Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS

I.

II.

Identitas Pasien
Nama

: IKD

Jenis kelamin

: Laki-laki

Umur

: 76 tahun

Alamat

: Panca Dharma

Pekerjaan

: Petani

Agama

: Hindu

Suku

: Bali

Keluhan Utama
Sesak napas

III. Anamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang
Penderita datang sadar, mengeluh sesak napas sejak kurang lebih satu tahun yang
lalu dan memberat sejak satu minggu sebelum ke UGD puskesmas. Sesak
awalnya ringan, tidak pernah hilang dan makin lama makin memberat. Sesak
dirasakan terus-menerus sepanjang hari, seperti tertindih beban yang berat sampai
membuat penderita seperti tidak bisa bernafas. Sesak tidak dipengaruhi oleh posisi
dan juga tidak membaik dengan perubahan posisi. Sesak dirasakan semakin
memberat bila penderita beraktivitas seperti berjalan menuju ke sawahnya sejauh
kurang lebih lima ratus meter, menanam padi atau membersihkan ladang. Saat
dilakukan pemeriksaan, keluhan sesak masih dirasakan.
Pasien juga mengeluh batuk yang dirasakan hilang timbul sejak empat bulan
sebelum masuk rumah sakit. Batuk berlangsung sepanjang hari. Batuk biasanya
disertai dahak berwarna putih dengan volume 1-2 sendok setiap kali batuk. Empat
hari sebelum masuk rumah sakit batuk dirasakan makin sering, dengan dahak
berwarna putih kekuningan, volume dahak 2-3 sendok tiap kali batuk, batuk tidak
disertai darah. Saat dilakukan pemeriksaan, batuk sudah lebih jarang, namun
masih berdahak dengan dahak masih berwarna putih kekuningan.

Penderita juga mengeluh badan terasa lemas sejak satu minggu sebelum masuk
rumah sakit. Badan dirasakan seperti tidak bertenaga, mudah merasa lelah. Lemas
mulanya ringan dan tidak mengganggu aktivitas, lama-lama dirasakan badan
lemas makin memberat sehingga mengganggu aktivitas penderita. Keluhan ini
dirasakan di seluruh tubuhnya dan membuat penderita menjadi tidak bersemangat
untuk beraktivitas. Hal ini juga membuat penderita menjadi lebih banyak
menghabiskan waktunya dengan beristirahat. Bahkan penderita tidak mampu
berjalan dan harus dipapah saat masuk rumah sakit. Pasien tidak mengeluh
keringat malam, dan penurunan berat badan disangkal oleh penderita.
Penderita juga mengeluh panas sejak satu minggu sebelum masuk rumah sakit.
Panas timbul mendadak, timbul terutama pada malam hari, kemudian turun pada
pagi hari. Panas mau turun dengan obat penurun panas namun kemudian panas
naik lagi. Panas tidak disertai dengan menggigil, juga tidak disertai dengan
pengeluaran keringat yang banyak. Saat pemeriksaan, panas sudah tidak dirasakan
oleh penderita.
Buang air kecil penderita tidak ada keluhan. Buang air kecil penderita berwarna
kuning jernih, jumlah - 1 gelas setiap kali buang air kecil, frekwensi 3 4 kali
sehari, tidak ada nyeri saat buang air kecil, kencing berbuih tidak ada, kencing
berwarna merah tidak ada. Saat pemeriksaan, buang air kecil penderita juga
dikatakan normal.
Buang air besar penderita tidak ada keluhan. Buang air besar dengan frekwensi 12 kali sehari, warna kuning kecoklatan, konsistensi sedikit keras, tidak ada nyeri
atau darah saat buang air besar. Saat pemeriksaan, penderita belum buang air
besar selama 4 hari, penderita merasa perutnya penuh, namun tidak ada mual
ataupun muntah.
Riwayat Pengobatan
Penderita sempat berobat ke Puskesmas Mengwi I tiga hari sebelumnya,
kemudian mendapat obat yang pasien lupa namanya namun keluhan dirasakan
tidak membaik. Karena keluhan semakin memberat maka penderita diantar
keluarganya ke UGD Puskesmas Mengwi I.

Riwayat Penyakit Sebelumnya


Penderita pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya sekitar enam bulan
yang lalu dan dirawat di RSUD Badung selama satu minggu. Riwayat kencing
manis, penyakit jantung dan asma sebelumnya, disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat penyakit yang sama dengan
penderita.
Riwayat Sosial
Penderita adalah seorang petani, mempunyai riwayat pernah merokok selama
lebih dari 20 tahun, namun sudah berhenti sejak kurang lebih sepuluh tahun yang
lalu. Dalam satu harinya, penderita bisa menghabiskan satu sampai dua bungkus
rokok. Di rumah tempat tinggal penderita, adik laki-laki dan kedua anak laki-laki
penderita merupakan perokok aktif. Riwayat minum-minuman beralkohol
disangkal oleh penderita.
IV.

Pemeriksaan fisik

Status Present
Kesan umum

: sesak

Tensi

: 100/60 mmHg

Kesadaran

: komposmentis

Nadi

: 112 x/menit

TB

: 167 cm

Respirasi

: 30 x/menit

BB

: 47 kg

Suhu badan

: 37,2 0C

Status General
Mata

: anemia -/-, ikterus -/-

THT

: kesan normal

Leher

: JVP PR+0 cmH2O

Thorak
Cor :
Inspeksi

: ictus cordis tidak terlihat

Palpasi

: ictus cordis teraba di ICS V MCL S, tidak kuat angkat

Perkusi

: batas kiri : 1 cm MCL S


batas kanan : 1 cm PSL D
batas atas : ICS II

Auskultasi: S1S2 tunggal reguler murmur (-)


Pulmo: Thorax depan :
Inspeksi

: barrel chest, pergerakan napas simetris dextra et sinistra

Palpasi

: VF /

Perkusi

: redup ICS IV-VI kanan / hipersonor kiri

Auskultasi

: bronkial +/+, rhonchi +/- wheezing +/+

Thorax belakang :
Inspeksi

: pergerakan napas simetris statis dan dinamis

Palpasi

: VF /

Perkusi

: redup/hipersonor

Auskultasi

: bronkial +/+, rhonchi +/-, wheezing +/+

Abdomen
Inspeksi

: distensi (-), denyut epigastrial (-)

Auskultasi : Bising Usus (+) normal


Palpasi :

Hepar : tidak teraba


Lien

: tidak teraba

Ginjal : Balotement -/Perkusi

: Shifting dullness (-)


Undulasi (-)

Ekstremitas :
Edema

-/-/-

Hangat

+/+
+/+

V.

Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan

VI. Diagnosis
PPOK eksaserbasi akut dengan susp. Pneumonia
VII. Penatalaksanaan

Oksigen 2 L/menit

Nebulizer salbutamol + Ipratropium bromide tidak membaik rujuk RSUD


Badung

Borang Laporan Kasus PPOK Eksaserbasi Akut


Topik: PPOK eksaserbasi akut
Tanggal (kasus)
: 10 Juli 2013
Presenter : dr. Ni Nyoman Trisna Yuliharti T.
Tanggal presentasi : 31 Juli 2013
Pendamping : dr. Komang Widia Asmawan
Tempat presentasi : Puskesmas Mengwi 1 Badung
Obyektif presentasi:
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi:
Penderita, IKD, laki-laki, 76 tahun, petani, datang sadar, mengeluh sesak napas sejak kurang lebih
satu tahun yang lalu dan memberat sejak satu minggu sebelum ke UGD. Sesak tidak pernah hilang
dan makin lama makin memberat, seperti tertindih beban yang berat, tidak dipengaruhi oleh posisi,
memberat bila penderita beraktivitas. Saat dilakukan pemeriksaan, keluhan sesak masih dirasakan.
Tujuan: Untuk mengetahui tanda-tanda dan gejala PPOK yang mengalami eksaserbasi akut oleh
karena infeksi serta penanganannya.
Bahan bahasan :
Tinjauan Pustaka
Cara membahas :
Diskusi
Data pasien
:
Nama: IKD
Nama klinik: Puskesmas Mengwi I
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis/gambaran Klinis:

Riset
Kasus
Presentasi dan diskusi
Email
No. Registasi:
Telp:
Terdaftar sejak:

Audit
Pos

Penderita, IKD, laki-laki, 76 tahun, petani, datang sadar, mengeluh sesak napas sejak kurang lebih
satu tahun yang lalu dan memberat sejak satu minggu sebelum ke UGD. Sesak tidak pernah hilang
dan makin lama makin memberat, seperti tertindih beban yang berat, tidak dipengaruhi oleh posisi,
memberat bila penderita beraktivitas. Saat dilakukan pemeriksaan, keluhan sesak masih dirasakan.
Batuk dirasakan sejak empat bulan sebelum masuk rumah sakit. Batuk berlangsung sepanjang hari,
disertai dahak berwarna putih. Empat hari SMRS batuk makin sering, dengan dahak berwarna putih
kekuningan, darah (-). Saat dilakukan pemeriksaan, batuk sudah lebih jarang, namun masih berdahak
dengan dahak masih berwarna putih kekuningan.
Badan terasa lemas sejak satu minggu SMRS. Badan dirasakan seperti tidak bertenaga, awalnya
ringan dan tidak mengganggu aktivitas, lama-lama dirasakan badan lemas makin memberat sehingga
mengganggu aktivitas penderita. Pasien tidak mengeluh keringat malam, dan penurunan berat badan
disangkal oleh penderita.
Penderita juga mengeluh panas badan sejak satu minggu sebelum masuk rumah sakit. Panas timbul

mendadak, tidak disertai dengan menggigil, juga tidak disertai dengan pengeluaran keringat yang
banyak. Saat pemeriksaan, panas sudah tidak dirasakan oleh penderita. Buang air kecil dan buang air
besar dalam batas normal.

2. Riwayat pengobatan:
Penderita sempat berobat ke Puskesmas Mengwi I tiga hari sebelumnya, kemudian mendapat
obat yang pasien lupa namanya namun keluhan dirasakan tidak membaik. Karena keluhan
semakin memberat maka penderita diantar keluarganya ke UGD Puskesmas Mengwi I.
3. Riwayat kesehatan/penyakit:
Penderita pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya sekitar enam bulan yang lalu dan
dirawat di RSUD Badung selama satu minggu. Riwayat kencing manis, penyakit jantung dan
asma sebelumnya, disangkal.
4. Riwayat keluarga:
Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat penyakit yang sama dengan penderita.
5. Riwayat sosial:
Penderita adalah seorang petani, mempunyai riwayat pernah merokok selama lebih dari 20
tahun, namun sudah berhenti sejak kurang lebih sepuluh tahun yang lalu. Dalam satu harinya,
penderita bisa menghabiskan satu sampai dua bungkus rokok. Di rumah tempat tinggal
penderita, adik laki-laki dan kedua anak laki-laki penderita merupakan perokok aktif. Riwayat
minum-minuman beralkohol disangkal oleh penderita.
6. Lain-lain :
Daftar pustaka:
1. Ingram H R. Bronkitis Kronik, Emfisema dan Obstruksi Jalan Nafas. Harrisons Principles
for Internal Medicine 13th edition. Editor: Fauci A S, Braunwald E, Isselbacher K J, Wilson I
D, Martin J B, Kasper D L, McGraw-Hill Company New York: 2002. hal 1374-1356.
2. Mangunnegoro H, dkk. PPOK, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia: 2001. hal 10-25

3. Mangunnegoro H, dkk. PPOK, Pedoman Praktis

Diagnosis dan Penatalaksanaan di

Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia: Juni 2004. hal 1-13


4. Bahar A. Penyakit Paru Obstruktif Kronik, Pedoman Penatalaksanaan Global Terbaru.
Pertemuan Ilmiah Nasional PB PAPDI. Editor: Prodjosudjadi W, Setiati S, Alwi I, Pusat
Informasi dan Penerbitan Bagian Penyakit Dalam, FKUI Jakarta: 2003, hal 50-53
5. Bahar A. Pengobatan Terbaru Penyakit Obstruksi Paru. Dalam: Current Diagnosis and
Treatment in Internal Medicine. Editor: Atmakusuma J, dkk,. Pusat Informasi dan Penerbitan
Bagian Penyakit Dalam, FKUI Jakarta: 2003, hal 1-12
6. Farid M. Penyakit Paru Obstruktif Menahun. Dalam: Balai Penerbit FKUI Jakarta: 1989, hal
5-23
7. Rai I B N. Penatalaksanaan PPOK Stabil. Aspek Farmakologis. Naskah Lengkap PKB XI,
Ilmu Penyakit Dalam. Editor: Purnama A,dkk, Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unud
Denpasar: 2003, hal 50-53
8. Buist Sonia, et. All. Global Stategy for the Diagnosis, Management, and Prevention of
COPD. In : NHLBI/WHO Global Initiative for COPD Workshop Summary : 2006
9. Ali J, Summer W R, Leviyzky M G. Pulmonary Pathophysiology. McGraw Hill Company
New York: 1999, p 1-5
10. Fishman A P et al. Manual of Pulmonary Disease and Disorders 3rd edition. McGraw Hill
Company New York: 2002, p 2-7
Hasil pembelajaran :
1. Mengenali tanda dan gejala PPOK eksaserbasi akut
2. Dapat mendiagnosis penyakit PPOK eksaserbasi akut berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik.
3. Pengelolaan pasien dengan PPOK eksaserbasi akut
4. KIE kepada pasien tentang penyakitnya, penatalaksanaan, dan monitoring yang dapat

dilakukan.

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio

Subjektif
Pasien ini didiagnosis dengan PPOK eksaserbasi akut berdasarkan atas gejalagejala dan tanda-tanda klinik yang didapatkan pada pasien tersebut dan
ditunjang oleh pemeriksaan penunjang.

Pasien ini datang dengan keluhan utama dispneu,yaitu sesak nafas yang
didapatkan dari anamnesis dan penggunaan alat bantu nafas ketika baru datang
ke rumah sakit. Selain itu terdengar suara nafas tambahan yaitu rhonci yang
menandakan adanya kelainan paru dan wheezing yang muncul karena adanya
udara yang melewati saluran nafas yang menyempit. Sesak yang diderita pada
saat datang termasuk dispneu berat. Sesak dapat terjadi karena penyakit
penyakit yang berasal dari paruparu, jantung, endokrine, ginjal, neurologi,
hematologi, rematologi atau gangguan psikologi. Pada kasus ini sesak ini berasal
dari paru-paru yaitu karena adanya obstruksi kronis dari jalan nafas yang
mengalami eksaserbasi, hal ini dapat dilihat dari anamnesis dimana tidak ada
orthopneu, tidak ada paroksismal nocturnal dispneu. Dispneu tidak diawali oleh
edema pada kaki, kelopak mata ataupun perut. Onset yang kronik, progresif dan
disertai eksarebasi akut. Disertai oleh batuk yang kronis dan sesaknya tidak
pernah hilang secara tuntas.

Objektif
Sedangkan dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya wheezing dan rhonci, tidak
didapatkan distensi vena jugularis, suara S3 gallop dan tanda-tanda edema paru
kongestif (ronki basah yang difuse, redup pada perkusi dada, edema perifer,
hepatomegali). Gejala dispneu pada PPOK terjadi karena adanya limitasi dari
aliran udara dan peningkatan resistensi dari dinding saluran nafas, yang mana
disebabkan oleh adanya kombinasi dari bronkitis kronis dan emfisema. Pada
bronkitis kronis terjadi pembesaran dari kelenjar seromukus subepitel di
tracheobrokial tree dan adanya inflamasi dari saluran nafas kecil (respiratori
bronciolitis), penyempitan bronkiolus dan obstruksi intra luminal yang
disebabkan oleh adanya mukus dan peningkatan massa otot, sehingga terjadi
limitasi sampai obstruksi dari aliran udara. Sedangkan pada emfisema terjadi
perusakan jaringan elastik paru yang menyebabkan penurunan jaringan elastik
paru sehingga ukuran bronkus berkurang yang menyebabkan tahanan nafas
meningkat dan aliran udara berkurang. Akibatnya terjadi jebakan udara (air
trapping) di alveoli bagian distal menyebabkan distensi sakus alveoli yang
menambah kolapsnya bronkus yang lebih proksimal. Sehingga meningkatkan
obstruksi jalan nafas. Dengan adanya kedua hal tersebut maka terjadi gangguan
oksigenasi dan bermanifes sebagai sesak nafas.

Assessment
Mengerasnya gejala sesak dan batuk yang disertai oleh perubahan volume dan
warna sputum pada pasien ini sesuai dengan gejala eksaserbasi akut tipe 1
(eksaserbasi berat) pada PPOK. Eksaserbasi akut tipe 1 pada PPOK berarti
timbulnya perburukan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya dimana
terdapat 3 gejala eksaserbasi berupa sesak yang bertambah, peningkatan jumlah
sputum dan perubahan warna sputum menjadi purulen. Eksaserbasi dapat
disebabkan oleh infeksi atau faktor-faktor lain seperti polusi udara, kelelahan
atau timbulnya komplikasi dan sepertiga dari eksersebasi akut penyebabnya
tidak dapat diidentifikasi. Pada pasien ini eksaserbasi akut dapat disebabkan
induksi oleh lingkungan udara yang buruk atau infeksi. Infeksi dapat berperan
sebagai faktor pencetus karena dengan adanya infeksi maka inflamasi yang
sudah ada semakin memberat sehingga penyempitan saluran nafas makin
meningkat. Hal ini dapat menyebabkan produksi sputum meningkat dan
perubahan warna sputum disebabkan karena sputum bercampur dengan nanah.
Selain dispneu gejala lain yang menonjol pada penderita ini adalah batuk yang
berdahak hilang timbul sejak 1 tahun yang lalu. Ini sesuai dengan gejala klinis
dari bronkitis kronis yang mengalami eksaserbasi akut, yang mana gejala klinis
dari bronkitis kronis adalah batuk kronik berdahak muncul 3 bulan dalam
setahun, sekurang-kurangnya 2 tahun berturut-turut. Penyebab terjadinya batuk
adalah hipertropi dan hiperplasia dari kelenjar mukus terutama pada pada jalan
nafas besar ( tracheobronchial tree ), yang mana menyebabkan hiperseksresi
dari mukus sehingga merangsang reflek batuk. Batuk adalah suatu bentuk
pertahanan tubuh, yang berperan dalam mengeluarkan benda benda asing yang
ada di saluran nafas.
Selain itu, pada pemeriksan juga tidak didapatkan gejala-gejala kegagalan
ventrikel kanan antara lain seperti peningkatan tekanan vena jugularis (dilihat
dengan adanya peningkatan JVP), suara gallop S3, suara murmur dari regurgitasi
trikuspid, edema perifer dan hepatomegali.
Faktor resiko terjadinya PPOK yang tedapat pada pasien ini adalah terpapar asap
rokok selama bertahun-tahun. Meskipun pasien bukan perokok aktif namun

suami dan menantu pasien yang tinggal serumah dengan pasien adalah perokok
aktif. Penelitian eksperimental menunjukan bahwa merokok menyebabkan
gangguan mucociliary defence, gangguan pergerakan silia epitel bronkus,
gangguan aktivitas makrofag alveoli, spasma saluran nafas, dan hipertropi dan
hiperplasia kelenjar mukus. Terhadap makrofag alveoli asap rokok menyebabkan
meningginya sekresi enzim elastase yang dapat merusak jaringan elastik dari
alveoli sehingga terjadi emfisema. Sedangkan pada saluran bronkus asap rokok
dapat menyebabkan hypertropi dan hiperplasia kelenjar mukus sehingga terjadi
hipersekresi mukosa dan muncul batuk yang berdahak sesuai dengan manifestasi
klinis dari bronkitis kronis.

Plan
o Diagnosis
Pemeriksaan spirometri perlu direncanakan untuk memantau perjalanan
penyakit dan efektivitas obat yang telah diberikan. Selain itu juga perlu
dilakukan

pemeriksaan

sputum

gram/kultur

untuk

mengetahui

sensitivitas bakteri terhadap antibiotika sehingga dapat dipilih antibiotika


yang sesuai.
o Terapi
Tujuan utama terapi adalah mencegah gagal napas apabila terjadi
eksaserbasi akut. Tujuan lainnya adalah mengontrol PPOK untuk
meningkatkan kualitas hidup.
1. Rawat inap
Perawatan di RS pada pasien eksaserbasi akut PPOK dilakukan karena didapatkan
tanda eksaserbasi berat berupa sesak yang memberat dan berkepanjangan, adanya
peningkatan produksi sputum, dan perubahan warna sputum menjadi purulen dan
perburukan kondisi umum pasien yang membutuhkan perawatan yang lebih intensif
di RS.
2. O2 2 liter/menit
Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan yang menyebabkan
kerusakan sel dan jaringan. Pemberian terapi oksigen merupakan hal yang sangat
penting untuk mempertahankan oksigenasi seluler dan mencegah kerusakan sel.
Oksigen diberikan pada keadaan dimana PaO2 < 60 mmHg atau Saturasi O2 < 90%.
Dengan pemberian oksigen diharapkan dapat mengurangi sesak, memperbaiki

aktivitas, mengurangi hipertensi pulamonal dan mengurangi vasokontriksi pada


saluran nafas.
3. IVFD
Keadaan malnutrisi pada PPOK karena adanya peningkatan kebutuhan energi akibat
kerja otot pernafasan yang meningkat, dapat dilihat dari penurunan BB dan
antropometri. Asupan energi disesuaikan antara kalori yang masuk dan kalori yang
dibutuhkan. Pemberian energi yang agresif tidak akan mengatasi masalah, karena
gangguan ventilasi pada PPOK tidak dapat mengeluarkan CO2 yang terjadi akibat
metabolisme karbohidrat. Asupan energi dilakukan sedikit demi sedikit dan terus
menerus4,6.
4. Nebulizer Salbutamol + Ipratropium bromide tiap 6 jam
Ipratropium brimide bekerja menghambat refleks vagal yang menyebabkan
kontraksi otot polos jalan nafas dan mengurangi sekresi mukus tanpa menambah
kekentalannya. Sedangkan Salbutamol bekerja mengatasi bronkospasme dan edema
bronkhial juga merangsang mobilisasi dahak. Pemberian secara kombinasi akan
memperkuat efek bronkodilatasi selain itu akan memudahkan bagi penderita karena
pemberiannya lebih sederhana.

5.Aminofilin bolus dan drip


Aminofilin sebagai bronkodilator, dan mempunyai kemampuan untuk meningkatkan
kontraktilitas otot diafragma dan daya tahan terhadap kelelahan otot yang diharapkan
dapat memperbaiki fungsi ventilasi dan menurunkan sesak nafas. Aminofilin bekerja
dengan menghambat enzim fosfodiesterase nukleotid siklik dan meningkatkan
akumulasi siklik Adenosin Monofosfat/Guanosin Monofosfat yang kemudian
menimbulkan relaksasi otot polos terutama otot polos bronkus. Selain itu juga
bekerja dengan meningkatkan blokade reseptor adenosin4.
6.

Injeksi Cefotaxime 3 x 1 gram4


Antibiotika diberikan karena adanya infeksi pada saluran nafas. Cefotaxim
merupakan antibiotik spektrum luas yang dapat membunuh bakteri Gram (+) dan
Gram ().

7.

Bromhexin 3 x C I
Pemberian bromhexin yang memiliki efek mukolitik berguna untuk mengencerkan
dahak yang mempermudah pengeluaran dahak sehingga meringankan batuk
berdahak3. Bila diperlukan dapat ditambahkan dengan ekspektoran untuk
membantu mengeluarkan dahak.

8.

Metil prednisolon 2 x 62,5 mg


Berfungsi menekan inflamasi yang terjadi, dan diharapkan dapat mengurangi gejala
klinis dan perbaikan fungsi ventilasi (pemberian efektif selama 2 minggu)3.

9.

Paracetamol 3x500 mg
Diberikan sebagai antipiretik yang bermanfaat untuk menurunkan panas badan
pasien. Obat ini diberikan hanya pada saat timbul panas badan dan dihentikan
pemberiannya apabila pasien tidak demam lagi.
o Pendidikan
Pendidikan yang diberikan ialah mengenai pola hidup sehat dan
kewaspadaan apabila merasakan sesak yang bertambah berat agar segera
ke pelayanan kesehatan.
o Konsultasi
Konsultasi dengan ahli paru sangat diperlukan untuk mengetahui apakah
telah terjadi komplikasi atau belum dan untuk pengobatan jangka
panjang.
o Monitoring
Monitoring yang dilakukan lebih terhadap faktor resiko yang terdapat
pada pasien yang pada pasien ini terdapat riwayat perokok aktif dan pasif
karena lingkungan sekitar banyak yang perokok.
Monitoring terhadap sesak nafas, vital sign dan pemeriksaan AGD secara
serial dilakukan untuk memantau kondisi pasien dan melihat efektivitas
dari pengobatan yang dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai