Guilen Bare
Guilen Bare
BAB I
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
dengan kelemahan yang dimulai pada ekstremitas distal tapi kemudian dengan
cepat menjalar ke otot-otor proksimal. Terjadi demielinasi segmental dan sel-sel
inflamasi kronik yang mengenai radiks saraf serta saraf perifer. Kelainan ini
dimediasi oleh imun dan sering terjadi sesudah infeksi virus (sitomegalovirus,
Virus Epstein Barr) atau campylobacter jejuni.7
2.3 Epidemiologi
Penyakit ini terdapat di seluruh dunia pada setiap musim dan dapat
menyerang semua umur. Angka kejadian tahunan keseluruhan GBS di Amerika
Serikat adalah 1,65-1,79 per 100.000 orang dengan rasio kejadian pada laki-laki
dan wanita 3 : 2. Beberapa infeksi terlibat dalam perkembangan GBS. Sekitar
dua-pertiga dari pasien dengan infeksi saluran napas atau gejala gastrointestinal
telah dilaporkan dalam tiga minggu sebelum timbulnya gejala GBS. Bukti yang
paling kuat adalah pada infeksi Campylobacter jejuni, namun GBS juga
dilaporkan pada infeksi berikut yaitu Mycoplasma pneumoniae, Haemophilus
influenzae, cytomegalovirus, dan Epstein-Barr.1 Data Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM) Jakarta menunjukkan pada akhir tahun 2010 – 2011
tercatat 48 kasus dengan jumlah kasus bervariasi per bulan. Tahun 2012, kasus
GBS di RSCM meningkat 10%.
2.4 Etiologi
infeksi atau kedaan tertentu yang mendahului GBS akan timbul autoantibodi atau
imunitas seluler terhadap jaringan saraf perifer.6
2.5 Patofisiologi
Penyebab terjadinya inflamasi dan destruksi pada GBS sampai saat ini
belum diketahui. Ada yang menyebutkan kerusakan tersebut disebabkan oleh
penyakit autoimun.2 Mekanisme GBS diyakini merupakan suatu neuropati
inflamasi yang disebabkan oleh reaktivitas silang antara antigen dan antibodi saraf
yang disebabkan oleh infeksi tertentu yaitu organisme menular, seperti C. jejuni,
yang memiliki struktur dinding bakteri yang mirip dengan gangliosida. Molekular
mimikri ini akan menciptakan antibodi anti-gangliosida yang akan menyerang
saraf.
2.7 Diagnosis
Diagnosis GSB berdasarkan anamnesa, pemeriksaan klinis yang spesifik,
disosiasi sito albuminik dan kelainan elektrofisiologis (EMG). 6 Kriteria klinik
yang dipakai secara luas dalam diagnosa SGB adalah kriteria Asbury, yaitu
sebagai berikut:3
Kriteria diagnosis
a. Kriteria yang harus ada
1. Kelemahan progresif lebih dari 1 anggota gerak
2. Hiporefleksia atau arefleksia
b. Menunjang diagnosa
1. Progresivitas sampai 4 minggu
2. Relatif simetris
3. Gangguan sensoris ringan
4. Katerlibatan saraf kranial (paling sering N VII)
5. Perbaikan dalam 4 minggu
6. Disfungsi autonom ringan
7. Tanpa demam
8. Protein LCS meningkat setelah 1 minggu
8
2.10 Penatalaksanaan
Penanganan yang pertama bersifat supportif meliputi intubasi endotrakea
atau trakeotomi jika gangguan pada otot-otot pernapasan membuat pasien sulit
mengeluarkan dahak.2
Kaji dan atasi disfungsi pernafasan. Jika otot pernapasan melemah, lakukan
perekaman kapasitas vitas secara serial. Gunakan respirometer dengan mouthpiece
atau masker untuk bedside testing.2
Lakukan pemeriksaan gas darah arteri. Karena penyakit neuromuskular
menimbulkan hipoventilasi disertai hipoksemia dan hiperkapnia, awasi tekanan
parsial oksigen arterial (PaO2) yang bila berada dibawah 70 mmHg menandakan
gagal napas.2 Pilihan terapi farmakologi yang direkomendasikan adalah sebagai
berikut:3
Pertukaran plasma (plasma exchange) bermanfaat bila dikerjakan dalam
waktu 3 minggu pertama dari onset penyakit. Jumlah plasma yang dikeluarkan per
exchange adalah 40-50 ml/Kg. Dalam waktu 7-14 hari, dilakukan 3-5 kali plasma
exchange.6
10
2.11 Prognosis
Kematian penderita GBS berkisar antara 2%-10% dengan penyebab
kematian karena kegagalan pernafasan, gangguan fungsi otonom, infeksi paru,
dan emboli paru. Sebagian besar penderita (60 – 80%) sembuh secara sempurna
dalam waktu 6 bulan, sebagian kecil (7-22 %) sembuh dalam waktu 12 bulan
dengan kelainan motorik ringan dan atrofi otot-otot kecil di tangan dan kaki.
Sekitar 3 – 5 % penderita mengalami relaps.6
BAB 3
KESIMPULAN
Sindrom Guillain-Barre (poliradikuloneuropati demielinasi inflamatorik
akut) merupakan paralisis asendens yang dapat membawa kematian dan disertai
11
dengan kelemahan yang dimulai pada ekstremitas distal tapi kemudian dengan
cepat menjalar ke otot-otor proksimal. Terjadi demielinasi segmental dan sel-sel
inflamasi kronik yang mengenai radiks saraf serta saraf perifer. Penyebab GBS
sampai saat ini belum diketahui penyebabnya dan termasuk kelompok penyakit
autoimun akibat suatu infeksi atau keadaan tertentu yang mendahuluinya. Gejala
dini yang biasanya dirasakan adalah kelemahan otot yang simetris (tanda
neurologi utama), parestesia pada kaki dan tangan dengan kelemahan dari lengan.
Paralisis dari tungkai dahulu dan kemudian disusul dengan kelemahan dari
lengan. Paralisis dari tungkai dan lengan itu memperlihatkan tanda-tanda LMN.
Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
eletromiografi. Pada umumnya pengobatan GBS meliputi plasma exchange,
Imunoglonulin, dan pemakaian kortikosteroid. Pemakaian kortikosteroid masih
diragukan manfaatnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ganong William F, Stephen J Mcphee. Patofisiologi Penyakit : Pengantar
Menuju Kedokteran Klinis edisi 5. Penerbit EGC, Jakarta, 2007.
12