Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUA
N
seperti
BAB II
TINJAUAN
KEPUSTAKAAN
Anatomi dan Fisiologi Nervus Fasialis
Otot-Otot Mimik
Wajah
 Definisi

Bell’s palsy adalah kelemahan atau kelumpuhan saraf perifer pada

salah satu sisi wajah atau sering disebut dengan paralisis nervus facialis

(N.VII) yang bersifat akut, unilateral, perifer, dan mempengaruhi Lower

Motor Neuron.
 Epidemiologi
Penyebab 60-75% dari total kasus
paralisis fasial unilateral akut.

Insiden kejadian berkisar 20-30


kasus per 100.000 orang/ tahun
Angka kejadian tertinggi
pada usia 70 tahun ke atas

secara gradual mengalami


perbaikan pada 80-90% kasus
 Etiologi

Penyebab bell’s palsy masih belum diketahui secara pasti (idiopatik), diduga penyebab

terbanyak adalah infeksi virus. Virus yang menyebabkan infeksi ini diduga adalah herpes simpleks

(Ramsay Hunt Syndrom). Beberapa penderita diabetes melitus dan hipertensi menjadi salah satu

faktor resiko pada Bell’s palsy disebabkan iskemia oleh karena diabetes dan aterosklerosis. Hal ini

mungkin menjadi faktor meningkatnya insiden bell’s palsy pada usia tua.
Manifestasi klinis Bell’s palsy dapat berbeda tergantung
lesi pada perjalanan saraf fasialis Sebagai berikut :
M
A (lesi pada foramen stylomastoideus)

N
Paralisis otot ekspresi wajah, saat menutup kelopak mata kedua bola mata melakukan
K rotasi ke atas disebut Bell’s phenomenon.
I L
F I
(Lesi pada kanalis fasialis)
Pengecapan menghilang pada 2/3 anterior lidah pada sisi yang sama.
E N
S I (lesi pada ganglion genikulatum)
T S
Adanya lakrimasi dan berkurangnya salivasi

A (Lesi yang menuju muskulus stapedius)


S hiperakusis atau gangguan pendengaran (sensitivitas nyeri terhadap suara keras).

I (terganggu aliran air mata ke sakuslakrimalis)


Mata terasa berair
 Pemeriksaan
Pemeriksaan Ugo Fosch :
fisik Menilai kondisi simetri-asimetri antara sisi
sakit dengan sisi sehat pada 5 posisi, yaitu
Pemeriksaan fungsi motorik dari otot wajah :
saat istirahat, mengerutkan dahi, menutup
• M. frontalis mata, tersenyum, dan bersiul.
• M. kurogator supersilii
• M. nasalis,
• M. orbikularis okuli,
• M. orbikularis oris,
Motorik • M. zigomatikus,
• M. risorius,
• M. buccinator,
• M. mentalis
Kemudian angka persentasi masing-
• Schirmer test masing posisi wajah harus diubah
• Pengecapan 2/3 anterior Lidah menjadi point sebagai berikut :

Sensorik • Refleks stapedius


Interpretasi Hasil Pemeriksaan :
Salivary flow test

CBC (Complete Blood


Count) CT-Scan

Pemeriksaan
Penunjang

Glukosa darah, HbA1c MRI

EMG
Diagnosis dan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan
neurologis (saraf kranialis, motorik, sensorik).
Banding
Jika diagnosis klinis masih meragukan atau paralisis berlangsung lebih dari 6-8
Diagnosis minggu, dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti MRI. Pemeriksaan
Nerve Conduction Studies dan elektromiografi (EMG) pada otot wajah
dilakukan untuk menentukan letak lesi dan derajat keparahan kerusakan saraf
fasialis perifer.

• Herpes zoster (Ramsay Hunt Syndrome)


• Facial diplegia
• Sarcoidosis Granuloma
Diagnosis • Tumor
keluarga
Banding • Facial Palsy with Pontine Lesions
• Melkersson-Rosenthal Syndrome
• Hemifacial Spasm Idiopatik- Facial Hemiatrophy (Parry-Romberg Syndrome)
• HIV infection
• Komplikasi

Beberapa komplikasi yang


sering terjadi akibat Bell's palsy :

1. Kontraktur otot wajah


2. Crocodile tear phenomenon
3. Sinkenesis
4. Spasme otot wajah
5. Neuralgia Genikulatum.
Non Farmakologi Farmakologi

Istirahat terutama pada Keadaan akut Prednison : Dosis yang dianjurkan 3


mg/kg BB/hari sampai ada perbaikan,
kemudian dosis diturunkan bertahap
selama 2 minggu.

Tatalaksan

Fisioterapi a
Operasi
• Dianjurkan pada stadium akut.
Tujuan fisioterapi untuk Indikasi dilakukan tindakan operatif
mempertahankan tonus otot yang apabila :
lumpuh. - Tidak terdapat penyembuhan spontan
• Akupuntur dapat dilakukan setelah - Tidak terdapat perbaikan dengan
melewati fase akut ( ± 2 minggu). pengobatan prednisone
 Prognosis

c Prognosis pada umumnya baik, kondisi terkendali dengan


pengobatan. Kesembuhan terjadi dalam waktu 3 minggu pada 85%
pasien. Bell’s palsy dapat meninggalkan gejala sisa (sekuale) berupa
kelemahan fasial unilateral atau kontralateral, sinkinesis, spasme
hemifasialis, dan terkadang terjadi rekurensi, sehingga perlu evaluasi dan
rujukan lebih lanjut.
c

c
BAB III
KESIMPULAN
 Kesimpulan
Bell’s palsy merupakan kelemahan atau kelumpuhan saraf fasialis perifer yang bersifat akut dan penyebabnya

masih belum diketahui secara pasti (idiopatik). Bell’s palsy diperkirakan merupakan penyebab 60-75% dari total

kasus paralisis fasial unilateral akut. Pemberian terapi prednison dapat mengurangi odem dan mempercepat

reinervasi pada bell’s palsy, fisioterapi dapat dianjurkan pada stadium akut untuk mempertahankan tonus otot yang

lumpuh. Tindakan operatif dilakukan apabila tidak terdapat penyembuhan spontan, tidak terdapat perbaikan

dengan pengobatan prednisone. Tingkat keparahan kerusakan saraf menentukan proses penyembuhan.

Perbaikannya bertahap dan durasi waktu yang dibutuhkan bervariasi.

Anda mungkin juga menyukai