KKT CBT
Ilmu Penyakit
Kulit & Kelamin
Disusun oleh
Nikolas Bell
Peer Mentor IP Kulit & Kelamin KKT CBT Batch II Tahun 2021
Modul
KKT CBT
Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin
Disusun oleh
Nikolas Bell
Peer Mentor IP Kulit & Kelamin KKT CBT Batch II Tahun 2021
Disusun oleh
Nikolas Bell
Untuk Kalangan Sendiri
Tips &Trick
dalam mengerjakan soal IP Kulit & Kelamin
Impetigo krustosa, dengan ciri khasnya krusta kekuningan seperti madu meskipun
sebelumnya didahului oleh timbulnya lenting (vesikel/pustul). Pada penyakit lain tidak
ditemukan adanya krusta kekuningan seperti madu.
Tinea corporis, dengan ciri khasnya bercak (makula) eritema dengan bagian tengah lesi
lebih pudar (central healing) dan bagian tepi lebih aktif.
Adapun beberapa penyakit yang tidak memiliki UKK yang khas seperti di atas, misalnya
Dermatitis atopi, tetapi pada penyakit tersebut disertai dengan gejala / riwayat yang khas, yaitu
riwayat atopi / alergi. Contoh lain adalah penyakit SJS-TEN dengan riwayat penggunaan obat
sebelum muncul lenting-lenting di badan, lesi di mata, dan lesi di mukosa lain. Selain itu, kata
kunci lain yang dapat membantu adalah hasil pemeriksaan penunjang, misalnya:
Hal penting lainnya pada soal IP kulit dan kelamin adalah bahwa tidak semua soal akan
menggunakan istilah efloresensi seperti makula / patch atau papul / plak. Terkadang, soal akan
menggunakan bahasa awam seperti:
Untuk membantu mengingat hal-hal di atas, dalam buku ini terdapat kata kunci pada tiap penyakit
yang diharapkan dapat membantu mengingat masing-masing penyakit.
Penting untuk diperhatikan, bahwa pemeriksaan di atas tidak selalu berlaku dalam semua penyakit.
Misalnya, infeksi jamur Tinea capitis (etiologi Microsporum) dan Pityriasis versicolor dapat
menggunakan Lampu Wood. Penyakit-penyakit tertentu juga memiliki pilihan pemeriksaan
penunjang yang khusus, seperti Dermatitis kontak dengan menggunakan Patch test, atau
Skrofuloderma dan Lepra dengan menggunakan pemeriksaan BTA (Basil Tahan Asam) /
pengecatan Ziehl-Neelsen.
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam pemberian terapi topikal adalah, lesi basah diterapi
menggunakan terapi basah (kompres), sedangkan lesi kering menggunakan terapi kering
(salep, krim, lotion, dan sebagainya). Lesi basah adalah lesi berkrusta, bersekret, atau
madidans. Lesi kering adalah makula, papul, vesikel, pustul, dan skuama.
Antibiotik topikal yang digunakan untuk Pioderma umumnya memiliki kadar 2%,
seperti Mupirocin, Asam Fusidat, Neomycin, Bacitracin
Adanya persamaan konsentrasi obat antifungal, yaitu Terbinafine dan Clotrimazole 1%,
Ketoconazole dan Miconazole 2%
Konsentrasi obat topikal pada Skabies dan Pedikulosis korporis sama (misalnya
Permethrin 5%), sedangkan Pedikulosis kapitis sama dengan Pedikulosis pubis
(misalnya Permethrin 1%)
Dermatitis yang diakibatkan oleh stress (Liken simpleks kronik dan Dermatitis
nummularis) umumnya menggunakan steroid topikal potensi paling kuat, yaitu
Clobetasol propionate 0,05%
Tentunya, beberapa prinsip di atas tidak selalu berlaku untuk semua penyakit, karena terdapat
beberapa penyakit yang memiliki pilihan terapi yang khusus, seperti Eritrasma menggunakan
Erythromycin sistemik, atau Erupsi obat menggunakan steroid sistemik.
Akhir kata, meskipun ada banyak ketidaksempurnaan, semoga buku ini dapat membantu dalam
mempelajari penyakit-penyakit sistem integumen yang termasuk SKDI 4 untuk kepentingan
UKMPPD.
Daftar Isi Daftar Isi
BAB I INFEKSI BAKTERI BAB VII KELAINAN KELENJAR
Impetigo Krustosa............................. 1 SEBASEA & EKRIN
Impetigo Bulosa ................................ 2 Akne Vulgaris Ringan ...................... 56
Ektima............................................... 3 Dermatitis Perioral............................ 57
Folikulitis .......................................... 5 Miliaria ............................................. 59
Furunkel ............................................ 6
Karbunkel ......................................... 7 BAB VIII PENYAKIT KULIT ALERGI
Eritrasma ........................................... 9 Urtikaria Akut ................................... 61
Erisipelas .......................................... 10 BAB IX REAKSI OBAT
Hidradenitis Supuratif....................... 11 Exanthematous Drug Eruption ......... 63
Skrofuloderma .................................. 13 Fixed Drug Eruption ......................... 65
Lepra ................................................. 14
BAB X INFEKSI MENULAR SEKSUAL
BAB II INFEKSI VIRUS Gonorrhea ......................................... 67
Varicella............................................ 17 Infeksi Genital Non-Spesifik ............ 69
Herpes Zoster .................................... 18 Bacterial Vaginosis ........................... 71
Herpes Simpleks ............................... 20 Trikomoniasis ................................... 73
Moluskum Kontagiosum .................. 23 Kandidiasis Vulvovaginalis .............. 75
Veruka Vulgaris ................................ 24 Sifilis................................................. 77
BAB III INFEKSI JAMUR DAFTAR PUSTAKA ............................... 80
Dermatofitosis .................................. 25
Pityriasis Versicolor ......................... 28
Kandidiasis Kutis .............................. 30
BAB V DERMATITIS
Dermatitis Kontak Iritan ................... 42
Dermatitis Atopik ............................. 45
Dermatitis Nummularis .................... 49
Napkin Eczema ................................. 51
BAB VI DERMATOSIS
ERITROSKUAMOSA
Dermatitis Seborroik......................... 52
Pityriasis Rosea................................. 54
‐ Gatal / nyeri
BAB I INFEKSI BAKTERI
Pemeriksaan fisik
IMPETIGO KRUSTOSA
Vesikel & pustul yang pecah menjadi
krusta kekuningan seperti madu. Predileksi
pada sekitar lubang hidung, mulut, telinga,
atau anus
Pemeriksaan penunjang
‐ Pengecatan Gram
‐ Kultur bakteri dari hapusan sekret pada
dasar lesi dengan temuan bakteri
Streptococcus atau Staphylococcus
‐ Darah lengkap : leukositosis
Diagnosis klinis
Gambar 1: Impetigo Krustosa Penegakan diagnosis melalui hasil
anamnesis dan pemeriksaan fisik, kadang
Definisi
dapat didukung oleh pemeriksaan
Infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri
mikrobiologis.
gram positif dari golongan Staphylococcus dan
Streptococcus, ditandai dengan vesikel yang Diagnosis : Impetigo / Impetigo Krustosa /
cepat berubah menjadi pustule dan pecah Impetigo Contagiosa / Impetigo Non-bulosa
sehingga menjadi krusta kekuningan seperti
madu. Diagnosis banding
Ekskoriasi, Dermatitis kontak, Herpes
Etiologi simpleks, Dermatofitosis epidermal,
‐ Streptococcus beta-hemolyticus (tersering) Skabies
‐ Staphylococcus aureus
‐ Methicillin-resistant S. aureus (MRSA) Penatalaksanaan Komprehensif
Terapi
Kata Kunci 1. Topikal
‐ Usia muda (anak) ‐ Banyak pus/krusta kompres
‐ Koreng/krusta kekuningan seperti madu terbuka Kalium permanganat (PK)
‐ Lokasi sekitar mulut 1/5000 atau Povidone iodine 7,5%
Faktor Resiko yang dilarutkan 10 kali.
‐ Hygiene yang kurang baik ‐ Kering Asam fusidat 2% atau
‐ Defisiensi gizi Mupirocin 2% dioleskan 2 – 3x/hari
‐ Imunodefisiensi (CD4+ dan CD8+ yang selama 7 – 10 hari.
rendah) 2. Sistemik
Penegakan Diagnosis ‐ Cloxacillin 3 x 250-500 mg/hari /
50 mg/kgBB/hari selama 5 – 7 hari
Anamnesis
‐ Koreng/luka di kulit ‐ Amoxicillin + Clavulanic acid 3 x
‐ Awalnya berbentuk bintil kecil 250-500 mg / 25 mg/kgBB/hari
‐ Kemudian bintil pecah dan mengering, selama 5 – 7 hari
keras, dan sangat lengket ‐ Clindamycin 4 x 150-450 mg/hari
tergantung berat penyakit
Monitoring Pengobatan
Pengobatan diberikan sampai lesi mereda /
mengering dan tidak ada tanda-tanda
terjadinya komplikasi atau perburukan
penyakit.
Kriteria Rujukan
Gambar 2: Impetigo Bulosa
‐ Komplikasi mulai dari selulitis
‐ Tidak sembuh dengan pengobatan selama 5 Kata Kunci
– 7 hari ‐ Usia muda (anak)
‐ Terdapat penyakit sistemik (gangguan ‐ Vesikel / bula hipopion
metabolik endokrin dan imunodefisiensi) ‐ Kolaret / erythematous halo
Komplikasi Faktor Resiko
‐ Perluasan lesi menjadi Ektima ‐ Hygiene yang kurang baik
‐ Selulitis ‐ Defisiensi gizi
‐ Psoriasis guttata ‐ Imunodefisiensi (CD4+ dan CD8+ yang
‐ Scarlet fever rendah)
‐ Glomerulonefritis
‐ Scar Penegakan Diagnosis
Anamnesis
Prognosis ‐ Lenting di kulit
‐ Tanpa komplikasi bonam ‐ Lenting berbentuk bintil kecil berwarna
‐ Komplikasi dubia ad bonam kuning jernih / keruh
‐ Gatal / nyeri
Pencegahan
Antisepsis diri dan keluarga. Cari tanda-tanda Pemeriksaan fisik
impetigo, dan bila dicurigai, gunakan Vesikel & bula hipopion, bisa ditemukan
pembersih dengan Benzoyl peroxide / Ethanol erythematous halo / cincin kemerahan di
/ Isopropyl. sekitar lesi / kolaret. Predileksi tersering
pada daerah intertriginosa.
Pemeriksaan penunjang
‐ Pengecatan Gram
FOLIKULITIS ‐ Kultur bakteri dari hapusan sekret pada
dasar lesi dengan temuan bakteri
Streptococcus atau Staphylococcus
‐ Darah lengkap : leukositosis
Diagnosis klinis
Penegakan diagnosis melalui hasil
anamnesis dan pemeriksaan fisik, kadang
dapat didukung oleh pemeriksaan
mikrobiologis.
Monitoring Pengobatan
Pengobatan diberikan sampai lesi mereda /
mengering dan tidak ada tanda-tanda
terjadinya komplikasi atau perburukan
penyakit.
Kriteria Rujukan
‐ Komplikasi Gambar 5: Furunkel
‐ Tidak sembuh dengan pengobatan selama 5
Faktor Resiko
– 7 hari
‐ Hygiene yang kurang baik
‐ Terdapat penyakit sistemik (gangguan
‐ Defisiensi gizi
metabolik endokrin dan imunodefisiensi)
‐ Imunodefisiensi (CD4+ dan CD8+ yang
Komplikasi rendah)
‐ Furunkulosis ‐ Trauma folikel rambut (cukur / cabut
‐ Infeksi soft-tissue rambut)
‐ Bakteremia
Penegakan Diagnosis
Prognosis Anamnesis
‐ Tanpa komplikasi bonam ‐ Bisul pada daerah berambut
‐ Komplikasi dubia ad bonam ‐ Ukuran bisul besar dan nyeri
‐ Riwayat mencukur / mencabut rambut
Pencegahan
Antisepsis diri dan keluarga. Gunakan Pemeriksaan fisik
pembersih dengan Benzoyl peroxide / Ethanol Nodul eritematosa dengan rambut di
/ Isopropyl. tengah. Predileksi di daerah berambut.
Pemeriksaan penunjang
‐ Pengecatan gram
FURUNKEL
‐ Kultur bakteri dari hapusan sekret pada
Definisi dasar lesi dengan temuan bakteri
Infeksi kulit akibat inokulasi bakteri ke dalam Streptococcus atau Staphylococcus
folikel rambut yang menimbulkan nodul atau ‐ Darah lengkap : leukositosis
abses yang nyeri, merah, dan akut.
Diagnosis klinis
Etiologi Penegakan diagnosis melalui hasil
‐ Staphylococcus aureus (sensitif / resisten anamnesis dan pemeriksaan fisik, kadang
Methicillin)
2. Sistemik KARBUNKEL
‐ Cloxacillin 3 x 250-500 mg/hari /
50 mg/kgBB/hari selama 5 – 7 hari
‐ Amoxicillin + Clavulanic acid 3 x
250-500 mg / 25 mg/kgBB/hari
selama 5 – 7 hari
‐ Clindamycin 4 x 150-450 mg/hari
tergantung berat penyakit
‐ Erythromycin 4 x 250-500 mg / 20-50
mg/kgBB/hari selama 5 – 7 hari
‐ Cephalosporin seperti Cefadroxil 2 x
500-1000 mg/hari Gambar 6: Karbunkel
Monitoring Pengobatan
Etiologi
Pengobatan diberikan sampai lesi mereda /
‐ Staphylococcus aureus (sensitif / resisten
mengering dan tidak ada tanda-tanda
Methicillin)
terjadinya komplikasi atau perburukan
‐ Bakteri lain jarang (Pseudomonas
penyakit.
aeruginosa, bakteri gram negatif lain)
Kriteria Rujukan
Kata Kunci
‐ Terjadi komplikasi
‐ Bisul pada daerah berambut
Pemeriksaan penunjang
‐ Lampu Wood : merah bata
‐ KOH (-)
‐ Pengecatan Gram dari kerokan kulit
Diagnosis klinis
Penegakan diagnosis melalui hasil
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
didukung oleh pemeriksaan lampu Wood
yang menghasilkan fluoresensi merah bata
Gambar 7: Eritrasma (coral red)
Pemeriksaan penunjang
‐ Darah lengkap : leukosistosis
ERISIPELAS ‐ Kultur jaringan (tidak rutin)
‐ Biopsi dan kultur jaringan pada
kecurigaan adanya Necrotizing Fasciitis
Diagnosis klinis
Penegakan diagnosis lebih didasarkan pada
karakteristik lesi dan riwayat pasien seperti
penyakit komorbid dan sebagainya.
Diagnosis : Erisipelas
Diagnosis banding
Selulitis, Deep vein thrombophlebitis,
Gambar 8: Erisipelas Urticaria, Insect bite, Fixed drug eruption,
Erythema nodosum, Gout arthritis akut,
Definisi
Erythema migrans
Infeksi bakteri akut, umumnya disebabkan
oleh Streptococcus, melibatkan dermis atas Penatalaksanaan Komprehensif
dengan tanda khas meluas ke jaringan limfatik Terapi farmakologis
kutaneus superficial. 1. Non-farmakologis
Istirahat dan elevasi tungkai (bila lesi di
Etiologi
tungkai)
Streptococcus beta-hemolyticus
2. Farmakologis
Kata Kunci
‐ Analgetik antipiretik
‐ Gejala prodromal (+)
‐ Antibiotik : Penicillin procaine 0,6 –
‐ Riwayat trauma / faringitis
1,5 juta IU selama 5 – 10 hari;
‐ Lesi kulit eritema berbatas tegas
Komplikasi
‐ Necrotizing Fasciitis
‐ Gangren
‐ Edema kronis
‐ Scar
‐ Sepsis
‐ Scarlet fever
‐ Pneumonia
‐ Abses
‐ Emboli
‐ Meningitis
Pemeriksaan fisik
Nodul subkutan keras yang mobile nodul
melunak dan menjadi ireguler abses
ulkus dan sinus ireguler bridging scar
(jembatan kulit)
Predileksi pada leher, ketiak, lipat paha
Pemeriksaan penunjang
‐ Pemeriksaan sputum TCM / BTA
‐ Tes tuberculin kulit
‐ Dermatopatologi
Gambar 10: Skrofuloderma ‐ Kultur bakteri (konfirmatif)
Definisi ‐ PCR (konfirmatif)
Suatu bentuk reaktivasi infeksi tuberculosis Diagnosis klinis
akibat penjalaran per kontinuitatum dari organ Diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan
di bawah kulit seperti limfadenitis atau klinis dan riwayat pasien, yang
osteomielitis yang membentuk abses dingin dikonfirmasi dengan isolasi M. tuberculosis
dan melibatkan kulit di atasnya, kemudian dari kultur atau PCR.
pecah dan membentuk sinus di permukaan
kulit. Diagnosis banding
Limfosarkoma, Limfoma maligna,
Etiologi
Hidradenitis supuratif, Limfogranuloma
Mycobacterium tuberculosis
venereum (LGV)
Kata Kunci
Penatalaksanaan Komprehensif
‐ Riwayat infeksi tuberculosis
Terapi
‐ Abses dingin
1. Terapi antituberculosis standard
‐ Jembatan jaringan
‐ Isoniazid 5 mg/kgBB/hari
Faktor Resiko ‐ Rifampicin 600 mg/hari
‐ Daerah endemis tuberculosis
2. Penambahan pada fase inisial
‐ Tempat tinggal dengan pencahayaan kurang
‐ Ethambutol 25 mg/kgBB/hari
dan ventilasi yang buruk
‐ Pyrazinamide 15-30 mg/kgBB/hari
‐ Gizi buruk
‐ Streptomycin 10-15 mg/kgBB/hari
‐ Infeksi HIV
Isoniazid dan Rifampicin diberikan selama
setidaknya 9 bulan, tetapi dapat
diperpendek menjadi 6 bulan jika 4 obat
Monitoring Pengobatan
‐ Semua fistel dan ulkus sudah menutup
‐ Seluruh kelenjar limfe sudah mengecil (< 1
cm, konsistensi keras) Gambar 11: Lepra tipe Tuberculoid (Pausibasiler)
‐ Sikatriks tidak eritematous
‐ Laju Endap Darah menurun Definisi
Penyakit menular, menahun dan disebabkan
Kriteria Rujukan oleh Mycobacterium leprae atau
‐ Pasien dengan pemeriksaan BTA (-), klinis Mycobacterium lepromatosis yang bersifat
(+) tapi tidak menunjukkan perbaikan intraselular obligat.
setelah pengobatan dalam jangka waktu
tertentu Etiologi
‐ Pasien dengan pemeriksaan BTA (-), klinis ‐ Mycobacterium leprae
(-/meragukan) ‐ Mycobacterium lepromatosis
‐ Pasien dengan pemeriksaan BTA tetap (+) Tabel 1. Tanda utama lepra tipe PB dan MB
setelah jangka waktu tertentu Tanda utama PB MB
‐ TB dengan komplikasi/keadaan khusus (TB Jumlah bercak lepra 1-5 >5
dengan komorbid) Penebalan saraf tepi disertai
1 saraf >1 saraf
gangguan fungsi
‐ Suspek TB-MDR harus diruuk ke pusat Kerokan jaringan kulit BTA (-) BTA (+)
rujukan TB-MDR
Kata Kunci
Komplikasi
‐ Makula/plak eritema atau hipopigmentasi
Tidak ada komplikasi
‐ Penebalan saraf perifer + gejala kesemutan,
Prognosis nyeri, hipoestesia, paresis anggota gerak,
Bonam deformitas
‐ Pemeriksaan BTA kulit (+)
Pencegahan
‐ Kontrol faktor resiko Faktor Resiko
‐ Bila sudah terkonfirmasi mengidap TB, ‐ Sosial ekonomi rendah
pengobatan harus teratur dan adekuat ‐ Kontak lama dengan pasien, seperti anggota
keluarga yang didiagnosis dengan lepra
‐ Imunokompromais
‐ Tinggak di daerah endemik lepra
Komplikasi
‐ Reaksi kusta (tipe 1, tipe 2, fenomena
Lucio)
‐ Defisit neurologis menetap
‐ Kontraktur
‐ Atrofi ekstremitas
‐ Amyloidosis sekunder dengan gagal ginjak
‐ Uveitis
‐ Dactylitis Gambar 15: Varicella
‐ Arthritis
‐ Neuritis Etiologi
‐ Lymphadenitis Varicella Zoster Virus (VZV) atau Human
‐ Myositis Herpes Virus 3
‐ Orchitis Kata Kunci
‐ Vasculitis ‐ Lenting seluruh tubuh
‐ Sepsis ‐ Penyebaran sentrifugal
Prognosis ‐ Gejala prodromal (+)
Prognosis untuk vitam umumnya bonam, ‐ Lesi : Papul vesikel pustul krusta
namun dubia ad malam pada fungsi Faktor Resiko
ekstremitas, karena dapat terjadi mutilasi, ‐ Anak-anak
demikian pula untuk kejadian berulangnya. ‐ Riwayat kontrak dengan penderita Varicella
Pencegahan ‐ Keadaan imunodefisiensi
Pencegahan ditujukan untuk mengurangi Penegakan Diagnosis
faktor resiko serta diagnosis dini untuk
Anamnesis
mencegah komplikasi dan disabilitas.
‐ Demam, malaise, nyeri kepala
‐ Timbul lesi kulit berupa lenting
menyerupai tetesan air
BAB II INFEKSI VIRUS ‐ Gatal
Diagnosis klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik
Papul vesikel-bula pustul krusta
Lesi bergerombol dengan dasar lesi eritema,
kadang-kadang dapat timbul erosi/ulkus
Diagnosis klinis
Diagnosis umumnya ditegakkan
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik saja, tetapi dapat dikonfirmasi
menggunakan kultur virus dan pemeriksaan
antibodi (memerlukan 2 - 6 minggu)
Monitoring Pengobatan
Pengobatan diberikan sampai lesi mereda /
mengering dan tidak ada tanda-tanda Gambar 20: Veruka vulgaris
Penatalaksanaan Komprehensif
BAB III INFEKSI JAMUR
Terapi DERMATOFITOSIS
1. Agen kaustik
Definisi
‐ Sol. AgNO3 25%
Sekelompok penyakit akibat infeksi jamur
‐ Asam Trichloroacetate (TCA) 50%
dermatofit yang memiliki sifat mencernakan
‐ Asam Salisilat 17 – 40%
keratin dijaringan yang mengandung zat
2. Pembedahan tanduk, seperti stratum korneum pada
‐ Bedah beku (cryosurgery) epidermis, folikel rambut, dan kuku.
‐ Bedah listrik (electrosurgery)
Dermatofitosis dapat diklasifikasikan sebagai
‐ Bedah laser CO2
berikut:
3. Terapi imersi hyperthermia: Khusus ‐ Tinea capitis: dermatofitosis pada rambut
untuk veruka plantaris, diimersikan dan kulit kepala (scalp)
dalam air hangat suhu 45˚C selama 20 ‐ Tinea barbae: dermatofitosis pada dagu dan
menit 3 kali seminggu sampai 16 kali. jenggot
‐ Tinea facialis: dermatofitosis pada wajah
Konseling dan edukasi selain dagu dan jenggot
Edukasi pasien bahwa penyakit ini sering ‐ Tinea cruris: dermatofitosis pada daerah
kali residif walaupun diberi pengobatan genitocrural, perianal, pantat, dan perut
yang adekuat. bagian bawah
‐ Tinea manum: dermatofitosis pada tangan
Monitoring Pengobatan
Pengobatan diberikan sampai lesi mereda / ‐ Tinea pedis: dermatofitosis pada kaki
mengering dan tidak ada tanda-tanda ‐ Tinea unguium: dermatofitosis pada kuku
‐ Tinea corporis: dermatofitosis kulit selain
bagian-bagian yang sudah disebutkan
Etiologi
‐ Trichophyton sp. Gambar 23: Tinea cruris
‐ Microsporum sp.
2. Tinea capitis
‐ Epidermophyton sp,
‐ Gray patch: alopecia parsial dengan
skuama keabuan
Faktor Resiko
‐ Lingkungan yang lembab dan panas
‐ Imunodefisiensi dan imunosupresi (seperti
penggunaan kortikosteroid)
‐ Obesitas
‐ Diabetes mellitus
Gambar 25: Tinea capitis tipe Black dot
Penegakan Diagnosis
‐ Kerion: plak / nodul eritema dengan
Anamnesis
tanda radang, krusta, dan rambut yang
‐ Bercak merah bersisik yang gatal
tersisa mudah dicabut, tampakan lesi
‐ Riwayat kontak dengan penderita
seperti sarang lebah (honeycomb).
‐ Rambut rontok dan gatal (tinea capitis)
Pemeriksaan penunjang
‐ Pemeriksaan mikroskopis dengan KOH
5 – 20%: hifa sejati panjang,
bersekat/bersepta, dengan arthrospora
‐ Kultur jamur menggunakan Dextrose
Saboraud Agar
Gambar 28: Tinea barbae
‐ Lampu Wood: fluoresensi hijau pada
4. Tinea manum: deskuamasi, genus Microsporum kecuali M. gypseum
hiperkeratosis, dan fissura dengan dan M. fulvum
central clearing.
Diagnosis klinis
Diagnosis umumnya ditegakkan
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Bila diperlukan, dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang.
Diagnosis banding
‐ Tinea corporis: Dermatitis nummularis,
Gambar 29: Tinea manum
Pityriasis rosea, Erythema annulare
Diagnosis klinis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan dapat
ditegaskan oleh pemeriksaan mikroskopis.
Pemeriksaan penunjang
‐ Pemeriksaan mikroskopis dengan KOH:
hifa semu / pseudohifa dengan budding
Gambar 33: Kandidiatis kutis yeast
‐ Kultur jamur dengan Saboraud Dextrose
Definisi Agar
Infeksi kulit yang disebabkan oleh patogen
‐ PCR dan kultur darah jika ada
oportunistik kulit yaitu Candida sp.
kecurigaan kandidemia
Diagnosis : Skabies
Diagnosis banding
Pioderma, Dermatitis atopi, Dermatitis
kontak alergi, Delusi parasitosis
Penatalaksanaan Komprehensif
Terapi
Gambar 34: Skabies 1. Topikal
‐ Krim Permethrin 5%, diaplikasikan
Penegakan Diagnosis ke seluruh tubuh selama 8 – 14 jam,
Anamnesis dicuci dengan air. Diulang 7 hari
‐ Gatal hebat di malam hari atau saat kemudian.
berkeringat ‐ Lotion Lindane 1%, diaplikasikan
‐ Timbul ruam di sela-sela jari, selama 8 jam, diulang 7 hari
pergelangan tangan dan kaki, ketiak, kemudian. Kontraindikasi pada
pusar, payudara, dan kemaluan kehamilan, ibu menyusui dan anak
usia < 2 tahun.
Pemeriksaan fisik
‐ Krim Crotamiton 10%, diaplikasikan
Terowongan (kanalikuli / burrow) berwarna
selama 8 jam pada hari ke-1, 2, 3, dan
putih / abu-abu / merah dengan panjang ± 1
8.
cm, ujung terowongan terdapat papul /
‐ Sulfur presipitatum 2 – 10% (tersedia
vesikel / pustul. Dapat disertai ekskoriasi
salep 2-4), diaplikasikan selama 8 jam
akibat garukan.
selama 3 hari bertutur-turut.
Predileksi pada sela-sela jari, pergelangan ‐ Lotion Benzyl benzoate 10%,
tangan, telapak tangan/kaki, batang penis, diaplikasikan selama 24 jam.
siku, pantat, aksila, periumbilikus, dan ‐ Lainnya: Malathion 0,5%, Sulfram
areola mammae. 25%, Ivermectin 0,8%
Diagnosis banding
Skabies, Dermatitis atopi, Dermatitis
kontak, Reaksi obat, Viral exanthema,
Delusi parasitosis
Penatalaksanaan Komprehensif
Terapi
Gambar 36: Pedikulosis korporis 1. Disinfestasi kutu
Pakaian dan barang-barang berbahan
Faktor Resiko
tekstil perlu dipanaskan atau diberi obat
‐ Status sosioekonomi yang rendah (terutama
semprot kutu, karena telur dapat
gelandangan, pengungsi, korban bencana,
tersembunyi pada kain. Barang-barang
pelancong, dsb)
tersebut sebaiknya diinsinerasi atau
‐ Hygiene perorangan yang rendah
dibuang dengan menggunakan tempat
Penegakan Diagnosis tersendiri. Jika tidak memungkinkan,
Anamnesis maka barang-barang tersebut perlu
‐ Gatal difumigasi, dicuci dengan air panas, dan
‐ Riwayat hygiene yang buruk (seperti dikeringkan dengan panas tinggi atau
jarang mengganti pakaian) dicuci-kering (dry cleaning).
Pemeriksaan penunjang
Dermatopatologi: tampak parasit pada
Gambar 39: Cutaneus larva migrans biopsi
2. Topikal
Kata Kunci
‐ Riwayat kontak dengan tanah / pasir tanpa ‐ Thiabendazole topikal
pelindung ‐ Albendazole 10% topikal
‐ Ivermectin topikal
Monitoring Pengobatan
Pengobatan diberikan sampai lesi mereda /
mengering, mengikuti durasi terapi yang Gambar 40: Reaksi gigitan arthropoda
ditetapkan.
Etiologi
Kriteria Rujukan 1. Arachnida (empat pasang kaki)
Pasien dirujuk apabila dalam waktu 8 minggu ‐ Acarina (tungau)
tidak membaik dengan terapi. ‐ Araneae (laba-laba)
‐ Scorpionida (kalajengking)
Komplikasi
2. Chilopoda (kelabang)
Komplikasi hanya berupa infeksi bakteri
3. Diplopoda (kaki seribu)
sekunder pada lesi.
4. Insecta (tiga pasang kaki)
Prognosis ‐ Anoplura (kutu badan dan sebagainya)
Prognosis umumnya bonam. Penyakit ini ‐ Coleoptera (serangga beracun)
bersifat self-limited, karena manusia ‐ Diptera (nyamuk dan lalat)
merupakan “dead-end” host (pejamu akhir), ‐ Hemiptera (kutu ranjang)
dan sebagian besar larva mati dan lesi ‐ Hymenoptera (semut dan lebah)
teresolusi dalam 2 – 8 minggu. ‐ Lepidoptera (ulat, kupu-kupu)
‐ Siphonaptera (kutu pasir)
Pencegahan
Memodifikasi gaya hidup dengan Kata Kunci
menggunakan alas kaki dan sarung tangan ‐ Gatal dan bentol-bentol
pada saat melakukan aktivitas yang berkontak ‐ Riwayat kontak dengan alam terbuka
dengan tanah, seperti bertani, berkebun, dan ‐ Urtika
lain-lain.
Faktor Resiko
‐ Lingkungan tempat tinggal yang banyak
serangga
REAKSI GIGITAN ‐ Riwayat atopi pada diri dan keluarga
ARTHROPODA ‐ Riwayat alergi
Monitoring Pengobatan
Pengobatan diberikan sampai lesi mereda /
mengering dan tidak ada tanda-tanda
terjadinya komplikasi atau perburukan
penyakit. Gambar 41: Dermatitis paederus
3. Topikal
Kortikosteroid topikal potensi sedang- BAB V DERMATITIS
kuat, seperti krim Mometasone furoate
0,1% atau Betametasone valerate 0,5%,
DERMATITIS KONTAK
diberikan 2 kali sehari selama 7 hari. IRITAN
Konseling dan edukasi Definisi
Pasien dan keluarga diberikan penjelasan: Reaksi peradangan kulit non-imunologis yang
‐ Gunakan obat secara teratur disebabkan oleh bahan-bahan iritan. Reaksi
‐ Menjaga kebersihan lingkungan tempat dapat terjadi secara langsung tanpa didahului
tinggal, memakai baju berlengan panjang proses sensitisasi. Bahan-bahan tersebut sering
dan celana panjang, pada beberapa kasus kali berhubungan dengan pekerjaan (seperti
boleh memakai insect repellent jika pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam, basa,
diperlukan dan sebagainya).
Monitoring Pengobatan
Pengobatan diberikan sampai lesi mereda /
mengering dan tidak ada tanda-tanda
Gambar 43: Dermatitis atopik tipe infantil
terjadinya komplikasi atau perburukan
penyakit. Definisi
Peradangan kulit berulang dan kronis disertai
Kriteria Rujukan
dengan gejala gatal. Pada umumnya terjadi
Pasien dirujuk apabila kelainan tidak membaik
selama masa bayi dan anak-anak dan sering
dalam 4 minggu pengobatan standard dan
berhubungan dengan peningkatan kadar IgE
sudah menghindari kontak.
dalam serum serta riwayat atopi pada keluarga
Komplikasi atau penderita.
Komplikasi berupa infeksi sekunder. Scarring
Etiologi
dapat terjadi pada kasus berat dan kronis.
‐ Alergen inhalan (tungau, serbuk sari bunga,
Prognosis aeroalergen spesifik lain)
Prognosis pada umumnya bonam. Pada kasus ‐ Agen microbial (eksotoksin S. aureus,
DKI akut dan bisa menghindari kontak, Streptococcus grup A, jamur)
prognosisnya adalah bonam (sembuh tanpa ‐ Autoalergen (protein dari jaringan tubuh
komplikasi). Pada kasus kumulatif dan tidak yang rusak)
bisa menghindari kontak, prognosisnya adalah ‐ Alergen ingestan / makanan (telur, susu,
dubia. kacang-kacangan, kedelai, ikan, gandum,
dan sebagainya)
Pencegahan
Identifikasi faktor risiko, menghindari bahan- Kata Kunci
bahan yang bersifat iritan, baik yang bersifat ‐ Gatal
kimia, mekanis, dan fisik; memakai sabun ‐ Riwayat alergi
dengan pH netral dan mengandung pelembab, ‐ Lesi tipikal dengan lokasi sesuai usia
serta memakai alat pelindung diri untuk ‐ Kronik-residif
menghindari kontak iritan saat bekerja.
Faktor Resiko
‐ Jenis kelamin perempuan
‐ Riwayat atopi pasien / keluarga (rhinitis
alergi, konjungtivitis alergi/vernal, asma
bronchial, dermatitis atopik, dan lain-lain)
‐ Faktor lingkungan (peningkatan
penggunaan antibiotik, tidak terbiasa
dengan kotor-kotor)
2. Kronis
Gambar 44: Dermatitis atopik tipe anak
‐ Likenifikasi
Penegakan Diagnosis ‐ Fissura: nyeri terutama di bagian
Anamnesis fleksural, sering kali di telapak
‐ Gatal hilang-timbul (sering kali hebat di tangan, jari, dan telapak kaki.
malam hari) ‐ Alopecia pada sepertiga lateral alis
‐ Riwayat alergi akibat gosokan konstan
‐ Riwayat stress (cemas, emosi, merasa ‐ Pigmentasi periorbita akibat gosokan
tertekan, dan sebagainya) kompulsif
‐ Dernnie-Morgan sign (lipatan
infraorbital di bawah kelopak mata)
Kriteria Rujukan
‐ Dermatitis atopik luas dan berat
‐ Dermatitis atopik rekalsitran atau dependent
steroid
Gambar 46: Dermatitis nummularis
‐ Bila diperlukan skin prick test
‐ Bila gejala tidak membaik dengan Kata Kunci
pengobatan standar selama 4 minggu ‐ Stress psikia
‐ Bila kelainan rekalsitran atau meluas ‐ Gatal
sampai eritroderma ‐ Lesi berbentuk koin
Pemeriksaan penunjang
Gambar 47: Napkin eczema Pemeriksaan KOH atau Gram bila dicurigai
Definisi adanya infeksi jamur Candida
Peradangan kulit di daerah genitokrural sesuai Diagnosis klinis
dengan tempat kontak popok yang disebabkan Diagnosis ditegakkan berdasarkan
oleh iritan dalam popok. anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Etiologi Diagnosis : Dermatitis popok / Diaper
Iritasi akibat bahan yang tersimpan di dalam dermatitis / Diaper rash / Napkin eczema
popok (seperti urine dan feses). Sering kali
berhubungan dengan infeksi Candida sp. Diagnosis banding
Letterer-Siwe disease, Acrodermatitis
Kata Kunci
enteropathica, Psoriasis inversa, Eritrasma,
‐ Bayi yang rewel
Dermatitis kontak iritan, Dermatitis
‐ Popok jarang diganti
seborroik
‐ Ruam berbentuk popok
Penatalaksanaan Komprehensif
Faktor Resiko
Terapi
‐ Popok jarang diganti (hygiene buruk)
1. Topikal (bila ringan)
‐ Kulit bayi yang kering sebelum dipasang
‐ Krim/salep bersifat protektif (Zinc
popok
oxide / Panthenol) dipakai 2 kali
‐ Riwayat atopi diri dan keluarga
sehari selama 1 minggu
‐ Riwayat alergi terhadap bahan plastik dan
‐ Kortikosteroid potensi lemah
kertas
(Hidrocortisone 1 – 2,5%) dipakai 2
Penegakan Diagnosis kali sehari selama 3 – 7 hari
Anamnesis ‐ Derivat azole topikal (misalnya
‐ Gatal (sering kali bermanifestasi sebagai Ketoconazole, Miconazole)
rewel) dikombinasi Zinc Oxide diberikan 2
Penegakan Diagnosis
Anamnesis
‐ Timbul jerawat
Gambar 50: Akne vulgaris (komedo) ‐ Bisa disertai gatal atau nyeri
Definisi ‐ Masalah estetika (kurang percaya diri)
Peradangan pada unit pilosebaceous yang
Pemeriksaan fisik
sangat umum terjadi; sering kali disebut
Lesi dapat berupa:
dengan jerawat.
1. Komedo (patognomonis): terbagi
Etiologi menjadi 2 jenis, yaitu komedo terbuka
‐ Penyumbatan ostium folikel oleh keratin (blackhead / open comedone) dan
‐ Peningkatan produksi sebum oleh glandula komedo tertutup (whitehead / closed
sebacea comedone). Komedo terbuka tampak
‐ Proliferasi bakteri Cutibacterium acnes sebagai lesi datar atau meninggi sedikit
(dulu disebut Propionibacterium acnes) dengan bagian tengah berwarna gelap
‐ Inflamasi perifolikular akibat sumbatan keratin dan lemak.
Komedo tertutup tampak sebagai papul
Kata Kunci miliar berwarna krem-putih tanpa
‐ Jerawat orifisium.
‐ Komedo, papul-pustul, nodul 2. Papul - pustul
3. Nodul - kista
Faktor Resiko
‐ Usia remaja (pubertas) Predileksi pada wajah, leher, badan depan-
‐ Stress emosional belakang, lengan atas, dan pantat.
‐ Sikls menstruasi
‐ Merokok Pemeriksaan penunjang
‐ Ras Caucasia Pada umumnya tidak diperlukan
‐ Riwayat akne pada keluarga pemeriksaan penunjang.
‐ Konsumsi makanan berlemak dan tinggi
Diagnosis klinis
karbohidrat
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Derajat
keparahan penyakit dibagi menjadi:
Diagnosis banding
Dermatitis kontak alergi, Dermatitis atopik,
Dermatitis seborroik, Rosacea, Akne
vulgaris, Akne steroid, Demodicosis, Lupus
miliaris disseminates faciei, Moluskum
kontagiosum, Systemic lupus
erythematosus, Sarcoidosis, Sindroma Blau,
Gambar 52: Dermatitis perioral Lip-licking cheilitis, Histiocytosis
Kriteria Rujukan
Pasien dirujuk apabila memerlukan
pemeriksaan mikroskopis atau pada pasien
dengan gambaran klinis yang tidak biasa dan
perjalanan penyakit yang lama.
Gambar 52: Miliaria (tipe kristalina)
Komplikasi
Etiologi
Komplikasi umumnya berupa infeksi bakteri
Sumbatan pada duktus kelenjar ekrin
sekunder.
Kata Kunci
Prognosis
‐ Bintil-bintil kecil seperti air
Bonam jika pasien menghentikan penggunaan
‐ Gatal atau bisa tidak bergejala
kosmetik atau kortikosteroid topikal
‐ Banyak keringat
Pencegahan ‐ Lingkungan panas dan lembab
Pencegahan dilakukan dengan menghindari
Faktor Resiko
penggunaan kosmetik berlebihan, penggunaan
‐ Lingkungan tropis, panas, kelembaban yang
kortikosteroid topikal tanpa indikasi, dan
tinggi
bahan-bahan kimia lainnya.
‐ Pakaian terlalu ketat
Penegakan Diagnosis
MILIARIA Anamnesis
‐ Gatal ringan / tidak bergejala (tipe
Definisi
kristalina / profunda)
Kelainan kulit akibat retensi keringat. Produksi
‐ Gatal / perih / pedih (tipe rubra /
keringat yang berlebih memicu terjadinya
pustulosa)
maserasi dan penyumbatan duktus kelenjar
ekrin. Sinonim penyakit ini adalah biang
Komplikasi
‐ Angioedema
‐ Syok anafilaktik
Prognosis
Bonam dengan tetap menghindari faktor
pencetus
Gambar 54: Exanthematous drug eruption
Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan identifikasi Kata Kunci
faktor pencetus dan menghindarinya ‐ Muncul bercak merah luas setelah minum
obat
‐ Lesi kulit: erupsi makulopapular /
BAB IX REAKSI OBAT morbiliformis / eksantema
Penegakan Diagnosis
Gambar 57: Urethritis gonorrhea Anamnesis
Definisi 1. Laki-laki
Infeksi menular seksual yang disebabkan oleh ‐ Kencing nanah / cairan putih atau
bakteri Gram negatif Neisseria gonorrhoeae. kuning kehijauan (kadang disertai
darah)
Etiologi ‐ Rasa panas dan gatal di kemaluan
Neisseria gonorrhoeae (sering kali ‐ Nyeri berkemih, nyeri saat ereksi
berkoinfeksi dengan Chlamydia trachomatis) ‐ Bila melibatkan prostat, dapat terjadi
demam, meriang, tidak bisa BAK,
Kata Kunci
obstipasi, serta adanya perasaan tidak
‐ Riwayat berhubungan seksual (banyak
enak di perut bagian bawah sampai
pasangan)
bawah kemaluan
‐ Nyeri berkemih / berhubungan
‐ Duh tubuh mukopurulen (kental, putih 2. Perempuan
susu) ‐ Keputihan
‐ Pemeriksaan mikroskopis: Diplococcus ‐ Bisa tidak bergejala
gram negatif ekstra- dan intraseluler seperti
biji kopi Pemeriksaan fisik
1. Laki-laki
Faktor Resiko ‐ Orifisium urethra hiperemis, edema,
‐ Berganti-ganti pasangan seksual dan ektropion disertai disuria
‐ Faktor okupasional: Pekerja seks komersial ‐ Sekret urethra mukopurulen
(PSK) ‐ Rectal toucher pada kecurigaan
‐ Perempuan usia pra-pubertas dan keterlibaan prostat: pembesaran
menopause lebih rentan terkena gonorrhea prostat, konsistensi kenyal, nyeri
‐ Bayi dengan ibu menderita gonorrhea tekan, dan dapat ditemukan fluktuasi
‐ Hubungan seksual dengan penderita tanpa (abses)
proteksi (kondom)
Gambar 59: Pengecatan Gram pada gonorrhea 3. Karena infeksi gonorrhea sering kali
berkoinfeksi dengan infeksi Chlamydia
Pemeriksaan penunjang trachomatis, maka juga diberikan
‐ Nucleid Acid Amplification Tests pengobatan untuk infeksi Chlamydia,
(NAATs), seperti Polymerase Chain yaitu:
Reaction (PCR) baku emas terbaru ‐ Azithromycin 1 gram per oral dosis
‐ Kultur bakteri baku emas lama. tunggal
Media: Martin-Lewis, agar darah coklat, ‐ Doxycycline 2 x 100 mg per oral
Thayer-Martin. selama 7 hari
‐ Pengecatan Gram pada sekret: ‐ Erythromycin 4 x 500 mg per oral
ditemukan diplococcus Gram-negatif selama 7 hari
ekstra- dan intraseluler pada leukosit ‐ Ofloxacin 2 x 300 mg per oral selama
PMN 7 hari
‐ Tes lain: Tes oksidasi dan fermentasi, tes ‐ Levofloxacin 500 mg/hari selama 7
beta-laktamase, tes Thompson hari
Monitoring Pengobatan
Pengobatan diberikan sampai gejala teresolusi
tidak ada tanda-tanda terjadinya komplikasi
atau perburukan penyakit.
Kriteria Rujukan
‐ Apabila tidak dapat melakukan tes
laboratorium
‐ Apabila pengobatan di atas tidak
menunjukkan perbaikan dalam jangka
waktu 2 minggu, penderita dirujuk ke
Gambar 60: Cervicitis non-spesifik
dokter spesialis karena kemungkinan
terdapat resistensi obat Definisi
Infeksi saluran genital yang disebabkan oleh
Komplikasi
penyebab non-spesifik. Istilah ini meliputi
1. Laki-laki
berbagai keadaan, yaitu Urethritis non-spesifik
‐ Lokal: Tynositis, Paraurethritis, Litritis,
(UNS), Urethritis non-gonokokus (UNG),
Cowperitis
Proktitis non-spesifik, dan Infeksi genital non-
‐ Ascendens: Prostatitis, Vesiculitis,
spesifik / Sindroma duh tubuh non-gonorrhea
Funiculitis, Vasdeferentitis, Epididimitis,
pada perempuan.
Orchitis, Trigonitis
Etiologi
2. Perempuan
‐ Chlamydia trachomatis (paling sering)
‐ Lokal: Paraurethritis, Bartholinitis
‐ Mycoplasma spp.
‐ Ascendens: Salphingitis, Pelvic
‐ Ureaplasma spp.
Inflammatory Disease (PID)
Kata Kunci
3. Disseminata: Infeksi gonokokus
‐ Riwayat berhubungan seksual (banyak
disseminata, Arthritis, Miokarditis,
pasangan)
Endokarditis, Perikarditis, Meningitis
‐ Nyeri berkemih / berhubungan
Prognosis ‐ Duh tubuh putih kental; pada laki-laki
Bonam pada kasus akut tanpa komplikasi sering kali keluar saat pada pagi hari
(Morning drops)
Pencegahan ‐ Pemeriksaan mikroskopis: badan inklusi
Pasien dianjurkan untuk tidak berganti-ganti (Inclusion bodies)
pasangan seksual untuk mencegah penularan
infeksi menular seksual, dan apabila tidak Faktor Resiko
memungkinkan, dianjurkan untuk ‐ Berganti-ganti pasangan seksual
Penegakan Diagnosis
Anamnesis
1. Laki-laki
‐ Nyeri saat buang air kecil
‐ Keluar duh tubuh / cairan dari
kemaluan Gambar 62: Badan inklusi pada pemeriksaan NAAT
‐ Bisa tidak bergejala
Diagnosis klinis
2. Perempuan Diagnosis ditegakkan berdasarkan
‐ Keputihan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
‐ Nyeri saat berkemih (bila mengenai pemeriksaan penunjang.
urethra)
‐ Bisa tidak bergejala Diagnosis : Urethritis / Proktitis / Cervicitis
non-spesifik / non-gonorrhea
Pemeriksaan fisik
1. Laki-laki Diagnosis banding
‐ Duh tubuh urethra spontan, atau Laki-laki: Urethritis gonorrhea, Infeksi
diperoleh dengan pengurutan / saluran kencing
massage urethra Perempuan: Cervicitis gonorrhea,
‐ Duh tubuh dapat berwarna putih Trikomoniasis, Bacterial vaginosis,
kental atau bening Kandidiasis vulvovaginalis
‐ Dapat asimptomatis
Penatalaksanaan Komprehensif
2. Perempuan (inspeculo bila sudah Terapi
menikah) 1. Abstinensia hingga dinyatakan sembuh
‐ Seringkali asimptomatis (70 – 95%)
‐ Duh tubuh vagina 2. Antibiotik sistemik
‐ Duh tubuh endoserviks mukopurulen ‐ Azithromycin 1 gram per oral dosis
tunggal
Monitoring Pengobatan
Pasien dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi
alkohol selama pengobatan dengan
Metronidazole berlangsung sampai 48 jam
sesudahnya untuk menghindari Disulfiram-like Gambar 65: Trikomoniasis
reaction. Pasien yang memiliki risiko tinggi
terserang infeksi menular seksual sebaiknya Definisi
ditawarkan untuk diperiksa Chlamydia, Penyakit menular seksual yang disebabkan
Gonorrhea, Sifilis dan HIV. oleh parasit berflagel Trichomonas vaginalis.
Kriteria Rujukan
‐ Tidak terdapat fasilitas pemeriksaan untuk
pasangan
‐ Dibutuhkan pemeriksaan penunjang khusus
‐ Adanya arah kegagalan pengobatan
Gambar 66: Trichomonas vaginalis pada sediaan basah
Penegakan Diagnosis
KANDIDIASIS Anamnesis
‐ Gatal pada kemaluan
VULVOVAGINALIS
‐ Keputihan
‐ Bisa terasa perih (bila vulva lecet)
‐ Nyeri saat berhubungan seksual
‐ Nyeri atau rasa tidak nyaman saat
berkemih
Pemeriksaan fisik
‐ Vulva dan vagina tampak hiperemis,
bisa timbul fissura, dan edema jika berat
‐ Duh tubuh putih kekuningan seperti
susu, bergumpal (Cottage cheese
appearance), tidak berbau – sedikit
Gambar 67: Kandidiasis Vulvovaginalis asam.
‐ Jika mengenai genitalia luar, dapat
Definisi
dijumpai bercak/plak eritema dengan lesi
Infeksi pada vulva dan vagina yang
satelit (sesuai Kandidiasis kutis)
disebabkan oleh Candida albicans atau kadang
oleh Candida sp. lainnya, Torulopsis sp., atau Pemeriksaan penunjang
ragi lainnya. ‐ Pewarnaan Gram / Sediaan basah dengan
KOH 10% pada sekret dari dinding
Etiologi
‐ Candida albicans (paling umum) lateral vagina: pseudohifa, blastospora,
‐ Candida sp. lainnya atau budding yeast
‐ Saccharomyces cerevisiae ‐ Kultur jamur dengan Saboraud Dextrose
‐ Torulopsis sp. Agar
‐ PCR dan kultur darah jika ada
kecurigaan kandidemia
Monitoring Pengobatan
Pengobatan dilanjutkan sampai keluhan
membaik, sesuai dengan durasi terapi yang
Gambar 68: Candida albicans pada preparat KOH ditetapkan. Untuk kandidiasis vulvovaginal
rekuren (kambuh ≥4 kali/tahun), terapi
Diagnosis banding diberikan agen topikal atau Fluconazole oral
Infeksi genital non-spesifik, Cervicitis selama 10 – 14 hari, dilanjutkan Fluconazolw
gonorrhea, Bacterial vaginosis, 150 mg/minggu selama 6 bulan.
Trikomoniasis
Kriteria Rujukan
Penatalaksanaan Komprehensif ‐ Tidak terdapat fasilitas pemeriksaan untuk
Terapi pasangan
1. Lokal ‐ Dibutuhkan pemeriksaan penunjang khusus
‐ Clotrimazole 500 mg intravagina ‐ Adanya arah kegagalan pengobatan
dosis tunggal ‐ Terjadinya kandidemia yang dapat
‐ Clotrimazole 200 mg intravagina berkembang menjadi sepsis
selama 3 hari
‐ Nystatin 100.000 IU intravagina Komplikasi
selama 7 – 14 hari ‐ Kandidemia
‐ Kandidiasis disseminata
2. Sistemik ‐ Sepsis dan syok septik
‐ Fluconazole oral 150 mg dosis ‐ Kandidiasis mukokutaneus kronik
tunggal
‐ Itraconazole oral 2 x 200 mg selama 1 Prognosis
hari Umumnya bonam pada pasien
‐ Itraconazole oral 1 x 200 mg selama 3 imunokompeten, dan pada pasien
hari imunokompromais menjadi dubia ad bonam.
‐ Ketoconazole oral 2 x 200 mg selama
Pencegahan
5 hari
Pencegahan dilakukan dengan mengontrol
faktor-faktor predisposisi, seperti menurunkan
2. Sekunder
‐ Ruam atau beruntusan pada kulit,
dapat menjadi luka, merah atau coklat
kemerahan, ukuran dapat bervariasi, Gambar 69: Ulkus durum / Sifilis primer
di manapun pada tubuh termasuk
telapak tangan dan kaki ‐ Limfadenopati regional
‐ Demam ‐ Lokasi: lokasi kontak dengan lesi
‐ Kelelahan dan perasaan tidak nyaman infeksius (laki-laki pada penis dan
2. Sekunder
‐ Makula & papul 0,5 – 1 cm, bulat-
lonjong, berwarna merah muda
sampai merah kecoklatan (Roseola
sifilitika) tersebar simetris
Gambar 72: Kondiloma lata / Sifilis sekunder
‐ Erupsi
‐ Erupsi lebih lanjut dapat berupa
papuloskuamosa, pustular, atau
akneiformis
‐ Lesi pada telapak tangan dan kaki
berupa papul kemerahan keratotik,
psoriasiform (Copper penny rash)
Gambar 73: Gumma / Sifilis tersier
4. Tersier
‐ Gumma: infiltrat sirkumskripta kronis
yang cenderung mengalami
perlunakan dan bersifat destruktif.
Awalnya berupa plak
papuloskuamosa atau nodular, yang
kemudian menjadi ulkus dan
Gambar 71: Copper penny rash / Sifilis sekunder
membentuk lingkaran. Dapat
‐ Papul datar, ukuran 1 – 2 cm, mengenai kulit, mukosa, tulang, dan
permukaan halus (Kondiloma lata), organ viseral.
umumnya pada daerah anogenital dan ‐ Nodular ulcerative syphilides: seperti
gumma tapi lebih datar dan dapat
Monitoring Pengobatan
Evaluasi terapi secara klinis dan serologi DAFTAR PUSTAKA
dilakukan berdasarkan stadium klinisnya,
yaitu: Buxton PK & Morris-Jones R. 2009. ABC of
‐ Stadium primer dan sekunder tanpa HIV: Dermatology Fifth Edition. Inggris Raya:
bulan ke-6 dan 12 Blackwell Publishing Ltd.
‐ Stadium primer dan sekunder dengan HIV: James WD, Elston DM & McMahon PJ. 2018.
bulan ke-3, 6, 9, 12, dan 24 Andrews’ Diseases of The Skin Clinical
‐ Stadium laten dan tersier tanpa HIV: bulan
Atlas. Inggris Raya: Elsevier Inc.
ke-6, 12, dan 24
‐ Stadium laten dan tersier dengan HIV: James WD, Elston DM, Treat JR, Rosenbach
bulan ke-6, 12, 18, dan 24 MA & Neuhaus IM. 2019. Andrews’
Diseases of The Skin Thirteenth Edition.
Kriteria sembuh pada Sifilis adalah bila titer
Inggris Raya: Elsevier Inc.
VDRL atau RPR menurun 4 kali lipat, dimana
waktu tercapainya diharapkan pada: Kang S, Amagai M, Bruckner AL, Enk AH,
‐ Stadium primer dan sekunder: 6 – 12 bulan Margolis DJ, McMichael AJ & Orringer JS.
‐ Stadium laten dan tersier: 12 – 24 bulan 2019. Fitzpatrick’s Dermatology 9th
Edition. Amerika Serikat: McGraw-Hill
Kriteria Rujukan Education
Semua stadium dan klasifikasi sifilis harus
dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
memiliki dokter spesialis kulit dan kelamin 2017. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter
Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
Komplikasi Jakarta: IDI
‐ Kardiovaskular: Anerurisma aorta
‐ Sistem saraf: Demensia, Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan
‐ Glomerulonefritis membranosa Kelamin Indonesia (PERDOSKI). 2017.
‐ Paroxysmal cold hemoglobinemia Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter
‐ Kerusakan organ ireversibel Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia.
‐ Deformitas akibat gumma Jakarta: PERDOSKI
‐ Reaksi Jarisch-Herxheimer (efek samping
terapi) Rogstad KE. 2011. ABC of Sexually
Trasmitted Infections Sixth Edition. Inggris
Prognosis Raya: Blackwell Publishing Ltd
Pada stadium dini, prognosis umumnya
bonam. Pada stadium lanjut, prognosis Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP & Roh
umumnya dubia ad bonam. EK. 2017. Fitzpatrick’s Color Atlas and
Synopsis of Clinical Dermatology Eight
Pencegahan Edition. Amerika Serikat: McGraw-Hill
Pasien dianjurkan untuk tidak berganti-ganti Education
pasangan seksual untuk mencegah penularan
infeksi menular seksual, dan apabila tidak
memungkinkan, dianjurkan untuk