I.
II.
Identitas Pasien
Nama
: IKD
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 76 tahun
Alamat
: Panca Dharma
Pekerjaan
: Petani
Agama
: Hindu
Suku
: Bali
Keluhan Utama
Sesak napas
III. Anamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang
Penderita datang sadar, mengeluh sesak napas sejak kurang lebih satu tahun yang
lalu dan memberat sejak satu minggu sebelum ke UGD puskesmas. Sesak
awalnya ringan, tidak pernah hilang dan makin lama makin memberat. Sesak
dirasakan terus-menerus sepanjang hari, seperti tertindih beban yang berat sampai
membuat penderita seperti tidak bisa bernafas. Sesak tidak dipengaruhi oleh posisi
dan juga tidak membaik dengan perubahan posisi. Sesak dirasakan semakin
memberat bila penderita beraktivitas seperti berjalan menuju ke sawahnya sejauh
kurang lebih lima ratus meter, menanam padi atau membersihkan ladang. Saat
dilakukan pemeriksaan, keluhan sesak masih dirasakan.
Pasien juga mengeluh batuk yang dirasakan hilang timbul sejak empat bulan
sebelum masuk rumah sakit. Batuk berlangsung sepanjang hari. Batuk biasanya
disertai dahak berwarna putih dengan volume 1-2 sendok setiap kali batuk. Empat
hari sebelum masuk rumah sakit batuk dirasakan makin sering, dengan dahak
berwarna putih kekuningan, volume dahak 2-3 sendok tiap kali batuk, batuk tidak
disertai darah. Saat dilakukan pemeriksaan, batuk sudah lebih jarang, namun
masih berdahak dengan dahak masih berwarna putih kekuningan.
Penderita juga mengeluh badan terasa lemas sejak satu minggu sebelum masuk
rumah sakit. Badan dirasakan seperti tidak bertenaga, mudah merasa lelah. Lemas
mulanya ringan dan tidak mengganggu aktivitas, lama-lama dirasakan badan
lemas makin memberat sehingga mengganggu aktivitas penderita. Keluhan ini
dirasakan di seluruh tubuhnya dan membuat penderita menjadi tidak bersemangat
untuk beraktivitas. Hal ini juga membuat penderita menjadi lebih banyak
menghabiskan waktunya dengan beristirahat. Bahkan penderita tidak mampu
berjalan dan harus dipapah saat masuk rumah sakit. Pasien tidak mengeluh
keringat malam, dan penurunan berat badan disangkal oleh penderita.
Penderita juga mengeluh panas sejak satu minggu sebelum masuk rumah sakit.
Panas timbul mendadak, timbul terutama pada malam hari, kemudian turun pada
pagi hari. Panas mau turun dengan obat penurun panas namun kemudian panas
naik lagi. Panas tidak disertai dengan menggigil, juga tidak disertai dengan
pengeluaran keringat yang banyak. Saat pemeriksaan, panas sudah tidak dirasakan
oleh penderita.
Buang air kecil penderita tidak ada keluhan. Buang air kecil penderita berwarna
kuning jernih, jumlah - 1 gelas setiap kali buang air kecil, frekwensi 3 4 kali
sehari, tidak ada nyeri saat buang air kecil, kencing berbuih tidak ada, kencing
berwarna merah tidak ada. Saat pemeriksaan, buang air kecil penderita juga
dikatakan normal.
Buang air besar penderita tidak ada keluhan. Buang air besar dengan frekwensi 12 kali sehari, warna kuning kecoklatan, konsistensi sedikit keras, tidak ada nyeri
atau darah saat buang air besar. Saat pemeriksaan, penderita belum buang air
besar selama 4 hari, penderita merasa perutnya penuh, namun tidak ada mual
ataupun muntah.
Riwayat Pengobatan
Penderita sempat berobat ke Puskesmas Mengwi I tiga hari sebelumnya,
kemudian mendapat obat yang pasien lupa namanya namun keluhan dirasakan
tidak membaik. Karena keluhan semakin memberat maka penderita diantar
keluarganya ke UGD Puskesmas Mengwi I.
Pemeriksaan fisik
Status Present
Kesan umum
: sesak
Tensi
: 100/60 mmHg
Kesadaran
: komposmentis
Nadi
: 112 x/menit
TB
: 167 cm
Respirasi
: 30 x/menit
BB
: 47 kg
Suhu badan
: 37,2 0C
Status General
Mata
THT
: kesan normal
Leher
Thorak
Cor :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Palpasi
: VF /
Perkusi
Auskultasi
Thorax belakang :
Inspeksi
Palpasi
: VF /
Perkusi
: redup/hipersonor
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: tidak teraba
Ekstremitas :
Edema
-/-/-
Hangat
+/+
+/+
V.
Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
VI. Diagnosis
PPOK eksaserbasi akut dengan susp. Pneumonia
VII. Penatalaksanaan
Oksigen 2 L/menit
Riset
Kasus
Presentasi dan diskusi
Email
No. Registasi:
Telp:
Terdaftar sejak:
Audit
Pos
Penderita, IKD, laki-laki, 76 tahun, petani, datang sadar, mengeluh sesak napas sejak kurang lebih
satu tahun yang lalu dan memberat sejak satu minggu sebelum ke UGD. Sesak tidak pernah hilang
dan makin lama makin memberat, seperti tertindih beban yang berat, tidak dipengaruhi oleh posisi,
memberat bila penderita beraktivitas. Saat dilakukan pemeriksaan, keluhan sesak masih dirasakan.
Batuk dirasakan sejak empat bulan sebelum masuk rumah sakit. Batuk berlangsung sepanjang hari,
disertai dahak berwarna putih. Empat hari SMRS batuk makin sering, dengan dahak berwarna putih
kekuningan, darah (-). Saat dilakukan pemeriksaan, batuk sudah lebih jarang, namun masih berdahak
dengan dahak masih berwarna putih kekuningan.
Badan terasa lemas sejak satu minggu SMRS. Badan dirasakan seperti tidak bertenaga, awalnya
ringan dan tidak mengganggu aktivitas, lama-lama dirasakan badan lemas makin memberat sehingga
mengganggu aktivitas penderita. Pasien tidak mengeluh keringat malam, dan penurunan berat badan
disangkal oleh penderita.
Penderita juga mengeluh panas badan sejak satu minggu sebelum masuk rumah sakit. Panas timbul
mendadak, tidak disertai dengan menggigil, juga tidak disertai dengan pengeluaran keringat yang
banyak. Saat pemeriksaan, panas sudah tidak dirasakan oleh penderita. Buang air kecil dan buang air
besar dalam batas normal.
2. Riwayat pengobatan:
Penderita sempat berobat ke Puskesmas Mengwi I tiga hari sebelumnya, kemudian mendapat
obat yang pasien lupa namanya namun keluhan dirasakan tidak membaik. Karena keluhan
semakin memberat maka penderita diantar keluarganya ke UGD Puskesmas Mengwi I.
3. Riwayat kesehatan/penyakit:
Penderita pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya sekitar enam bulan yang lalu dan
dirawat di RSUD Badung selama satu minggu. Riwayat kencing manis, penyakit jantung dan
asma sebelumnya, disangkal.
4. Riwayat keluarga:
Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat penyakit yang sama dengan penderita.
5. Riwayat sosial:
Penderita adalah seorang petani, mempunyai riwayat pernah merokok selama lebih dari 20
tahun, namun sudah berhenti sejak kurang lebih sepuluh tahun yang lalu. Dalam satu harinya,
penderita bisa menghabiskan satu sampai dua bungkus rokok. Di rumah tempat tinggal
penderita, adik laki-laki dan kedua anak laki-laki penderita merupakan perokok aktif. Riwayat
minum-minuman beralkohol disangkal oleh penderita.
6. Lain-lain :
Daftar pustaka:
1. Ingram H R. Bronkitis Kronik, Emfisema dan Obstruksi Jalan Nafas. Harrisons Principles
for Internal Medicine 13th edition. Editor: Fauci A S, Braunwald E, Isselbacher K J, Wilson I
D, Martin J B, Kasper D L, McGraw-Hill Company New York: 2002. hal 1374-1356.
2. Mangunnegoro H, dkk. PPOK, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia: 2001. hal 10-25
dilakukan.
Subjektif
Pasien ini didiagnosis dengan PPOK eksaserbasi akut berdasarkan atas gejalagejala dan tanda-tanda klinik yang didapatkan pada pasien tersebut dan
ditunjang oleh pemeriksaan penunjang.
Pasien ini datang dengan keluhan utama dispneu,yaitu sesak nafas yang
didapatkan dari anamnesis dan penggunaan alat bantu nafas ketika baru datang
ke rumah sakit. Selain itu terdengar suara nafas tambahan yaitu rhonci yang
menandakan adanya kelainan paru dan wheezing yang muncul karena adanya
udara yang melewati saluran nafas yang menyempit. Sesak yang diderita pada
saat datang termasuk dispneu berat. Sesak dapat terjadi karena penyakit
penyakit yang berasal dari paruparu, jantung, endokrine, ginjal, neurologi,
hematologi, rematologi atau gangguan psikologi. Pada kasus ini sesak ini berasal
dari paru-paru yaitu karena adanya obstruksi kronis dari jalan nafas yang
mengalami eksaserbasi, hal ini dapat dilihat dari anamnesis dimana tidak ada
orthopneu, tidak ada paroksismal nocturnal dispneu. Dispneu tidak diawali oleh
edema pada kaki, kelopak mata ataupun perut. Onset yang kronik, progresif dan
disertai eksarebasi akut. Disertai oleh batuk yang kronis dan sesaknya tidak
pernah hilang secara tuntas.
Objektif
Sedangkan dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya wheezing dan rhonci, tidak
didapatkan distensi vena jugularis, suara S3 gallop dan tanda-tanda edema paru
kongestif (ronki basah yang difuse, redup pada perkusi dada, edema perifer,
hepatomegali). Gejala dispneu pada PPOK terjadi karena adanya limitasi dari
aliran udara dan peningkatan resistensi dari dinding saluran nafas, yang mana
disebabkan oleh adanya kombinasi dari bronkitis kronis dan emfisema. Pada
bronkitis kronis terjadi pembesaran dari kelenjar seromukus subepitel di
tracheobrokial tree dan adanya inflamasi dari saluran nafas kecil (respiratori
bronciolitis), penyempitan bronkiolus dan obstruksi intra luminal yang
disebabkan oleh adanya mukus dan peningkatan massa otot, sehingga terjadi
limitasi sampai obstruksi dari aliran udara. Sedangkan pada emfisema terjadi
perusakan jaringan elastik paru yang menyebabkan penurunan jaringan elastik
paru sehingga ukuran bronkus berkurang yang menyebabkan tahanan nafas
meningkat dan aliran udara berkurang. Akibatnya terjadi jebakan udara (air
trapping) di alveoli bagian distal menyebabkan distensi sakus alveoli yang
menambah kolapsnya bronkus yang lebih proksimal. Sehingga meningkatkan
obstruksi jalan nafas. Dengan adanya kedua hal tersebut maka terjadi gangguan
oksigenasi dan bermanifes sebagai sesak nafas.
Assessment
Mengerasnya gejala sesak dan batuk yang disertai oleh perubahan volume dan
warna sputum pada pasien ini sesuai dengan gejala eksaserbasi akut tipe 1
(eksaserbasi berat) pada PPOK. Eksaserbasi akut tipe 1 pada PPOK berarti
timbulnya perburukan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya dimana
terdapat 3 gejala eksaserbasi berupa sesak yang bertambah, peningkatan jumlah
sputum dan perubahan warna sputum menjadi purulen. Eksaserbasi dapat
disebabkan oleh infeksi atau faktor-faktor lain seperti polusi udara, kelelahan
atau timbulnya komplikasi dan sepertiga dari eksersebasi akut penyebabnya
tidak dapat diidentifikasi. Pada pasien ini eksaserbasi akut dapat disebabkan
induksi oleh lingkungan udara yang buruk atau infeksi. Infeksi dapat berperan
sebagai faktor pencetus karena dengan adanya infeksi maka inflamasi yang
sudah ada semakin memberat sehingga penyempitan saluran nafas makin
meningkat. Hal ini dapat menyebabkan produksi sputum meningkat dan
perubahan warna sputum disebabkan karena sputum bercampur dengan nanah.
Selain dispneu gejala lain yang menonjol pada penderita ini adalah batuk yang
berdahak hilang timbul sejak 1 tahun yang lalu. Ini sesuai dengan gejala klinis
dari bronkitis kronis yang mengalami eksaserbasi akut, yang mana gejala klinis
dari bronkitis kronis adalah batuk kronik berdahak muncul 3 bulan dalam
setahun, sekurang-kurangnya 2 tahun berturut-turut. Penyebab terjadinya batuk
adalah hipertropi dan hiperplasia dari kelenjar mukus terutama pada pada jalan
nafas besar ( tracheobronchial tree ), yang mana menyebabkan hiperseksresi
dari mukus sehingga merangsang reflek batuk. Batuk adalah suatu bentuk
pertahanan tubuh, yang berperan dalam mengeluarkan benda benda asing yang
ada di saluran nafas.
Selain itu, pada pemeriksan juga tidak didapatkan gejala-gejala kegagalan
ventrikel kanan antara lain seperti peningkatan tekanan vena jugularis (dilihat
dengan adanya peningkatan JVP), suara gallop S3, suara murmur dari regurgitasi
trikuspid, edema perifer dan hepatomegali.
Faktor resiko terjadinya PPOK yang tedapat pada pasien ini adalah terpapar asap
rokok selama bertahun-tahun. Meskipun pasien bukan perokok aktif namun
suami dan menantu pasien yang tinggal serumah dengan pasien adalah perokok
aktif. Penelitian eksperimental menunjukan bahwa merokok menyebabkan
gangguan mucociliary defence, gangguan pergerakan silia epitel bronkus,
gangguan aktivitas makrofag alveoli, spasma saluran nafas, dan hipertropi dan
hiperplasia kelenjar mukus. Terhadap makrofag alveoli asap rokok menyebabkan
meningginya sekresi enzim elastase yang dapat merusak jaringan elastik dari
alveoli sehingga terjadi emfisema. Sedangkan pada saluran bronkus asap rokok
dapat menyebabkan hypertropi dan hiperplasia kelenjar mukus sehingga terjadi
hipersekresi mukosa dan muncul batuk yang berdahak sesuai dengan manifestasi
klinis dari bronkitis kronis.
Plan
o Diagnosis
Pemeriksaan spirometri perlu direncanakan untuk memantau perjalanan
penyakit dan efektivitas obat yang telah diberikan. Selain itu juga perlu
dilakukan
pemeriksaan
sputum
gram/kultur
untuk
mengetahui
7.
Bromhexin 3 x C I
Pemberian bromhexin yang memiliki efek mukolitik berguna untuk mengencerkan
dahak yang mempermudah pengeluaran dahak sehingga meringankan batuk
berdahak3. Bila diperlukan dapat ditambahkan dengan ekspektoran untuk
membantu mengeluarkan dahak.
8.
9.
Paracetamol 3x500 mg
Diberikan sebagai antipiretik yang bermanfaat untuk menurunkan panas badan
pasien. Obat ini diberikan hanya pada saat timbul panas badan dan dihentikan
pemberiannya apabila pasien tidak demam lagi.
o Pendidikan
Pendidikan yang diberikan ialah mengenai pola hidup sehat dan
kewaspadaan apabila merasakan sesak yang bertambah berat agar segera
ke pelayanan kesehatan.
o Konsultasi
Konsultasi dengan ahli paru sangat diperlukan untuk mengetahui apakah
telah terjadi komplikasi atau belum dan untuk pengobatan jangka
panjang.
o Monitoring
Monitoring yang dilakukan lebih terhadap faktor resiko yang terdapat
pada pasien yang pada pasien ini terdapat riwayat perokok aktif dan pasif
karena lingkungan sekitar banyak yang perokok.
Monitoring terhadap sesak nafas, vital sign dan pemeriksaan AGD secara
serial dilakukan untuk memantau kondisi pasien dan melihat efektivitas
dari pengobatan yang dilakukan.