Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

CARPAL TUNNEL SYNDROME

Pembimbing:

dr. Ratu Wulandari

Disusun oleh :
Dokter Internsip UPT Puskesmas Kampung Sawah

dr. Najib Askar

UPT PUSKESMAS KAMPUNG SAWAH - TANGERANG


SELATAN

Carpal Tunnel Syndrom Page 1


BAB I
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. W
Umur : 50 Tahun
Alamat : Sawah Lama
Pekerjaan : Penjual Nasi Uduk
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
No. RM : 03.39.73
Tanggal Pemeriksaan : 23 Oktober 2019

B. ANAMNESIS : Autoanamnesa
I. Keluhan Utama: Ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan terasa
kesemutan sejak 12 jam lalu.
II. Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien mengeluh ibu jari, jari telunjuk dan
jari tengah tangan kanan terasa kebas sejak 12 jam yang lalu. Rasa
kesemutan sebelumnya sudah dirasakan sejak 1 tahun lalu, namun keluhan
hilang timbul, dan dirasakan terutama pada malam hari dan setelah pasien
beraktivitas (mengulek) keluhan hilang dengan sendirinya. Kesemutan
dirasakan pada jari tangan kanan saja. Pasien belum berobat ke dokter dan
juga tidak pernah mengobati keluhannya. riwayat jatuh bertumpu pada
tangan disangkal. riwayat tidur bertumpu dengan tangan disangkal.
Riwayat kelemahan pada tangan kanan ataupun anggota gerak lainnya
tidak ada.

III. Riwayat Penyakit Dahulu:.


- Riwayat kencing manis tidak ada.
- Riwayat hipertensi tidak ada.
- Riwayat kolestrol tinggi tidak ada
- Riwayat alergi obat/makanan disangkal.

Carpal Tunnel Syndrom Page 2


IV. Riwayat Penyakit Keluarga:
- Tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang
sama.
- Riwayat penyakit lain pada keluarga tidak diketahui pasien.

V. Riwayat Pribadi dan Sosial Ekonomi:


- Os sehari-hari bekerja sebagai tukang nasi uduk. Os rutin mengulek
dengan tangan kanannya selama kurang lebih 10 tahun.

C. PEMERIKSAAN FISIK
I. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
- Tekanan darah : 150/90 mmHg
- Frekuensi nadi : 80 x/menit, Ireguler.
- Frekuensi Pernafasan : 20 x/menit
- Suhu : 37 oC
Tinggi badan : 155 cm
Berat badan : 55 kg
IMT : 22,89 Kg/m2

Kelenjar Getah Bening


- Leher : tidak ada pembesaran
- Aksila : tidak ada pembesaran
Mata : Seklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis
Hidung : Sekret tidak ada, deviasi septum tidak ada.
Leher : Pembesaran tiroid -

Thoraks

Carpal Tunnel Syndrom Page 3


a. Paru-paru
Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris, retraksi sela iga tidak ada.
Palpasi : Fremitus suara +/+, simetris kanan dan kiri.
Perkusi : Sonor kedua lapang paru.
Auskultasi : Suara nafas bronkovesikuler, Ronkhi tidak ada, wheezing
tidak ada.
b. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : ictus cordis teraba.
Perkusi :
- Batas Jantung:
 Batas jantung kanan: SIC IV linea parasternalis dekstra.
 Batas jantung kiri : SIC V linea midclavicula sinistra.
Auskultasi : Bunyi jantung I & II, ireguler, gallop tidak ada, Murmur
tidak ada.

Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar
Auskultasi : Bising usus positif normal.
Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar dan lien, turgor kulit baik.
Perkusi : Timpani.

Ekstremitas
Superior : Akral hangat, edema tidak ada, sianosis tidak ada.
Pembengkakan pada sendi-sendi tangan tidak ada.
Inferior : Akral hangat, edema tidak ada, sianosis tidak ada.
Pembengkakan pada sendi-sendi tangan tidak ada.

II. Status Neurologis


A. Tanda Rangsang Selaput Otak:

Carpal Tunnel Syndrom Page 4


Kaku Kuduk : negatif
Brudzinski I : negatif
B. Tanda Peningkatan Tekanan intrakranial:
Pupil : Isokor
Refleks cahaya : +/+
C. Pemeriksaan Saraf Kranial:

N. VII (N. Facialis)


Kanan Kiri
Raut wajah Normal Normal
Sekresi air mata Normal Normal
Menggerakkan dahi Normal Normal
Memperlihatkan gigi Normal Normal

N. XII (N. Hipoglossus)


Kanan Kiri
Kedudukan lidah di dalam Normal Normal
Kedudukan lidah dijulurkan Normal Normal
Tremor Tidak ada Tidak ada

D. Status Lokalis
M. Tenar : eutrofi
M. Hipotenar : eutrofi

Motorik : dalam batas normal


Sensorik : parasthesia +/-
Phalen test : +/-
Tinel sign : +/-
Carpal compression test : +/-
Flick's sign : +/-

D. DIAGNOSIS

Carpal Tunnel Syndrome

Carpal Tunnel Syndrom Page 5


E. PENATALAKSANAAN
Tatalaksana Farmakologis :
NSAID : Natrium Diklofenak 2 x 25 mg
Steroid : Dexametasone 3 x 0,5 mg
Multivitamin : Vitamin B Kompleks 2 x 1 tablet
Tatalaksana Non Farmakologis :
- Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit yang dideritanya adalah CTS
yang merupakan penyakit “saraf terjepit” pada pergelangan tangan dan
tidak ada kaitannya dengan kadar asam urat pasien.
- Menjelaskan kepada pasien bahwa tidak ada makanan yang secara
khusus perlu dipantang pada penyakit ini.
- Edukasi untuk stop kegiatan repetitif pasa pergelangan tangan
(mengulek) dan dapat diganti dengan menggunakan blender
- Lakukan pengistirahatan dan hiperekstensi pada pergelangan tangan bila
kesemutan timbul
- Edukasi mengenai kemungkinan komplikasi pada penyakit yang diderita
pasien berupa kelemahan pada tangan
- Edukasi mengenai terapi lainnya, seperti obat (steroid) suntik, Splinting
pada pergelangan tangan ketika tidur, hingga pembedahan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Carpal Tunnel Syndrom Page 6


Sindrom terowongan karpal (carpal tunnel syndrome) merupakan salah
satu jenis cumulative trauma disorders (CTD) yang disebabkan karena terjebaknya
nervus medianus dalam terowongan karpal pada pergelangan tangan, yang
ditandai oleh gejala rasa kesemutan, nyeri, kebas pada jari-jari dan tangan di
daerah persarafan saraf medianus. National Health Interview Study (NHIS)
memperkirakan prevalensi sindrom terowongan karpal (STK) yang dilaporkan
sendiri di populasi dewasa besarnya 1,55%. Sebagai salah satu dari 3 jenis
penyakit tersering di dalam golongan CTD pada ekstremitas atas, prevalensi STK
besarnya 40%, tendosinovitis yang terdiri dari trigger finger sebesar 32% dan De
Quervan’s syndrome 12%, sedangkan epicondilitis sebesar 20%. Mahoney (1995)
melaporkan bahwa lebih 50% dari seluruh penyakit akibat kerja di USA adalah
CTD, dimana salah satunya adalah STK. Di Indonesia, prevalensi STK dalam
masalah kerja belum diketahui karena sangat sedikit diagnosis penyakit akibat
kerja yang dilaporkan. Berbagai penelitian melaporkan bahwa STK merupakan
salah satu jenis CTD yang paling cepat menimbulkan gejala pada pekerja.1
Salah satu penyakit yang paling sering mengenai Nervus medianus adalah
neuropati tekanan/jebakan (entrapment neuropathy). Di pergelangan tangan
nervus medianus berjalan melalui terowongan karpal (carpal tunnel) dan
menginnervasi kulit telapak tangan dan punggung tangan di daerah ibu jari,
telunjuk, jari tengah dan setengah sisi radial jari manis. Pada saat berjalan melalui
terowongan inilah nervus medianus paling sering mengalami tekanan yang
menyebabkan terjadinya neuropati tekanan yang dikenal dengan istilah sindroma
terowongan karpal/STK (Carpal Tunnel Syndrome/CTS).2

2.1 ANATOMI
Secara anatomis, canalis carpi (carpal tunnel) berada di dalam dasar
pergelangan tangan. Sembilan ruas tendon fleksor dan N. Medianus berjalan di
dalam canalis carpi yang dikelilingi dan dibentuk oleh tiga sisi dari tulang -tulang
carpal. Nervus dan tendon memberikan fungsi, sensibilitas dan pergerakan pada

Carpal Tunnel Syndrom Page 7


jari-jari tangan. Jari tangan dan otot-otot fleksor pada pergelangan tangan beserta
tendon-tendonnya berorigo pada epicondilus medial pada regio cubiti dan
berinsersi pada tulang-tulang metaphalangeal, interphalangeal proksimal dan
interphalangeal distal yang membentuk jari tangan dan jempol. Canalis carpi
berukuran hampir sebesar ruas jari jempol dan terletak di bagian distal lekukan
dalam pergelangan tangan dan berlanjut ke bagian lengan bawah di regio cubiti
sekitar 3 cm.1

Pada terowongan carpal, N. Medianus mungkin bercabang menjadi


komponen radial dan ulnar. Komponen radial dari N. Medianus akan menjadi
cabang sensorik pada permukaan palmar jari-jari pertama dan kedua dan cabang
motorik m.abductor pollicis brevis, m.opponens pollicis, dan bagian atas dari
m.flexor pollicis brevis. Pada 33 % dari individu, seluruh fleksor polisis brevis
menerima persarafan dari N. Medianus.Sebanyak 2 % dari individu, m. Policis

Carpal Tunnel Syndrom Page 8


adduktor juga menerima persarafan N. Medianus. Komponen ulnaris dari N.
Medianus memberikan cabang sensorik ke permukaan jari kedua, ketiga, dan sisi
radial jari keempat. Selain itu, saraf median dapat mempersarafi permukaan dorsal
jari kedua, ketiga, dan keempat bagian distal sendi interphalangeal proksimal.1
Tertekannya N. Medianus dapat disebabkan oleh berkurangnya ukuran
canalis carpi, membesarnya ukuran alat yang masuk di dalamnya (pembengkakan
jaringan lubrikasi pada tendon–tendon fleksor) atau keduanya. Gerakan fleksi
dengan sudut 90 derajat dapat mengecilkan ukuran canalis. Penekanan terhadap
N. Medianus yang menyebabkannya semakin masuk di dalam ligamentum carpi
transversum dapat menyebabkan atrofi eminensia thenar, kelemahan pada otot
fleksor pollicis brevis, otot opponens pollicis dan otot abductor pollicis brevis
yang diikuti dengan hilangnya kemampuan sensorik ligametum carpi transversum
yang dipersarafi oleh bagian distal N. Medianus. Cabang sensorik superfisial dari
N. Medianus yang mempercabangkan persarafan proksimal ligamentum carpi
transversum yang berlanjut mempersarafi bagian telapak tangan dan jari jempol.
N. Medianus terdiri dari serat sensorik 94% dan hanya 6% serat motorik pada
terowongan karpal. Namun, cabang motorik menyajikan banyak variasi anatomi,
yang menciptakan variabilitas yang besar patologi dalam kasus Carpal Tunnel
Syndrome.3

2.2 DEFINISI
Carpal Tunnel Syndrome merupakan neuropati tekanan atau cerutan
terhadap nervus medianus di dalam terowongan karpal pada pergelangan tangan,
tepatnya di bawah tleksor retinakulum. Dulu, sindroma ini juga disebut dengan
nama acroparesthesia , median thenar neuritis atau partial thenar atrophy Carpal
Tunnel Syndrome pertama kali dikenali sebagai suatu sindroma klinik oleh Sir
James Paget pada kasus stadium lanjut fraktur radius bagian distal. Carpal Tunnel
Syndrome spontan pertama kali dilaporkan oleh Pierre Marie dan C.Foix pada
taboo 1913. Istilah Carpal Tunnel Syndrome diperkenalkan oleh Moersch pada
tabun 1938 (7). Menurut American Academy of Orthopaedic Surgeons Clinical
Guideline, Carpal Tunnel Syndrome adalah gejala neuropati kompresi dari N.
medianus di tingkat pergelangan tangan, ditandai dengan bukti peningkatan
tekanan dalam terowongan karpal dan penurunan fungsi saraf di tingkat itu.
Carpal Tunnel Syndrom Page 9
Carpal Tunnel Syndrome dapat disebabkan oleh berbagai penyakit, kondisi dan
peristiwa. Hal ini ditandai dengan keluhan mati rasa, kesemutan, nyeri tangan dan
lengan dan disfungsi otot. Kelainan ini tidak dibatasi oleh usia, jenis kelamin,
etnis, atau pekerjaan dan disebabkan karena penyakit sistemik, faktor mekanis dan
penyakit local.1,3

2.3 ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO


Kawasan sensorik N. Medianus bervariasi terutama pada permukaan volar.
Dan pola itu sesuai dengan variasi antara jari ketiga sampai jari keempat sisi radial
telapak tangan. Pada permukaan dorsum manus, kawasan sensorik N. Medianus
bervariasi antara dua sampai tiga palang distal jari kedua, ketiga dan keempat. Di
terowongan karpal N. Medianus sering terjepit. N. Medianus adalah saraf yang
paling sering mengalami cedera oleh trauma langsung, sering disertai dengan luka
di pergelangan tangan. Tekanan dari n median sehingga menghasilkan rasa
kesemutan yang menyakiti juga. Itulah parestesia atau hipestesia dari “Carpal
Tunnel Sydrome”. Terdapat beberapa kunci co-morbiditas atau human factor yang
berpotensi meningkatkan risiko CTS. Pertimbangan utama meliputi usia lanjut,
jenis kelamin perempuan, dan adanya diabetes dan obesitas. Faktor risiko lain
termasuk kehamilan, pekerjaan yang spesifik, cedera karena gerakan berulang dan
kumulatif, sejarah keluarga yang kuat, gangguan medis tertentu seperti
hipotiroidisme, penyakit autoimun, penyakit rematologi, arthritis, penyakit ginjal,
trauma, predisposisi anatomi di pergelangan tangan dan tangan, penyakit menular,
dan penyalahgunaan zat. Orang yang terlibat dalam kerja manual di beberapa
pekerjaan memiliki insiden dan tingkat keparahan yang lebih besar. Beberapa
penyebab dan factor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian carpal tunnel
syndrome antara lain:
1. Herediter: neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure palsy,
misalnya HMSN (hereditary motor and sensory neuropathies) tipe III.
2. Trauma: dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah, pergelangan
tangan dan tangan .Sprain pergelangan tangan. Trauma langsung terhadap
pergelangan tangan.

Carpal Tunnel Syndrom Page 10


3. Pekerjaan : gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
yang berulang-ulang. Seorang sekretaris yang sering mengetik, pekerja kasar
yang sering mengangkat beban berat dan pemain musik terutama pemain
piano dan pemain gitar yang banyak menggunakan tangannya juga
merupakan etiologi dari carpal turner syndrome.
4. Infeksi: tenosinovitis, tuberkulosis, sarkoidosis.
5. Metabolik: amiloidosis, gout, hipotiroid-Neuropati fokal tekan, khususnya
sindrom carpal tunnel juga terjadi karena penebalan ligamen, dan tendon dari
simpanan zat yang disebut mukopolisakarida.
6. Endokrin : akromegali, terapi estrogen atau androgen, diabetes mellitus,
hipotiroidi, kehamilan.
7. Neoplasma: kista ganglion, lipoma, infiltrasi metastase, mieloma.
8. Penyakit kolagen vaskular : artritis reumatoid, polimialgia reumatika,
skleroderma, lupus eritematosus sistemik.
9. Degeneratif: osteoartritis.
10. Iatrogenik : punksi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular untuk dialisis,
hematoma, komplikasi dari terapi anti koagulan.
11. Faktor stress
12. Inflamasi : inflamasi dari membrane mukosa yang mengelilingi tendon
menyebabkan nervus medianus tertekan dan menyebabkan carpal tunnel
syndrome1,2

2.4 PATOFISIOLOGI
Patogenesis CTS masih belum jelas. Beberapa teori telah diajukan untuk
menjelaskan gejala dan gangguan studi konduksi saraf. Yang paling populer
adalah kompresi mekanik, insufisiensi mikrovaskular, dan teori getaran. Menurut
teori kompresi mekanik, gejala CTS adalah karena kompresi nervus medianus di
terowongan karpal. Kelemahan utama dari teori ini adalah bahwa ia menjelaskan

Carpal Tunnel Syndrom Page 11


konsekuensi dari kompresi saraf tetapi tidak menjelaskan etiologi yang
mendasarikompresi mekanik. Kompresi diyakini dimediasi oleh beberapa faktor
seperti ketegangan, tenaga berlebihan, hyperfunction, ekstensi pergelangan tangan
berkepanjangan atau berulang.4
Teori insufisiensi mikro-vaskular menyatakan bahwa kurangnya pasokan
darah menyebabkan penipisan nutrisi dan oksigen ke saraf yang menyebabkan ia
perlahan-lahan kehilangan kemampuan untuk mengirimkan impuls saraf. Scar dan
jaringan fibrotik akhirnya berkembang dalam saraf tergantung pada keparahan
cedera, perubahan saraf dan otot mungkin permanen. Karakteristik gejala CTS,
terutama kesemutan, mati rasa dan nyeri akut, bersama dengan kehilangan
konduksi saraf akut dan reversibeldianggap gejala untuk iskemia. Seiler et al
menunjukkan (dengan Doppler laser flowmetry )bahwa normalnya aliran darah
berdenyut di dalam saraf median dipulihkan dalam 1 menit dari saat ligamentum
karpal transversal dilepaskan.2,4
Sejumlah penelitian eksperimental mendukung teori iskemia akibat
kompresi diterapkan secara eksternal dan karena peningkatan tekanan di karpal
tunnel. Gejala akan bervariasi sesuai dengan integritas suplai darah dari saraf dan
tekanan darah sistolik .Kiernan dkk menemukan bahwa konduksi melambat pada
median saraf dapat dijelaskan oleh kompresi iskemik saja dan mungkin tidak
selalu disebabkan myelinisasi yang terganggu. Menurut teori getaran gejala CTS
bisa disebabkan oleh efek dari penggunaan jangka panjang alat yang bergetar pada
saraf median di karpal tunnel.Lundborg et al mencatat edema epineural pada saraf
median dalam beberapa hari berikut paparan alat getar genggam. Selanjutnya,
terjadi perubahan serupa mengikuti mekanik, iskemik, dan trauma kimia.4
Hipotesis lain dari CTS berpendapat bahwa faktor mekanik dan vaskular
memegang peranan penting dalam terjadinya CTS. Umumnya CTS terjadi secara
kronis dimana terjadi penebalan fleksor retinakulum yang menyebabkan tekanan
terhadap nervus medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan
mengakibatkan peninggian tekanan intrafasikuler. Akibatnya aliran darah vena
intrafasikuler melambat. Kongesti yang terjadi ini akan mengganggu nutrisi
intrafasikuler lalu diikuti oleh anoksia yang akan merusak endotel. Kerusakan

Carpal Tunnel Syndrom Page 12


endotel ini akan mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi edema
epineural. 3
Hipotesa ini menerangkan bagaimana keluhan nyeri dan sembab yang
timbul terutama pada malam atau pagi hari akan berkurang setelah tangan yang
terlibat digerakgerakkan atau diurut, mungkin akibat terjadinya perbaikan
sementara pada aliran darah. Apabila kondisi ini terus berlanjut akan terjadi
fibrosis epineural yang merusak serabut saraf. Lama-kelamaan saraf menjadi
atrofi dan digantikan oleh jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi nervus
medianus terganggu secara menyeluruh. Selain akibat adanya penekanan yang
melebihi tekanan perfusi kapiler akan menyebabkan gangguan mikrosirkulasi dan
timbul iskemik saraf. Keadaan iskemik ini diperberat lagi oleh peninggian tekanan
intrafasikuler yang menyebabkan berlanjutnya gangguan aliran darah. Selanjutnya
terjadi vasodilatasi yang menyebabkan edema sehingga sawar darah-saraf
terganggu yang berkibat terjadi kerusakan pada saraf tersebut. 4

1.5 GEJALA KLINIS


Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja.
Gangguan motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal biasanya
berupa parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa seperti terkena aliran
listrik (tingling) pada jari 1-3 dan setengah sisi radial jari 4 sesuai dengan
distribusi sensorik nervus medianus walaupun kadang-kadang dirasakan mengenai
seluruh jari-jari. Komar dan Ford membahas dua bentuk carpal tunnel syndrome:
akut dan kronis. Bentuk akut mempunyai gejala dengan nyeri parah, bengkak
pergelangan tangan atau tangan, tangan dingin, atau gerak jari menurun.
Kehilangan gerak jari disebabkan oleh kombinasi dari rasa sakit dan paresis.
Bentuk kronis mempunyai gejala baik disfungsi sensorik yang mendominasi atau
kehilangan motorik dengan perubahan trofik. Nyeri proksimal mungkin ada dalam
carpal tunnel syndrome. Keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di malam
hari.1,2
Gejala lainnya adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada
malam hari sehingga sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri
ini umumnya agak berkurang bila penderita memijat atau menggerak-gerakkan

Carpal Tunnel Syndrom Page 13


tangannya atau dengan meletakkan tangannya pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri
juga akan berkurang bila penderita lebih banyak mengistirahatkan tangannya.
Apabila tidak segera ditagani dengan baik maka jari-jari menjadi kurang terampil
misalnya saat memungut benda-benda kecil. Kelemahan pada tangan juga sering
dinyatakan dengan keluhan adanya kesulitan yang penderita sewaktu
menggenggam. Pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar (oppones
pollicis dan abductor pollicis brevis), dan otot-otot lainya yang diinervasi oleh
nervus medianus.2

1.6 DIAGNOSIS
Diagnosa CTS ditegakkan selain berdasarkan gejala klinis seperti di atas
dan perkuat dengan pemeriksaan yaitu :
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita
dengan perhatian khusus pada fungsi, motorik, sensorik dan otonom tangan.
Beberapa pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat membantu menegakkan
diagnosa CTS adalah:

Carpal Tunnel Syndrom Page 14


a. Phalen's test
Penderita diminta melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila
dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong
diagnosa. Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif
untuk menegakkan diagnosa CTS.
b. Tinel's sign
Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau nyeri pada
daerah distribusi nervus medianus jika dilakukan perkusi pada terowongan
karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
c. Flick's sign
Penderita diminta mengibas-ngibaskan tangan atau menggerak-
gerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan
menyokong diagnosa CTS. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat
dijumpai pada penyakit Raynaud.
d. Thenar wasting
Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-otot
thenar.
e. Wrist extension test
Penderita diminta melakukan ekstensi tangan secara maksimal,
sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat
dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti CTS, maka
tes ini menyokong diagnosa CTS.1,2
Dari pemeriksaan provokasi diatas Phalen test dan Tinel test adalah test
yang patognomonis untuk CTS. 1

Carpal Tunnel Syndrom Page 15


1.7 DIAGNOSA BANDING
Diagnosis dari CTS antara lain:
1) Cervical radiculopathy. Biasanya keluhannya berkurang bila leher
diistirahatkan dan bertambah hila leher bergerak. Distribusi gangguan sensorik
sesuai dermatomnya.
2) Thoracic outlet syndrome. Dijumpai atrofi otot-otot tangan lainnya selain otot-
otot thenar. Gangguan sensorik dijumpai pada sisi ulnaris dari tangan dan
lengan bawah.
3) Pronator teres syndrome. Keluhannya lebih menonjol pada rasa nyeri di
telapak tangan daripada CTS karena cabang nervus medianus ke kulit telapak
tangan tidak melalui terowongan karpal.
4) de Quervain's syndrome. Tenosinovitis dari tendon muskulus abductor pollicis
longus dan ekstensor pollicis brevis, biasanya akibat gerakan tangan yang
repetitif. Gejalanya adalah rasa nyeri dan nyeri tekan pada pergelangan tangan
di dekat ibu jari. KHS normal. Finkelstein's test : palpasi otot abduktor ibu jari
pada saat abduksi pasif ibu jari, positif bila nyeri bertambah. 1

1.8 PENATALAKSANAAN

Carpal Tunnel Syndrom Page 16


Penatalaksanaan carpal tunnel syndrome tergantung pada etiologi, durasi
gejala, dan intensitas kompresi saraf. Jika sindrom adalah suatu penyakit sekunder
untuk penyakit endokrin, hematologi, atau penyakit sistemik lain, penyakit primer
harus diobati. Kasus ringan bisa diobati dengan obat anti inflamasi non steroid
(OAINS) dan menggunakan penjepit pergelangan tangan yang mempertahankan
tangan dalam posisi netral selama minimal 2 bulan, terutama pada malam hari
atau selama gerakan berulang. Kasus lebih lanjut dapat diterapi dengan injeksi
steroid lokal yang mengurangi peradangan. Jika tidak efektif, dan gejala yang
cukup mengganggu, operasi sering dianjurkan untuk meringankan kompresi. 2
Oleh karena itu sebaiknya terapi CTS dibagi atas 2 kelompok, yaitu:
1. Terapi langsung terhadap CTS
A. Terapi konservatif
a) Istirahatkan pergelangan tangan.
b) Obat anti inflamasi non steroid.
c) Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai dapat
dipasang terus-menerus atau hanya pada malam hari selama 2-3
minggu.
d) Nerve Gliding, yaitu latihan terdiri dari berbagai gerakan (ROM)
latihan dari ekstremitas atas dan leher yang menghasilkan ketegangan
dan gerakan membujur sepanjang saraf median dan lain dari ekstremitas
atas. Latihan-latihan ini didasarkan pada prinsip bahwa jaringan dari
sistem saraf perifer dirancang untuk gerakan, dan bahwa ketegangan
dan meluncur saraf mungkin memiliki efek pada neurofisiologi melalui
perubahan dalam aliran pembuluh darah dan axoplasmic. Latihan
dilakukan sederhana dan dapat dilakukan oleh pasien setelah instruksi
singkat.

Carpal Tunnel Syndrom Page 17


e) Injeksi steroid. Deksametason 1-4 mg 1 atau hidrokortison 10-25 mg
atau metilprednisolon 20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam
terowongan karpal dengan menggunakan jarum no.23 atau 25 pada
lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah
medial tendon musculus palmaris longus. Sementara suntikan dapat
diulang dalam 7 sampai 10 hari untuk total tiga atau empat suntikan,.
Tindakan operasi dapat dipertimbangkan bila hasil terapi belum
memuaskan setelah diberi 3 kali suntikan. Suntikan harus digunakan
dengan hati-hati untuk pasien di bawah usia 30 tahun.
f) Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat bahwa salah
satu penyebab CTS adalah defisiensi piridoksin sehingga mereka
menganjurkan pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan.
Tetapi beberapa penulis lainnya berpendapat bahwa pemberian
piridoksin tidak bermanfaat bahkan dapat menimbulkan neuropati bila
diberikan dalam dosis besar. Namun pemberian dapat berfungsi untuk
mengurangi rasa nyeri.
g) Fisioterapi. Ditujukan pada perbaikan vaskularisasi pergelangan
tangan.3

Carpal Tunnel Syndrom Page 18


B. Terapi Operatif
Operasi hanya dilakukan pada kasus yang tidak mengalami
perbaikan dengan terapi konservatif atau bila terjadi gangguan sensorik
yang berat atau adanya atrofi otot-otot thenar. Pada CTS bilateral biasanya
operasi pertama dilakukan pada tangan yang paling nyeri walaupun dapat
sekaligus dilakukan operasi bilateral. Penulis lain menyatakan bahwa
tindakan operasi mutlak dilakukan bila terapi konservatif gagal atau bila
ada atrofi otot-otot thenar, sedangkan indikasi relatif tindakan operasi
adalah hilangnya sensibilitas yang persisten. 3
Biasanya tindakan operasi CTS dilakukan secara terbuka dengan
anestesi lokal, tetapi sekarang telah dikembangkan teknik operasi secara
endoskopik. Operasi endoskopik memungkinkan mobilisasi penderita
secara dini dengan jaringan parut yang minimal, tetapi karena terbatasnya
lapangan operasi tindakan ini lebih sering menimbulkan komplikasi
operasi seperti cedera pada saraf. Beberapa penyebab CTS seperti adanya
massa atau anomaly maupun tenosinovitis pada terowongan karpal lebih
baik dioperasi secara terbuka.3
2. Terapi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasari CTS
Keadaan atau penyakit yang mendasari terjadinya CTS harus
ditanggulangi, sebab bila tidak dapat menimbulkan kekambuhan CTS kembali.
Pada keadaan di mana CTS terjadi akibat gerakan tangan yang repetitif harus
dilakukan penyesuaian ataupun pencegahan. Beberapa upaya yang dapat
dilakukan untuk mencegah terjadinya CTS atau mencegah kekambuhannya antara
lain :
a. Mengurangi posisi kaku pada pergelangan tangan, gerakan repetitif, getaran
peralatan tangan pada saat bekerja.
b. Desain peralatan kerja supaya tangan dalam posisi natural saat kerja.
c. Modifikasi tata ruang kerja untuk memudahkan variasi gerakan.
d. Mengubah metode kerja untuk sesekali istirahat pendek serta mengupayakan
rotasi kerja.
e. Meningkatkan pengetahuan pekerja tentang gejala-gejala dini CTS sehingga
pekerja dapat mengenali gejala-gejala CTS lebih dini.

Carpal Tunnel Syndrom Page 19


Di samping itu perlu pula diperhatikan beberapa penyakit yang sering
mendasari terjadinya CTS seperti : trauma akut maupun kronik pada pergelangan
tangan dan daerah sekitarnya, gagal ginjal, penderita yang sering dihemodialisa,
myxedema akibat hipotiroidi, akromegali akibat tumor hipofise, kehamilan atau
penggunaan pil kontrasepsi, penyakit kolagen vaskular, artritis, tenosinovitis,
infeksi pergelangan tangan, obesitas dan penyakit lain yang dapat menyebabkan
retensi cairan atau menyebabkan bertambahnya isi terowongan karpal.3

1.9 PROGNOSIS
Pada kasus CTS ringan, dengan terapi konservatif umumnya prognosa
baik. Bila keadaan tidak membaik dengan terapi konservatif maka tindakan
operasi harus dilakukan. Secara umum prognosa operasi juga baik, tetapi karena
operasi hanya dilakukan pada penderita yang sudah lama menderita CTS
penyembuhan post operatifnya bertahap.4
Bila setelah dilakukan tindakan operasi, tidak juga diperoleh perbaikan
maka dipertimbangkan kembali kemungkinan berikut ini (13):
1. Kesalahan menegakkan diagnosa, mungkin jebakan/tekanan terhadap nervus
medianus terletak di tempat yang lebih proksimal.
2. Telah terjadi kerusakan total pada nervus medianus.
3. Terjadi CTS yang baru sebagai akibat komplikasi operasi seperti akibat
edema, perlengketan, infeksi, hematoma atau jaringan parut hipertrofik.
Sekalipun prognosa CTS dengan terapi konservatif maupun operatif cukup
baik, tetapi resiko untuk kambuh kembali masih tetap ada. Bila terjadi
kekambuhan, prosedur terapi baik konservatif atau operatif dapat diulangi
kembali.4

Carpal Tunnel Syndrom Page 20


BAB III
DISKUSI KASUS

Pasien mengeluh ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan terasa
kesemutan sejak 12 jam yang lalu. Keluhan sudah dirasakan sejak 1 tahun, namun
hilang timbul. Hal ini menunjukkan gejala klinis pada carpal tunnel syndrom
dimana gejala awal biasanya berupa parestesia, kurang merasa (numbness) atau
rasa seperti terkena aliran listrik (tingling) pada jari 1-3 dan setengah sisi radial
jari 4 sesuai dengan distribusi sensorik nervus medianus walaupun kadang-kadang
dirasakan mengenai seluruh jari-jari.
Rasa kesemutan bersifat hilang timbul, dan dirasakan terutama pada
malam hari dan setelah pasien mengulek. Temuan klinis pada pasien ini
menunjukkan gejala khas pada carpal tunnel syndrom yaitu: nyeri di tangan yang
juga dirasakan lebih berat pada malam hari sehingga sering membangunkan
penderita dari tidurnya. Rasa nyeri ini umumnya agak berkurang bila penderita
memijat atau menggerak-gerakkan tangannya atau dengan meletakkan tangannya
pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri juga akan berkurang bila penderita lebih
banyak mengistirahatkan tangannya.
Kesemutan hanya dirasakan pada jari tangan kanan saja. Riwayat jatuh
bertumpu pada tangan disangkal. Riwayat kelemahan anggota gerak lainnya juga
disangkal. Temuan klinis ini untuk menyingkirkan diagnosa banding dari carpal
tunnel syndrom.
Pada pasien ini terdapat beberapa faktor risiko carpal tunnel syndrom
yaitu: jenis kelamin perempuan lebih rentan terkena dan riwayat pekerjaan yang
beraktivitas debgan menggunakan pergelangan tangan yaitu mengulek yang sudah
dilakukan pasien selama 10 tahun.

Carpal Tunnel Syndrom Page 21


DAFTAR PUSTAKA

1. Mardjono M dan Sidharta P. Neurologi klinis dasar. Jakarta: PT Dian Rakyat.


2009.
2. Rambe, Aldi S. Sindroma Terowongan Karpal. Bagian Neurologi FK USU.
2004.
3. Kurniawan, Bina. et al. Faktor Risiko Kejadian Carpal Tunnel Syndrome
(CTS) pada Wanita Pemetik Melati di Desa Karangcengis, Purbalingga.
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia. 2008. Vol. 3, No. 1.
4. Kapita Selekta Kedokteran Bagian llmu Penyakit Syaraf : Media Aesculapius;
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2000.

Carpal Tunnel Syndrom Page 22

Anda mungkin juga menyukai