara pipi dan gusi pada sebelah lesi, tidak dapat menutup mata, dan
mengerutkan kening pada sisi lesi. Kerusakan nervus fasialis setinggi diantara
korda timpani dengan nervus stapedius, gejala klinisnya sama dengan gejala di
diperburuk dengan gangguan sekresi kelenjar hidung dan air mata. Lesi setinggi
vestibulokoklearis. Salah satu lokasi kerusakan yang paling sering ditemui adalah
gejala klinis yang sesuai dengan yang ditimbulkan akibat kerusakan jaras setinggi
foramen stilomastoideus.
Pada kasus dilaporkan pasien atas nama Tn. S datang dengan keluhan
mulut mencong ke sebelah kanan sejak 1 hari yang lalu. Pasien tidak dapat
menutup mata kirinya dengan rapat dan tidak dapat mengerutkan dahi bagian kiri.
Makanan mengumpul di pipi sebelah kiri saat makan dan ketika berkumur air
keluar dari sisi kiri mulut, pasien juga tidak bisa bersiul. Pasien masih bisa
merasakan rasa manis, asin, dan asam dan pendengaran tidak terganggu.
fungsi saraf kranial, jika diberikan pada onset awal. Mecobalamin digunakan
terjadi.
Terapi modalitas yang diberikan pada pasien ini adalah pemberian terapi
kulit yang diterapi sehingga dapat menimbulkan efek fisiologis yang diperlukan
panas superfisial di kulit yang akan merubah transmisi atau konduksi saraf
Terapi infrared juga memberikan perasaan nyaman dan rileks sehingga dapat
okupasi juga diberikan pada pasien berupa latihan penguatan otot-otot wajah,
seperti latihan menutup mata, mengerutkan dahi, meniup lilin, tersenyum dan
meringis.
30
BAB 5
KESIMPULAN
Telah dilaporkan satu laporan kasus laki-laki berusia 59 tahun yang datang
dengan keluhan utama mulut mencong pada wajah sisi kanan yang dirasakan
sekitar 1 hari SMRS. Pasien juga mengeluhkan tidak dapat menutup mata kirinya
dengan rapat dan tidak dapat mengerutkan dahi bagian kiri. Makanan mengumpul
di pipi sebelah kiri saat makan dan ketika berkumur air keluar dari sisi kiri mulut,
pasien juga tidak bisa bersiul. Namun, pasien masih bisa merasakan rasa manis,
asin, dan asam dan pendengaran tidak terganggu. Pada pemeriksaan fisik
kelumpuhan sedang.
DAFTAR PUSTAKA
49.
Publ.2020;
Palsy. Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Fak Kedokt
EGC; 2016.
2009.