KEPANITERAAN KLINIK
STASE KARDIOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
BAB I
ILUSTRASI KASUS
1.2 Anamnesis
Autoanamnesis dan alloanamnesis dilakukan pada hari Rabu, 7 Agustus 2019 di
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati lantai 6 Selatan kamar 626 bed B.
Keluhan Utama
Sesak napas sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit (SMRS), memberat sejak
1 hari SMRS.
Keluhan disertai nyeri dada sejak 3 hari SMRS. Nyeri dada terasa di bagian depan
dan tengah dengan rasa seperti ditekan, nyeri terkadang menjalar ke bahu kiri, VAS 4
– 5. Nyeri dada dirasakan hilang timbul, terutama bila pasien merasa banyak
pikiran. Pasien juga mengeluh nyeri pada ulu hati, terasa seperti ditusuk-tusuk,
hilang timbul, dan tidak dipengaruhi makanan. Keluhan dada berdebar, demam,
nyeri kepala, batuk, mual dan muntah, serta perut begah disangkal. Nafsu makan
sedikit menurun karena sesak napas dan nyeri dada. Tidak ada keluhan buang air
besar dan buang air kecil. Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang
lalu, mengkonsumsi amlodipin 1 x 10 mg secara rutin. Riwayat DM disangkal.
Saat di ICCU pasien mengatakan sesak sudah berkurang. Saat di ruang rawat
pasien mengatakan tidak ada keluhan.
Status Generalis :
Kepala : normosefali
Rambut : sebagian beruban, tidak mudah dicabut
Wajah : simetris
Mata : konjungtiva tidak pucat, sklera anikterik, pupil bulat isokor
RCL +/+, RCTL +/+, lensa keruh -/-
Telinga : normotia, liang telinga lapang, nyeri tekan (-)
Hidung : simetris, deviasi septum (-), napas cuping hidung (-)
Mulut : simetris, mukosa bibir lembab, sianosis (-), pucat (-),
kebersihan gigi dan mulut baik
Tenggorokan : tonsil T1/ T1, faring tidak hiperemis, uvula di tengah
Leher : simetris, retraksi m. sternokleidomastoideus (-), massa (-),
trakea di tengah, pembesaran KGB (-), tiroid dalam batas
normal, bruit (-), JVP 5+1 cmH2O
Paru :I : pergerakan dinding dada simetris saat statis dan
dinamis, retraksi ICS (-)
P : massa (-), ekspansi dada simetris, vocal fremitus
teraba simetris
P : sonor di kedua lapang paru
A : suara napas vesikuer +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung :I : iktus kordis tidak terlihat
P : iktus kordis teraba pada ICS V linea midclavicula
Sinistra, thrill (-), heaving (-), lifting (-)
P : batas jantung kanan pada ICS IV linea sternalis
dextra, batas jantung kiri pada ICS V linea
midclavicula sinistra
A : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :I : datar, lemas
A : bising usus (+) normal
P : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
P : timpani, shifting dullness (-)
Ginjal : ballotement -/-, nyeri ketok CVA -/-
Genitalia : tidak diperiksa
Ekstremitas : akral hangat, deformitas (-), sianosis (-), ikterik (-), pucat
(-), edema -/-, CRT <2 detik
Irama : sinus
QRS rate : 107 kali/menit
Gelombang P : P mitral pada lead I dan V3
Interval PR : 0,14 s
Segmen PR : 0,06 s
Interval QRS : 0,04 s
Segmen ST : elevasi pada V2 dan V3
Gelombang T : normal
Interval QT : memanjang
R di V5 + S di V1 Kesan
: sinus takikardia, pembesaran atrium kiri, hipertrofi
: 37 mm
ventrikel kiri, infark anteroseptal
Irama : sinus
QRS rate : 84 kali/menit
Gelombang P : 0,2 mV
Interval PR : 0,16 s
Segmen PR : 0,04 s
Interval QRS : 0,08 s
Segmen ST : elevasi pada V2,V3 dan depresi pada II, III, aVF
Gelombang T : normal
Interval QT : memanjang
R di V5 + S di V1 : 37 mm
Kesan : sinus rhytm, kemungkinan infark miokard anterior,
hipertrofi ventrikel kiri, deviasi aksis ke kiri minor,
depresi segmen ST ringan, QT memanjang
EKG (2 Agustus 2019)
Irama : sinus
QRS rate : 94 kali/menit
Gelombang P : 0,2 mV
Interval PR : 0,16 s
Segmen PR : 0,04 s
Interval QRS : 0,08 s
Segmen ST : elevasi pada V2,V3 dan depresi pada II, aVF
Gelombang T : normal
Interval QT : memanjang
R di V5 + S di V1 : 40 mm
Kesan : sinus rhytm, kemungkinan infark miokard anterior,
hipertrofi ventrikel kiri, deviasi aksis ke kiri minor, depresi
segmen ST ringan, QT memanjang
Irama Gelombang T
Gelombang P R di V5 + S di V1
Interval PR Kesan
Segmen PR
Interval QRS
Segmen ST
: sinus : elevasi pada V1,V2
: 0,2 mV : memanjang
: 0,16 s : 47 mm
1.5 Resume
Laki-laki, 57 tahun datang dengan keluhan sesak napas sejak 2 minggu SMRS,
memberat sejak 1 hari SMRS. Keluhan disertai DOE, PND, ortopnea, nyeri dada
bagian depan dan tengah, serta menjalar ke bahu kiri, nyeri ulu hati, dan kaki
bengkak. Pasien dengan riwayat hipertensi sejak 5 tahun dan riwayat stroke pada
tahun 2015. Kakak pasien mengalami hipertensi dan ibu sudah meninggal karena
serangan jantung. Riwayat merokok (+), senang konsumsi makanan asin dan
gorengan, serta jarang olahraga. Pada pemeriksaan fisik di IGD didapatkan keadaan
umum tampak sakit sedang dan tampak sesak, BP = 184/127 mmHg, HR = 110
kali/menit, RR = 30 kali/menit, dan edema ekstremitas inferior bilateral.
Pemeriksaan analisa gas darah didapatkan pH = 7,548, pCO 2 = 19,9 mmHg, pO2 =
152,8 mmHg, HCO3 = 16,9 mmol/L, kesan alkalosis respiratorik. Pemeriksaan
asam urat darah = 12,4 mg/dl, kesan hiperurisemia. Kolesterol HDL = 26 mg/dl
dan kolesterol LDL direk = 172 mg/dl, kesan hiperkolesterolemia. Pada
pemeriksaan EKG didapatkan sinus takikardia, pembesaran atrium kiri, hipertrofi
ventrikel kiri, dan infark anteroseptal. Pada pemeriksaan rontgen toraks
didapatkan kardiomegali dengan tanda awal bendungan. Pemeriksaan angiografi
koroner didapatkan CAD 3VD.
1.6 Diagnosis
1. Gagal jantung kongestif
2. Penyakit jantung koroner
1.7 Tatalaksana
1. Aspirin 1 x 80 mg po
2. Captopril 3 x 25 mg po
3. Furosemid 1 x 40 mg IV
4. Simvastatin 1 x 20 mg po
5. Saran CABG (Coronary Artery Bypass Graft)
1.8 Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
BAB II
ANALISIS KASUS
Laki-laki, 57 tahun datang dengan keluhan sesak napas sejak 2 minggu SMRS,
memberat sejak 1 hari SMRS. Keluhan disertai DOE, PND, dan ortopnea yang
menandakan bahwa sesak berasal dari jantung. Pasien juga mengeluh bengkak
pada kedua kaki. Pada pemeriksaan fisik (di IGD dan ruang rawat) didapatkan
adanya kardiomegali dan edema ekstremitas inferior bilateral. Rontgen toraks
menunjukkan adanya kardiomegali. Hal ini memenuhi diagnosis gagal jantung
kongestif berdasarkan kriteria Framingham, yaitu 2 kriteria mayor dan 2 kriteria
minor, sehingga pasien didiagnosis mengalami gagal jantung kongestif.
Pasien berjenis kelamin laki-laki dengan gejala angina pektoris yang khas, berupa
nyeri dada di bagian depan dan tengah yang menjalar ke bahu kiri, nyeri seperti
ditekan, VAS 4 – 5. Pasien riwayat hipertensi sejak 5 tahun dan riwayat merokok.
Pasien memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi dan serangan jantung.
Pemeriksaan fisik jantung didapatkan normal. Pemeriksaan EKG didapatkan sinus
takikardia, pembesaran atrium kiri, hipertrofi ventrikel kiri, dan infark
anteroseptal. Pemeriksaan angiografi koroner menunjukkan stenosis pada arteri
LM, LAD, dan RCA. Berdasarkan hal ini pasien didiagnosis penyakit jantung
koroner, tipe angina pektoris stabil.
Pasien laki-laki usia 57 tahun mengalami gagal jantung kongestif dan penyakit
jantung koroner tipe angina pektoris stabil. Faktor risiko yang dimiliki pasien
adalah usia, jenis kelamin laki-laki, riwayat hipertensi, dan faktor genetik. Pada
pasien dilakukan tatalaksana dengan medikamentosa dan disarankan untuk
dilakukan tindakan CABG.
DAFTAR PUSTAKA