Anda di halaman 1dari 34

REFERAT

MENINGIOMA

Oleh:
Bayu Aji Pamungkas
G4A016017

Pembimbing : dr. Ema Shofiana Azkia, Sp. BS

KEMENTERIAN RISET DAN PENDIDIKAN TINGGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
SMF ILMU BEDAH
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO
2017
LATAR BELAKANG
• Meningioma adalah tumor jinak yang berasal dari meningens,
sel mesotel, dan sel jaringan penyambung antara arakhnoidea
mater dan duramater

• 36% dari tumor • Permpuan = Pria


primer intracranial pada meningioma
• 12% dari tumor ganas
primer medulla • Perempuan > Pria
spinalis • Pada meningioma
• 90% bersifat jinak jinak
• 10% bersifat ganas
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI SISTEM SARAF
• Belum diketahui secara pasti
Etiologi

• Riwayat terapi radiasi di


kepala
Faktor • Riwayat kanker payudara
• Riwayat penggunaan
Predisposisi terapi hormonal
• Neurofibromatosis tipe 2
KLASIFIKASI

1 • Meningioma benigna

2 • Meningioma Atipikal

3 • Meningioma malignant
LOKASI
PATOMEKANISME

• abnomalitas kromosom 22 yaitu mutasi genetik


neurofibromatosis tipe 2 (NF2) yang berlokasi pada kromosom
22q12. Secara normal, kromosom 22 berfungsi menghambat
pertumbuhan tumor. Namun peran ini tidak berfungsi sehingga
pertumbuhan tumor terjadi terus-menerus disertai peningkatan
Platelet-derived Growth Factor (PDFGR) dan Epidermal Growth
Factor Receptors (EGFR) yang dapat berperan dalam peningkatan
pertumbuhan tumor (Nozaki, 2013)
.
• Berhubungan dengan hormone seks terutama progesterone,
androgen, dan estrogen
ANAMNESIS

Meningioma konveksitas  kejang, nyeri kepala dan defisit neurologis


jika ukuran sudah besar

Meningioma falx dan parasagittal  nyeri kepala, perubahan


kepribadian, gangguan penglihatan, kelemahan anggota gerak.

Meningioma sulcus olfactorius  gangguan penghidu

Meningioma tuberculum sella  gangguan lapang pandang

Meningioma sphenoid  gangguan penglihatan, hilang sensasi di


wajah
Meningioma fossa posterior  gangguan pendengaran, hilang sensasi
wajah

Meningioma foramen magnum  nyeri kepala, kesulitan berjalan

Meningioma intraventrikular  hidrosefalus, nyeri kepala, vertigo


tipe sentral

Meningioma intraorbital  penonjolan bola mata, gangguan


penglihatan

Meningioma spinalis  nyeri punggung terutama di malam


hari,kelemahan anggota gerak bawah
PEMERIKSAAN FISIK

• Pemeriksaan Nervus Cranialis


• Pemeriksaan motorik
• Pemeriksaan Sensorik
• Pemeriksaan Reflek Fisiologis
• Pemeriksaan Reflek Patologis
• Pemeriksaan Oftalmologi
• Pemeriksaan Otoskopi
• Pemeriksaan Rinoskopi
PEMERIKSAAN PENUNJANG

CT Scan

MRI

Angiogram

Biopsi PA
Terapi  gejala, usia, derajat tumor, lokasi dan ukuran

Derajat I
• observasi periodik dengan menggunakan MRIEdukasi traktus
urinarius dan proses miksi

Derajat II dan III


• pembedahan maupun terapi tambahan seperti radioterapi dan
kemoterapi
Radioterapi
• Pembedahan pengangkatan tumor yang tidak menyelutuh
• Tumor yang tidak bisa dioperasi
• Meningioma jenis maligna

• Stereotactic radiosurgery, menggunakan radiasi dosis tinggi


selama satu sesi tunggal.
• Frcationated radiotheraphy, menggunakan radiasi dosis
rendah setiap hari selama 5-6 minggu.
Prognosis

• Prognosis meningioma jenis konveksitas, parasagital,


dan sphenoid lebih baik prognosisnya karena mudah
diangkat.
• Meningioma jenis lain mempunyai prognosis lebih buruk.
KASUS
IDENTITAS PASIEN

• Nama : Ny. R
• Usia : 30 Tahun
• Alamat : Kalimadu RT 01 RW 05 Gombong
• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
• Tanggal masuk : 6 Agustus 2017
• No. CM : 00957944
7 SACRED

• Keluhan Utama : penurunan kesadaran


• Onset : 1 minggu
• Kualitas :-
• Kuantitas :-
• Progresifitas :-
• Faktor memperberat :-
• Faktor Memperingan :-
• Gejala Penyerta : muntah dan kejang disangkal
RPS
• Pasien datang ke IGD RSMS rujukan dari RS Palangbiru Gombong
dengan kondisi penurunan kesadaran sejak 1 minggu yang lalu.
Penurunan kesadaran terjadi secara tiba-tiba. Pasien tidak
mengalami perbaikan kesadaran. Muntah (-) kejang (-)
• Menurut keluarganya, sejak 3 tahun yang lalu, pasien sering
mengeluh nyeri kepala dan muntah. Nyeri kepala dirasakan
berdenyut dan terjadi hampir setiap hari hingga pasien tidak dapat
mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Pasien tidak nafsu makan
dan tubuhnya semakin kurus. Keluarga pasien juga mengatakan
bahwa pasien menjadi mudah lupa dan sering tidur. Sejak 2 tahun
yang lalu, pasien tidak bisa mendengar dan melihat. Pasien masih
dapat berbicara tetapi susah untuk dipahami. Kemudian sekitar 1
bulan yang lalu, pasien tidak dapat berjalan
• Pasien didiagnosis tumor otak sejak 2 tahun yang lalu. Pasien
kontrol secara rutin setiap bulan, akan tetapi karena kondisi
ekonomi dan jarak fasilitas kesehatan yang jauh, maka pasien
berhenti kontrol penyakitnya.
RPK
RPD

• Rw penyakit sama : - • Rw penyakit sama : -


• Rw hipertensi : - • Rw hipertensi : -
• Rw stroke : - • Rw stroke : -
• Rw penyakit jantung : - • Rw penyakit jantung
:-
• Riwayat diabetes
mellitus : - • Riwayat diabetes
mellitus : -
• Riwayat penyakit ginjal
• Riwayat penyakit
:- ginjal : -
• Riwayat alergi : - • Riwayat alergi : -
RIWAYAT SOSIAL EKONOMI

Pasien adalah ibu rumah tangga yang tinggal bersama


dengan suami dan satu orang anaknya. Kebutuhan
ekonomi sehari-hari dipenuhi oleh suami pasien yang
bekerja sebagai buruh. Pasien beragama islam dan sehari-
hari menjalankan ibadah di rumahnya.
PEMERIKSAAN FISIK

• Keadaan umum : Sedang


• Kesadaran : E2V2M5
• Vital sign :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Laju Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36.70C
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
• Kepala : jejas -
• Telinga : Bloody othorrea (-/-)
• Mata : CA (-/-), PBI 4mm/4mm, edema -/-
• Hidung : NCH (-/-) Bloody rhinorrhea (-/-)
• Leher : kaku kuduk (-)
Pulmo
• Inspeksi : Hemithorax dextra = sinistra
• Palpasi : Vokal fremitus dextra = sinistra
• Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru.
Batas paru-hepar di SIC V LMCD
• Auskultasi : Suara dasar vesikuler +/+, ronkhi basah
kasar -/-, ronkhi basah halus -/-, wheezing -/-
PEMERIKSAAN FISIK
Jantung
• Inspeksi : Ictus cordis terlihat di SIC V LMCS
Pulsasi parasternal (-)
• Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V LMCS
• Perkusi : Redup
Batas kanan atas : SIC II LPSD
Batas kanan bawah : SIC IV LPSD
Batas kiri atas : SIC II LPSS
Batas kiri bawah : SIC V LMCS
• Auskultasi : S1>S2, tidak terdapat gallop dan murmur
PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen
• Inspeksi : Datar
• Auskultasi : Bising usus (+) normal
• Perkusi : Timpani, pekak sisi (-), pekak alih (-)
• Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba

• Ekstremitas : kekuatan motorik : tidak dilakukan


• Sensorik : tidak dilakukan
• Refleks fisiologis : +/+
• Refleks patologis : -/-
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Darah Lengkap (4 Agustus 2017)


• Hb : 13,0
• Leukosit : 6080
• Hematokrit: 39.7
• Eritrosit : 4,69
• Trombosit : 250.000
• Ureum : 20,0
• Keratinin : 0,8
• GDS : 116
KESAN
1. Massa ekstraaxial
broadbase temporal sinistra
dengan kalsifikasi berukuran
8x9 cm yang tampak strong
enhance saat diberikan injeksi
bahan kontras dan pada
parietal sinistra berukuran
3,8x5,2 cm disertai dengan
edema serebri, hiperostosis
os temporal sinistra yang
mendesak ventrikel lateralis
sinistra dan menimbulkan
midline shifting ke latero
dextra dan hydrocephalus
obstruktifus yang sesuai
dengan gambaran
meningioma
KESAN

2. Peningkatan
tekanan
intracranial
3. Oedema
cerebri
KESIMPULAN
KESIMPULAN

• Meningioma adalah tumor jinak yang berasal dari meningens, sel


mesotel, dan sel jaringan penyambung antara arakhnoidea mater
dan duramater, yang dapat menyebabkan berbagai gejala yang
bervariasi tergantung pada lokasi pertumbuhannya
• Gejala yang dikeluhkan oleh pasien meningioma sangat bervariasi
tergantung pada ukuran dan letak massa tumor. Gejala yang paling
awal dikeluhkan adalah nyeri kepala dan kejang yang disebabkan
oleh peningkatan tekanan intrakranial karena massa tumor yang
berukuran besar.
• Diagnosis meningioma dapat ditegakan berdasarkan pemeriksaan
penunjang untuk mengetahui jenis, ukuran, dan lokasi masa tumor.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah CTscan, MRI, angiografi,
dan pemeriksaan histopatologi baik secara makroskopis maupun
mikroskopis.
Terima Kasih 
DAFTAR PUSTAKA

• Duus, Peter. 2012. Diagnosis Topik Neurologi: Anatomi, Fisiologi, Tanda dan Gejala. Jakarta:
EGC.
• Gibson, Prayson. 2015. Meningioma : Diagnosis, Treatment, dan Outcome. Journal of American
Academy of Neurology Volume 5 No 2 : 97-104.
• Jalisi, Stephen. 2012. Atypical Meningioma Presenting as a Mass Multidisciplinary Management.
Journal of Cranio-Maxillo-Facial Surgery Volume 8 No 4: 64-79.
• Koepsell, Dennis. 2015. Epidemiology of Intracranial Meningioma. Europe Journal pf Cancer
46(4):511-516.
• Loon, Marzin. 2010. Primary Meningioma of the Brain. American Cancer Society 46 : 1443-1448.
• Lumbantobing, S.M., 2012. Neurologi Klinik : Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
• Marzin, Carmona. 2014. Meningioma : Diagnosis and Operative Management. Journal of Nerve
41:1877-1883, 2014.
• Nozaki, Yamazaki. 2013. Primary Meningioma in the Brain and Treatment. American Journal of
Surgical Pathology Volume 8 No 2 : 67-73.
• Possanzini, Pipolo. 2013. The Recurence of Intracranial Meningioma After Surgical Management.
Journal of Nerve Edition 34: 2861-2865.
• Riemen, Schneider. 2015. Evidence-Based Review of Meningioma Therapy. Available at
http://www.ebrsr.com/ diunduh pada 31 Mei 2017.

Anda mungkin juga menyukai