I Nyoman Wande
1
KATA PENGANTAR
Mengawali ucapan terima kasih ini, perkenankan penulis memanjatkan puji syukur
kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa atas Asung Wara
Nugraha-Nya Panduan Interpretasi Analisis Cairan Pleura ini dapat diselesaikan. Buku
panduan ini ditujukan kepada para peserta didik Program Studi Patologi Klinik Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana. Dengan mempelajari buku panduan ini, diharapkan
para peserta didik atau dokter yang membaca buku ini mampu melakukan interpretasi
analisis cairan pleura serta mampu mengambil suatu keputusan dalam penatalaksanaan
lebih lanjut.
Penulis menyadari bahwa penyusunan buku panduan analisis cairan pleura ini
berkat bantuan dari semua pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
rasa syukur dan terima kasih yang tulus kepada seluruh staf dan karyawan di Bagian
Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana serta keluarga saya yang
tercinta yang telah mendukung penulis untuk menyelesaikan buku panduan ini.
I Nyoman Wande
2
DAFTAR ISI
JUDUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
Pendahuluan 4
Thoracentesis 4
Tahapan Analisis Cairan Pleura 5
Simpulan 14
Daftar Pustaka 15
3
ANALISIS CAIRAN PLEURA
I Nyoman Wande
PENDAHULUAN
masing masing cavum pleura. Kelebihan cairan pleura terjadi oleh karena adanya
pleura dari cavum pleura. Peningkatan produksi cairan pleura terjadi oleh karena:
dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah kapiler (seperti pada keadaan infeksi,
gangguan drainase aliran darah limpa (misalnya pada beberapa keganasan), penurunan
tekanan pada cavum pleura (seperti pada obstruksi bronkus, atelectasis). Darah, pus dan
chyle dapat menjadi akumulasi dalam cavum pleura. (Tarn and Lapworth, 2001).
THORACENTESIS
Merupakan proses pengambilan cairan pleura. Adanya epusi pleura yang baru
merupakan suatu indikasi dilakukan thoracentesis, kecuali pada keadaan (Light, 2002):
b. Pasien dengan congestif heart failure, efusi bilateral, afebrile dan efusi yang
transudat dan eksudat, walaupun banyak transudat dan beberapa eksudat tampak jernih,
kekuning-kuningan, tidak berbau dan non viscous, tampak berdarah, keruh, milky atau
tampak kental bisa menunjukkan sebab dari efusi pleura tersebut (Jay, 1985)
eksudat. Transudat berasal dari ultrafiltrasi membran dan mengandung protein yang
rendah, sedangkan eksudat terbentuk dari sekresi aktif atau kebocoran membran dan
mengandung protein yang tinggi. Adanya efusi transudat menunjukkan adanya proses
osmotik koloid dengan tanpa adanya keterlibatan penyakit pleura. Adanya cairan
eksudat menunjukkan adanya keterlibatan pleura dalam proses inflamasi atau proses
Lapworth, 2001). Tes non-biokimia seperti misalnya tes sitologi dapat digunakan
sebagai alat diagnostik, yang dapat menunjukkan adanya sel ganas, dan pengecatan
pleura dalam efusi keganasan dilaporkan berkisar antara 40-87%. (Kjeldsberg and
Knight, 1993).
5
Tabel 1. Penyebab efusi pleura (Tarn and Lapworth, 2001).
6
2. Analisis biokimia cairan pleura
menggunakan hitung sel, ada atau tidaknya bekuan dalam cairan dan berat jenis. Saat
sekarang ini sudah dikembangkan pemeriksaan konsentrasi protein cairan pleura, yaitu
dengan cut-off point 30 g/L yang dapat membedakan antara transudat dan eksudat.
Kadar protein cairan pleura > 30 g/L menunjukkan adanya eksudat (Tarn and Lapworth,
2001).
Pemeriksaan aktivitas LDH pada cairan pleura yang lebih tinggi dibandingkan
dengan LDH serum menunjukkan bahwa adanya sel keganasan pada cairan pleura.
Aktivitas LDH yang tinggi tidak hanya menunjukkan adanya sel ganas dalam cairan
Light’s criteria
Pada tahun 1972, Light’s dkk mempublikasikan kriteria klasik yang mendekati
pemeriksaan protein total serum, protein total cairan pleura, LDH serum dan LDH
b. Aktivitas LDH cairan pleura lebih dari 200 U/L (2/3 batas atas nilai normal
serum)
pasien CHF yang mendapatkan terapi diuresis), Dr. Light’s merekomendasikan apabila:
2.2.1 kolesterol
ini disebabkan oleh karena pengeluaran kolesterol pada degenerasi sel dan kebocoran
2.2.2 Bilirubin
Rasio bilirubin cairan pleura: bilirubin serum lebih dari 0,6 dapat digunakan
sebagai alternatif kriteria Light’s dalam membedakan eksudat pada pasien dengan
jaundice. Dibandingkan dengan kriteria Light’s nilai diagnostik rasio bilirubin cairan
pleura: bilirubin serum yaitu sensitivitas 96%, spesifisitas 83%, sedangkan kriteria
membingungkan kita untuk membedakan apakah cairan tersebut transudat atau eksudat.
gradient (albumin serum- albumin cairan efusi pleura). Albumin gradient 12 g/L atau
8
kurang menunjukkan adanya eksudat, dan albumin gradient lebih dari 12 g/L
pleura.
4. Akurasi dari pemeriksaan tunggal atau kombinasi tidak akan lebih tinggi dengan
Kadar glukosa pada cairan pleura lebih dari 5,3 mmol/L (95 mg/dl) sangat
mungkin bersifat transudat. Kadar glukosa yang rendah sering ditemukan pada cairan
eksudat yang disebabkan oleh karena infeksi bakteri (empyema) dan tuberkulosis. Pada
cairan eksudat yang disebabkan oleh karena penyakit keganasan, kadar glukosanya
sangat bervariasi.
kadar glukosa dalam cairan pleura menunjukkan kadar yang rendah, dibawah 20-30
mg/dl ditemukan pada 70-80% kasus, dan kurang dari 10 mg/dl ditemukan pada 42%
9
kasus. Hal yang berbeda dijumpai pada penderita SLE dengan efusi pleura, dimana
2.3.2 Pemeriksaan pH
adanya proses inflamasi atau infiltrasi. Efusi malignant sering memiliki pH cairan
pleura di atas 7,30. pH yang rendah berkorelasi dengan kejadian keganasan sel tubuh,
angka harapan hidup yang pendek, dan respon yang jelek terhadap pleurodesis
melakukan drainase atau tidak dari efusi parapneumonia. Efusi parapneumonia terjadi
sekitar 20-57% pasien rawat inap dengan pneumoni bakteri. Beberapa dengan
drainase.
yang anaerob, dan kemungkinan bisa terbentuk bekuan yang kemungkinan dapat
menyumbat alat pemeriksaan khususnya alat analisis gas darah. Kertas lakmus tidak
Pemeriksaan tumor marker yang paling sering dilakukan dalam analisis cairan
pleura yaitu carcinoembryonic antigen (CEA). Kadar CEA yang sangat tinggi sangat
mengindikasikan suatu keganasan. Selain itu beberapa tumor marker yang sering juga
diperiksa yaitu: neuron-specific enolase (NSE) untuk membedakan kasus sulit small-
cell lung carcinoma, CA125, CA15-3, CA19-9 dan squamous cell carcinoma antigen.
CYFRA 21-1 ( pemeriksaan tumor marker yang memeriksa komponen larut dari
10
cytokeratin 19) dilaporkan sangat berguna dalam diagnosis squamous cell carcinoma
tidak? Chylothorax merupakan akumulasi cairan limfa atau chyle pada cavum toraks
oleh karena kerusakan thoracic duct. Keadaan ini sering terjadi pada trauma dada atau
operasi pada daerah dada, atau erosi mediastinum atau keganasan pada dada. Dicurigai
chylothorax apabila cairan pleura tampak seperti susu (milky) pada saat
lechitin atau cairan yang kaya akan globulin pada efusi pleura yang dibiarkan lama.
Cairan pleura dengan kadar trigliserida di atas 1,24 mmol/L (110 mg/dl) kemungkinan
99% merupakan chylous sedangkan kadar trigliserida kurang dari 0,57 mmol/L (50
2001).
pankreatitis, dengan atau tanpa adanya pseudokista pada pankreas. Aktivitas amilase
pada efusi pleura juga dapat meningkat pada keadaan ruptur esophagus dan efusi oleh
karena kasus keganasan (tipe salivary) seperti adenokarsinoma paru atau ovarium (Tarn
11
Pemeriksaan aktivitas adenosine deaminase (ADA) yang dikeluarkan dari
efusi pleura. Pada penelitian di Mexico menyebutkan bahwa pasien dengan efusi pleura
oleh karena tuberkulosis mempunyai aktivitas ADA pada cairan pleura lebih dari 70
IU/L, dengan sensitivitas tuberkulosis pleura 98% dan spesifisitasnya sebesar 96%.
tuberkulosis tinggi. Pemeriksaan ini simple dan murah, namun terkendala oleh
dilaporkan pada efusi pleura tuberkulosis. Rasio lysozyme cairan pleura: serum secara
signifikan lebih tinggi pada efusi tuberkulosis dibandingkan dengan penyebab lain
seperti keganasan. Namun paling tinggi pada pasien dengan empyema. Pemeriksaan
lyzozime bersama dengan ADA akan memberikan sensitivitas 100% dan spesifisitas
100% pada populasi dengan insiden tinggi tuberkulosis (Tarn and Lapworth, 2001).
prealbumin, caeruloplasmin, α2-macroglobulin, IgG, IgA, IgM dan IgE telah dilakukan
penelitian pada cairan pleura namun tidak mempunyai hubungan spesifik pada penyakit
Kadar ferritin yang tinggi pada cairan pleura atau rasio ferritin cairan pleura: serum
malignan. Fibrin degradation product (FDP) ditemukan meningkat pada pasien dengan
12
keganasan, emboli paru dan eksudat oleh pseudoridine dan faktor complement C3 dan
C4. Alkaline phosphatase (ALP) dan aktivitas creatinine kinase lebih tinggi pada cairan
eksudat daripada transudate, dimana ALP lebih tinggi pada beberapa neoplasia dan
Setelah ditentukan cairan pleura tersebut bersifat eksudat atau transudat, maka
Lymphocyte > 50% ditemukan pada kanker, tuberkulosis, jamur atau pasca
bedah toraks
Hasil kultur dapat tumbuk baik apabila cairan pleura dikirim dengan botol kultur
darah. Kultur jamur dan kultur mikobakterium dilakukan apabila limfosit cairan pleura
baik primer ataupun metastase. Pada case series 971 pasien kanker paru dilaporkan
sebanyak 7% prevalensi efusi pleura pada pemeriksaan foto toraks dan 40% dari efusi
13
pleura tersebut memiliki hasil positif pemeriksaan sitologi. Apabila hasil sitologi
negatif dan ada kecurigaan kanker, biopsy pleura mutlak perlu dikerjakan (Martin Diaz
et al., 2002)
SIMPULAN
Pada prinsipnya thoracentesis diperlukan pada semua efusi pleura yang baru,
kecuali pada jumlah cairan pleura yang sedikit atau pasien dengan congestive heart
failure (CHF), efusi bilateral, dan efusi yang berkurang dalam waktu 3 hari. Langkah
pertama dalam analisis cairan efusi pleura yaitu menentukan apakah transudat atau
Pleura LDH> 2/3 dari batas atas nilai normal LDH serum
lanjutan seperti pemeriksaan hitung sel dan differential count, kultur dan pengecatan
adenosine deaminase (ADA), lysozyme, amylase, tumor marker dan lain-lainnya sesuai
pemeriksaan tersebut di atas, maka perlu dilakukan biopsy pleura via thoracoscopy atau
open biopsy.
14
Daftar Pustaka
Jay SJ. Diagnostic procedures for pleural disease. Clin Chest Med 1985; 6: 33-48
Kjeldsberg CR, Knight JA, editors. Body Fluids, 3rd edn. Chicago: American Society
Martin Diaz E et al. Thoracentesis for the assessment of lung cancer with pleural
Roth BJ, O’Meara TF, Cragun WH. The serum effusion albumin gradient in the
Tarn A.C and Lapworth R. Biochemical analysis of pleural fluid: what should we
15