Anda di halaman 1dari 86

Modul

KKT CBT

Ilmu Penyakit
Kulit & Kelamin

Disusun oleh

Nikolas Bell
Peer Mentor IP Kulit & Kelamin KKT CBT Batch II Tahun 2021
Modul
KKT CBT
Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin

Disusun oleh

Nikolas Bell
Peer Mentor IP Kulit & Kelamin KKT CBT Batch II Tahun 2021

Disusun oleh

Nikolas Bell
Untuk Kalangan Sendiri
Tips &Trick
dalam mengerjakan soal IP Kulit & Kelamin

Tips 1 – Penegakan Diagnosis


Setiap soal per sistem organ dalam ujian CBT UKMPPD memiliki ciri-ciri khusus. Pada penyakit
sistem integumen (kulit & kelamin), clue atau kata kunci utama pada soal adalah pada
pemeriksaan status dermatologis / efloresensi / Ujud Kelainan Kulit (UKK). Tiap penyakit
umumnya memiliki UKK yang berbeda atau setidaknya memiliki ciri pembeda dari penyakit
lainnya. Contohnya adalah sebagai berikut:

 Impetigo krustosa, dengan ciri khasnya krusta kekuningan seperti madu meskipun
sebelumnya didahului oleh timbulnya lenting (vesikel/pustul). Pada penyakit lain tidak
ditemukan adanya krusta kekuningan seperti madu.
 Tinea corporis, dengan ciri khasnya bercak (makula) eritema dengan bagian tengah lesi
lebih pudar (central healing) dan bagian tepi lebih aktif.

Adapun beberapa penyakit yang tidak memiliki UKK yang khas seperti di atas, misalnya
Dermatitis atopi, tetapi pada penyakit tersebut disertai dengan gejala / riwayat yang khas, yaitu
riwayat atopi / alergi. Contoh lain adalah penyakit SJS-TEN dengan riwayat penggunaan obat
sebelum muncul lenting-lenting di badan, lesi di mata, dan lesi di mukosa lain. Selain itu, kata
kunci lain yang dapat membantu adalah hasil pemeriksaan penunjang, misalnya:

 Eritrasma, dengan pemeriksaan Lampu Wood menghasilkan fluoresensi merah bata /


coral red.
 Kandidiasis, dengan hasil pemeriksaan mikroskopis ditemukan pseudohifa, blastospora,
dan budding yeast

Hal penting lainnya pada soal IP kulit dan kelamin adalah bahwa tidak semua soal akan
menggunakan istilah efloresensi seperti makula / patch atau papul / plak. Terkadang, soal akan
menggunakan bahasa awam seperti:

‐ Makula / patch  bercak


‐ Papul / plak  peninggian kulit
‐ Eritema  kemerahan
‐ Hiperpigmentasi  kecoklatan / kehitaman / gelap
‐ Hipopigmentasi  putih / keputihan

Untuk membantu mengingat hal-hal di atas, dalam buku ini terdapat kata kunci pada tiap penyakit
yang diharapkan dapat membantu mengingat masing-masing penyakit.

Tips 2 – Pemilihan Modalitas Pemeriksaan Penunjang


Dalam satu kelompok penyakit (misalnya infeksi bakteri), modalitas pemeriksaan penunjang yang
digunakan dapat sama. Beberapa contoh modalitas pemeriksaan penunjang yang umum digunakan
adalah:
 Pioderma (Impetigo dan sebagainya)  pengecatan Gram (mikroskopis)
 Infeksi jamur  pemeriksaan mikroskopis dengan KOH (umumnya 10% untuk
rambut dan Kandidiasis vulvovaginalis, 20% untuk kulit)
 Infeksi virus (Varicella, Herpes zoster, dan Herpes simpleks)  Tzanck test
 Infeksi menular seksual (kecuali Sifilis) pemeriksaan mikroskopis (Gram atau
sediaan basah)

Penting untuk diperhatikan, bahwa pemeriksaan di atas tidak selalu berlaku dalam semua penyakit.
Misalnya, infeksi jamur Tinea capitis (etiologi Microsporum) dan Pityriasis versicolor dapat
menggunakan Lampu Wood. Penyakit-penyakit tertentu juga memiliki pilihan pemeriksaan
penunjang yang khusus, seperti Dermatitis kontak dengan menggunakan Patch test, atau
Skrofuloderma dan Lepra dengan menggunakan pemeriksaan BTA (Basil Tahan Asam) /
pengecatan Ziehl-Neelsen.

Tips 3 – Pemilihan Terapi Farmakologis


Pada umumnya, penyakit dalam sistem integumen sering kali menggunakan terapi topikal
dibandingkan terapi sistemik (kecuali pada keadaan tertentu yang tergolong berat atau terapi topikal
dianggap tidak efektif). Beberapa hal tentang terapi topikal yang perlu diingat adalah sebagai
berikut:

 Prinsip yang perlu diperhatikan dalam pemberian terapi topikal adalah, lesi basah diterapi
menggunakan terapi basah (kompres), sedangkan lesi kering menggunakan terapi kering
(salep, krim, lotion, dan sebagainya). Lesi basah adalah lesi berkrusta, bersekret, atau
madidans. Lesi kering adalah makula, papul, vesikel, pustul, dan skuama.
 Antibiotik topikal yang digunakan untuk Pioderma umumnya memiliki kadar 2%,
seperti Mupirocin, Asam Fusidat, Neomycin, Bacitracin
 Adanya persamaan konsentrasi obat antifungal, yaitu Terbinafine dan Clotrimazole 1%,
Ketoconazole dan Miconazole 2%
 Konsentrasi obat topikal pada Skabies dan Pedikulosis korporis sama (misalnya
Permethrin 5%), sedangkan Pedikulosis kapitis sama dengan Pedikulosis pubis
(misalnya Permethrin 1%)
 Dermatitis yang diakibatkan oleh stress (Liken simpleks kronik dan Dermatitis
nummularis) umumnya menggunakan steroid topikal potensi paling kuat, yaitu
Clobetasol propionate 0,05%

Tentunya, beberapa prinsip di atas tidak selalu berlaku untuk semua penyakit, karena terdapat
beberapa penyakit yang memiliki pilihan terapi yang khusus, seperti Eritrasma menggunakan
Erythromycin sistemik, atau Erupsi obat menggunakan steroid sistemik.

Akhir kata, meskipun ada banyak ketidaksempurnaan, semoga buku ini dapat membantu dalam
mempelajari penyakit-penyakit sistem integumen yang termasuk SKDI 4 untuk kepentingan
UKMPPD.
Daftar Isi Daftar Isi
BAB I INFEKSI BAKTERI BAB VII KELAINAN KELENJAR
Impetigo Krustosa............................. 1 SEBASEA & EKRIN
Impetigo Bulosa ................................ 2 Akne Vulgaris Ringan ...................... 56
Ektima............................................... 3 Dermatitis Perioral............................ 57
Folikulitis .......................................... 5 Miliaria ............................................. 59
Furunkel ............................................ 6
Karbunkel ......................................... 7 BAB VIII PENYAKIT KULIT ALERGI
Eritrasma ........................................... 9 Urtikaria Akut ................................... 61
Erisipelas .......................................... 10 BAB IX REAKSI OBAT
Hidradenitis Supuratif....................... 11 Exanthematous Drug Eruption ......... 63
Skrofuloderma .................................. 13 Fixed Drug Eruption ......................... 65
Lepra ................................................. 14
BAB X INFEKSI MENULAR SEKSUAL
BAB II INFEKSI VIRUS Gonorrhea ......................................... 67
Varicella............................................ 17 Infeksi Genital Non-Spesifik ............ 69
Herpes Zoster .................................... 18 Bacterial Vaginosis ........................... 71
Herpes Simpleks ............................... 20 Trikomoniasis ................................... 73
Moluskum Kontagiosum .................. 23 Kandidiasis Vulvovaginalis .............. 75
Veruka Vulgaris ................................ 24 Sifilis................................................. 77
BAB III INFEKSI JAMUR DAFTAR PUSTAKA ............................... 80
Dermatofitosis .................................. 25
Pityriasis Versicolor ......................... 28
Kandidiasis Kutis .............................. 30

BAB IV INFESTASI PARASIT


Skabies .............................................. 31
Pedikulosis Kapitis ........................... 33
Pedikulosis Korporis......................... 34
Pedikulosis Pubis .............................. 36
Cutaneus Larva Migrans ................... 38
Reaksi Gigitan Arthropoda ............... 39
Dermatitis Paederus .......................... 41

BAB V DERMATITIS
Dermatitis Kontak Iritan ................... 42
Dermatitis Atopik ............................. 45
Dermatitis Nummularis .................... 49
Napkin Eczema ................................. 51

BAB VI DERMATOSIS
ERITROSKUAMOSA
Dermatitis Seborroik......................... 52
Pityriasis Rosea................................. 54
‐ Gatal / nyeri
BAB I INFEKSI BAKTERI
 Pemeriksaan fisik
IMPETIGO KRUSTOSA
Vesikel & pustul yang pecah menjadi
krusta kekuningan seperti madu. Predileksi
pada sekitar lubang hidung, mulut, telinga,
atau anus

 Pemeriksaan penunjang
‐ Pengecatan Gram
‐ Kultur bakteri dari hapusan sekret pada
dasar lesi dengan temuan bakteri
Streptococcus atau Staphylococcus
‐ Darah lengkap : leukositosis

 Diagnosis klinis
Gambar 1: Impetigo Krustosa Penegakan diagnosis melalui hasil
anamnesis dan pemeriksaan fisik, kadang
Definisi
dapat didukung oleh pemeriksaan
Infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri
mikrobiologis.
gram positif dari golongan Staphylococcus dan
Streptococcus, ditandai dengan vesikel yang Diagnosis : Impetigo / Impetigo Krustosa /
cepat berubah menjadi pustule dan pecah Impetigo Contagiosa / Impetigo Non-bulosa
sehingga menjadi krusta kekuningan seperti
madu.  Diagnosis banding
Ekskoriasi, Dermatitis kontak, Herpes
Etiologi simpleks, Dermatofitosis epidermal,
‐ Streptococcus beta-hemolyticus (tersering) Skabies
‐ Staphylococcus aureus
‐ Methicillin-resistant S. aureus (MRSA) Penatalaksanaan Komprehensif
 Terapi
Kata Kunci 1. Topikal
‐ Usia muda (anak) ‐ Banyak pus/krusta  kompres
‐ Koreng/krusta kekuningan seperti madu terbuka Kalium permanganat (PK)
‐ Lokasi sekitar mulut 1/5000 atau Povidone iodine 7,5%
Faktor Resiko yang dilarutkan 10 kali.
‐ Hygiene yang kurang baik ‐ Kering  Asam fusidat 2% atau
‐ Defisiensi gizi Mupirocin 2% dioleskan 2 – 3x/hari
‐ Imunodefisiensi (CD4+ dan CD8+ yang selama 7 – 10 hari.
rendah) 2. Sistemik
Penegakan Diagnosis ‐ Cloxacillin 3 x 250-500 mg/hari /
50 mg/kgBB/hari selama 5 – 7 hari
 Anamnesis
‐ Koreng/luka di kulit ‐ Amoxicillin + Clavulanic acid 3 x
‐ Awalnya berbentuk bintil kecil 250-500 mg / 25 mg/kgBB/hari
‐ Kemudian bintil pecah dan mengering, selama 5 – 7 hari
keras, dan sangat lengket ‐ Clindamycin 4 x 150-450 mg/hari
tergantung berat penyakit

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 1


‐ Erythromycin 4 x 250-500 mg / 20-50 Streptococcus, ditandai dengan lesi vesikel dan
mg/kgBB/hari selama 5 – 7 hari bula hipopion (berisi pus)
‐ Cephalosporin seperti Cefadroxil 2 x
500-1000 mg/hari Etiologi
‐ Staphylococcus aureus (tersering)
 Konseling dan edukasi ‐ Streptococcus beta-hemolyticus
Edukasi pasien dan keluarga untuk ‐ Methicillin-resistant S. aureus (MRSA)
pencegahan penyakit dengan menjaga
kebersihan diri dan stamina tubuh

Monitoring Pengobatan
Pengobatan diberikan sampai lesi mereda /
mengering dan tidak ada tanda-tanda
terjadinya komplikasi atau perburukan
penyakit.

Kriteria Rujukan
Gambar 2: Impetigo Bulosa
‐ Komplikasi mulai dari selulitis
‐ Tidak sembuh dengan pengobatan selama 5 Kata Kunci
– 7 hari ‐ Usia muda (anak)
‐ Terdapat penyakit sistemik (gangguan ‐ Vesikel / bula hipopion
metabolik endokrin dan imunodefisiensi) ‐ Kolaret / erythematous halo
Komplikasi Faktor Resiko
‐ Perluasan lesi menjadi Ektima ‐ Hygiene yang kurang baik
‐ Selulitis ‐ Defisiensi gizi
‐ Psoriasis guttata ‐ Imunodefisiensi (CD4+ dan CD8+ yang
‐ Scarlet fever rendah)
‐ Glomerulonefritis
‐ Scar Penegakan Diagnosis
 Anamnesis
Prognosis ‐ Lenting di kulit
‐ Tanpa komplikasi  bonam ‐ Lenting berbentuk bintil kecil berwarna
‐ Komplikasi  dubia ad bonam kuning jernih / keruh
‐ Gatal / nyeri
Pencegahan
Antisepsis diri dan keluarga. Cari tanda-tanda  Pemeriksaan fisik
impetigo, dan bila dicurigai, gunakan Vesikel & bula hipopion, bisa ditemukan
pembersih dengan Benzoyl peroxide / Ethanol erythematous halo / cincin kemerahan di
/ Isopropyl. sekitar lesi / kolaret. Predileksi tersering
pada daerah intertriginosa.

IMPETIGO BULOSA  Pemeriksaan penunjang


‐ Pengecatan Gram
Definisi ‐ Kultur bakteri dari hapusan sekret pada
Infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri dasar lesi dengan temuan bakteri
gram positif dari golongan Staphylococcus dan Streptococcus atau Staphylococcus
‐ Darah lengkap : leukositosis

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 2


 Diagnosis klinis Kriteria Rujukan
Penegakan diagnosis melalui hasil ‐ Komplikasi mulai dari selulitis
anamnesis dan pemeriksaan fisik, kadang ‐ Tidak sembuh dengan pengobatan selama 5
dapat didukung oleh pemeriksaan – 7 hari
mikrobiologis. ‐ Terdapat penyakit sistemik (gangguan
metabolik endokrin dan imunodefisiensi)
Diagnosis : Impetigo Bulosa
Komplikasi
 Diagnosis banding ‐ Perluasan lesi menjadi Ektima
Dermatitis kontak akut, Insect bite, Luka ‐ Selulitis
bakar, Porphyria cutanea tarda (PCT) ‐ Psoriasis guttata
‐ Scarlet fever
Penatalaksanaan Komprehensif
‐ Glomerulonefritis
 Terapi
‐ Scar
1. Topikal
‐ Banyak pus/krusta  kompres Prognosis
terbuka Kalium permanganat (PK) ‐ Tanpa komplikasi  bonam
1/5000 atau Povidone iodine 7,5% ‐ Komplikasi  dubia ad bonam
yang dilarutkan 10 kali.
‐ Kering  Asam fusidat 2% atau Pencegahan
Mupirocin 2% dioleskan 2 – 3x/hari Antisepsis diri dan keluarga. Cari tanda-tanda
selama 7 – 10 hari. impetigo, dan bila dicurigai, gunakan
pembersih dengan Benzoyl peroxide / Ethanol
2. Sistemik / Isopropyl.
‐ Cloxacillin 3 x 250-500 mg/hari /
50 mg/kgBB/hari selama 5 – 7 hari
‐ Amoxicillin + Clavulanic acid 3 x EKTIMA
250-500 mg / 25 mg/kgBB/hari
selama 5 – 7 hari
‐ Clindamycin 4 x 150-450 mg/hari
tergantung berat penyakit
‐ Erythromycin 4 x 250-500 mg / 20-50
mg/kgBB/hari selama 5 – 7 hari
‐ Cephalosporin seperti Cefadroxil 2 x
500-1000 mg/hari

 Konseling dan edukasi Gambar 3: Ektima


Edukasi pasien dan keluarga untuk
Definisi
pencegahan penyakit dengan menjaga
Infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri
kebersihan diri dan stamina tubuh
gram positif dari golongan Staphylococcus dan
Monitoring Pengobatan Streptococcus, ditandai dengan hilangnya
Pengobatan diberikan sampai lesi mereda / jaringan dermis bagian atas (ulkus dangkal)
mengering dan tidak ada tanda-tanda
Etiologi
terjadinya komplikasi atau perburukan
‐ Streptococcus beta-hemolyticus (tersering)
penyakit. ‐ Staphylococcus aureus
‐ Methicillin-resistant S. aureus (MRSA)

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 3


Kata Kunci 1/5000 atau Povidone iodine 7,5%
‐ Usia muda (anak) yang dilarutkan 10 kali.
‐ Ulkus dangkal dengan krusta kecoklatan ‐ Kering  Asam fusidat 2% atau
‐ Lokasi tersering : tungkai bawah Mupirocin 2% dioleskan 2 – 3x/hari
selama 7 – 10 hari.
Faktor Resiko
‐ Hygiene yang kurang baik 2. Sistemik
‐ Defisiensi gizi ‐ Cloxacillin 3 x 250-500 mg/hari /
‐ Imunodefisiensi (CD4+ dan CD8+ yang 50 mg/kgBB/hari selama 5 – 7 hari
rendah) ‐ Amoxicillin + Clavulanic acid 3 x
250-500 mg / 25 mg/kgBB/hari
Penegakan Diagnosis selama 5 – 7 hari
 Anamnesis ‐ Clindamycin 4 x 150-450 mg/hari
‐ Luka / koreng di kulit tergantung berat penyakit
‐ Luka dengan keropeng / koreng yang ‐ Erythromycin 4 x 250-500 mg / 20-50
kering, keras, sangat lengket, dan nyeri mg/kgBB/hari selama 5 – 7 hari
‐ Gatal / nyeri ‐ Cephalosporin seperti Cefadroxil 2 x
 Pemeriksaan fisik 500-1000 mg/hari
Ulkus dangkal dengan krusta kecoklatan,  Konseling dan edukasi
indurasi, dan nyeri. Predileksi di tempat- Edukasi pasien dan keluarga untuk
tempat tertutup dan rawan trauma (misalnya pencegahan penyakit dengan menjaga
tungkai bawah) kebersihan diri dan stamina tubuh
 Pemeriksaan penunjang Monitoring Pengobatan
‐ Pengecatan Gram Pengobatan diberikan sampai lesi mereda /
‐ Kultur bakteri dari hapusan sekret pada mengering dan tidak ada tanda-tanda
dasar lesi dengan temuan bakteri terjadinya komplikasi atau perburukan
Streptococcus atau Staphylococcus penyakit.
‐ Darah lengkap : leukositosis
Kriteria Rujukan
 Diagnosis klinis ‐ Komplikasi mulai dari selulitis
Penegakan diagnosis melalui hasil ‐ Tidak sembuh dengan pengobatan selama 5
anamnesis dan pemeriksaan fisik, kadang – 7 hari
dapat didukung oleh pemeriksaan ‐ Terdapat penyakit sistemik (gangguan
mikrobiologis. metabolik endokrin dan imunodefisiensi)
Diagnosis : Impetigo ulseratif / Ektima Komplikasi
‐ Selulitis
 Diagnosis banding
‐ Psoriasis guttata
Ekskoriasi, Insect bite
‐ Scarlet fever
Penatalaksanaan Komprehensif ‐ Glomerulonefritis
 Terapi ‐ Scar
1. Topikal
Prognosis
‐ Banyak pus/krusta  kompres
‐ Tanpa komplikasi  bonam
terbuka Kalium permanganat (PK)
‐ Komplikasi  dubia ad bonam

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 4


Pencegahan ‐ Riwayat mencukur / mencabut rambut
Antisepsis diri dan keluarga. Cari tanda-tanda
impetigo, dan bila dicurigai, gunakan  Pemeriksaan fisik
pembersih dengan Benzoyl peroxide / Ethanol Papul / pustul dengan rambut di tengah.
/ Isopropyl. Predileksi di daerah berambut.

 Pemeriksaan penunjang
‐ Pengecatan Gram
FOLIKULITIS ‐ Kultur bakteri dari hapusan sekret pada
dasar lesi dengan temuan bakteri
Streptococcus atau Staphylococcus
‐ Darah lengkap : leukositosis

 Diagnosis klinis
Penegakan diagnosis melalui hasil
anamnesis dan pemeriksaan fisik, kadang
dapat didukung oleh pemeriksaan
mikrobiologis.

Diagnosis : Folikulitis / Impetigo Bockhart


Gambar 4: Folikulitis / Hot-tub Folliculitis (e.c. P. aeruginosa)

Definisi  Diagnosis banding


Infeksi kulit akibat inokulasi bakteri ke dalam Gangguan acneiform (acne vulgaris,
folikel rambut dengan atau tanpa pus pada rosacea, dermatitis perioral), Folikulitis
ostium folikel. eosinofilik terkait HIV, Acneiform adverse
cutaneous drug reaction, Folikulitis
Etiologi
keloidal, Pseudofolikulitis barbae
‐ Staphylococcus aureus (sensitif / resisten
Methicillin) Penatalaksanaan Komprehensif
‐ Bakteri lain jarang (Pseudomonas  Terapi
aeruginosa, bakteri gram negatif lain) 1. Topikal
‐ Banyak pus/krusta  kompres
Kata Kunci
terbuka Kalium permanganat (PK)
‐ Bisul pada daerah berambut
1/5000 atau Povidone iodine 7,5%
‐ Papul / pustul dengan rambut di tengah
yang dilarutkan 10 kali.
Faktor Resiko ‐ Kering  Asam fusidat 2% atau
‐ Hygiene yang kurang baik Mupirocin 2% dioleskan 2 – 3x/hari
‐ Defisiensi gizi selama 7 – 10 hari.
‐ Imunodefisiensi (CD4+ dan CD8+ yang
2. Sistemik
rendah)
‐ Cloxacillin 3 x 250-500 mg/hari /
‐ Trauma folikel rambut (cukur / cabut
50 mg/kgBB/hari selama 5 – 7 hari
rambut)
‐ Amoxicillin + Clavulanic acid 3 x
Penegakan Diagnosis 250-500 mg / 25 mg/kgBB/hari
 Anamnesis selama 5 – 7 hari
‐ Bisul pada daerah berambut ‐ Clindamycin 4 x 150-450 mg/hari
‐ Jumlah bisul bisa > 1 tergantung berat penyakit

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 5


‐ Erythromycin 4 x 250-500 mg / 20-50 ‐ Bakteri lain jarang (Pseudomonas
mg/kgBB/hari selama 5 – 7 hari aeruginosa, bakteri gram negatif lain)
‐ Cephalosporin seperti Cefadroxil 2 x
500-1000 mg/hari Kata Kunci
‐ Bisul pada daerah berambut
 Konseling dan edukasi ‐ Nodul eritematosa dengan rambut di tengah
Edukasi pasien dan keluarga untuk
pencegahan penyakit dengan menjaga
kebersihan diri dan stamina tubuh

Monitoring Pengobatan
Pengobatan diberikan sampai lesi mereda /
mengering dan tidak ada tanda-tanda
terjadinya komplikasi atau perburukan
penyakit.

Kriteria Rujukan
‐ Komplikasi Gambar 5: Furunkel
‐ Tidak sembuh dengan pengobatan selama 5
Faktor Resiko
– 7 hari
‐ Hygiene yang kurang baik
‐ Terdapat penyakit sistemik (gangguan
‐ Defisiensi gizi
metabolik endokrin dan imunodefisiensi)
‐ Imunodefisiensi (CD4+ dan CD8+ yang
Komplikasi rendah)
‐ Furunkulosis ‐ Trauma folikel rambut (cukur / cabut
‐ Infeksi soft-tissue rambut)
‐ Bakteremia
Penegakan Diagnosis
Prognosis  Anamnesis
‐ Tanpa komplikasi  bonam ‐ Bisul pada daerah berambut
‐ Komplikasi  dubia ad bonam ‐ Ukuran bisul besar dan nyeri
‐ Riwayat mencukur / mencabut rambut
Pencegahan
Antisepsis diri dan keluarga. Gunakan  Pemeriksaan fisik
pembersih dengan Benzoyl peroxide / Ethanol Nodul eritematosa dengan rambut di
/ Isopropyl. tengah. Predileksi di daerah berambut.

 Pemeriksaan penunjang
‐ Pengecatan gram
FURUNKEL
‐ Kultur bakteri dari hapusan sekret pada
Definisi dasar lesi dengan temuan bakteri
Infeksi kulit akibat inokulasi bakteri ke dalam Streptococcus atau Staphylococcus
folikel rambut yang menimbulkan nodul atau ‐ Darah lengkap : leukositosis
abses yang nyeri, merah, dan akut.
 Diagnosis klinis
Etiologi Penegakan diagnosis melalui hasil
‐ Staphylococcus aureus (sensitif / resisten anamnesis dan pemeriksaan fisik, kadang
Methicillin)

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 6


dapat didukung oleh pemeriksaan ‐ Tidak sembuh dengan pengobatan selama 5
mikrobiologis. – 7 hari
‐ Terdapat penyakit sistemik (gangguan
Diagnosis : Furunkel (jumlah 1), metabolik endokrin dan imunodefisiensi)
Furunkulosis (jumlah > 1 di banyak tempat)
Komplikasi
 Diagnosis banding ‐ Furunkulosis
Kista epidermoid, Hidradenitis supurativa ‐ Infeksi soft-tissue
Penatalaksanaan Komprehensif ‐ Bakteremia
 Terapi Prognosis
1. Topikal ‐ Tanpa komplikasi  bonam
‐ Banyak pus/krusta  kompres ‐ Komplikasi  dubia ad bonam
terbuka Kalium permanganat (PK)
1/5000 atau Povidone iodine 7,5% Pencegahan
yang dilarutkan 10 kali. Antisepsis diri dan keluarga. Gunakan
‐ Kering  Asam fusidat 2% atau pembersih dengan Benzoyl peroxide / Ethanol
Mupirocin 2% dioleskan 2 – 3x/hari / Isopropyl.
selama 7 – 10 hari.

2. Sistemik KARBUNKEL
‐ Cloxacillin 3 x 250-500 mg/hari /
50 mg/kgBB/hari selama 5 – 7 hari
‐ Amoxicillin + Clavulanic acid 3 x
250-500 mg / 25 mg/kgBB/hari
selama 5 – 7 hari
‐ Clindamycin 4 x 150-450 mg/hari
tergantung berat penyakit
‐ Erythromycin 4 x 250-500 mg / 20-50
mg/kgBB/hari selama 5 – 7 hari
‐ Cephalosporin seperti Cefadroxil 2 x
500-1000 mg/hari Gambar 6: Karbunkel

3. Insisi dan drainase Definisi


Infeksi folikel rambut yang lebih dalam,
 Konseling dan edukasi
tersusun atas abses-abses yang saling
Edukasi pasien dan keluarga untuk
berhubungan, biasanya muncul dari beberapa
pencegahan penyakit dengan menjaga
folikel rambut yang berdekatan.
kebersihan diri dan stamina tubuh

Monitoring Pengobatan
Etiologi
Pengobatan diberikan sampai lesi mereda /
‐ Staphylococcus aureus (sensitif / resisten
mengering dan tidak ada tanda-tanda
Methicillin)
terjadinya komplikasi atau perburukan
‐ Bakteri lain jarang (Pseudomonas
penyakit.
aeruginosa, bakteri gram negatif lain)
Kriteria Rujukan
Kata Kunci
‐ Terjadi komplikasi
‐ Bisul pada daerah berambut

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 7


‐ Pustul / nodul eritematosa multipel dengan ‐ Kering  Asam fusidat 2% atau
rambut di tengah tiap pustul / nodul Mupirocin 2% dioleskan 2 – 3x/hari
selama 7 – 10 hari.
Faktor Resiko
‐ Hygiene yang kurang baik 2. Sistemik
‐ Defisiensi gizi ‐ Cloxacillin 3 x 250-500 mg/hari /
‐ Imunodefisiensi (CD4+ dan CD8+ yang 50 mg/kgBB/hari selama 5 – 7 hari
rendah) ‐ Amoxicillin + Clavulanic acid 3 x
‐ Trauma folikel rambut (cukur / cabut 250-500 mg / 25 mg/kgBB/hari
rambut) selama 5 – 7 hari
‐ Clindamycin 4 x 150-450 mg/hari
Penegakan Diagnosis tergantung berat penyakit
 Anamnesis ‐ Erythromycin 4 x 250-500 mg / 20-50
‐ Bisul pada daerah berambut mg/kgBB/hari selama 5 – 7 hari
‐ Jumlah bisul banyak pada 1 tempat ‐ Cephalosporin seperti Cefadroxil 2 x
‐ Ukuran bisul besar dan nyeri 500-1000 mg/hari
‐ Riwayat mencukur / mencabut rambut
3. Insisi dan drainase
 Pemeriksaan fisik
Pustul / nodul eritematosa dengan ostium /  Konseling dan edukasi
folikel rambut di tengah tiap nodul / pustul. Edukasi pasien dan keluarga untuk
Predileksi di daerah berambut. pencegahan penyakit dengan menjaga
kebersihan diri dan stamina tubuh
 Pemeriksaan penunjang
‐ Pengecatan gram Monitoring Pengobatan
‐ Kultur bakteri dari hapusan sekret pada Pengobatan diberikan sampai lesi mereda /
dasar lesi dengan temuan bakteri mengering dan tidak ada tanda-tanda
Streptococcus atau Staphylococcus terjadinya komplikasi atau perburukan
‐ Darah lengkap : leukositosis penyakit.

 Diagnosis klinis Kriteria Rujukan


Penegakan diagnosis melalui hasil ‐ Komplikasi
anamnesis dan pemeriksaan fisik, kadang ‐ Tidak sembuh dengan pengobatan selama 5
dapat didukung oleh pemeriksaan – 7 hari
mikrobiologis. ‐ Terdapat penyakit sistemik (gangguan
metabolik endokrin dan imunodefisiensi)
Diagnosis : Karbunkel
Komplikasi
 Diagnosis banding ‐ Furunkulosis
Kista epidermoid, Hidradenitis supurativa ‐ Infeksi soft-tissue
‐ Bakteremia
Penatalaksanaan Komprehensif
 Terapi Prognosis
1. Topikal ‐ Tanpa komplikasi  bonam
‐ Banyak pus/krusta  kompres ‐ Komplikasi  dubia ad bonam
terbuka Kalium permanganat (PK)
1/5000 atau Povidone iodine 7,5%
yang dilarutkan 10 kali.

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 8


Pencegahan ‐ Kadang terdapat gatal dengan durasi
Antisepsis diri dan keluarga. Gunakan bulan - tahun
pembersih dengan Benzoyl peroxide / Ethanol
/ Isopropyl.  Pemeriksaan fisik
Eritema luas berbatas tegas dengan skuama
halus dan kadang erosi. Lesi yang lebih
ERITRASMA lama mengakibatkan likenifikasi dan
hiperpigmentasi. Predileksi pada daerah
intertriginosa dan intergluteal.

 Pemeriksaan penunjang
‐ Lampu Wood : merah bata
‐ KOH (-)
‐ Pengecatan Gram dari kerokan kulit

 Diagnosis klinis
Penegakan diagnosis melalui hasil
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
didukung oleh pemeriksaan lampu Wood
yang menghasilkan fluoresensi merah bata
Gambar 7: Eritrasma (coral red)

Definisi Diagnosis : Eritrasma


Infeksi bakteri kronik pada stratum korneum
epidermis yang disebabkan oleh  Diagnosis banding
Corynebacterium minutissimum. Psoriasis intertriginosa, Dermatofitosis,
Dermatitis seboroik, Candidiasis, Pityriasis
Etiologi versicolor, Hailey-Hailey disease
Corynebacterium minutissimum
Penatalaksanaan Komprehensif
Kata Kunci  Terapi
‐ Asimptomatis / gatal kronis 1. Topikal
‐ Eritema atau hiperpigmentasi Salep Clindamycin 1% / Erythromycin
‐ Lampu Wood : merah bata 2% / Tetracycline 3%

Faktor Resiko 2. Sistemik


‐ Diabetes mellitus Erythromycin 4 x 250 mg selama 2 – 3
‐ Iklim sedang dan panas minggu
‐ Maserasi kulit
‐ Banyak keringat  Konseling dan edukasi
‐ Overweight / BMI berlebih ‐ Kontrol kadar gula darah bagi penderita
‐ Hygiene buruk diabetes
‐ Konsumsi alkohol ‐ Menjaga kebersihan badan
‐ Menjaga agar kulit tetap kering
Penegakan Diagnosis ‐ Menggunakan pakaian yang bersih
 Anamnesis dengan bahan yang menyerap keringat
‐ Tidak ada keluhan selain perubahan ‐ Menghindari iklim panas atau
warna kulit kelembaban yang berlebih

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 9


Monitoring Pengobatan Faktor Resiko
Pengobatan diberikan sampai lesi mereda / ‐ Diabetes mellitus
mengering. ‐ Hygiene buruk
‐ Gizi kurang
Kriteria Rujukan ‐ Gangguan saluran limfatik
Tidak ada kriteria rujukan
Penegakan Diagnosis
Komplikasi
 Anamnesis
Umumnya Eritrasma tidak mengakibatkan
‐ Demam dan malaise sebelum terjadi lesi
komplikasi, tetapi dapat bersifat persisten dan
kulit
rekuren pada iklim yang panas dan lembab
‐ Lesi kulit terasa gatal, terbakar, nyeri,
Prognosis dan bengkak
Bonam ‐ Riwayat trauma / faringitis

Pencegahan  Pemeriksaan fisik


Antisepsis diri dan keluarga. Gunakan Eritema merah cerah berbatas tegas,
pembersih dengan Benzoyl peroxide / Ethanol pinggiran meninggi, tanda radang akut (+).
/ Isopropyl. Predileksi pada ekstremitas dan wajah.

 Pemeriksaan penunjang
‐ Darah lengkap : leukosistosis
ERISIPELAS ‐ Kultur jaringan (tidak rutin)
‐ Biopsi dan kultur jaringan pada
kecurigaan adanya Necrotizing Fasciitis

 Diagnosis klinis
Penegakan diagnosis lebih didasarkan pada
karakteristik lesi dan riwayat pasien seperti
penyakit komorbid dan sebagainya.

Diagnosis : Erisipelas

 Diagnosis banding
Selulitis, Deep vein thrombophlebitis,
Gambar 8: Erisipelas Urticaria, Insect bite, Fixed drug eruption,
Erythema nodosum, Gout arthritis akut,
Definisi
Erythema migrans
Infeksi bakteri akut, umumnya disebabkan
oleh Streptococcus, melibatkan dermis atas Penatalaksanaan Komprehensif
dengan tanda khas meluas ke jaringan limfatik  Terapi farmakologis
kutaneus superficial. 1. Non-farmakologis
Istirahat dan elevasi tungkai (bila lesi di
Etiologi
tungkai)
Streptococcus beta-hemolyticus
2. Farmakologis
Kata Kunci
‐ Analgetik antipiretik
‐ Gejala prodromal (+)
‐ Antibiotik : Penicillin procaine 0,6 –
‐ Riwayat trauma / faringitis
1,5 juta IU selama 5 – 10 hari;
‐ Lesi kulit eritema berbatas tegas

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 10


Cephalosporin 4 x 400 mg selama 5 Etiologi
hari Etiologi pasti tidak diketahui. Patogenesis
penyakit dimulai dengan penyumbatan ostium
 Konseling dan edukasi folikel rambut dengan keratin yang
‐ Kontrol gula darah bagi penderita menyebabkan dilatasi dan kemudian inflamasi
diabetes pada kelenjar apokrin. Kelenjar yang
‐ Menjaga kebersihan badan terinflamasi mengakibatkan pertumbuhan
Monitoring Pengobatan bakteri yang menyebabkan supurasi dan
Pengobatan diberikan sampai lesi mereda / destruksi jaringan, kemudian terjadi ulserasi,
mengering dan tidak ada tanda-tanda fibrosis, dan pembentukan sinus serta scar.
terjadinya komplikasi atau perburukan Bakteri yang sering terlibat adalah
penyakit. Staphylococcus aureus, Streptococcus,
Kriteria Rujukan Eschericia coli, Proteus mirabilis, dan
Pasien dirujuk bisa terjadi komplikasi Pseudomonas aeruginosa.

Komplikasi
‐ Necrotizing Fasciitis
‐ Gangren
‐ Edema kronis
‐ Scar
‐ Sepsis
‐ Scarlet fever
‐ Pneumonia
‐ Abses
‐ Emboli
‐ Meningitis

Prognosis Gambar 9: Hidradenitis supuratif


Dubia ad bonam
Kata Kunci
Pencegahan ‐ Kronis
Antisepsis diri dan keluarga. Gunakan ‐ Terjadi setelah pubertas
pembersih dengan Benzoyl peroxide / Ethanol ‐ Nodul / abses di daerah yang sering
/ Isopropyl. Lakukan disinfeksi bila terjadi berkeringat (misalnya ketiak)
trauma pada kulit. ‐ Penggunaan bermacam-macam deodorant
‐ Riwayat trauma folikel rambut (dicabut /
dicukur)
HIDRADENITIS
Faktor Resiko
SUPURATIF ‐ Riwayat keluarga (herediter)
‐ Jenis kelamin perempuan
Definisi
‐ Merokok
Peradangan kronis dan supuratif (serta sering
‐ Obesitas
meninggalkan sikatriks) pada daerah kulit
‐ Banyak berkeringat
yang memiliki kelenjar keringat apokrin.
‐ Pemakaian deodorant
‐ Trauma folikel rambut (dicabut / dicukur)

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 11


Penegakan Diagnosis 3. Isotretinoin oral pada kasus dini
 Anamnesis
4. TNF-α inhibitor (seperti Infliximab)
‐ Gatal, kemerahan, dan berkeringat
pada kasus berat
banyak di tempat lesi
‐ Nyeri bila sudah berlangsung lama 5. Insisi-drainase bila sudah terbentuk
abses, didahului injeksi Triamcinolone 3
 Pemeriksaan fisik
– 5 mg/ml
Open comedone (blackhead)  double
comedone  nodul / abses  menyusut  Konseling dan edukasi
atau terbentuk sinus yang nyeri  fibrosis / ‐ Mengurangi berat badan bila obesitas
scar  keloid, kontraktur ‐ Berhenti merokok
Predileksi pada daerah axilla, mammae, ‐ Tidak mencukur di kulit yang berjerawat
anogenital, perineal dan sering kali karena dapat mengiritasi kulit
bilateral. Dapat menyebar ke punggung, ‐ Mengenakan pakaian yang longgar
pantat, dan scalp/ untuk mengurangi gesekan
‐ Mandi menggunakan sabun dan
 Pemeriksaan penunjang
antiseptic atau antiperspirant
‐ Darah lengkap
‐ Kultur sekret Monitoring Pengobatan
Pengobatan diberikan sampai lesi mereda /
 Diagnosis klinis
mengering dan tidak ada tanda-tanda
Penegakan diagnosis berdasarkan
terjadinya komplikasi atau perburukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik.
penyakit.
Diagnosis : Hidradenitis supuratif / Acne
Kriteria Rujukan
inversa
Pasien dirujuk bila penyakit tidak sembuh
 Diagnosis banding dengan pengobatan oral atau lesi kambuh
Folikulitis, Furunkel, Karbunkel, Kista setelah dilakukan insisi-drainase.
epidermoid, Erisipelas, Limfogranuloma
Komplikasi
venereum (LGV), Granuloma inguinal
‐ Scar di lokasi lesi
(Donovanosis), Scrofuloderma
‐ Inflamasi kronis pada area genitofemoral
Penatalaksanaan Komprehensif dapat menyebabkan striktur di anus,
 Terapi urethra, atau rectum
1. Antibiotik sistemik ‐ Fistula ke urethra, buli-buli, rectum
‐ Kombinasi Rifampicin 600 mg/hari ‐ Amyloidosis
(dosis tunggal / terbagi) + ‐ Edema genital yang dapat menyebabkan
Clindamycin 2 x 300 mg/hari gangguan fungsional
‐ Dapsone 50 – 150 mg/hari ‐ Karsinoma sel skuamosa pada kasus
‐ Erythromycin 4 x 250-500 mg/hari kronik-rekuren
‐ Tetracycline 4 x 250-500 mg/hari Prognosis
‐ Minocycline 2 x 100 mg/hari Umumnya bonam
2. Kortikosteroid sistemik Pencegahan
Prednisone 70 mg/hari selama 2 – 3 hari, ‐ Kontrol faktor resiko
tapering off dalam 14 hari ‐ Penggunaan antiperspirant

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 12


‐ Menghindari mencabut/mencukur rambut di Penegakan Diagnosis
daerah-daerah predileksi  Anamnesis
‐ Riwayat tuberculosis (pulmonal maupun
ekstrapulmonal)
SKROFULODERMA ‐ Gejala infeksi tuberculosis
‐ Pembesaran kelenjar getah bening
‐ Timbul luka / borok

 Pemeriksaan fisik
Nodul subkutan keras yang mobile  nodul
melunak dan menjadi ireguler  abses 
ulkus dan sinus ireguler  bridging scar
(jembatan kulit)
Predileksi pada leher, ketiak, lipat paha

 Pemeriksaan penunjang
‐ Pemeriksaan sputum TCM / BTA
‐ Tes tuberculin kulit
‐ Dermatopatologi
Gambar 10: Skrofuloderma ‐ Kultur bakteri (konfirmatif)
Definisi ‐ PCR (konfirmatif)
Suatu bentuk reaktivasi infeksi tuberculosis  Diagnosis klinis
akibat penjalaran per kontinuitatum dari organ Diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan
di bawah kulit seperti limfadenitis atau klinis dan riwayat pasien, yang
osteomielitis yang membentuk abses dingin dikonfirmasi dengan isolasi M. tuberculosis
dan melibatkan kulit di atasnya, kemudian dari kultur atau PCR.
pecah dan membentuk sinus di permukaan
kulit.  Diagnosis banding
Limfosarkoma, Limfoma maligna,
Etiologi
Hidradenitis supuratif, Limfogranuloma
Mycobacterium tuberculosis
venereum (LGV)
Kata Kunci
Penatalaksanaan Komprehensif
‐ Riwayat infeksi tuberculosis
 Terapi
‐ Abses dingin
1. Terapi antituberculosis standard
‐ Jembatan jaringan
‐ Isoniazid 5 mg/kgBB/hari
Faktor Resiko ‐ Rifampicin 600 mg/hari
‐ Daerah endemis tuberculosis
2. Penambahan pada fase inisial
‐ Tempat tinggal dengan pencahayaan kurang
‐ Ethambutol 25 mg/kgBB/hari
dan ventilasi yang buruk
‐ Pyrazinamide 15-30 mg/kgBB/hari
‐ Gizi buruk
‐ Streptomycin 10-15 mg/kgBB/hari
‐ Infeksi HIV
Isoniazid dan Rifampicin diberikan selama
setidaknya 9 bulan, tetapi dapat
diperpendek menjadi 6 bulan jika 4 obat

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 13


diberikan selama 2 bulan pertama (fase LEPRA
intensif).

 Konseling dan edukasi


‐ Memberikan informasi kepada pasien
dan keluarga tentang penyakit
tuberculosis
‐ Pengawasan ketaatan minum obat dan
kontrol secara teratur
‐ Pola hidup sehat dan sanitasi lingkungan

Monitoring Pengobatan
‐ Semua fistel dan ulkus sudah menutup
‐ Seluruh kelenjar limfe sudah mengecil (< 1
cm, konsistensi keras) Gambar 11: Lepra tipe Tuberculoid (Pausibasiler)
‐ Sikatriks tidak eritematous
‐ Laju Endap Darah menurun Definisi
Penyakit menular, menahun dan disebabkan
Kriteria Rujukan oleh Mycobacterium leprae atau
‐ Pasien dengan pemeriksaan BTA (-), klinis Mycobacterium lepromatosis yang bersifat
(+) tapi tidak menunjukkan perbaikan intraselular obligat.
setelah pengobatan dalam jangka waktu
tertentu Etiologi
‐ Pasien dengan pemeriksaan BTA (-), klinis ‐ Mycobacterium leprae
(-/meragukan) ‐ Mycobacterium lepromatosis
‐ Pasien dengan pemeriksaan BTA tetap (+) Tabel 1. Tanda utama lepra tipe PB dan MB
setelah jangka waktu tertentu Tanda utama PB MB
‐ TB dengan komplikasi/keadaan khusus (TB Jumlah bercak lepra 1-5 >5
dengan komorbid) Penebalan saraf tepi disertai
1 saraf >1 saraf
gangguan fungsi
‐ Suspek TB-MDR harus diruuk ke pusat Kerokan jaringan kulit BTA (-) BTA (+)
rujukan TB-MDR
Kata Kunci
Komplikasi
‐ Makula/plak eritema atau hipopigmentasi
Tidak ada komplikasi
‐ Penebalan saraf perifer + gejala kesemutan,
Prognosis nyeri, hipoestesia, paresis anggota gerak,
Bonam deformitas
‐ Pemeriksaan BTA kulit (+)
Pencegahan
‐ Kontrol faktor resiko Faktor Resiko
‐ Bila sudah terkonfirmasi mengidap TB, ‐ Sosial ekonomi rendah
pengobatan harus teratur dan adekuat ‐ Kontak lama dengan pasien, seperti anggota
keluarga yang didiagnosis dengan lepra
‐ Imunokompromais
‐ Tinggak di daerah endemik lepra

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 14


Penegakan Diagnosis 2. Tanda-tanda pada saraf
 Anamnesis Penebalan nervus perider, nyeri tekan
‐ Bercak kulit merah atau putih dan atau spontan pada saraf, kesemutan,
‐ Kulit terasa kebas / mati rasa, tidak gatal tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota
‐ Bercak / lepuh tidak nyeri gerak, kelemahan anggota gerak dan
‐ Kelainan kulit tidak sembuh dengan atau wajah, adanya deformitas, ulkus
pengobatan rutin, terutama bila yang sulit sembuh
melibatkan saraf tepi
3. Ekstremitas dapat terjadi mutilasi
Tabel 2. Tanda lain klasifikasi lepra
PB MB
Unilateral atau
Distribusi Bilateral simetris
bilateral asimetris
Tipe bercak Hipopigmentasi Eritema
Permukaan
Kering, kasar Halus, mengkilap
bercak
Batas
Tegas Kurang tegas
bercak
Hipoestesia Jelas Kurang jelas
Deformitas Proses lebih cepat Tahap lanjut
Madarosis, Facies
leonina,
Ciri khas -
Ginecomastia
(pria)
Gambar 12: Lepra tipe Borderline

 Pemeriksaan fisik  Pemeriksaan penunjang


Tanda-tanda patognomonis berupa: ‐ Slit skin smear dengan pengecatan Ziehl-
1. Tanda-tanda pada kulit Neelsen
Makula / plak eritema atau ‐ Lepromin test
hipopigmentasi dengan skuama halus. ‐ Kultur bakteri hanya untuk
Kulit tidak berkeringat atau berambut. menyingkirkan infeksi sekunder
Terdapat baal pada lesi kulit, hilang ‐ PCR
sensasi nyeri dan suhu. Pada kulit dapat ‐ Serologi IgM PGL-1
pula ditemukan nodul. ‐ Dermatopatologi (sel lepra atau sel
Virchow)

Gambar 13: Lepra tipe Lepromatous (Multibasiler)


Gambar 14: Algoritma diagnosis lepra

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 15


 Diagnosis klinis 4. Vitamin B1, B6 dan B12 dapat diberikan
Diagnosis ditegakkan jika terdapat satu atau
5. Rehabilitasi sosial pasien ke dalam
lebih tanda kardinal berikut:
masyarakat (eradikasi stigma)
‐ Pasien dari daerah endemis
‐ Karakteristik lesi lepra dengan  Konseling dan edukasi
penurunan atau kehilangan sensasi ‐ Individu dan keluarga diberikan
‐ Penebalan saraf tepi penjelasan tentang lepra, terutama cara
‐ Temuan M. leprae pada kulit penularan dan pengobatannya
Diagnosis : Lepra / Leprosy / Morbus ‐ Keluarga diminta untuk membantu
memonitor pengobatan pasien sehingga
Hansen / Hansen disease
dapat tuntas sesuai waktu pengobatan
 Diagnosis banding ‐ Apabila terdapat tanda dan gejala serupa
‐ Lesi eritema : Psoriasis vulgaris, Tinea pada anggota keluarga lainnya, perlu
circinata, Dermatitis seboroik, Sifilis, dibawa dan diperiksakan ke pelayanan
Granuloma annulare, Sarcoidosis, kesehatan
Leishmaniasis
Monitoring Pengobatan
‐ Lesi hipopigmentasi : Vitiligo, Pityriasis
‐ Setiap petugas harus memonitor tanggal
versicolor, Pityriasis alba
pengambilan obat
‐ Lesi nodular : Neurofibromatosis,
‐ Bila terlambat, paling lama dalam 1 bulan
Kaposi sarcoma, Verruca vulgaris
harus dilakukan pelacakan
Penatalaksanaan Komprehensif ‐ Released From Treatment (RFT) dapat
 Terapi dinyatakan setelah dosis dipenuhi tanpa
1. Tipe PB diperlukan pemeriksaan laboratorium
‐ Rifampicin 600 mg/bulan (anak 10-15 ‐ Pasien yang sudah RFT namun memiliki
mg/kgBB atau 450 mg) faktor resiko: cacat tingkat 1 atau 2, pernah
‐ Dapsone 100 mg/hari (anak 1-2 mengalami reaksi, BTA pada awal
mg/kgBB) pengobatan > +3 (ada nodul atau infiltrat),
‐ Durasi terapi 6 bulan (WHO) atau 12 maka perlu dilakukan pengamatan semiaktif
bulan (US Public Health Service) ‐ Pasien PB yang telah mendapat pengobatan
6 dosis (blister) dalam waktu 6 – 9 bulan
2. Tipe MB (durasi terapi 1 tahun) dinyatakan RFT, tanpa harus pemeriksaan
‐ Rifampicin 600 mg/bulan (anak 10-15 laboratorium.
mg/kgBB atau 450 mg) ‐ Pasien MB yang telah mendapat
‐ Dapsone 100 mg/hari (anak 1-2 pengobatan MDT 12 dosis dalam waktu 12
mg/kgBB) – 18 bulan dinyatakan RFT, tanpa harus
‐ Clofazimine 300 mg di awal bulan + pemeriksaan laboratorium
50 mg/hari (anak 1 mg/kgBB) ‐ Jika pasien PB tidak mengambil/minum
‐ Durasi terapi 12 bulan (WHO) atau obatnya lebih dari 3 bulan dan pasien MB
24 bulan (US Public Health Service) lebih dari 6 bulan secara kumulatif, maka
3. Obat substitusi yang bersangkutan dinyatakan default, dan
‐ Clarithromycin 500 mg/hari hanya diobati kembali bila terdapat tanda-
‐ Minocycline 100 mg/hari (pengganti tanda klinis aktif.
Dapsone atau Clofazimine)
‐ Ofloxacin 400 mg/hari

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 16


Kriteria Rujukan polimorfik, yang dimulai dari bagian sentral
‐ Terdapat efek samping obat yang serius tubuh dan menyebar secara sentrifugal. Masa
‐ Reaksi kusta tipe 2 dengan lepuh, pecah inkubasi 14 – 21 hari. Penularan melalui udara
(ulserasi), febris, dan neuritis dan kontak langsung.
‐ Reaksi kusta tipe 1 dengan bercak ulserasi
atau neuritis
‐ Reaksi yang disertai komplikasi penyakit
lain yang berat, misalnya hepatitis, DM,
hipertensi, dan ulkus peptikum berat

Komplikasi
‐ Reaksi kusta (tipe 1, tipe 2, fenomena
Lucio)
‐ Defisit neurologis menetap
‐ Kontraktur
‐ Atrofi ekstremitas
‐ Amyloidosis sekunder dengan gagal ginjak
‐ Uveitis
‐ Dactylitis Gambar 15: Varicella
‐ Arthritis
‐ Neuritis Etiologi
‐ Lymphadenitis Varicella Zoster Virus (VZV) atau Human
‐ Myositis Herpes Virus 3
‐ Orchitis Kata Kunci
‐ Vasculitis ‐ Lenting seluruh tubuh
‐ Sepsis ‐ Penyebaran sentrifugal
Prognosis ‐ Gejala prodromal (+)
Prognosis untuk vitam umumnya bonam, ‐ Lesi : Papul  vesikel  pustul  krusta
namun dubia ad malam pada fungsi Faktor Resiko
ekstremitas, karena dapat terjadi mutilasi, ‐ Anak-anak
demikian pula untuk kejadian berulangnya. ‐ Riwayat kontrak dengan penderita Varicella
Pencegahan ‐ Keadaan imunodefisiensi
Pencegahan ditujukan untuk mengurangi Penegakan Diagnosis
faktor resiko serta diagnosis dini untuk
 Anamnesis
mencegah komplikasi dan disabilitas.
‐ Demam, malaise, nyeri kepala
‐ Timbul lesi kulit berupa lenting
menyerupai tetesan air
BAB II INFEKSI VIRUS ‐ Gatal

VARICELLA  Pemeriksaan fisik


Papul eritematosa  vesikel bentuk tetesan
Definisi air (tear drops)  pustul  krusta 
Infeksi akut primer oleh virus Varicella Zoster punched-out scar
yang menyerang kulit dan mukosa, klinis
terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 17


Lesi polimorfik dengan pola persebaran  Konseling dan edukasi
sentrifugal (menjauhi tengah). Dapat juga Edukasi bahwa varicella merupakan
menyerang selaput lendir mata, mulut, dan penyakit yang self-limited / swasirna pada
saluran napas atas. anak yang imunokompeten. Komplikasi
yang ringan dapat berupa infeksi bakteri
 Pemeriksaan penunjang sekunder. Oleh karena itu, pasien sebaiknya
‐ Tzanck test : Sel datia berinti banyak menjaga kebersihan tubuh. Penderita
(Multinucleated giant cells) sebaiknya dikarantina untuk mencegah
‐ Serokonversi : peningkatan titer VZV penularan.
 Diagnosis klinis Monitoring Pengobatan
Penegakan diagnosis dilakukan berdasarkan Pengobatan diberikan sampai lesi mereda /
riwayat pasien dan temuan klinis saja. mengering dan tidak ada tanda-tanda
Pemeriksaan laboratorium jarang dilakukan. terjadinya komplikasi atau perburukan
Diagnosis : Varicella / Chicken pox penyakit.

 Diagnosis banding Kriteria Rujukan


Variola, Herpes simpleks disseminata, ‐ Terdapat gangguan imunitas
Herpes zoster disseminata, Eczema ‐ Mengalami komplikasi yang berat seperti
herpeticum, Coxsackie virus, Ricketssial pneumonia, ensefalitis, dan hepatitis
pox Komplikasi
‐ Pneumonia
Penatalaksanaan Komprehensif
‐ Encephalitis
 Terapi
‐ Hepatitis
1. Simptomatis
‐ Sindroma varicella kongenital (pada
‐ Antipiretik (misalnya Aspirin)
kehamilan)
dihindari karena dapat mengakibatkan
Reye’s syndrome Prognosis
‐ Lotion antihistamine Bonam pada pasien imunokompeten, dubia ad
‐ Lotio Calamine bonam pada pasien imunokompromais
2. Agen antiviral Pencegahan
‐ Acyclovir 5 x 800 mg selama 7 - 10 Vaksinasi 80% efektif dalam mencegah infeksi
hari (Neonatus 3 x 10 mg/kgBB VZV simptomatis; 5% anak yang diimunisasi
selama 10 hari; Anak 4 x 20 mg/kg dapat timbul ruam ringan bila divaksinasi.
selama 5 hari)
‐ Valaciclovir 3 x 1 g selama 7 - 10
hari (Anak 3 x 20 mg/kgBB selama 5 HERPES ZOSTER
hari)
‐ Resisten Acyclovir : Foscarnet 40 Definisi
mg/kg IV tiap 8 jam sampai resolusi Infeksi dermatomal akut yang berhubungan
‐ Bila diberikan dalam 24 jam pertama dengan reaktivasi Varicella Zoster Virus
dapat meringankan perjalanan (VZV).
penyakit
Etiologi
Varicella Zoster Virus (VZV) atau Human
Herpes Virus 3

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 18


‐ Kultur virus

 Diagnosis klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Diagnosis : Herpes Zoster / Zoster /


Shingles

Catatan untuk diperhatikan:


1. Herpes zoster hemoragik, yaitu jika
Gambar 16: Herpes zoster
vesikel mengandung darah.
2. Herpes zoster generalisata, yaitu
Kata Kunci kelainan kulit unilateral dan segmental
‐ Allodynia (peningkatan sensitivitas ditambah kelainan kulit generalisata
terhadap stimulus ringan) berupa vesikel soliter yang
‐ Nyeri paroksismal berumbilikasi. Keduanya merupakan
‐ Lesi kulit unilateral mengikuti dermatome tanda bahwa pasien mengalami
imunokompromais.
Faktor Resiko
3. Herpes zoster ophthalmicus, yaitu
‐ Imunosupresi
infeksi cabang pertama nervus
‐ Trauma
trigeminus sehingga menimbulkan
‐ Tumor
kelainan pada mata, di samping itu juga
‐ Irradiasi
cabang kedua dan ketiga menyebabkan
Penegakan Diagnosis kelainan kulit pada daerah
 Anamnesis persarafannya.
‐ Nyeri radikular dan gatal sebelum lesi 4. Herpes zoster abortif, yaitu penyakit
kulit erupsi yang hanya berlangsung dalam waktu
‐ Gejala prodromal ± (demam, pusing, singkat dan kelainan kulit hanya berupa
malaise) beberapa vesikel dan eritem.
‐ Muncul lenting-lenting pada 1 sisi tubuh
 Diagnosis banding
 Pemeriksaan fisik ‐ Stadium prodromal / lesi terlokalisasi :
Papul  vesikel-bula  pustul  krusta Migraine, Pleuritis, Pericarditis, Infark
Lesi bergerombol dengan dasar lesi eritema, myocard akut, Akut abdomen, Penyakit
usia antar kelompok lesi berbeda, dengan vertebrae
distribusi unilateral mengikuti dermatome ‐ Erupsi dermatomal : Herpes simpleks,
Dermatitis venenata, Dermatitis kontak
Predileksi pada thorax (>50%), trigeminal photoallergic, Erysipelas, Necrotizing
(10 – 20%), lumbosacral, dan cervical (10 – Fasciitis
20%). Dapat mengenai mukosa dan kelenjar
limfe. Penatalaksanaan Komprehensif
 Terapi
 Pemeriksaan penunjang 1. Suportif (nutrisi TKTP, istirahat,
‐ Tzanck test : Sel datia berinti banyak mencegah kontak dengan orang lain)
(Multinucleated giant cells)
‐ Direct Fluorescent Antibody (DFA) test

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 19


2. Antipiretik (seperti Aspirin) dihindari ‐ Terjadi pada pasien bayi, anak dan geriatri
karena dapat mengakibatkan Reye’s (imunokompromais)
syndrome ‐ Terjadi komplikasi
‐ Terdapat penyakit penyerta yang
3. Topikal menggunakan multifarmaka
‐ Stadium vesikel: Talcum Salicyl 2%
atau Lotio Calamine agar vesikel Komplikasi
tidak pecah ‐ Post Herpetic Neuralgia
‐ Apabila erosif, diberikan kompres ‐ Ramsay Hunt Syndrome : herpes pada
terbuka. Apabila terjadi ulserasi, ganglion geniculatum, ditandai dengan
dapat dipertimbangkan pemberian gangguan pendengaran, keseimbangan, dan
salep antibiotik. facial palsy
‐ Infeksi sistemik (pada kasus
4. Agen antiviral imunodefisiensi)
‐ Acyclovir 5 x 800 mg selama 7 - 10 ‐ HZ Ophthalmicus dapat menyebabkan
hari (Neonatus 3 x 10 mg/kgBB Ptosis paralitik, Keratitis, Scleritis, Uveitis,
selama 10 hari; Anak 4 x 20 mg/kg Chorioretinitis, Neuritis Optic
selama 5 hari) ‐ Meningoencephalitis
‐ Valaciclovir 3 x 1 g selama 7 - 10 ‐ Cerebral vascular syndrome
hari (Anak 3 x 20 mg/kgBB selama 5 ‐ Hemiparesis kontralateral terlambat
hari) ‐ Myelitis transversa
‐ Famciclovir 3 x 500 mg selama 7 – ‐ Pneumonitis
10 hari ‐ Hepatitis
‐ Resisten Acyclovir : Foscarnet 40 ‐ Pericarditis / Myocarditis
mg/kg IV tiap 8 jam sampai resolusi ‐ Pancreatitis
‐ Bila diberikan dalam 24 jam pertama ‐ Esophagitis
dapat meringankan perjalanan ‐ Enterocolitis
penyakit ‐ Cystitis
 Konseling dan edukasi ‐ Synovitis
‐ Edukasi tentang perjalanan penyakit Prognosis
Herpes Zoster Bonam pada pasien imunokompeten, dubia ad
‐ Edukasi bahwa lesi biasanya membaik bonam pada pasien imunokompromais
dalam 2 – 3 minggu pada individu
imunokompeten Pencegahan
‐ Edukasi mengenai seringnya komplikasi Vaksinasi terhadap VZV dengan vaksin hidup
Post Herpetic Neuralgia yang dilemahkan dapat menurunkan bebas
penyakit sebesar >60% dan insiden herpes
Monitoring Pengobatan zoster sebesar 51%
Pengobatan diberikan sampai lesi mereda /
mengering dan tidak ada tanda-tanda
terjadinya komplikasi atau perburukan
HERPES SIMPLEKS
penyakit.
Definisi
Kriteria Rujukan
Infeksi akut yang disebabkan oleh Virus
‐ Penyakit tidak sembuh pada 7 – 10 hari
Herpes Simpleks tipe 1 atau tipe 2, yang
setelah terapi
ditandai oleh adanya vesikel yang

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 20


berkelompok di atas kulit yang sembab dan Penegakan Diagnosis
eritematosa pada daerah mukokutan.  Anamnesis
‐ Demam, malaise, nyeri otot, nyeri kepala
sebelum lesi muncul (infeksi pertama)
‐ Gatal (infeksi rekuren)
‐ Riwayat kontak seksual

 Pemeriksaan fisik
Papul  vesikel-bula  pustul  krusta
Lesi bergerombol dengan dasar lesi eritema,
kadang-kadang dapat timbul erosi/ulkus

Gambar 17: Herpes simpleks labialis Predileksi di daerah pinggang ke atas


terutama daerah perioral (HSV-1), dan
Etiologi daerah pinggang ke bawah terutama genital
Disebabkan oleh Herpes Simplex Virus (HSV) (HSV-2)
tipe 1 dan 2 dengan persentase kejadian:
‐ Labialis: HSV-1 (80%), HSV-2 (20%)  Pemeriksaan penunjang
‐ Urogenital: HSV-2 (80%), HSV-1 (20%) ‐ Tzanck test : Sel datia berinti banyak
‐ Herpetic whitlow (HS pada jari): HSV-1 (Multinucleated giant cells)
(60%), HSV-2 (40%) ‐ Direct Fluorescent Antibody (DFA) test
‐ Neonatal: HSV-2 (80%), HSV-1 (20%) ‐ Kultur virus
‐ Antibodi monoclonal spesifik terhadap
antigen HSV-1 dan 2

 Diagnosis klinis
Diagnosis umumnya ditegakkan
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik saja, tetapi dapat dikonfirmasi
menggunakan kultur virus dan pemeriksaan
antibodi (memerlukan 2 - 6 minggu)

Diagnosis : Herpes Simpleks tipe 1/2 /


labialis/genitalis

Catatan untuk diperhatikan:


Gambar 18: Herpes simpleks genitalis
1. Infeksi primer
Kata Kunci 2. Fase laten: tidak terdapat gejala klinis,
‐ Lesi bergerombol, nyeri / terbakar tetapi HSV dapat ditemukan dalam
‐ Lokasi tersering : sekitar mulut (tipe 1) dan keadaan tidak aktif pada ganglion
kelamin (tipe 2) dorsalis
3. Infeksi rekuren
Faktor Resiko
‐ Aktif secara seksual (banyak pasangan)  Diagnosis banding
‐ Imunodefisiensi (HIV) Impetigo vesikobulosa, Herpes zoster,
‐ Imunosupresi (keganasan, kemoterapi, Insect bite, Ulkus genitalis (pada HS
transplantasi, pemakaian steroid, genital)
radioterapi)

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 21


Penatalaksanaan Komprehensif ‐ Pasien sebaiknya member informasi
 Terapi kepada pasangannya bahwa ia memiliki
1. Suportif (nutrisi TKTP, istirahat, infeksi HSV.
mencegah kontak dengan orang lain) ‐ Transmisi seksual dapat terjadi pada
masa asimptomatik
2. Antipiretik (seperti Aspirin) dihindari ‐ Kondom yang menutupi daerah yang
karena dapat mengakibatkan Reye’s terinfeksi, dapat menurunkan risiko
syndrome transmisi dan sebaiknya digunakan
3. Topikal dengan konsisten.
‐ Salep Acyclovir 5% dioleskan 6 kali Monitoring Pengobatan
sehari selama 7 hari (efikasi rendah) Pengobatan diberikan sampai lesi mereda /
‐ Krim Penciclovir 1% tiap 2 jam untuk mengering dan tidak ada tanda-tanda
infeksi orolabial rekuren terjadinya komplikasi atau perburukan
4. Agen antiviral (infeksi pertama) penyakit.
‐ Acyclovir 3 x 400 mg atau 5 x 200 Kriteria Rujukan
mg selama 7 - 10 hari ‐ Penyakit tidak sembuh pada 7 – 10 hari
‐ Valaciclovir 2 x 1 g selama 7 - 10 setelah terapi.
hari ‐ Terjadi pada pasien bayi dan geriatrik
‐ Famciclovir 3 x 250 mg selama 5 – (imunokompromais)
10 hari ‐ Terjadi komplikasi
5. Agen antiviral (infeksi rekuren) ‐ Terdapat penyakit penyerta yang
‐ Acyclovir 3 x 400 mg selama 5 hari menggunakan multifarmaka
‐ Valaciclovir 2 x 1 g selama 5 – 10
hari untuk rekurensi genital; 2 x 2 g Komplikasi
untuk rekurensi labialis ‐ Herpes simpleks ulseratif kronik
‐ Famciclovir 2 x 1 g selama 1 hari ‐ Herpes simpleks mukokutaneus akut
untuk rekurensi genital; 1 x 1500 mg generalisata / disseminata
untuk rekurensi labialis ‐ Infeksi sistemik pada hepar, paru, kelenjar
‐ Terapi rumatan oral kontinu adrenal, dan sistem saraf pusat
(misalnya Valaciclovir 500 mg/hari) ‐ Pada ibu hamil, infeksi dapat menular pada
dapat diberikan pada pasien dengan janin, dan menyebabkan HS neonatal yang
rekurensi setidaknya 6 episode/tahun sangat berbahaya

 Konseling dan edukasi Prognosis


Edukasi untuk infeksi herpes simpleks Prognosis umumnya bonam, namun quo ad
merupakan infeksi swasirna pada populasi sanationam adalah dubia ad malam karena
munokompeten. Edukasi untuk herpes terdapat risiko berulangnya keluhan serupa
genitalis ditujukan terutama terhadap pasien
Pencegahan
dan pasangannya, yaitu berupa:
Pencegahan lebih ditujukan untuk mengurangi
‐ Informasi perjalanan alami penyakit ini,
kontak langsung dengan penderita HS.
termasuk informasi bahwa penyakit ini
menimbulkan rekurensi.
‐ Tidak melakukan hubungan seksual
ketika masih ada lesi atau gejala
prodromal.

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 22


MOLUSKUM ‐ Masa inkubasi satu sampai beberapa
minggu
KONTAGIOSUM
 Pemeriksaan fisik
Papul miliar atau lentikular / nodul / tumor
berbentuk kubah dengan umbilikasi sentral
(delle), warna seperti kulit normal, pijatan
halus pada lesi dapat mengeluarkan massa
putih (central keratotic plug). Lesi dapat
terisolasi, tersebar, atau berkonfluen
membentuk plak besar.

Predileksi tidak spesifik karena dapat


terjadi di kulit bagian tubuh manapun yang
terkena kontak. Autoinokulasi pada kulit
yang sehat dapat terjadi akibat garukan atau
sentuhan pada lesi.

Gambar 19: Moluskum kontagiosum  Pemeriksaan penunjang


Dermatopatologi  Henderson-Patterson
Definisi bodies (sel terinfeksi dengan inklusi
Infeksi sel epidermal oleh Poxvirus yang eosinofilik)
swasirna (self-limited). Penyakit ini terutama
menyerang anak-anak dan kadang-kadang juga  Diagnosis klinis
orang dewasa. Pada orang dewasa, penyakit ini Diagnosis umumnya ditegakkan
digolongkan ke dalam infeksi menular seksual. berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik.
Etiologi
Poxvirus tipe Molluscum contagiosum virus  Diagnosis banding
(MCV) subtipe I, II, III, dan IV; paling sering ‐ Papul kecil multipel: Verruca plana,
oleh subtipe I (90%) Condyloma acuminata, Syringoma,
Hiperplasia sebacea
Kata Kunci ‐ Moluskum soliter besar: Karsinoma sel
‐ Usia muda skuamosa, Karsinoma sel basal, Kista
‐ Papul berkubah dengan lekukan di tengah inklusi epidermal
(delle) ‐ Molukum fasial multipel pada HIV:
‐ Jika lesi dipijat, keluar massa putih seperti Infeksi jamur invasif disseminata
nasi (seperti Cryptococcosis, Histoplasmosis,
Faktor Resiko Coccidioidomycosis, Penicilliosis)
‐ Usia muda Penatalaksanaan Komprehensif
‐ Aktif secara seksual  Terapi
‐ Imunodefisiensi 1. Pembedahan
Penegakan Diagnosis ‐ Kuretase / enukleasi  menggunakan
ekstraktor komedo, jarum suntik, atau
 Anamnesis
‐ Adanya kelainan kulit (bintil-bintil) alat kuret kulit
‐ Riwayat kontak dengan penderita serupa ‐ Cryosurgery (bedah beku)

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 23


‐ Elektrodesikasi (bedah listrik) Kata Kunci
‐ Kutil
2. Topikal ‐ Lesi papul hiperkeratotik dengan
‐ Solutio Cantharidin 0,7% permukaan verukosa
‐ Krim Imiquimod 5%

 Konseling dan edukasi


Penyebaran dalam keluarga sangat jarang
terjadi. Dengan demikian, anggota keluarga
tidak perlu terlalu khawatir terhadap
anak/individu dengan penyakit ini.

Monitoring Pengobatan
Pengobatan diberikan sampai lesi mereda /
mengering dan tidak ada tanda-tanda Gambar 20: Veruka vulgaris

terjadinya komplikasi atau perburukan Faktor Resiko


penyakit. ‐ Riwayat kontak dengan penderita
Kriteria Rujukan ‐ Pekerjaan yang berhubungan dengan daging
‐ Tidak ditemukan badan moluskum mentah
‐ Terdapat penyakit komorbid yang terkait ‐ Imunodefisiensi
dengan kelainan hematologi Penegakan Diagnosis
‐ Pasien HIV/AIDS  Anamnesis
Komplikasi Adanya kutil pada kulit atau mukosa
‐ Infeksi sekunder
 Pemeriksaan fisik
‐ Infeksi pada mukosa (misalnya
Papul keras hiperkeratotik berwarna kulit
Konjungtivitis)
sampai keabuan dengan permukaan
Prognosis verukosa dan dapat disertai vegetasi.
Bonam (karena self-limited) Permukaan papul dapat berdungkul, atau
datar (pada Veruka plana / flat wart).
Pencegahan
Pencegahan ditujukan untuk meningkatkan Predileksi lesi pada tempat-tempat yang
daya tahan tubuh. sering terjadi trauma, seperti telapak
tangan, jari, dan lutut. Lesi dapat
mengganggu struktur garis kulit normal
VERUKA VULGARIS (seperti merusak susunan sidik jari) dan
kembalinya struktur tersebut menandakan
Definisi resolusi penyakit. Lesi dapat menyebar
Hiperplasia epidermis yang disebabkan oleh apabila dimanipulasi (seperti digaruk) yang
Human Papilloma Virus (HPV) tipe tertentu. disebut sebagai fenomena Koebner.
Penyakit ini juga dikenal sebagai kutil atau
common wart.  Pemeriksaan penunjang
‐ Dermatopatologi: Acanthosis,
Etiologi papillomatosis, hyperkeratosis,
Human Papilloma Virus (HPV) tipe 1, 2, 4, 26, koilocytosis, parakeratosis, dan
27, 29, 41, 57, 65, 77. Tipe paling umum penumpukan granul keratohyaline
adalah tipe 1 dan 2.

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 24


‐ Dermoskopi: bintik merah / coklat yang terjadinya komplikasi atau perburukan
menandakan thrombosis kapiler papil penyakit.
dermis
Kriteria Rujukan
 Diagnosis klinis ‐ Diagnosis belum dapat ditegakkan
Diagnosis umumnya ditegakkan hanya ‐ Tindakan memerlukan anestesi/sedasi
berdasarkan temuan klinis saja.
Komplikasi
Diagnosis : Veruka vulgaris / Common ‐ Karsinoma intraepithelial (tipe HPV
wart / Veruka plana (flat wart) / Veruka tertentu)
plantaris (di plantar pedis) ‐ Ulkus (akibat terapi agen kaustik)

 Diagnosis banding Prognosis


‐ Veruka vulgaris: Moluskum Pada 90% kasus sembuh spontan dalam 5
kontagiosum, Keratosis seborreik, tahun sehingga prognosis umumnya bonam.
Keratosis aktinik, Keratoacanthoma,
Pencegahan
Karsinoma sel skuamosa
Pencegahan ditujukan untuk menjaga hygiene
‐ Veruka plana: Syringoma, Moluskum
kulit dan meningkatkan daya tahan tubuh.
kontagiosum
‐ Veruka plantaris: Callus, clavus,
keratosis

Penatalaksanaan Komprehensif
BAB III INFEKSI JAMUR
 Terapi DERMATOFITOSIS
1. Agen kaustik
Definisi
‐ Sol. AgNO3 25%
Sekelompok penyakit akibat infeksi jamur
‐ Asam Trichloroacetate (TCA) 50%
dermatofit yang memiliki sifat mencernakan
‐ Asam Salisilat 17 – 40%
keratin dijaringan yang mengandung zat
2. Pembedahan tanduk, seperti stratum korneum pada
‐ Bedah beku (cryosurgery) epidermis, folikel rambut, dan kuku.
‐ Bedah listrik (electrosurgery)
Dermatofitosis dapat diklasifikasikan sebagai
‐ Bedah laser CO2
berikut:
3. Terapi imersi hyperthermia: Khusus ‐ Tinea capitis: dermatofitosis pada rambut
untuk veruka plantaris, diimersikan dan kulit kepala (scalp)
dalam air hangat suhu 45˚C selama 20 ‐ Tinea barbae: dermatofitosis pada dagu dan
menit 3 kali seminggu sampai 16 kali. jenggot
‐ Tinea facialis: dermatofitosis pada wajah
 Konseling dan edukasi selain dagu dan jenggot
Edukasi pasien bahwa penyakit ini sering ‐ Tinea cruris: dermatofitosis pada daerah
kali residif walaupun diberi pengobatan genitocrural, perianal, pantat, dan perut
yang adekuat. bagian bawah
‐ Tinea manum: dermatofitosis pada tangan
Monitoring Pengobatan
Pengobatan diberikan sampai lesi mereda / ‐ Tinea pedis: dermatofitosis pada kaki
mengering dan tidak ada tanda-tanda ‐ Tinea unguium: dermatofitosis pada kuku
‐ Tinea corporis: dermatofitosis kulit selain
bagian-bagian yang sudah disebutkan

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 25


‐ Tinea imbricata: dermatofitosis yang ‐ Kuku rapuh (tinea unguium)
menyerang bagian tubuh yang luas, dengan
lesi khas berbentuk lamellar  Pemeriksaan fisik
‐ Tinea incognito: dermatofitosis akibat 1. Tinea facialis, corporis, cruris: makula
penggunaan kortikosteroid topikal eritema dengan skuama halus, tepi lebih
aktif dari bagian tengah (central healing)
dengan pola polisiklik.

Gambar 21: Tinea corporis

Etiologi
‐ Trichophyton sp. Gambar 23: Tinea cruris
‐ Microsporum sp.
2. Tinea capitis
‐ Epidermophyton sp,
‐ Gray patch: alopecia parsial dengan
skuama keabuan

Gambar 22: Tinea facialis

Kata Kunci Gambar 24: Tinea capitis tipe Gray patch


‐ Gatal saat berkeringat
‐ Black dot: folikel rambut patah
‐ Lesi makula eritema dengan central healing
meninggalkan bintik-bintik hitam,
dan tepi lebih aktif
tersebar difus.
‐ Rambut rontok dan gatal (tinea capitis)
‐ Kuku rapuh (tinea unguium)

Faktor Resiko
‐ Lingkungan yang lembab dan panas
‐ Imunodefisiensi dan imunosupresi (seperti
penggunaan kortikosteroid)
‐ Obesitas
‐ Diabetes mellitus
Gambar 25: Tinea capitis tipe Black dot
Penegakan Diagnosis
‐ Kerion: plak / nodul eritema dengan
 Anamnesis
tanda radang, krusta, dan rambut yang
‐ Bercak merah bersisik yang gatal
tersisa mudah dicabut, tampakan lesi
‐ Riwayat kontak dengan penderita
seperti sarang lebah (honeycomb).
‐ Rambut rontok dan gatal (tinea capitis)

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 26


5. Tinea pedis: deskuamasi kering atau
basah (maserasi), fissura, hiperkeratosis.
Dapat juga terjadi vesikel-bula jernih
pada tipe Bulosa dan ulkus pada tipe
Ulseratif.

Gambar 26: Tinea capitis tipe Kerion

‐ Favus: eritema perifolikular dengan


krusta tebal kekuningan (scutula) dan
berbau.
Gambar 30: Tinea pedis

6. Tinea unguium: distrofi dan diskolorasi


kuku, hiperkeratosis, onikolisis, dan
pembentukan debris subungual.

Gambar 27: Tinea capitis tipe Favus

3. Tinea barbae: papul-pustul eritema


dengan tanda radang, dan rambut mudah
dicabut. Gambar 31: Tinea unguium

 Pemeriksaan penunjang
‐ Pemeriksaan mikroskopis dengan KOH
5 – 20%: hifa sejati panjang,
bersekat/bersepta, dengan arthrospora
‐ Kultur jamur menggunakan Dextrose
Saboraud Agar
Gambar 28: Tinea barbae
‐ Lampu Wood: fluoresensi hijau pada
4. Tinea manum: deskuamasi, genus Microsporum kecuali M. gypseum
hiperkeratosis, dan fissura dengan dan M. fulvum
central clearing.
 Diagnosis klinis
Diagnosis umumnya ditegakkan
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Bila diperlukan, dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang.

Diagnosis : Sesuai klasifikasi / Ringworm

 Diagnosis banding
‐ Tinea corporis: Dermatitis nummularis,
Gambar 29: Tinea manum
Pityriasis rosea, Erythema annulare

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 27


centrificum, Granuloma annulare, Fixed  Konseling dan edukasi
drug eruption Edukasi mengenai penyabab dan cara
‐ Tinea cruris: Candidiasis intertriginosa, penularan penyakit. Edukasi pasien dan
Dermatitis intertrigo, Eritrasma keluarga juga untuk menjaga hygiene
‐ Tinea pedis: Hiperhidrosis, Dermatitis tubuh, namun penyakit ini bukan
kontak, Dyshidrotic eczema, Eritrasma, merupakan penyakit yang berbahaya.
Psoriasis, Keratolysis, Impetigo bulosa
‐ Tinea manum: Dermatitis kontak iritan, Monitoring Pengobatan
Psoriasis, Dyshidrotic eczema, Lichen Pengobatan diberikan sampai lesi mereda /
simplex chronicus mengering dan tidak ada tanda-tanda
‐ Tinea barbae: Folikulitis, Furunkel, terjadinya komplikasi atau perburukan
Karbunkel, Acne vulgaris, Rosacea penyakit.
‐ Tinea facialis: Dermatitis seborroik, Kriteria Rujukan
Dermatitis kontak, Lupus erythematosus, ‐ Penyakit tidak sembuh dalam durasi terapi
Penatalaksanaan Komprehensif yang ditetapkan
‐ Terdapat imunodefisiensi
 Terapi
1. Topikal  untuk lesi terbatas ‐ Terdapat penyakit penyerta yang
‐ Selenium sulfide 1 – 2,3% sebagai menggunakan multifarmaka
terapi adjuvant tinea capitis Komplikasi
‐ Zinc pyrithione 0,5 – 2% sebagai Jarang terjadi komplikasi kecuali infeksi
terapi adjuvant tinea capitis sekunder oleh bakteri.
‐ Terbinafine 1%
‐ Clotrimazole 1% Prognosis
‐ Ketoconazole 2% Bonam pada pasien imunokompeten. Quo ad
‐ Miconazole 2% sanationam untuk pasien imunokompromais
‐ Ciclopirox 8% untuk tinea unguium menjadi dubia ad bonam

2. Sistemik  untuk tinea capitis, tinea Pencegahan


barbae, dan tinea lainnya dengan lesi Pencegahan ditujukan untuk meningkatkan
luas atau resisten terapi topikal hygiene kulit dan daya tahan tubuh.
‐ Griseofulvin 10 – 25 mg/kgBB/hari
selama 6 – 8 minggu
‐ Terbinafine 250 mg/hari selama 2 – 8 PITYRIASIS VERSICOLOR
minggu (6 – 12 minggu untuk tinea
unguium) Definisi
‐ Itraconazole 100-200 mg/hari selama Penyakit infeksi pada superfisial kulit dan
1 – 4 minggu (2 – 3 bulan untuk tinea berlangsung kronis yang disebabkan oleh
unguium) jamur Malassezia furfur.
‐ Itraconazole dosis denyut 2 x 200 Etiologi
mg/hari selama 1 minggu/bulan Malassezia furfur
dengan jumlah 2 – 3 bulan
‐ Fluconazole 200 mg/hari selama 3 – 6 Kata Kunci
minggu (150-300 mg/minggu selama ‐ Gatal saat berkeringat
3 – 12 bulan untuk tinea unguium) ‐ Lesi makula hipopigmentasi / putih
berkonfluen, berskuama halus

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 28


‐ Pemeriksaan KOH, hifa pendek & spora ‐ Pemeriksaan mikroskopis dengan KOH:
bergerombol (Spaghetti & Meatballs) hifa pendek dengan spora bulat
berkelompok (Spaghetti and Meatballs
appearance)
‐ Dermatopatologi dengan pengecatan
Periodic Acid-Schiff (PAS): tampak hifa
dan spora pada stratum korneum

 Diagnosis klinis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan dapat
ditegaskan oleh pemeriksaan mikroskopis.

Diagnosis : Pityriasis versicolor / Tinea


Gambar 32: Pityriasis versicolor
versicolor
Faktor Resiko
 Diagnosis banding
‐ Dewasa muda (kelenjar sebasea lebih aktif)
‐ Lesi hipopigmentasi: Vitiligo, Pityriasis
‐ Cuaca panas & lembab
alba, Hipopigmentasi paska inflamasi
‐ Banyak keringat
‐ Lesi eritema / hiperpigmentasi:
‐ Hygiene buruk
Dermatitis seboroik, Eritrasma
‐ Imunodefisiensi
Penatalaksanaan Komprehensif
Penegakan Diagnosis
 Terapi
 Anamnesis
1. Topikal
‐ Gatal ringan, memburuk saat berkeringat
‐ Shampo Selenium Sulfide 1,8 – 2,5%
(dapat tanpa gejala)
2 – 3 kali seminggu  digosokkan
‐ Bercak putih pada kulit
pada lesi dan didiamkan selama 15 –
 Pemeriksaan fisik 30 menit sebelum mandi
Makula hipopigmentasi (pada warna kulit ‐ Shampo Ketoconazole 2%
gelap) berskuama halus, berbentuk bulat ‐ Krim Ketoconazole 2%
atau tidak beraturan dengan batas tegas atau ‐ Krim Miconazole 2%
tidak tegas. Skuama akan tampak lebih ‐ Krim Clotrimazole 1%
putih bila digores (Finger nail sign). Bercak ‐ Krim Terbinafine 1%
dapat berwarna kecoklatan atau merah 2. Sistemik (pada lesi yang luas atau
muda pada warna kulit yang cerah. resisten terhadap terapi topikal)
Predileksi di bagian atas dada, lengan, ‐ Ketoconazole oral 1 x 200 mg selama
leher, perut, kaki, ketiak, lipat paha, muka 10 hari
dan kepala. Penyakit ini terutama ‐ Itraconazole 1 x 200 mg selama 5 – 7
ditemukan pada daerah yang tertutup hari
pakaian dan bersifat lembab. ‐ Fluconazole 300 mg/minggu selama 3
minggu
 Pemeriksaan penunjang ‐ Itraconazole 400 mg dosis tunggal
‐ Lampu Wood: fluoresensi kuning
keemasan  Konseling dan edukasi
Edukasi pasien dan keluarga bahwa
pengobatan harus dilakukan secara

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 29


menyeluruh, tekun dan konsisten, karena Etiologi
angka kekambuhan tinggi (± 50% pasien). Candida sp. (paling sering oleh Candida
Infeksi jamur dapat dibunuh dengan cepat albicans)
tetapi membutuhkan waktu berbulan-bulan
untuk mengembalikan pigmentasi ke Kata Kunci
‐ Gatal saat berkeringat
normal.
‐ Lesi kemerahan dengan papul dan pustul
Monitoring Pengobatan mengelilingi lesi (lesi satelit)
Pengobatan diberikan sampai lesi mereda / ‐ Pemeriksaan mikroskopis dengan KOH,
mengering dan tidak ada tanda-tanda ditemukan hifa semu / pseudohifa dan
terjadinya komplikasi atau perburukan budding yeast
penyakit.
Faktor Resiko
Kriteria Rujukan ‐ Usia terlalu muda / tua (imun rendah)
Sebagian besar kasus tidak memerlukan ‐ Diabetes mellitus
rujukan. ‐ Obesitas
‐ Kehamilan
Komplikasi ‐ HIV/AIDS
Komplikasi umumnya hanya berupa ‐ Penggunaan antibiotika, kortikosteroid, dan
dyspigmentasi yang dapat bertahan beberapa imunosupresan
bulan, tetapi tidak ada komplikasi yang serius.
Penegakan Diagnosis
Prognosis
 Anamnesis
Bonam
‐ Gatal saat berkeringat, dapat terasa nyeri
Pencegahan ‐ Timbul ruam merah luas
‐ Tidak menggunakan pakaian yang lembab ‐ Riwayat DM, obesitas, atau faktor resiko
‐ Tidak berbagi penggunaan barang pribadi lainnya
dengan orang lain (seperti handuk dan
 Pemeriksaan fisik
pakaian)
Makula / patch eritema dengan batas tegas,
polisiklik, dengan papul & pustul kecil
tersebar di tepi lesi (pustulosis satelit). Lesi
KANDIDIASIS KUTIS pada lipatan kecil (seperti antar jari) dapat
berupa eritema dengan erosi dan maserasi.

Predileksi pada inframammae, axilla,


selangkangan, perineal, dan celah pantat

 Pemeriksaan penunjang
‐ Pemeriksaan mikroskopis dengan KOH:
hifa semu / pseudohifa dengan budding
Gambar 33: Kandidiatis kutis yeast
‐ Kultur jamur dengan Saboraud Dextrose
Definisi Agar
Infeksi kulit yang disebabkan oleh patogen
‐ PCR dan kultur darah jika ada
oportunistik kulit yaitu Candida sp.
kecurigaan kandidemia

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 30


 Diagnosis klinis Kriteria Rujukan
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis ‐ Penyakit tidak kunjung sembuh setelah
dan pemeriksaan fisik yang dikonfirmasi terapi diberikan
dengan pemeriksaan mikroskopis atau ‐ Terjadinya kandidemia yang dapat
kultur jamur. berkembang menjadi sepsis

Diagnosis : Kandidiasis mukokutaneus / Komplikasi


kutis ‐ Kandidemia
‐ Kandidiasis disseminata
 Diagnosis banding ‐ Sepsis dan syok septik
Psoriasis intertriginosa, Eritrasma, ‐ Kandidiasis mukokutaneus kronik
Dermatofitosis, Pityriasis versicolor,
Intertrigo streptococcal Prognosis
Umumnya bonam pada pasien
Penatalaksanaan Komprehensif imunokompeten, dan pada pasien
 Terapi imunokompromais menjadi dubia ad bonam.
1. Topikal
‐ Krim Ketoconazole 2% Pencegahan
‐ Krim Miconazole 2% Pencegahan penyakit ini lebih ditujukan pada
‐ Krim Clotrimazole 1% pengontrolan faktor resiko, peningkatan
‐ Krim Nystatin 100.000 IU/gram hygiene tubuh, dan peningkatan daya tahan
tubuh.
2. Sistemik (jika lesi luas atau resisten
terhadap terapi topikal; jarang sekali
diperlukan untuk kandidiasis kulit)
‐ Fluconazole oral 150 mg dosis BAB IV INFESTASI
tunggal
‐ Itraconazole 1 x 100 – 200 mg/hari PARASIT
selama 7 hari SKABIES
‐ Ketoconazole 1 x 200 – 400 mg/hari
selama 7 hari Definisi
Penyakit epidermal superfisial yang
 Konseling dan edukasi disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi kulit
Edukasi pasien dan keluarga bahwa oleh tungau Sarcoptes scabiei dan produknya.
pengobatan harus dilakukan secara Penularan dapat terjadi melalui kontak
menyeluruh, tekun dan konsisten karena langsung dan tidak langsung (melalui benda
penyakit ini dapat kambuh dan menjadi seperti pakaian).
penyakit kronis. Selain itu, pasien diedukasi
untuk menjaga daya tahan tubuh, termasuk Etiologi
mengontrol penyakit yang menjadi faktor Sarcoptes scabiei var. hominis
resiko seperti diabetes dan obesitas.
Kata Kunci
Monitoring Pengobatan ‐ Gatal di malam hari
Pengobatan diberikan sampai lesi mereda / ‐ Riwayat kontak dengan penderita serupa
mengering dan tidak ada tanda-tanda ‐ Lesi kulit berupa terowongan (kanalikuli)
terjadinya komplikasi atau perburukan ‐ Ditemukan tungau pada pemeriksaan
penyakit. mikroskopis

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 31


Faktor Resiko ‐ Dermatopatologi
‐ Hidup dalam tempat yang padat penduduk
(seperti asrama atau pesantren)  Diagnosis klinis
‐ Hygiene yang buruk Diagnosis ditegakkan bila menemukan 2
‐ Sosial-ekonomi rendah dari 4 tanda kardinal, yaitu:
‐ Hubungan seksual yang sifatnya 1. Pruritus nocturnal
promiskuitas 2. Menyerang manusia secara berkelompok
3. Adanya terowongan (kanalikuli) pada
tempat-tempat predileksi
4. Ditemukan tungau pada pemeriksaan
mikroskopis

Diagnosis : Skabies

 Diagnosis banding
Pioderma, Dermatitis atopi, Dermatitis
kontak alergi, Delusi parasitosis

Penatalaksanaan Komprehensif
 Terapi
Gambar 34: Skabies 1. Topikal
‐ Krim Permethrin 5%, diaplikasikan
Penegakan Diagnosis ke seluruh tubuh selama 8 – 14 jam,
 Anamnesis dicuci dengan air. Diulang 7 hari
‐ Gatal hebat di malam hari atau saat kemudian.
berkeringat ‐ Lotion Lindane 1%, diaplikasikan
‐ Timbul ruam di sela-sela jari, selama 8 jam, diulang 7 hari
pergelangan tangan dan kaki, ketiak, kemudian. Kontraindikasi pada
pusar, payudara, dan kemaluan kehamilan, ibu menyusui dan anak
usia < 2 tahun.
 Pemeriksaan fisik
‐ Krim Crotamiton 10%, diaplikasikan
Terowongan (kanalikuli / burrow) berwarna
selama 8 jam pada hari ke-1, 2, 3, dan
putih / abu-abu / merah dengan panjang ± 1
8.
cm, ujung terowongan terdapat papul /
‐ Sulfur presipitatum 2 – 10% (tersedia
vesikel / pustul. Dapat disertai ekskoriasi
salep 2-4), diaplikasikan selama 8 jam
akibat garukan.
selama 3 hari bertutur-turut.
Predileksi pada sela-sela jari, pergelangan ‐ Lotion Benzyl benzoate 10%,
tangan, telapak tangan/kaki, batang penis, diaplikasikan selama 24 jam.
siku, pantat, aksila, periumbilikus, dan ‐ Lainnya: Malathion 0,5%, Sulfram
areola mammae. 25%, Ivermectin 0,8%

 Pemeriksaan penunjang 2. Sistemik


‐ Skin scrapping (kerokan kulit) untuk Ivermectin oral 200 μg/kg pada hari ke-1
mendapatkan tungau Sarcoptes scabiei, dan 8. Kontraindikasi pada kehamilan,
telur, atau feses (scybala) ibu menyusui dan anak dengan BB < 15
‐ Burrow ink test untuk menentukan batas kg
kedalaman kanalikuli

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 32


 Konseling dan edukasi
Dibutuhkan pemahaman bersama agar
upaya eradikasi scabies bisa melibatkan
semua pihak. Bila infeksi menyebar di
kalangan santri di sebuah pesantren,
diperlukan keterbukaan dan kerjasama dari
pengelola pesantren. Bila sebuah barak
militer tersebar infeksi, mulai dari prajurit
sampai komandan barak harus bahu
membahu membersihkan semua beda yang Gambar 35: Pedikulosis kapitis
berpotensi menjadi tempat penyebaran
Kata Kunci
penyakit.
‐ Gatal pada kulit kepala
Monitoring Pengobatan ‐ Ditemukan telur (nits) dan kutu pada
Pengobatan diberikan sampai durasi terapi rambut kepala
tercapai, parasit tidak ditemukan, dan tidak ada
Faktor Resiko
tanda-tanda terjadinya komplikasi atau
‐ Status sosioekonomi yang rendah
perburukan penyakit.
‐ Hygiene perorangan yang rendah
Kriteria Rujukan
Penegakan Diagnosis
Pasien scabies dirujuk apabila keluhan masih
 Anamnesis
dirasakan setelah 1 bulan paska terapi.
‐ Gatal pada kulit kepala
Komplikasi ‐ Bisa tak bergejala (asimptomatis)
‐ Delusi parasitosis
‐ Infeksi bakteri sekunder (umumnya oleh  Pemeriksaan fisik
Erosi dan ekskoriasi akibat garukan, dapat
Staphylococcus aureus)
disertai pustul, pus, dan krusta yang
Prognosis menyebabkan rambut bergumpal, disertai
Prognosis umumnya bonam, namun pembesaran kelenjar getah bening regional.
tatalaksana harus dilakukan juga terhadap Ditemukan telur dan kutu yang hidup pada
lingkungan pasien. kulit kepala dan rambut. Telur paling sering
ditemukan pada rambut di daerah oksipital
Pencegahan dan retroaurikular
Pencegahan ditujukan untuk memperbaiki
hygiene diri serta tempat tinggal.  Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan mikroskopis: telur (nits)
berukuran ± 0,5 mm, lonjong, keputihan;
PEDIKULOSIS KAPITIS kutu dengan enam kaki, panjang 1 – 2 mm,
tanpa sayap, badan putih keabuan dan dapat
Definisi menjadi merah bila terisi darah.
Infestasi kulit kepala dan rambut manusia yang
disebabkan oleh kutu kepala Pediculus  Diagnosis klinis
humanus capitis. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
Etiologi didukung dengan temuan kutu atau telurnya
Pediculus humanus capitis (Head lice) pada kulit kepala dan rambut.

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 33


Diagnosis : Pedikulosis kapitis / Head lice diperiksa, namun terapi hanya diberikan
pada yang terbukti mengalami infestasi.
 Diagnosis banding Kerjasama semua pihak dibutuhkan agar
Dandruff, Piedra, Dermatitis atopi, eradikasi dapat tercapai.
Impetigo krustosa, Lichen simpleks kronik,
Delusi parasitosis Monitoring Pengobatan
Pengobatan diberikan sampai durasi terapi
Penatalaksanaan Komprehensif tercapai, parasit tidak ditemukan, dan tidak ada
 Terapi tanda-tanda terjadinya komplikasi atau
1. Topikal perburukan penyakit.
‐ Lotion Permethrin 1%, diaplikasikan
pada rambut yang baru dicuci, Kriteria Rujukan
didiamkan selama 10 menit, dan Pasien dirujuk apabila terjadi infestasi kronis
diulang 7 hari kemudian. dan tidak sensitif terhadap terapi yang
‐ Shampo Malathion 0,5%, diberikan.
diaplikasikan pada rambut kering dan
Komplikasi
didiamkan selama 8 – 12 jam, dicuci
Infeksi sekunder oleh bakteri
dan disisir serit.
‐ Lindane 1%, diaplikasikan selama 4 Prognosis
menit Bonam
‐ Lotion Benzyl alkohol 5%,
diaplikasikan pada rambut kering Pencegahan
selama 10 menit, dibilas, dan diulang Pencegahan dilakukan dengan meningkatkan
7 hari kemudian. hygiene perorangan terutama rambut dan kulit
‐ Lotion Ivermectin 5%, diaplikasikan kepala.
pada hari ke-1 dan 8.

2. Sistemik PEDIKULOSIS KORPORIS


‐ Ivermectin oral 200 μg/kgBB pada
hari ke-1, 8, dan 15. Kontraindikasi Definisi
pada wanita hamil dan anak dengan Infestasi kulit badan oleh kutu badan
berat badan < 15 kg. Pediculus humanus corporis.
‐ Antibiotik sistemik dapat diberikan
Etiologi
jika didapatkan infeksi sekunder yang
Pediculus humanus humanus / Pedicuculus
berat.
humanus corporis (Body lice)
 Konseling dan edukasi
Kata Kunci
Edukasi keluarga tentang pedikulosis
‐ Gatal di badan
penting untuk pencegahan. Kutu kepala
‐ Hygiene yang buruk
dapat ditemukan di sisir atau sikat rambut,
‐ Ditemukan kutu pada pakaian
topi, linen, boneka kain, dan perabot rumah
berbahan kain, walaupun kutu lebih
memilih untuk berada dalam jarak dekat
dengan kulit kepala, sehingga harus
menghindari pemakaian alat-alat tersebut
bersama-sama. Anggota keluarga dan
teman bermain anak yang terinfestasi harus

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 34


 Diagnosis klinis
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan
kutu atau telurnya pada pakaian, didukung
dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Diagnosis : Pedikulosis korporis / Body lice

 Diagnosis banding
Skabies, Dermatitis atopi, Dermatitis
kontak, Reaksi obat, Viral exanthema,
Delusi parasitosis

Penatalaksanaan Komprehensif
 Terapi
Gambar 36: Pedikulosis korporis 1. Disinfestasi kutu
Pakaian dan barang-barang berbahan
Faktor Resiko
tekstil perlu dipanaskan atau diberi obat
‐ Status sosioekonomi yang rendah (terutama
semprot kutu, karena telur dapat
gelandangan, pengungsi, korban bencana,
tersembunyi pada kain. Barang-barang
pelancong, dsb)
tersebut sebaiknya diinsinerasi atau
‐ Hygiene perorangan yang rendah
dibuang dengan menggunakan tempat
Penegakan Diagnosis tersendiri. Jika tidak memungkinkan,
 Anamnesis maka barang-barang tersebut perlu
‐ Gatal difumigasi, dicuci dengan air panas, dan
‐ Riwayat hygiene yang buruk (seperti dikeringkan dengan panas tinggi atau
jarang mengganti pakaian) dicuci-kering (dry cleaning).

 Pemeriksaan fisik 2. Topikal


Erosi dan ekskoriasi akibat garukan, dapat ‐ Krim Permethrin 5%, diaplikasikan
juga disertai urtika akibat alergi terhadap ke seluruh tubuh selama 8 – 14 jam,
gigitan kutu. Hiperpigmentasi dapat dicuci dengan air. Diulang 7 hari
ditemukan pada kasus kronis. Pemeriksaan kemudian.
lebih ditujukan pada penemuan kutu pada ‐ Lotion Lindane 1%, diaplikasikan
pakaian, karena kutu jarang menempel pada selama 8 jam, diulang 7 hari
kulit manusia. Predileksi pada tempat- kemudian. Kontraindikasi pada
tempat yang tertutup pakaian. kehamilan, ibu menyusui dan anak
usia < 2 tahun.
 Pemeriksaan penunjang ‐ Krim Crotamiton 10%, diaplikasikan
Pemeriksaan mikroskopis: telur (nits) selama 8 jam pada hari ke-1, 2, 3, dan
berukuran ± 0,5 mm, lonjong, keputihan; 8.
kutu dengan enam kaki, panjang 2 – 4 mm, ‐ Sulfur presipitatum 2 – 10% (tersedia
tanpa sayap, badan putih keabuan dan dapat salep 2-4), diaplikasikan selama 8 jam
menjadi merah bila terisi darah. selama 3 hari bertutur-turut.
‐ Lotion Benzyl benzoate 10%,
diaplikasikan selama 24 jam.
‐ Lainnya: Malathion 0,5%, Sulfram
25%, Ivermectin 0,8%

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 35


3. Sistemik PEDIKULOSIS PUBIS
Ivermectin oral 200 μg/kg pada hari ke-1
dan 8. Kontraindikasi pada kehamilan,
ibu menyusui dan anak dengan BB < 15
kg

 Konseling dan edukasi


Edukasi pasien (atau jika tidak
memungkinkan, keluarga atau wali) tentang
pedikulosis penting untuk pencegahan.
Kutu badan dapat ditemukan di barang-
barang berbahan kain sehingga harus
menjaga kebersihan barang-barang tersebut. Gambar 37: Pedikulosis pubis
Kontak erat pasien yang terinfestasi harus
Definisi
diperiksa, namun terapi hanya diberikan
Infestasi pada rambut di daerah pubis dan
pada yang terbukti mengalami infestasi.
sekitarnya, serta rambut di daerah lain yang
Kerjasama semua pihak dibutuhkan agar
disebabkan oleh kutu Phthirus pubis. Penyakit
eradikasi dapat tercapai.
ini juga dapat digolongkan sebagai penyakit
Monitoring Pengobatan akibat hubungan seksual dan menular secara
Pengobatan diberikan sampai durasi terapi langsung.
tercapai, parasit tidak ditemukan, dan tidak ada
Etiologi
tanda-tanda terjadinya komplikasi atau
Phthirus pubis (Crab lice)
perburukan penyakit.
Kata Kunci
Kriteria Rujukan
‐ Gatal pada daerah kemaluan
Pasien dirujuk apabila terjadi infestasi kronis
‐ Terdapat black dot / maculae caerulea /
dan tidak sensitif terhadap terapi yang
bintik darah kering
diberikan.
‐ Ditemukan kutu atau telur
Komplikasi
Faktor Resiko
Komplikasi, selain infeksi sekunder pada lesi
‐ Aktif secara seksual
kulit oleh bakteri, dapat disebabkan karena
‐ Hygiene buruk
kutu badan menjadi beberapa vektor penyakit,
‐ Kontak langsung dengan penderita
seperti:
‐ Typhus epidemic (oleh Rickettsia Penegakan Diagnosis
prowazekii)  Anamnesis
‐ Typhus murine (oleh Rickettsia typhi) ‐ Gatal di daerah kemaluan dan sekitar
‐ Trench fever (oleh Bartonella Quintana) (bisa sampai ke perut dan dada).
‐ Relapsing fever (oleh Borellia recurrentis) ‐ Adanya bercak hitam pada kulit
kemaluan maupun di celana dalam
Prognosis
(sering ditemukan saat bangun tidur).
Bonam
 Pemeriksaan fisik
Pencegahan
Ekskoriasi, dapat disertai urtikaria papular.
Pencegahan dilakukan dengan meningkatkan
Tanda khas dari infestasi ini adalah black
hygiene perorangan.
dot / maculae caerulea / taches bleues yang

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 36


merupakan makula abu kebiruan yang didiamkan selama 10 menit, dan
merupakan darah kering. Infestasi pada diulang 7 hari kemudian.
bulu mata dapat menimbulkan krusta serta ‐ Emulsi Benzyl benzoate 25%,
telur (nits) dan kutu. Limfadenopati diaplikasikan selama 24 jam, diulangi
regional dapat ditemukan. 4 hari kemudian bila belum sembuh.
‐ Shampo Malathion 0,5%,
Predileksi pada pubis, axilla, perineum, diaplikasikan pada rambut kering dan
paha, tungkai bawah, periumbilikal. Selain didiamkan selama 8 – 12 jam, dicuci
itu, bulu mata dan alis dapat terinfestasi dan disisir serit.
tanpa keterlibatan pubis (terutama pada ‐ Lindane 1%, diaplikasikan selama 4
anak-anak) menit
 Pemeriksaan penunjang ‐ Lotion Benzyl alkohol 5%,
Pemeriksaan mikroskopis: telur (nits) diaplikasikan pada rambut kering
berukuran ± 0,5 mm, lonjong, putih selama 10 menit, dibilas, dan diulang
kekuningan; kutu dengan enam kaki, 7 hari kemudian.
ukuran 0,8 – 1,2 mm, tanpa sayap, badan ‐ Lotion Ivermectin 5%, diaplikasikan
putih keabuan dan dapat menjadi merah bila pada hari ke-1 dan 8.
terisi darah. 2. Sistemik
‐ Ivermectin oral 200 μg/kgBB pada
 Diagnosis klinis
Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis, hari ke-1, 8, dan 15. Kontraindikasi
pemeriksaan fisik, dan temuan kutu atau pada wanita hamil dan anak dengan
berat badan < 15 kg.
telurnya.
‐ Antibiotik sistemik dapat diberikan
Diagnosis : Pedikulosis pubis / Crab lice / jika didapatkan infeksi sekunder yang
Pedikulosis palpebrarum (pada bulu mata) berat.

 Konseling dan edukasi


‐ Menjaga kebersihan badan
‐ Sebaiknya rambut kelamin dicukur
(setelah diobati, karena hanya dengan
mencukur, kutu akan mencari tempat
berambut lainnya)
‐ Pakaian dalam direbus atau disetrika
‐ Mitra seksual juga disarankan untuk
Gambar 38: Pedikulosis palpebrarum
diperiksa dan diobati
 Diagnosis banding
Monitoring Pengobatan
Dermatitis atopi, Dermatitis seborroik,
Pengobatan diberikan sampai durasi terapi
Tinea cruris, Moluskum kontagiosum,
tercapai, parasit tidak ditemukan, dan tidak ada
Scabies
tanda-tanda terjadinya komplikasi atau
Penatalaksanaan Komprehensif perburukan penyakit.
 Terapi
Kriteria Rujukan
1. Topikal
Penyakit ini umumnya tidak membutuhkan
‐ Lotion Permethrin 1%, diaplikasikan
rujukan.
pada rambut yang baru dicuci,

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 37


Komplikasi ‐ Lesi papul linear berkelok-kelok dengan
Komplikasi hanya berupa infeksi bakteri pola serpiginosa
sekunder pada lesi kulit.
Faktor Resiko
Prognosis Kontak dengan tanah atau pasir tanpa
Bonam pelindung (seperti sarung tangan dan alas kaki)

Pencegahan Penegakan Diagnosis


Pencegahan ditujukan pada peningkatan  Anamnesis
kebersihan tubuh dan abstinensi seksual ‐ Gatal dan panas pada tempat infeksi
‐ Timbul lesi kulit yang semakin lama
semakin memanjang, berkelok-kelok
CUTANEUS LARVA ‐ Riwayat kontak dengan tanah / pasir
MIGRANS  Pemeriksaan fisik
Papul eritema linear berkelok-kelok,
dengan lebar 2 – 3 mm, yang memanjang
dengan kecepatan beberapa milimeter per
hari.

Predileksi penyakit ini terutama pada


telapak kaki, tungkai, pantat, genital, perut,
dan tangan.

 Pemeriksaan penunjang
Dermatopatologi: tampak parasit pada
Gambar 39: Cutaneus larva migrans biopsi

Definisi  Diagnosis klinis


Infestasi kulit yang mengikuti penetrasi Diagnosis umumnya hanya ditegakkan
perkutaneus dan migrasi epidermal dari larva berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
cacing tambang. Penyebab paling umum fisik.
penyakit ini adalah larva cacing tambang
 Diagnosis banding
kucing dan anjing.
Dermatitis kontak fotoalergik, Sengatan
Etiologi ubur-ubur, Epidermal dermatofitosis,
‐ Ancylostoma braziliense
Penatalaksanaan Komprehensif
‐ Ancylostoma caninum
‐ Strongyloides stercoralis  Terapi
‐ Uncinaria stenocephala 1. Sistemik
‐ Bunostonum phlebotomum ‐ Albendazole oral 400 mg/hari selama
‐ Ancylostoma ceylanicum 3 hari
‐ Cacing tambang lainnya (seperti ‐ Ivermectin 200 μg/kgBB/hari selama
Gnathostoma sp.) 1 – 2 hari

2. Topikal
Kata Kunci
‐ Riwayat kontak dengan tanah / pasir tanpa ‐ Thiabendazole topikal
pelindung ‐ Albendazole 10% topikal
‐ Ivermectin topikal

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 38


‐ Ethyl chloride (Chlorethyl) spray Reaksi tersebut dapat bersifat lokal sampai
untuk meredakan gejala (tidak sistemik.
membunuh larva)

3. Infeksi sekunder diberikan terapi sesuai


tatalaksana pioderma.

 Konseling dan edukasi


Edukasi pasien dan keluarga untuk
pencegahan penyakit dengan menjaga
kebersihan diri.

Monitoring Pengobatan
Pengobatan diberikan sampai lesi mereda /
mengering, mengikuti durasi terapi yang Gambar 40: Reaksi gigitan arthropoda
ditetapkan.
Etiologi
Kriteria Rujukan 1. Arachnida (empat pasang kaki)
Pasien dirujuk apabila dalam waktu 8 minggu ‐ Acarina (tungau)
tidak membaik dengan terapi. ‐ Araneae (laba-laba)
‐ Scorpionida (kalajengking)
Komplikasi
2. Chilopoda (kelabang)
Komplikasi hanya berupa infeksi bakteri
3. Diplopoda (kaki seribu)
sekunder pada lesi.
4. Insecta (tiga pasang kaki)
Prognosis ‐ Anoplura (kutu badan dan sebagainya)
Prognosis umumnya bonam. Penyakit ini ‐ Coleoptera (serangga beracun)
bersifat self-limited, karena manusia ‐ Diptera (nyamuk dan lalat)
merupakan “dead-end” host (pejamu akhir), ‐ Hemiptera (kutu ranjang)
dan sebagian besar larva mati dan lesi ‐ Hymenoptera (semut dan lebah)
teresolusi dalam 2 – 8 minggu. ‐ Lepidoptera (ulat, kupu-kupu)
‐ Siphonaptera (kutu pasir)
Pencegahan
Memodifikasi gaya hidup dengan Kata Kunci
menggunakan alas kaki dan sarung tangan ‐ Gatal dan bentol-bentol
pada saat melakukan aktivitas yang berkontak ‐ Riwayat kontak dengan alam terbuka
dengan tanah, seperti bertani, berkebun, dan ‐ Urtika
lain-lain.
Faktor Resiko
‐ Lingkungan tempat tinggal yang banyak
serangga
REAKSI GIGITAN ‐ Riwayat atopi pada diri dan keluarga
ARTHROPODA ‐ Riwayat alergi

Definisi Penegakan Diagnosis


Reaksi hipersensitivitas atau alergi pada kulit  Anamnesis
akibat gigitan (bukan terhadap sengatan/sting) ‐ Gatal, rasa tidak nyaman, nyeri,
dan kontak dengan serangga / arthropoda. kemerahan, nyeri tekan, hangat atau

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 39


bengkat pada daerah yang kontak dengan setelah gigitan serangga. Pada orang
serangga dewasa dapat muncul 3 – 5 hari setelah
‐ Riwayat kontak dengan serangga (baru gigitan.
ataupun sudah lama) 3. Reaksi tidak biasa: Sangat segera, mirip
‐ Sesak napas, lemas, pusing, gelisah, anafilaksis.
cemas, nyeri perut, diare, mual-muntah,
dan pingsan (bila gejala alergi berat) Klasifikasi berdasarkan bentuk klinis:
‐ Demam, meriang, sakit kepala (bila 1. Urtikaria irregular
reaksi terlambat / delayed reaction) 2. Urtikaria papular
3. Papulo-vesikular, misalnya pada prurigo
 Pemeriksaan fisik 4. Punctum (titik gigitan), misalnya pada
Tanda patognomonis berupa: pedikulosis kapitis atau pubis.
‐ Urtika atau papul timbul secara simultan
Diagnosis : Insect bites / Arthropod bites /
di tempat gigitan, dikelilingi zona
Reaksi gigitan arthropoda
eritematosa.
‐ Di bagian tengah tampak titik (punctum)  Diagnosis banding
bekas tusukan/gigitan, kadang Dermatitis kontak alergi (terutama akibat
hemoragik, atau menjadi krusta tanaman seperti daun beracun), Prurigo
kehitaman.
‐ Ekskoriasi akibat digaruk (karena gatal) Penatalaksanaan Komprehensif
 Terapi
Dapat timbul gejala sistemik seperti 1. Atasi kegawatdaruratan (bila reaksi berat
takipneu, stridor, wheezing, bronkospasme, seperti anafilaksis). Berikan Epinephrine
hiperperistaltik, dan hipotensi orthostatik. / Adrenaline sub-kutan, dilanjutkan
Pada reaksi lokal yang parah dapat timbul kortikosteroid setara Prednisone 60 – 80
eritema generalisata, urtikaria, atau edema mg/hari selama 3 hari, dosis diturunkan
pruritus, sedangkan bila terdapat reaksi 5 – 10 mg/hari.
sistemik menyeluruh dapat diikuti dengan 2. Sistemik (pada kondisi stabil)
reaksi anafilaksis. ‐ Antihistamin sedatif:
Predileksi umumnya pada daerah yang Chlorpheniramine maleate (CTM) 3 x
tidak tertutup pakaian, seperti ekstremitas. 4 mg selama 7 hari.
‐ Antihistamin non-sedatif: Loratadine
 Pemeriksaan penunjang atau Cetirizine 1 x 10 mg selama 7
Pada umumnya tidak memerlukan hari.
pemeriksaan penunjang.
3. Topikal (pada kondisi stabil)
 Diagnosis klinis ‐ Kortikosteroid topikal potensi
Diagnosis ditegakkan berdasarkan sedang-kuat, seperti krim
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Mometasone furoate 0,1% atau
Betametasone valerate 0,5%,
Klasifikasi berdasarkan waktu terjadinya: diberikan 2 kali sehari selama 7 hari.
1. Reaksi tipe cepat: Terjadi segera hingga
20 menit setelah gigitan, bertahan  Konseling dan edukasi
sampai 1 – 3 jam. Pasien dan keluarga diberikan penjelasan:
2. Reaksi tipe lambat: Pada anat terjadi ‐ Gunakan obat secara teratur
lebih dari 20 menit sampai beberapa jam

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 40


‐ Menjaga kebersihan lingkungan tempat DERMATITIS PAEDERUS
tinggal, memakai baju berlengan panjang
dan celana panjang, pada beberapa kasus
boleh memakai insect repellent jika
diperlukan, dan lain-lain agar terhindar
dari gigitan serangga.

Monitoring Pengobatan
Pengobatan diberikan sampai lesi mereda /
mengering dan tidak ada tanda-tanda
terjadinya komplikasi atau perburukan
penyakit. Gambar 41: Dermatitis paederus

Kriteria Rujukan Definisi


Jika kondisi memburuk, yatu dengan makin Inflamasi kulit oleh cairan coelomic yang
bertambahnya patch eritema, timbul bula, atau mengandung racun Pederin pada serangga
disertai gejala sistemik atau komplikasi. Paederus sp. (umumnya dikenal sebagai
tomcat)
Komplikasi
Komplikasi umumnya berupa infeksi sekunder Etiologi
pada lesi, atau perburukan reaksi Paederus sp. (misalnya Paederus fuscipes)
hipersensitivitas seperti syok anafilaksis.
Komplikasi lain dapat berupa penyakit yang Kata Kunci
ditularkan oleh serangga sebagai vektor ‐ Rasa terbakar dan timbul lepuh di kulit
(seperti Lyme borreliosis, Tularemia, Typhus ‐ Riwayat kontak dengan alam terbuka
endemik, Leishmaniasis, Trypanosomiasis, ‐ Lesi linear dan kissing lesion
Malaria, dan sebagainya). Faktor Resiko
Prognosis ‐ Lingkungan tempat tinggal yang banyak
Prognosis umumnya bonam. Quo ad serangga
sanationam untuk reaksi tipe cepat dan reaksi ‐ Kegiatan di alam terbuka (seperti
tidak biasa adalah dubia ad malam, sedangkan berkemah)
reaksi tipe lambat adalah bonam. Penegakan Diagnosis
Pencegahan  Anamnesis
Gunakan insect repellent seperti ‐ Gatal sampai rasa nyeri seperti terbakar
Diethyltoluamide (DEET) pada kulit dan ‐ Timbul bercak merah yang kemudian
Permethrin spray pada pakaian. Gunakan juga dapat berubah menjadi lepuh
kelambu dan pelindung lainnya. Apabila ada ‐ Riwayat kontak dengan serangga tomcat
hewan peliharaan yang dicurigai terinfestasi
 Pemeriksaan fisik
dengan kutu, maka segera diobati.
Eritema lokal dengan ciri kissing / mirror
lesion, dimana lesi pada daerah fleksural
(lipatan) akan mengakibatkan lesi yang
sama pada kulit yang sebelumnya normal.
Lesi dapat berkembang menjadi vesikel-
bula yang dapat pecah menjadi krusta dan
dapat bertahan sampai beberapa minggu.

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 41


Reaksi yang berat dapat mengakibatkan ‐ Apabila menemukan serangga tomcat,
nekrosis. Mukosa (seperti konjungtiva dan dianjurkan agar tidak dibunuh dengan
genital) juga dapat teriritasi akibat kontak. tangan kosong / kulit terbuka karena
penyakit ini bukan berasal dari gigitan,
 Pemeriksaan penunjang melainkan dari cairan tubuh serangga
Penyakit ini tidak membutuhkan yang dikeluarkan bila tubuh serangga
pemeriksaan penunjang. hancur.
 Diagnosis klinis Monitoring Pengobatan
Diagnosis ditegakkan berdasarkan Pengobatan diberikan sampai lesi mereda /
anamnesis dan pemeriksaan fisik. mengering dan tidak ada tanda-tanda
Diagnosis : Dermatitis paederus / terjadinya komplikasi atau perburukan
Dermatitis linearis / Spider-lick / Whiplash penyakit.
dermatitis / Nairobi fly dermatitis Kriteria Rujukan
Jika kondisi memburuk, yatu dengan makin
 Diagnosis banding
bertambahnya patch eritema, timbul bula, atau
Dermatitis kontak iritan, Impetigo bulosa,
disertai gejala sistemik atau komplikasi.
Reaksi gigitan arthropoda
Komplikasi
Penatalaksanaan Komprehensif
Komplikasi umumnya berupa infeksi sekunder
 Terapi
dan persebaran lesi ke mukosa, seperti
1. Tatalaksana pada fase akut berupa irigasi
Konjungtivitis.
pada lesi menggunakan air dengan
sabun. Prognosis
Bonam
2. Sistemik
‐ Antihistamin sedatif: Pencegahan
Chlorpheniramine maleate (CTM) 3 x Gunakan insect repellent seperti
4 mg selama 7 hari. Diethyltoluamide (DEET) pada kulit dan
‐ Antihistamin non-sedatif: Loratadine Permethrin spray pada pakaian. Gunakan juga
atau Cetirizine 1 x 10 mg selama 7 kelambu dan pelindung lainnya.
hari.

3. Topikal
Kortikosteroid topikal potensi sedang- BAB V DERMATITIS
kuat, seperti krim Mometasone furoate
0,1% atau Betametasone valerate 0,5%,
DERMATITIS KONTAK
diberikan 2 kali sehari selama 7 hari. IRITAN
 Konseling dan edukasi Definisi
Pasien dan keluarga diberikan penjelasan: Reaksi peradangan kulit non-imunologis yang
‐ Gunakan obat secara teratur disebabkan oleh bahan-bahan iritan. Reaksi
‐ Menjaga kebersihan lingkungan tempat dapat terjadi secara langsung tanpa didahului
tinggal, memakai baju berlengan panjang proses sensitisasi. Bahan-bahan tersebut sering
dan celana panjang, pada beberapa kasus kali berhubungan dengan pekerjaan (seperti
boleh memakai insect repellent jika pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam, basa,
diperlukan dan sebagainya).

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 42


atau asam klorida (HCl), termasuk
luka bakar oleh bahan kimia.
b. Lesi berupa: eritema, edema, bula,
kadang disertai nekrosis.
c. Tepi kelainan kulit berbatas tegas
dam pada umumnya asimetris.

2. DKI akut lambat


a. Gejala klinis baru muncul sekitar 8 –
Gambar 42: Dermatitis kontak iritan (kronis) 24 jam atau lebih setelah kontak.
b. Bahan iritan yang dapat menyebabkan
Etiologi DKI tipe ini diantaranya adalah
Bahan-bahan iritan kuat maupun lemah Podophyllin, Dithranol / Anthralin,
Tretinoin, Ethylene oxide,
Kata Kunci
Benzalchromium chloride, dan asam
‐ Ruam di kulit setelah kontak dengan suatu
hidrofluorat (HF).
bahan iritan (deterjen, asam, basa, dan
c. Kadang-kadang disebabkan oleh bulu
sebagainya)
serangga yang terbang pada malam
‐ Batas tidak tegas jika paparan kronis /
hari, penderita baru merasa pedih
kumulatif
keesokan harinya. Pada awalnya
Faktor Resiko terlihat eritema, dan pada sore harinya
‐ Penggunaan bahan iritan sudah menjadi vesikel atau bahkan
‐ Faktor pekerjaan yang sering kontak nekrosis.
dengan bahan iritan (seperti tukang cuci,
3. DKI kumulatif / kronis
juru masak, kuli bangunan, montir, penata
a. Penyebabnya adalah kontak berulang-
rambut)
ulang dengan iritan lemah (faktor
‐ Riwayat dermatitis atopik / eksim
fisik, misalnya gesekan, trauma
Penegakan Diagnosis minor, kelembaban rendah, panas
 Anamnesis atau dingin; faktor kimia seperti
‐ Gatal, pedih, panas, terbakar deterjen, sabun, pelarut, tanah, dan
‐ Intensitas gejala bergantung pada jenis bahkan air).
iritan (kuat / lemah); iritan kuat b. Umumnya predileksi ditemukan di
memberikan gejala akut, sedangkan tangan, terutama pada pekerja.
iritan lemah memberikan gejala kronis. c. Kelainan baru muncul setelah kontak
‐ Riwayat kontak dengan bahan iritan dengan bahan iritan berminggu-
minggu atau bulan, bahkan bisa
 Pemeriksaan fisik bertahun-tahun kemudian sehingga
Tanda yang dapat diobservasi sama seperti waktu dan rentetan kontak merupakan
dermatitis pada umumnya, tergantung pada faktor penting.
kondisi akut atau kronis. Berdasarkan d. Kulit dapat retak seperti luka iris
penyebab dan pengaruh faktor-faktor (fissura), misalnya pada kulit tumit
tertentu, DKI dibagi menjadi: tukang cuci yang mengalami kontak
1. DKI akut terus-menerus dengan deterjen.
a. Disebabkan oleh bahan iritan kuat, Keluhan penderita umumnya rasa
misalnya larutan asam sulfat (H2SO4) gatal atau nyeri karena kulit retak

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 43


(fissura). Ada kalanya kelainan hanya ‐ Dermatopatologi
berupa kulit kering atau skuama tanpa
eritema, sehingga diabaikan oleh  Diagnosis klinis
penderita. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik
4. Reaksi iritan
a. Merupakan dermatitis subklinis pada Diagnosis : Dermatitis kontak iritan
seseorang yang terpakan dengan
 Diagnosis banding
pekerjaan basah, misalnya penata Dermatitis kontak alergi (DKA), Psoriasis
rambut dan pekerja logam dalam palmoplantar, Dermatitis kontak fotoalergi
beberapa bulan pertama, kelainan
kulit monomorfik (efloresensi Penatalaksanaan Komprehensif
tunggal) dapat berupa eritema,  Terapi
skuama, vesikel, pustul, dan erosi. 1. Topikal
b. Umumnya dapat sembuh sendiri, ‐ Kompres basah dengan larutan
namun menimbulkan penebalan kulit Burrowi pada lesi akut, diganti tiap 2
dan kadang-kadang berlanjut menjadi – 3 hari.
DKI kronis. ‐ Pelembab / Emolient krim hidrofilik
urea 10%
5. DKI traumatika
‐ Kortikosteroid: Krim Desonide 0,05%
a. Kelainan kulit berkembang lambat
(atau Fluocinolone acetonide 0,025%
setelah trauma panas atau laserasi.
bila tidak tersedia) (berdasarkan
b. Gejala seperti dermatitis nummularis
PPK); Kortikosteroid kelas I – II
(lesi akut dan basah).
seperti Betametasone dipropionate
c. Penyembuhan lambat, paling cepat 6
0,05% atau Mometasone furoate 0,1%
minggu.
(berdasarkan Fitzpatrick)
d. Lokasi predileksi paling sering terjadi
‐ Pada kasus subakut dan kronis
di tangan.
dengan manifestasi klinis likenifikasi
6. DKI non-eritematosa dan hiperpigmentasi, dapat diberikan
Merupakan bentuk subklinis DKI, golongan Krim Betametasone
ditandai dengan perubahan fungsi sawar dipropionate 0,05% atau Clobetasol
stratum korneum, hanya ditandai oleh propionate 0,05%
deskuamasi ringan tanpa disertai ‐ Pada kasus infeksi sekunder, perlu
kelainan klinis lain. dipertimbangkan pemberian antibiotik
topikal
7. DKI subyektif / DKI sensorik
Kelainan kulit tidak terlihat, namun 2. Sistemik
penderita merasa seperti tersengat / ‐ Prednisone loading 60 mg, ditapering
pedih atau terbakar / panas setelah 10 mg selama 2 minggu
kontak dengan bahan kimia tertentu, ‐ Hydroxyzine oral 2 x 25 mg selama
misalnya asam laktat. maksimal 2 minggu
‐ Loratadine oral 1 x 10 mg selama
 Pemeriksaan penunjang maksimal 2 minggu
‐ Patch test: negatif / decrescendo  lesi
kulit akan menghilang setelah patch
dilepas

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 44


 Konseling dan edukasi DERMATITIS ATOPIK
‐ Konseling untuk menghindari bahan
iritan di rumah saat mengerjakan
pekerjaan rumah tangga.
‐ Edukasi untuk menggunakan alat
pelindung diri seperti sarung tangan dan
sepatu boot.
‐ Memodifikasi lingkungan tempat
bekerja.

Monitoring Pengobatan
Pengobatan diberikan sampai lesi mereda /
mengering dan tidak ada tanda-tanda
Gambar 43: Dermatitis atopik tipe infantil
terjadinya komplikasi atau perburukan
penyakit. Definisi
Peradangan kulit berulang dan kronis disertai
Kriteria Rujukan
dengan gejala gatal. Pada umumnya terjadi
Pasien dirujuk apabila kelainan tidak membaik
selama masa bayi dan anak-anak dan sering
dalam 4 minggu pengobatan standard dan
berhubungan dengan peningkatan kadar IgE
sudah menghindari kontak.
dalam serum serta riwayat atopi pada keluarga
Komplikasi atau penderita.
Komplikasi berupa infeksi sekunder. Scarring
Etiologi
dapat terjadi pada kasus berat dan kronis.
‐ Alergen inhalan (tungau, serbuk sari bunga,
Prognosis aeroalergen spesifik lain)
Prognosis pada umumnya bonam. Pada kasus ‐ Agen microbial (eksotoksin S. aureus,
DKI akut dan bisa menghindari kontak, Streptococcus grup A, jamur)
prognosisnya adalah bonam (sembuh tanpa ‐ Autoalergen (protein dari jaringan tubuh
komplikasi). Pada kasus kumulatif dan tidak yang rusak)
bisa menghindari kontak, prognosisnya adalah ‐ Alergen ingestan / makanan (telur, susu,
dubia. kacang-kacangan, kedelai, ikan, gandum,
dan sebagainya)
Pencegahan
Identifikasi faktor risiko, menghindari bahan- Kata Kunci
bahan yang bersifat iritan, baik yang bersifat ‐ Gatal
kimia, mekanis, dan fisik; memakai sabun ‐ Riwayat alergi
dengan pH netral dan mengandung pelembab, ‐ Lesi tipikal dengan lokasi sesuai usia
serta memakai alat pelindung diri untuk ‐ Kronik-residif
menghindari kontak iritan saat bekerja.
Faktor Resiko
‐ Jenis kelamin perempuan
‐ Riwayat atopi pasien / keluarga (rhinitis
alergi, konjungtivitis alergi/vernal, asma
bronchial, dermatitis atopik, dan lain-lain)
‐ Faktor lingkungan (peningkatan
penggunaan antibiotik, tidak terbiasa
dengan kotor-kotor)

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 45


‐ Riwayat sensitif terhadap wol, bulu kucing, ‐ Pucat / redup
anjing, ayam, burung, dan sejenisnya. ‐ Jari tangan terasa dingin
‐ Stress psikis ‐ Terdapat papul, likenifikasi, eritema,
‐ Faktor iklim (memburuk di iklim dingin) erosi, ekskoriasi, eksudasi, dan krusta
pada lokasi predileksi

Lesi kulit bergantung pada perjalanan


penyakit, yaitu:
1. Akut
‐ Patch eritema, papul, dan plak dengan
atau skuama berbatas tidak tegas
‐ Edema luas
‐ Erosi: lembab, berkrusta, linear atau
punctata akibat garukan
‐ Infeksi sekunder: erosi dengan
eksudat, pustul
‐ Kulit tampak kering, pecah-pecah,
dan bersisik

2. Kronis
Gambar 44: Dermatitis atopik tipe anak
‐ Likenifikasi
Penegakan Diagnosis ‐ Fissura: nyeri terutama di bagian
 Anamnesis fleksural, sering kali di telapak
‐ Gatal hilang-timbul (sering kali hebat di tangan, jari, dan telapak kaki.
malam hari) ‐ Alopecia pada sepertiga lateral alis
‐ Riwayat alergi akibat gosokan konstan
‐ Riwayat stress (cemas, emosi, merasa ‐ Pigmentasi periorbita akibat gosokan
tertekan, dan sebagainya) kompulsif
‐ Dernnie-Morgan sign (lipatan
infraorbital di bawah kelopak mata)

Lokasi predileksi dibagi berdasarkan usia,


yaitu:
1. Tipe bayi (infantil)
‐ Dahi, pipi, kulit kepala, leher,
pergelangan tangan dan tungkai, serta
lutut (pada anak yang mulai
merangkak)
‐ Lesi berupa eritema, papul vesikel
halus, eksudatif, krusta

Gambar 45: Dermatitis atopik tipe dewasa 2. Tipe anak


‐ Lipat siku, lipat lutut, pergelangan
 Pemeriksaan fisik tangan bagian dalam, kelopak mata,
Kulit pada pasien penderita DA memiliki leher, kadang-kadang di wajah
ciri khusus (patognomonis), yaitu:
‐ Kering pada perabaan

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 46


‐ Lesi berupa papul, sedikit eksudatif, 4. Riwayat atopi pasien atau keluarga
sedikit skuama, likenifikasi, erosi, (asma, rhinitis alergi, dan sebagainya)
kadang-kadang disertai pustul
Kriteria minor:
3. Tipe remaja dan dewasa 1. Xerosis
‐ Lipat siku, lipat lutut, samping leher, 2. Ichthyosis, hiperlinearitas palmar,
dahi, sekitar mata, tangan dan keratosis pilaris
pergelangan tangan, kadang-kadang 3. Reaktivitas tes kulit langsung
ditemukan setempat misalnya bibir, (hipersensitivitas tipe I)
vulva, areola mammae, atau kulit 4. Peningkatan serum IgE
kepala 5. Onset usia dini
‐ Lesi berupa plak papular eritematosa, 6. Kecenderungan terserang infeksi kulit
skuama, likenifikasi, kadang-kadang (terutama oleh S. aureus dan herpes
erosi dan eksudasi, terjadi simpleks) atau gangguan imunitas
hiperpigmentasi seluler
7. Dermatitis pada papilla mammae
Berdasarkan derajat keparahan terbagi 8. Cheilitis
menjadi: 9. Konjungtivitis rekuren
1. DA ringan: apapbila mengenai <10% 10. Dennie-Morgan infraorbital fold
luas permukaan kulit 11. Keratoconus
2. DA sedang: apabila mengenai 10 – 50% 12. Katarak subkapsular anterior
luas permukaan kulit 13. Daerah orbita menjadi gelap
3. DA berat: apabila mengenai >50% luas 14. Muka pucat atau eritema
permukaan kulit, tanpa penyulit (seperti 15. Pityriasis alba
infeksi sekunder) 16. Lipatan leher anterior
 Pemeriksaan penunjang 17. Gatal saat berkeringat
‐ IgE serum, eosinofil 18. Intoleransi terhadap wool dan pelarut
‐ Skin prick test (untuk mengetahui lemak
penyebab alergi) 19. Aksentuasi perifolikular
‐ Kultur bakteri, virus (menyingkirkan 20. Intoleransi makanan
diagnosis banding) 21. Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh
‐ Dermatopatologi faktor emosional dan lingkungan
22. Dermografisme putih atau delayed
 Diagnosis klinis blanch
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik, dimana Diagnosis : Dermatitis atopik / Eczema
harus memenuhi 3 kriteria mayor dan 3 atopik / Eczema konstitusional / Eczema
kriteria minor dari Hanifin-Rajka. fleksural / Neurodermatitis disseminata /
Prurigo Besnier / Dermatitis eksfoliativa
Kriteria mayor: (jika berat sampai terjadi demam,
1. Pruritus deskuamasi general, dan toksisitas sistemik)
2. Distribusi dan morfologi tipikal
(likenifikasi atau linearitas fleksural  Diagnosis banding
pada dewasa; keterlibatan ekstensor dan Dermatitis seborroik, Dermatitis kontak,
fasial pada bayi dan anak) Dermatitis nummularis, Skabies, Ichthosis,
3. Dermatitis kronik-residif Psoriasis, Sindroma Sezary, Dermatitis
herpetiformis, Sindroma Wiskott-Aldrich,

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 47


Sindroma hiper-IgE, Dermatofitosis, ‐ Calcineurin inhibitor topikal seperti
Acrodermatitis enteropathica, Sindroma Tacrolimus dan Pimecrolimus (hanya
glucagonoma, Histiocytosis sel Langerhans, efektif pada kasus ringan)
Histidinemia, Phenylketonuria, X-linked ‐ Infeksi sekunder: antibiotik topikal
agammaglobulineumia, Defisiensi IgA sesuai terapi Pioderma
selektif
3. Sistemik
Penatalaksanaan Komprehensif ‐ Chlorpheniramine maleate oral 3 x 4
 Terapi mg selama maksimal 2 minggu
1. Modifikasi gaya hidup ‐ Cetirizine 1 x 10 mg selama
‐ Menemukan dan menghindari faktor maksimal 2 minggu
risiko ‐ Loratadine 1 x 10 mg selama
‐ Menghindari bahan-bahan yang maksimal 2 minggu
bersifat iritan termasuk pakaian ‐ Pada kasus berat pada pasien dewasa,
seperti wol atau bahan sintetik dapat diberikan Prednisone 60 – 80
‐ Memakai sabun dengan pH netral dan mg selama 2 hari dan ditapering
mengandung pelembab separuh dosis tiap 2 hari selama 6
‐ Menjaga kebersihan bahan pakaian hari.
‐ Menghindari pemakaian bahan kimia ‐ Terapi Cyclosporine (5
tambahan mg/kgBB/hari) dapat
‐ Membilas badan segera setelah dipertimbangkan pada kasus berat
selesai berenang untuk menghindari yang gagal dengan terapi lain
kontak klorin yang terlalu lama
‐ Menhindari stress psikis  Konseling dan edukasi
‐ Menghindari bahan pakaian terlalu ‐ Penyakit bersifat kronis dan berulang
tebal, ketat, kotor sehingga perlu diberi pengertian kepada
‐ Pada bayi, menjaga kebersihan di seluruh anggota keluarga untuk
daerah popok, iritasi oleh kencing menghindari faktor risiko dan
atau feses, dan hindari pemakaian melakukan perawatan kulit secara benar.
bahan-bahan berobat ‐ Memberikan informasi kepada keluarga
‐ Menghindari pembersih yang bahwa prinsip pengobatan adalah
mengandung antibakteri karena menghindari gatal, menekan proses
merusak flora normal dan peradangan, dan menjaga hidrasi kulit.
‐ Menekankan kepada seluruh anggota
menginduksi resistensi
keluarga bahwa modifikasi gaya hidup
2. Topikal tidak hanya berlaku pada pasien, juga
‐ Lesi di kulit kepala: kortikosteroid harus menjadi kebiasaan keluarga secara
topikal seperti krim Desonide 0,05% keseluruhan.
atau Fluocinolone acetonide 0,025%
2 kali sehari selama maksimal 2 Monitoring Pengobatan
minggu ‐ Diperlukan pengobatan pemerliharan
‐ Lesi likenifikasi dan hiperpigmentasi: setelah fase akut teratasi. Pengobatan
Krim Betametasone valerate 0,1% pemeliharaan dengan kortikosteroid topikal
atau Mometasone furoate 0,1% 2 kali jangka panjang (1 kali sehari) dan
sehari penggunaan krim pelembab 2 kali sehari
sepanjang waktu.

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 48


‐ Pengobatan pemeliharaan dapat diberikan
selama maksimal 4 minggu.
‐ Pemantauan efek samping kortikosteroid.
Bila terdapat efek samping, kortikosteroid
dihentikan.

Kriteria Rujukan
‐ Dermatitis atopik luas dan berat
‐ Dermatitis atopik rekalsitran atau dependent
steroid
Gambar 46: Dermatitis nummularis
‐ Bila diperlukan skin prick test
‐ Bila gejala tidak membaik dengan Kata Kunci
pengobatan standar selama 4 minggu ‐ Stress psikia
‐ Bila kelainan rekalsitran atau meluas ‐ Gatal
sampai eritroderma ‐ Lesi berbentuk koin

Komplikasi Faktor Resiko


‐ Infeksi sekunder ‐ Jenis kelamin laki-laki (usia 55 – 65 tahun)
‐ Eritroderma ‐ Jenis kelamin perempuan (usia 15 – 25
tahun)
‐ Riwayat trauma fisik dan kimia (fenomena
Prognosis Koebner)
Bonam (dapat terkendali dengan pengobatan ‐ Riwayat dermatitis kontak alergi
pemeliharaan) ‐ Riwayat dermatitis atopik
Pencegahan ‐ Stress emosional
Pencegahan dilakukan dengan menghindari ‐ Minuman beralkohol
faktor pencetus, menurunkan faktor risiko, dan ‐ Lingkungan dengan kelembaban rendah
meningkatkan pertahanan kulit dengan ‐ Riwayat infeksi kulit sebelumnya
pengobatan pemeliharaan. Penegakan Diagnosis
 Anamnesis
‐ Gatal berat
DERMATITIS ‐ Timbul bercak merah basah
NUMMULARIS ‐ Keluhan hilang-timbul dan sering
kambuh
Definisi ‐ Riwayat stress emosional
Peradangan kulit kronis yang gatal dengan lesi
plak berbentuk koin yang tersusun atas  Pemeriksaan fisik
sekelompok papul dan vesikel kecil dengan Tanda patognomonis:
dasar eritema. 1. Lesi akut berupa vesikel dan
papulovesikel berbentuk koin (ukuran 1
Etiologi – 3 cm), eritematosa, sedikit edema, dan
Multifaktorial; umumnya dicetuskan oleh berbatas tegas.
stress; dapat dipengaruhi oleh riwayat atopi, 2. Tanda eksudasi karena vesikel mudah
usia (rendahnya hidrasi stratum corneum) dan pecah, kemudian mengering menjadi
kolonisasi bakteri. krusta kekuningan.

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 49


3. Jumlah lesi dapat satu, dapat pula ‐ Preparat tar
banyak dan tersebar, bilateral, atau ‐ Emolient (pelembab) untuk
simetris, dengan ukuran yang bervariasi. memperbaiki hidrasi kulit

Tempat predileksi terutama di tungkai 3. Sistemik


bawah, badan, lengan, termasuk punggung ‐ Chlorpheniramine maleate oral 3 x 4
tangan. mg selama maksimal 2 minggu
‐ Cetirizine 1 x 10 mg selama
 Pemeriksaan penunjang maksimal 2 minggu
Tidak memerlukan pemeriksaan penunjang ‐ Loratadine 1 x 10 mg selama
maksimal 2 minggu
 Diagnosis klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan 4. Infeksi bakteri sekunder diberikan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. antibiotik topikal atau sistemik bila luas
Diagnosis : Dermatitis nummularis /  Konseling dan edukasi
Discoid eczema / Microbial eczema ‐ Memberikan edukasi bahwa kelainan
bersifat kronis dan berulang sehingga
 Diagnosis banding
Dermatitis kontak alergi, Dermatitis atopik, penting untuk pemberian obat topikal
Dermatitis stasis, Tinea korporis, Impetigo, rumatan
Psoriasis, Mycosis fungoides, Paget ‐ Mencegah terjadinya infeksi sebagai
disease, Pemphigus vulgaris, Pemphigoid faktor terjadinya relaps
bullosa, Fixed drug eruption, Pityriasis Monitoring Pengobatan
rotunda Pengobatan diberikan sampai lesi mereda /
mengering dan tidak ada tanda-tanda
Penatalaksanaan Komprehensif
terjadinya komplikasi atau perburukan
 Terapi
penyakit.
1. Hindari faktor pencetus (seperti stress)
Kriteria Rujukan
2. Topikal
‐ Apabila kelainan tidak membaik dengan
‐ Kompres terbuka dengan larutan
pengobatan topikal standar
Kalium Permanganat (PK) 1:10.000
‐ Apabila diduga terdapat faktor penyulit
menggunakan 3 lapis kasa bersih
lain, misalnya fokus infeksi pada organ
selama masing-masing 15 – 20 menit
lain, maka konsultasi dan atau disertai
tiap kompres (untuk lesi madidans /
rujukan kepada dokter spesialis terkait
basah) sampai lesi mengering
(contoh: Gigi-mulut, THT-KL, Obsgyn, dan
‐ Kortikosteroid topikal 2 kali sehari
lain-lain) untuk penatalaksanaan fokus
selama maksimal 2 minggu. Penyakit
infeksi tersebut.
ini umumnya refrakter terhadap
steroid potensi sedang, sehingga perlu Komplikasi
diberikan steroid superpoten seperti ‐ Insomnia (akibat pruritus hebat)
Clobetasol propionate 0,05%. Bila ‐ Infeksi bakteri sekunder
lesi sudah mereda, steroid potensi
ringan-sedang dapat diberikan untuk Prognosis
menghindari atrofi kulit. Bonam (ringan tanpa penyulit, Dubia ad
‐ Calcineurin inhibitor topikal seperti bonam (berat dengan penyulit)
Tacrolimus dan Pimecrolimus

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 50


Pencegahan ‐ Timbul bercak merah berbatas tegas
Pencegahan dilakukan dengan menghindari mengikuti bentuk popok, kadang-kadang
faktor risiko / pencetus dan memperbaiki basah dan membentuk luka
fungsi barrier kulit.
 Pemeriksaan fisik
Tanda patognomonis berupa:
NAPKIN ECZEMA 1. Makula eritematosa berbatas agak tegas
(bentuk mengikuti bentuk popok yang
berkontak)
2. Papul
3. Vesikel
4. Erosi
5. Ekskoriasi
6. Infiltrat dan ulkus bila parah
7. Plak eritematosa, basah, disertai
papulopustul di sekitar (lesi satelit) bila
terinfeksi jamur

 Pemeriksaan penunjang
Gambar 47: Napkin eczema Pemeriksaan KOH atau Gram bila dicurigai
Definisi adanya infeksi jamur Candida
Peradangan kulit di daerah genitokrural sesuai  Diagnosis klinis
dengan tempat kontak popok yang disebabkan Diagnosis ditegakkan berdasarkan
oleh iritan dalam popok. anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Etiologi Diagnosis : Dermatitis popok / Diaper
Iritasi akibat bahan yang tersimpan di dalam dermatitis / Diaper rash / Napkin eczema
popok (seperti urine dan feses). Sering kali
berhubungan dengan infeksi Candida sp.  Diagnosis banding
Letterer-Siwe disease, Acrodermatitis
Kata Kunci
enteropathica, Psoriasis inversa, Eritrasma,
‐ Bayi yang rewel
Dermatitis kontak iritan, Dermatitis
‐ Popok jarang diganti
seborroik
‐ Ruam berbentuk popok
Penatalaksanaan Komprehensif
Faktor Resiko
 Terapi
‐ Popok jarang diganti (hygiene buruk)
1. Topikal (bila ringan)
‐ Kulit bayi yang kering sebelum dipasang
‐ Krim/salep bersifat protektif (Zinc
popok
oxide / Panthenol) dipakai 2 kali
‐ Riwayat atopi diri dan keluarga
sehari selama 1 minggu
‐ Riwayat alergi terhadap bahan plastik dan
‐ Kortikosteroid potensi lemah
kertas
(Hidrocortisone 1 – 2,5%) dipakai 2
Penegakan Diagnosis kali sehari selama 3 – 7 hari
 Anamnesis ‐ Derivat azole topikal (misalnya
‐ Gatal (sering kali bermanifestasi sebagai Ketoconazole, Miconazole)
rewel) dikombinasi Zinc Oxide diberikan 2

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 51


kali sehari selama 7 hari pada
kecurigaan infeksi Candida BAB VI DERMATOSIS
2. Sistemik (curiga infeksi Candida) ERITROSKUAMOSA
Nystatin sistemik (suspensi 100.000
DERMATITIS SEBORROIK
IU/ml) 1 kali sehari selama 7 hari

 Konseling dan edukasi


‐ Memberitahu keluarga mengenai
penyebabdan menjaga hygiene kulit
‐ Mengajarkan cara penggunaan popok
dan mengganti secepatnya bila popok
basah
‐ Mengganti popok sekali pakai bila
kapasitas telah penuh

Monitoring Pengobatan Gambar 48: Dermatitis seborroik

Bila gejala tidak menghilang setelah Definisi


pengobatan standar selama 1 minggu, Dermatosis kronik yang sangat umum, dengan
dilakukan: lesi kemerahan dan skuama, yang terjadi pada
1. Pengobatan ulang 7 hari lagi daerah kulit dimana kelenjar sebacea paling
2. Pertimbangkan untuk pemeriksaan ulang aktif.
KOH atau Gram
Etiologi
Kriteria Rujukan Penyebab pasti tidak diketahui dan dianggap
Bila keluhan tidak membaik setelah multifaktorial. Dapat berhubungan dengan
pengobatan standar selama 2 minggu Malassezia sp. dan Pityrosporum sp.
Komplikasi Kata Kunci
Jarang terjadi komplikasi ‐ Bercak kemerahan dengan skuama
Prognosis kekuningan / berminyak
Bonam ‐ Ketombe ringan
‐ Keropeng kuning berbau tidak sedap
Pencegahan
Orang tua dianjurkan untuk mengganti popok Faktor Resiko
bayi lebih sering dan menggunakan pelembab ‐ Genetik
sebelum pemakaian popok bayi, serta ‐ Faktor kelelahan (kurang tidur)
dianjurkan menggunakan popok sekali pakai ‐ Stress emosional
jenis highly absorbent. ‐ Infeksi
‐ Defisiensi imun
‐ Defisiensi nutrisi (seperti zinc, niacin,
pyridoxine)
‐ Jenis kelamin: laki-laki > perempuan
‐ Usia: bayi bulan pertama dan dewasa usia
18 – 40 tahun

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 52


Penegakan Diagnosis  Diagnosis banding
 Anamnesis Psoriasis vulgaris ringan, Impetigo
‐ Gatal ringan krustosa, Dermatofitosis, Pityriasis
‐ Bercak kemerahan dan kulit kasar versicolor, Kandidiasis intertriginosa,
‐ Ketombe Lupus eritematosus subakut, Sifilis
‐ Keropeng berbau tidak sedap dan gatal sekunder, Histiocytosis sel Langerhans,
Acrodermatitis enteropathica, Defisiensi
 Pemeriksaan fisik zinc, Penphigus foliaceus, Sindroma
Makula eritema dengan papul / plak, glucagonoma
skuama berminyak agak kekuningan, batas
agak tegas. Bentuk lesi bergantung pada Penatalaksanaan Komprehensif
predileksinya.  Terapi
1. Terapi topikal awal
Predileksi: a. Kepala
1. Daerah berambut pada kepala: scalp, 1) Dewasa
alis, bulu mata (blefaritis), janggut; bisa ‐ Shampo dengan kandungan
terjadi cradle cap pada bayi, yaitu lesi Selenium sulfide, Zinc
eritema dengan skuama dan krusta pyrithione, dan/atau tar.
kuning-jingga tebal yang berbau. ‐ Shampo Ketoconazole 2%
2. Wajah: kemerahan pada dahi (corona ‐ Kortikosteroid potensi rendah
seborrhoica) berbentuk kupu-kupu; dapat digunakan setelah
lipatan nasolabial, alis, glabella, penggunaan obat shampo pada
retroaurikular. kasus berat
3. Badan: patch kuning-kecoklatan pada ‐ Krim Pimecrolimus 1%
daerah sternum; dapat menyerupai
Pityriasis rosea atau Pityriasis versicolor. 2) Bayi
4. Lipatan badan: ketiak, selangkangan, ‐ Cradle cap harus diberikan
anogenital, submammae, umbilicus, kompres minyak zaitun hangat
daerah popok pada bayi; lesi tampak untuk menghilangkan krusta,
sebagai erupsi eritema difus yang kemudian diberikan obat topikal
berbatas tegas dan dapat disertai erosi berikut.
dan fissura. ‐ Shampo bayi
5. Genitalia: sering kali berupa lesi ‐ Shampo Ketoconazole 2%
psoriasiform dan krusta kekuningan. ‐ Krim Hydrocortisone 1 – 2,5%
‐ Krim Ketoconazole 2%
 Pemeriksaan penunjang ‐ Krim Pimecrolimus 1%
Dermatopatologi: parakeratosis fokal
dengan sedikit neutrofil, acanthosis sedang, b. Wajah dan badan
spongiosis, dan inflamasi non-spesifik pada ‐ Shampo Ketoconazole 2%
dermis ‐ Krim/lotion kortikosteroid
‐ Krim Ketoconazole 2%
 Diagnosis klinis ‐ Krim Pimecrolimus 1%
Diagnosis ditegakkan berdasarkan ‐ Salep Tacrolimus 0,3 – 1%
anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Diagnosis : Dermatitis seborroik / Pityriasis


sicca / Cradle cap

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 53


c. Kelopak mata Monitoring Pengobatan
‐ Hilangkan krusta dengan kapas Pengobatan diberikan sampai lesi mereda /
yang dicelupkan dalam shampo mengering dan tidak ada tanda-tanda
bayi pada pagi hari terjadinya komplikasi atau perburukan
‐ Suspensi Sodium Sulfacetamide penyakit.
dengan Prednisolone 0,2% dan
Phenylephrine 0,12% Kriteria Rujukan
‐ Salep Sodium Sulfacetamide Pasien dirujuk apabila tidak ada perbaikan
‐ Krim Ketoconazole 2% dengan pengobatan standar.
‐ Krim Pimecrolimus 1% Komplikasi
‐ Salep Tacrolimus 0,03% Dermatitis seborroik pada bayi (terutama
d. Daerah intertriginosa dengan gangguan imunodefisiensi) dapat
‐ Krim Ketoconazole 2% berkembang menjadi Leiner disease, yaitu
‐ Krim Pimecrolimus 1% eritroderma seborroik dengan diare disertai
‐ Salep Tacrolimus 0,03% gangguan tumbuh-kembang.

2. Terapi sistemik (pada kasus berat) Prognosis


‐ Asam retinoat-cis-13 oral 0,5 – 1 Bonam
mg/kgBB Pencegahan
‐ Itraconazole oral 2 x 100 mg selama 2 Pencegahan dilakukan dengan mengontrol
hari, 1 kali tiap bulan faktor risiko seperti stress emosional.
‐ Antihistamin (seperti
Chlorpheniramine maleate atau
Loratadine) dapat diberikan untuk PITYRIASIS ROSEA
mengurangi gejala

3. Terapi rumatan menggunakan salah satu


obat topikal di atas (Ketoconazole, Tar,
Pimecrolimus, Tacrolimus, atau
Hydrocortisone)

 Konseling dan edukasi


‐ Memberitahukan kepada orang tua untuk
menjaga kebersihan bayi dan rajin
merawat kulit kepala bayi.
‐ Memberitahukan kepada orang tua
Gambar 49: Pityriasis rosea
bahwa kelainan ini umumnya muncul
pada bulan-bulan pertama kehidupan dan Definisi
membaik seiring dengan pertambahan Erupsi eksantematus akut dengan morfologi
usia. lesi yang khas dan sering kali bersifat swasirna
‐ Memberikan informasi bahwa penyakit (self-limited).
ini sukar disembuhkan tetapi dapat
terkontrol dengan mengontrol emosi dan Etiologi
psikisnya. Penyebab pasti tidak diketahui. Penyebab yang
paling mungkin adalah reaktivasi Human
Herpesvirus (HHV) 6 atau 7.

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 54


Kata Kunci  Diagnosis banding
‐ Muncul bercak merah bulat / lonjong Exanthematous drug eruption, Psoriasis
berukuran besar guttata, Parapsoriasis, Erythema migrans,
‐ Diikuti lesi yang lebih kecil tersebar Erythema multiforme, Tinea korporis
mengikuti garis kulit
‐ Pola lesi: pohon cemara terbalik (Christmas Penatalaksanaan Komprehensif
tree pattern)  Terapi
1. Simptomatis
Faktor Resiko ‐ Bedak Salicyl 1 – 2% atau Menthol
Penurunan daya tahan tubuh (misalnya stress 0,25 – 0,5%
emosional) yang menyebabkan reaktivasi ‐ Kortikosteroid topikal jangka pendek
HHV-6 atau 7 ‐ Antihistamin oral (seperti
Chlorpheniramine maleate, Cetirizine,
Penegakan Diagnosis
Loratadine)
 Anamnesis
‐ Muncul lesi kemerahan, awalnya satu, 2. Agen antiviral
kemudian diikuti lesi lebih kecil Acyclovir 5 x 800 mg selama 1 minggu
menyerupai pohon cemara terbalik dapat meningkatkan peluang resolusi lesi
‐ Gatal ringan / asimptomatis total dalam 2 minggu.

 Pemeriksaan fisik 3. Fototerapi UVB atau sinar matahari


Lesi khas dari Pityriasis rosea adalah: biasa dapat meningkatkan kesembuhan
1. Herald Patch: terjadi pada 80% pasien jika dimulai dalam 1 minggu pertama
sebelum eksantema muncul. Lesi berupa erupsi.
patch atau plak eritema 2 – 5 cm, merah
salem, skuama kolaret halus pada tepi.  Konseling dan edukasi
Nama lainnya adalah Medallion, Mother Edukasi pasien dan keluarga bahwa
Plaque. penyakit ini swasirna
2. Eksantema: terjadi 1 – 2 minggu setelah Monitoring Pengobatan
Herald Patch. Lesi berupa papul / patch Pengobatan diberikan sampai lesi mereda /
dengan skuama kolaret halus, warna mengering.
merah muda, ukuran kecil, oval, tersebar
mengikuti garis kulit membentuk pola Kriteria Rujukan
“Christmas tree”. Lesi biasanya terbatas Tidak perlu dirujuk
pada badan dan bagian proksimal lengan
Komplikasi
dan tungkai, jarang pada wajah.
Tidak ada komplikasi yang bermakna
 Pemeriksaan penunjang
Prognosis
‐ KOH (opsional) untuk menyingkirkan
Bonam (penyakit dapat remisi spontan dalam 6
Tinea korporis
– 12 minggu, atau bahkan kurang)
‐ Dermatopatologi
Pencegahan
 Diagnosis klinis
Tidak ada pencegahan spesifik
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Diagnosis : Pityriasis rosea

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 55


BAB VII KELAINAN
KELENJAR SEBASEA &
EKRIN
AKNE VULGARIS RINGAN

Gambar 51: Akne vulgaris (papul, pustul & nodul)

Penegakan Diagnosis
 Anamnesis
‐ Timbul jerawat
Gambar 50: Akne vulgaris (komedo) ‐ Bisa disertai gatal atau nyeri
Definisi ‐ Masalah estetika (kurang percaya diri)
Peradangan pada unit pilosebaceous yang
 Pemeriksaan fisik
sangat umum terjadi; sering kali disebut
Lesi dapat berupa:
dengan jerawat.
1. Komedo (patognomonis): terbagi
Etiologi menjadi 2 jenis, yaitu komedo terbuka
‐ Penyumbatan ostium folikel oleh keratin (blackhead / open comedone) dan
‐ Peningkatan produksi sebum oleh glandula komedo tertutup (whitehead / closed
sebacea comedone). Komedo terbuka tampak
‐ Proliferasi bakteri Cutibacterium acnes sebagai lesi datar atau meninggi sedikit
(dulu disebut Propionibacterium acnes) dengan bagian tengah berwarna gelap
‐ Inflamasi perifolikular akibat sumbatan keratin dan lemak.
Komedo tertutup tampak sebagai papul
Kata Kunci miliar berwarna krem-putih tanpa
‐ Jerawat orifisium.
‐ Komedo, papul-pustul, nodul 2. Papul - pustul
3. Nodul - kista
Faktor Resiko
‐ Usia remaja (pubertas) Predileksi pada wajah, leher, badan depan-
‐ Stress emosional belakang, lengan atas, dan pantat.
‐ Sikls menstruasi
‐ Merokok  Pemeriksaan penunjang
‐ Ras Caucasia Pada umumnya tidak diperlukan
‐ Riwayat akne pada keluarga pemeriksaan penunjang.
‐ Konsumsi makanan berlemak dan tinggi
 Diagnosis klinis
karbohidrat
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Derajat
keparahan penyakit dibagi menjadi:

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 56


1. Ringan: komedo < 20 atau lesi inflamasi Kriteria Rujukan
<15, total lesi <30 Jika derajat keparahan penyakit meningkat
2. Sedang: komedo 20-100, atau lesi menjadi sedang sampai berat
inflamasi 15-50 atau total lesi 30-125
3. Berat: kista >5 atau komedo >100 atau Komplikasi
lesi inflamasi >50 atau total lesi >125 Tidak ada komplikasi yang bermakna

Diagnosis : Akne vulgaris ringan / sedang / Prognosis


Prognosis umumnya bonam, karena biasanya
berat
sembuh sebelum mencapai usia 30 – 40 an.
 Diagnosis banding
Pencegahan
Rosacea, Dermatitis perioral, Erupsi
1. Menghindari terjadinya peningkatan jumlah
akneiformis, Folikulitis, Pseudofolikulitis
lipid sebum dan perubahan isi sebum
barbae
dengan cara:
Penatalaksanaan Komprehensif a. Diet rendah lemak dan karbohidrat
 Terapi b. Melakukan perawatan kulit dengan
Pada akne vulgaris ringan, terapi yang membersihkan permukaan kulit
diberikan berupa terapi topikal, yaitu:
2. Menghindari terjadinya faktor pemicu
1. Lini 1
terjadinya akne, misalnya:
Asam retinoat 0,01 – 0,1% atau Benzoyl
a. Hidup teratur dan sehat, cukup istirahat,
peroxide (BP) 2 – 10% atau kombinasi.
olahraga sesuai kondisi tubuh, hindari
Ibu hamil / menyusui menggunakan BP.
stress
2. Lini 2 b. Penggunaan kosmetka secukupnya, baik
Asam azelaik 20% banyaknya maupun lamanya.
c. Menjauhi terpacunya kelenjar minyak,
3. Lini 3 misalnya minuman keras, makanan
Asam retinoat + Benzoyl peroxide atau pedas, rokok, lingkungan yang tidak
Asam retinoat + Antibiotik topikal sehat dan sebagainya.
(Clindamycin 1%, Erythromycin 2%, d. Menghindari polusi debu, pemencetan
Oxytetracycline 1%, Tetracycline 3%) lesi yang tidak semestinya, yang dapat
memperberat erupsi yang telah terjadi.
 Konseling dan edukasi
Pasien perlu diberikan informasi yang tepat
mengenai penyebab penyakit, pencegahan,
dan cara maupun lama pengobatan, serta DERMATITIS PERIORAL
prognosis penyakitnya. Hal ini penting agar
Definisi
penderita tidak berharap berlebihan
Erupsi akneiform eritematosa diskret dengan
terhadap usaha penatalaksanaan yang
mikropapul dan mikrovesikel pada daerah
dilakukan.
perioral.
Monitoring Pengobatan
Etiologi
Pengobatan diberikan sampai lesi mereda /
Etiologi pasti tidak diketahui, tetapi ada
mengering dan tidak ada tanda-tanda
hubungan dengan:
terjadinya komplikasi atau perburukan
‐ Aktivitas Demodex folliculorum
penyakit.

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 57


‐ Penggunaan kortikosteroid topikal /  Pemeriksaan penunjang
inhalasi, terutama steroid terfluorinasi dan ‐ Kultur bakteri (untuk menyingkirkan
pembersih mulut berbahan fluoride infeksi S. aureus)
‐ Penggunaan riasan dan produk perawatan ‐ Dermatopatologi (pada kasus atipikal)
wajah yang berlebihan
‐ Faktor lain (infeksi, hormonal, bahan kimia  Diagnosis klinis
lain seperti merkuri) Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Diagnosis : Dermatitis perioral /


Periorificial dermatitis

 Diagnosis banding
Dermatitis kontak alergi, Dermatitis atopik,
Dermatitis seborroik, Rosacea, Akne
vulgaris, Akne steroid, Demodicosis, Lupus
miliaris disseminates faciei, Moluskum
kontagiosum, Systemic lupus
erythematosus, Sarcoidosis, Sindroma Blau,
Gambar 52: Dermatitis perioral Lip-licking cheilitis, Histiocytosis

Kata Kunci Penatalaksanaan Komprehensif


‐ Bruntusan di sekitar mulut  Terapi
‐ Pemakaian pasta gigi, krim steroid, riasan 1. Hentikan penggunaan semua kosmetik
wajah, dll dan kortikosteroid topikal

Faktor Resiko 2. Topikal


‐ Pemakaian kortikosteroid topikal ‐ Gel Metronidazole 0,75% 2 kali
‐ Pemakaian kosmetik sehari atau 1% sekali sehari
‐ Imunokompromais ‐ Gel Erythromycin 2% 2 kali sehari
‐ Gel Clindamycin 1% 2 kali sehari
Penegakan Diagnosis
‐ Asam azelaik krim 20% atau gel 15%
 Anamnesis 2 kali sehari
‐ Gatal / panas di sekitar mulut ‐ Adapalene gel 0,1% sekali sehari
‐ Timbul lesi / bruntusan di sekitar mulut selama 4 minggu
‐ Riwayat pemakaian steroid topikal,
kosmetik, pasta gigi, dan sebagainya. 3. Sistemik
‐ Minocycline / Doxycycline 100
 Pemeriksaan fisik mg/hari sampai lesi hilang, kemudian
Papulopustul eritema berukuran 1 – 2 mm 50 mg/hari selama 2 bulan
dengan dasar eritema, berkelompok, dan ‐ Tetracycline 2 x 500 mg sampai lesi
simetris. Bagian sentral lesi berkonfluen hilang, kemudian 500 mg/hari selama
dan bersatelit. Plak berkonfluen dapat 1 bulan, dan 250 mg/hari selama 1
disertai skuama halus. Tidak ada komedo. bulan setelahnya.
Predileksi lesi pada periorifisial, yaitu ‐ Erythromycin 2 x 250 mg selama 4 –
sekitar mulut, perinasal, dan periorbita. 6 minggu

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 58


‐ Azithromycin 500 mg/hari, 3 hari keringat, keringat buntet, liken tropikus, atau
berturut-turut per minggu selama 4 prickly heat.
minggu
Klasifikasi miliaria berdasarkan letak
 Konseling dan edukasi sumbatan dan gambaran klinis dibagi menjadi:
Edukasi dilakukan terhadap pasien dan 1. Miliaria kristalina (sudamina): di stratum
pada orang tua pasien bila pasien anak- korneum
anak. Edukasi berupa menghentikan 2. Miliaria rubra: di stratum spinosum / mid-
pemakaian semua kosmetik dan epidermis
kortikosteroid topikal. Eritema dapat terjadi 3. Miliaria pustulosa: di stratum spinosum /
pada beberapa hari setelah penghentian mid-epidermis
steroid. 4. Miliaria profunda: di dermo-epidermal
junction
Monitoring Pengobatan
Pada pasien yang menderita Dermatitis
perioral dalam waktu lama, pemeriksaan
mikroskopis lesi dapat disarankan untuk
mengetahui apakah ada infeksi bakteri, jamur
atau adanya Demodex folliculorum.

Kriteria Rujukan
Pasien dirujuk apabila memerlukan
pemeriksaan mikroskopis atau pada pasien
dengan gambaran klinis yang tidak biasa dan
perjalanan penyakit yang lama.
Gambar 52: Miliaria (tipe kristalina)
Komplikasi
Etiologi
Komplikasi umumnya berupa infeksi bakteri
Sumbatan pada duktus kelenjar ekrin
sekunder.
Kata Kunci
Prognosis
‐ Bintil-bintil kecil seperti air
Bonam jika pasien menghentikan penggunaan
‐ Gatal atau bisa tidak bergejala
kosmetik atau kortikosteroid topikal
‐ Banyak keringat
Pencegahan ‐ Lingkungan panas dan lembab
Pencegahan dilakukan dengan menghindari
Faktor Resiko
penggunaan kosmetik berlebihan, penggunaan
‐ Lingkungan tropis, panas, kelembaban yang
kortikosteroid topikal tanpa indikasi, dan
tinggi
bahan-bahan kimia lainnya.
‐ Pakaian terlalu ketat

Penegakan Diagnosis
MILIARIA  Anamnesis
‐ Gatal ringan / tidak bergejala (tipe
Definisi
kristalina / profunda)
Kelainan kulit akibat retensi keringat. Produksi
‐ Gatal / perih / pedih (tipe rubra /
keringat yang berlebih memicu terjadinya
pustulosa)
maserasi dan penyumbatan duktus kelenjar
ekrin. Sinonim penyakit ini adalah biang

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 59


‐ Timbul bintil-bintil kecil, terutama Penatalaksanaan Komprehensif
muncul saat berkeringat  Terapi
1. Topikal
 Pemeriksaan fisik ‐ Lotio Calamine dan antipruritus lain
Lesi tergantung dari jenis miliaria, yaitu: (Menthol atau Camphor) 2 kali sehari
1. Miliaria kristalina selama 1 minggu
‐ Vesikel subkorneal, jernih, miliar (1 – ‐ Liquor Faberi 2 kali sehari selama 1
2 mm), tanpa tanda inflamasi, mudah minggu
pecah dengan garukan, dan ‐ Miliaria rubra dengan inflamasi berat
deskuamasi dalam beberapa hari dapat diberikan kortikosteroid topikal,
‐ Gejala subyektif ringan dan tidak bila terdapat infeksi sekunder dapat
memerlukan pengobatan diberikan antibiotik topikal
2. Miliaria rubra ‐ Lanolin anhydrous pada Miliaria
‐ Vesikel atau papulovesikel miliar di profunda (bila lesi luas dapat
atas dasar eritematosa, tersebar diberikan Isotretinoin)
diskret 2. Sistemik
‐ Gejala subyektif lebih berat, yaitu ‐ Chlorpheniramine maleate (CTM)
gatal (pada anak dapat tampak rewel) oral 3 x 4 mg selama 7 hari (sedatif)
3. Miliaria pustulosa ‐ Cetirizine 1 x 10 mg selama 7 hari
‐ Serupa miliaria rubra, yang berubah ‐ Loratadine 1 x 10 mg selama 7 hari
menjadi pustul
 Konseling dan edukasi
‐ Gejala subyektif sesuai miliaria rubra
‐ Menghindari kondisi hidrasi berlebihan
4. Miliaria profunda atau memakai pakaian yang sesuai
‐ Papul putih tanpa tanda radang dengan kondisinya
‐ Gejala subyektif ringan ‐ Menjaga ventilasi udara di dalam rumah
‐ Menghindari banyak berkeringat
Predileksi penyakit pada tempat-tempat ‐ Memilih lingkungan yang lebih sejuk
yang sering berkeringat dan tertutup dan sirkulasi udara (ventilasi) cukup
pakaian (seperti badan dan ekstremitas) ‐ Mandi air dingin dan memakai sabun

 Pemeriksaan penunjang Monitoring Pengobatan


Tidak memerlukan pemeriksaan penunjang Pengobatan diberikan sampai penyakit
teresolusi.
 Diagnosis klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan Kriteria Rujukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Tidak ada indikasi rujukan

Diagnosis : Miliaria (kristalina / rubra / Komplikasi


pustulosa / profunda) / Lichen tropicus / Komplikasi berupa infeksi sekunder
Prickly heat
Prognosis
 Diagnosis banding Bonam
Folikulitis, Grover’s disease, Campak
(morbili), Morbiliform drug eruption, Pencegahan
Eritema toksik neonatorum, Varisela, ‐ Memakai pakaian yang tipis dan dapat
menyerap keringat
Kandidiasis kutis

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 60


‐ Menghindari panas dan kelembaban yang 2. Fisika
berlebihan ‐ Dermografisme simptomatik / Urtikaria
‐ Menjaga kebersihan kulit (mandi setelah dermografik / factitial  akibat
berkeringat banyak) kekuatan mekanis
‐ Mengusahakan ventilasi yang baik ‐ Urtikaria dingin (cold urticaria) 
akibat kontak dengan udara/air dingin
‐ Urtikaria panas (heat urticaria)  akibat

BAB VIII PENYAKIT panas yang terlokalisir


‐ Urtikaria solaris (solar urticaria) 
KULIT ALERGI akibat sinar ultraviolet
‐ Urtikaria vibratorik  akibat getaran
URTIKARIA AKUT (misalnya oleh pneumatic hammer)
‐ Urtikaria kolinergik
‐ Delayed pressure urticaria  akibat
tekanan vertikal
3. Urtikaria akibat agen pelepas mast-cell,
pesudoallergen, dan ACE inhibitor
4. Urtikaria akuagenik (aquagenic)  akibat
kontak dengan air
5. Urtikaria idiopatik
6. Urtikaria kontak non-imun
7. Urtikaria yang berhubungan dengan
penyakit autoimun jaringan ikat/vaskular
8. Urtikaria yang diiunduksi oleh latihan fisik

Gambar 53: Urtikaria Kata Kunci


Definisi ‐ Biduran / bentol-bentol
Reaksi vaskular kulit yang ditandai dengan ‐ Terdapat faktor pencetus (alergi makanan
adanya urtika berbatas tegas, dikelilingi oleh dan sebagainya)
daerah berwarna kemerahan, terasa gatal, dan ‐ Riwayat alergi (+)
disebabkan oleh bermacam-macam penyebab.
Faktor Resiko
Urtikaria dapat juga disebut dengan biduran,
‐ Riwayat atopi / alergi pada diri dan
kaligata, hives, nettle rash, dan wheals.
keluarga
Etiologi ‐ Riwayat trauma fisik pada aktivitas
1. Imunologis ‐ Riwayat gigitan / sengatan serangga
‐ Urtikaria yang dimediasi oleh IgE ‐ Konsumsi obat-obatan (NSAID, antibiotik
(Hipersensitivitas tipe I) – tersering oleh Penicillin, diuretic,
‐ Urtikaria yang dimediasi oleh sistem imunisasi, obat injeksi, hormon, pencahar,
komplemen (Hipersensitivitas tipe II & dan sebagainya)
III) ‐ Konsumsi makanan (telur, udang, ikan,
‐ Urtikaria autoimun kacang, dan sebagainya)
‐ Urtikaria kontak imun (Hipersensitivitas ‐ Riwayat infeksi dan infestasi parasit
tipe IV) ‐ Penyakit autoimun dan jaringan ikat
‐ Usia (rata-rata 35 tahun)

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 61


‐ Riwayat trauma faktor fisik (panas, dingin, ‐ Dermatopatologi
sinar matahari / ultraviolet, radiasi)
 Diagnosis klinis
Penegakan Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan
 Anamnesis anamnesis dan pemeriksaan fisik, dengan
‐ Gatal, panas, rasa tersengat atau tertusuk urtikaria akut bila durasi penyakit < 6
‐ Bentol-bentol (bisa di seluruh tubuh minggu.
selain mukosa)
‐ Kadang dapat disertai sesak napas, nyeri Diagnosis : Urtikaria akut
perut, mual-muntah, nyeri kepala, dan  Diagnosis banding
berdebar-debar (gejala anafilaksis) Dermatitis urtikarial, Dermatitis kontak,
Reaksi gigitan arthropoda, Exanthematous
 Pemeriksaan fisik
Urtika / wheals (plak) berbatas tegas, drug reaction, Mastositosis, Penyakit bulosa
eritema atau berwarna putih dengan tepi autoimun, Vaskulitis urtikarial, Sindroma
kemerahan (halo), bentuk bervariasi Wells, Purpura Henoch-Schonlein, Eritema
(karena lesi dapat berkonfluen). Lesi multiforme
disertai dengan pruritus atau kadang sensasi Penatalaksanaan Komprehensif
terbakar. Lesi berakhir cepat, biasanya  Terapi
kembali ke kondisi normal dalam <24 jam. 1. Pada kondisi akut dengan tanda-tanda
Pemeriksaan fisik perlu dilengkapi dengan kegawatdaruratan, diindikasikan
pemeriksaan sistem organ lain, misalnya pemberian Epinephrine subkutan
pemeriksaan gigi, THT, dan sebagainya dilanjutkan dengan kortikosteroid setara
untuk menyingkirkan adanya infeksi fokal. Prednisone 60-80 mg/hari selama 3 hari,
dosis diturunkan 5-10 mg/hari
Predileksi lesi bisa terbatas di lokasi
tertentu sampai menyeluruh (generalisata). 2. Sistemik
a. Pilihan utama adalah antihistamin 1
 Pemeriksaan penunjang generasi 2 (non-sedatif) seperti:
‐ Serologi: pemeriksaan IgE spesifik ‐ Loradatine atau Cetirizine 10 – 20
dengan Radioallergosorbent test (RAST) mg/hari
‐ Pemeriksaan darah (eosinofil), urin dan ‐ Fexofenadine 180 mg/hari
feses rutin (memastikan adanya fokus
infeksi tersembunyi) b. Bila tidak berhasil, dapat diberikan
‐ Uji gores (scratch test) untuk melihat antihistamin 1 generasi 1 (sedatif),
dermografisme (terapi antihistamin harus seperti:
dihentikan setidaknya 2-3 hari dan terapi ‐ Hydroxyzine 3 x 25 mg
immunosupresi setidaknya 1 minggu) ‐ Diphenhydramine 4 x 25-50 mg
‐ Tes kulit serum autolog (untuk urtikaria ‐ Cyproheptadine 3 x 4 mg (untuk
autoimun) Urtikaria dingin)
‐ Pemeriksaan sistem komplemen 3. Terapi topikal hanya untuk meredakan
‐ Tes provokasi (dingin / panas) gejala, seperti krim Menthol 1 – 2%
‐ Tes eliminasi makanan dengan cara
menghentikan semua makanan yang  Konseling dan edukasi
dicurigai untuk beberapa waktu, lalu ‐ Prinsip pengobatan adalah identifikasi
mencobanya kembali satu per satu dan eliminasi faktor penyebab urtikaria

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 62


‐ Penyebab urtikaria perlu menjadi 1. Probabilitas tinggi: Penicillin (serta
perhatian setiap anggota keluarga derivatnya), Carbamazepine, Allopurinol,
garam emas
Monitoring Pengobatan 2. Probabilitas sedang: Sulfonamide, NSAID,
Pengobatan diberikan sampai lesi mereda tidak derivat Hydantoin, Isoniazid,
ada tanda-tanda terjadinya komplikasi atau Chloramphenicol, Erythromycin,
perburukan penyakit. Streptomycin
Kriteria Rujukan 3. Probabilitas rendah: Barbiturate,
‐ Rujukan ke dokter spesialis bila ditemukan Benzodiazepine, Phenothiazine,
fokus infeksi Tetracycline
‐ Jika urtikaria berlangsung kronik (>6
minggu) dan rekuren
‐ Jika pengobatan first-line therapy gagal
‐ Jika kondisi memburuk, yang ditandai
dengan makin bertambahnya patch eritema,
timbul bula, atau bahkan disertai gejala
anafilaksis (seperti sesak napas)

Komplikasi
‐ Angioedema
‐ Syok anafilaktik

Prognosis
Bonam dengan tetap menghindari faktor
pencetus
Gambar 54: Exanthematous drug eruption
Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan identifikasi Kata Kunci
faktor pencetus dan menghindarinya ‐ Muncul bercak merah luas setelah minum
obat
‐ Lesi kulit: erupsi makulopapular /
BAB IX REAKSI OBAT morbiliformis / eksantema

EXANTEMATOUS DRUG Faktor Resiko


‐ Riwayat konsumsi obat (jumlah, jenis,
ERUPTION dosis, cara pemberian, pengaruh pajanan
Definisi sinar matahari, atau kontak obat pada kulit
Reaksi hipersensitivitas dari penggunaan obat terbuka)
sistemik (baik per oral atau parenteral) yang ‐ Riwayat atopi / alergi diri dan keluarga
menyerupai eksantema viral pada campak (terutama terhadap obat tertentu)
(morbili). Penyakit ini merupakan jenis reaksi Penegakan Diagnosis
obat pada kulit yang paling umum.  Anamnesis
Etiologi ‐ Gatal ringan – berat
Hipersensitivitas tipe IV akibat penggunaan ‐ Muncul bercak merah pada kulit yang
obat-obatan tertentu, yaitu: luas (dalam 10 – 14 hari setelah
penggunaan obat)

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 63


‐ Riwayat penggunaan obat sistemik 3. Topikal: Bedak Salicyl 2% dan
‐ Disertai gejala sistemik (demam, antipruritus (seperti Menthol 0,5 – 1%)
meriang, nyeri sendi)
 Konseling dan edukasi
 Pemeriksaan fisik ‐ Prinsipnya adalah eliminasi obat
Makula / papul (beberapa ml – 1 cm) penyebab erupsi
multipel, berwarna merah terang, dapat ‐ Pasien dan keluarga diberitahu untuk
berkonfluen membentuk makula bersar, membuat catatan kecil di dompetnya
polisiklik. Lesi menyerupai erupsi morbili. tentang alergi obat yang dideritanya
Skuama / deskuamasi dapat timbul saat ‐ Memberitahu bahwa kemungkinan
proses penyembuhan. pasien bisa sembuh dengan adanya
hiperpigmentasi pada lokasi lesi
Predileksi simetris pada badan dan
ekstremitas. Pada anak sering kali terbatas Monitoring Pengobatan
pada wajah dan ekstremitas. Pengobatan diberikan sampai lesi mereda tidak
ada tanda-tanda terjadinya komplikasi atau
 Pemeriksaan penunjang perburukan penyakit.
‐ Darah lengkap: eosinofilia
‐ Dermatopatologi Kriteria Rujukan
1. Lesi luas, hampir di seluruh tubuh,
 Diagnosis klinis termasuk mukosa dan dikhawatirkan akan
Diagnosis ditegakkan berdasarkan berkembang menjadi Stevens-Johnson
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Syndrome
Diagnosis : Exanthematous / 2. Bila diperlukan untuk membuktikan jenis
Maculopapular / Morbilliform Drug obat yang diduga sebagai penyebab:
‐ Uji tempel tertutup
Eruption
‐ Uji tusuk (bila uji tempel negatif)
 Diagnosis banding ‐ Uji provokasi (bila uji tusuk negatif)
Morbilli (Viral exanthema), Sifilis 3. Bila tidak ada perbaikan setelah
sekunder, Pityriasis rosea atipikal mendapatkan pengobatan standar dan
menghindari obat selama 7 hari
Penatalaksanaan Komprehensif 4. Lesi meluas
 Terapi
1. Identifikasi dan penghentian obat Komplikasi
penyebab ‐ Erythroderma
‐ Perburukan menjadi reaksi obat yang lebih
2. Sistemik berat (seperti Toxic Epidermal Necrolysis /
‐ Kortikosteroid sistemik: Prednisone 1 TEN)
– 2 mg/kg/hari (umumnya 3 x 10 mg)
ditapering dalam 2 minggu. Selain Prognosis
Prednisone oral dapat diberikan Bonam (jika tidak mengalami komplikasi atau
kortikosteroid lain dengan dosis yang memenuhi kriteria rujukan)
setara (baik per oral atau parenteral)
Pencegahan
‐ Antihistamin sistemik: Cetirizine /
Pencegahan dilakukan dengan identifikasi obat
Loratadine 1 x 10 mg selama 7 hari
yang menjadi penyebab, dan mengingat untuk
bila diperlukan
tidak menggunakan obat yang sama. Pasien
juga diberitahu mengenai obat-obatan lain

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 64


yang dapat bereaksi silang terhadap obat Faktor Resiko
tersebut. ‐ Riwayat konsumsi obat (jumlah, jenis,
dosis, cara pemberian, pengaruh pajanan
sinar matahari, atau kontak obat pada kulit
FIXED DRUG ERUPTION terbuka)
‐ Riwayat atopi / alergi diri dan keluarga
(terutama terhadap obat tertentu)

Gambar 55: Fixed drug eruption

Definisi Gambar 56: FDE lesi multipel


Reaksi hipersensitivitas pada kulit akibat
Penegakan Diagnosis
penggunaan obat sistemik, yang
 Anamnesis
dikarakterisasi dengan pembentukan patch
‐ Gatal, nyeri, atau rasa terbakar (bisa
atau plak eritema soliter (kadang multipel).
asimptomatis)
Etiologi ‐ Muncul lesi kulit setelah minum obat
Hipersensitivitas tipe IV akibat penggunaan tertentu
obat-obatan tertentu, seperti: ‐ Riwayat lesi yang sama pada tempat
‐ Tetracycline (Tetracycline, Minocycline, yang sama, tiap minum obat tersebut
Doxycycline)
 Pemeriksaan fisik
‐ Sulfonamide (dan obat Sulfa lainnya)
Makula berbatas tegas, bentuk bulat-
‐ Metronidazole, Nystatin, Salicylate
lonjong, awalnya eritema kemudian
(Aspirin), NSAID, Phenylbutazone,
menjadi lebih tua sampai keunguan. Dapat
Phenacetin
membentuk lesi target (Target Lesion). Lesi
‐ Barbiturate
dapat berkembang menjadi bulla, kemudian
‐ Kontrasepsi oral
erosi. Setelah sembuh, dapat terbentuk
‐ Quinine, Quinidine
Hiperpigmentasi paska inflamasi berwarna
‐ Phenophthalein
coklat-keunguan. Lesi dapat soliter ataupun
‐ Pewarna makanan (kuning) pada makanan
multipel.
atau obat
Predileksi sering kali di kulit genital, tetapi
Kata Kunci
dapat terjadi di manapun (seperti perioral
‐ Lesi kulit setelah minum obat tertentu
dan periorbital). Mukosa seperti
‐ Pernah mengalami lesi yang sama pada
konjungtiva dan orofaring juga dapat
tempat yang sama sebelumnya, tiap kali
terserang.
minum obat tersebut
‐ Lesi kulit: lesi target (Target Lesion)

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 65


 Pemeriksaan penunjang ‐ Pasien dan keluarga diberitahu untuk
‐ Patch test membuat catatan kecil di dompetnya
‐ Dermatopatologi tentang alergi obat yang dideritanya
‐ Memberitahukan bahka kemungkinan
 Diagnosis klinis pasien bisa sembuh dengan adanya
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hiperpigmentasi pada lokasi lesi. Dan
anamnesia dan pemeriksaan fisik. bila alergi berulang terjadi kelainan yang
Diagnosis : Fixed drup eruption / sama, pada lokasi yang sama.
Eksantema fikstum Monitoring Pengobatan
Pengobatan diberikan sampai lesi mereda tidak
 Diagnosis banding
ada tanda-tanda terjadinya komplikasi atau
Pemfigoid bulosa, Selulitis, Herpes
perburukan penyakit.
simpleks, Stevens-Johnson Syndrome,
Erythema multiforme Kriteria Rujukan
1. Lesi luas, hampir di seluruh tubuh,
Penatalaksanaan Komprehensif
termasuk mukosa dan dikhawatirkan akan
 Terapi
berkembang menjadi Stevens-Johnson
1. Identifikasi dan penghentian obat
Syndrome
penyebab
2. Bila diperlukan untuk membuktikan jenis
2. Sistemik obat yang diduga sebagai penyebab:
‐ Kortikosteroid sistemik: Prednisone 1 ‐ Uji tempel tertutup
– 2 mg/kg/hari (umumnya 3 x 10 mg) ‐ Uji tusuk (bila uji tempel negatif)
ditapering dalam 2 minggu. Selain ‐ Uji provokasi (bila uji tusuk negatif)
Prednisone oral dapat diberikan 3. Bila tidak ada perbaikan setelah
kortikosteroid lain dengan dosis yang mendapatkan pengobatan standar dan
setara (baik per oral atau parenteral) menghindari obat selama 7 hari
‐ Antihistamin sistemik: Cetirizine / 4. Lesi meluas
Loratadine 1 x 10 mg atau
Komplikasi
Hydroxyzine 2-4 x 25 mg selama 7
‐ Infeksi sekunder
hari bila diperlukan
‐ Perburukan menjadi reaksi obat yang lebih
3. Topikal berat (seperti Toxic Epidermal Necrolysis /
‐ Lesi erosi / madidans: Kompres NaCl TEN)
0,9% atau Kalium Permanganat
Prognosis
1/10.000 dengan 3 lapis kasa selama
Bonam (jika tidak mengalami komplikasi atau
10 – 15 menit. Kompres dilakukan 3
memenuhi kriteria rujukan)
kali/hari sampai lesi kering.
Pencegahan
‐ Kortikosteroid topikal potensi ringan-
Pencegahan dilakukan dengan identifikasi obat
sedang seperti krim Hydrocortisone
yang menjadi penyebab, dan mengingat untuk
2,5% atau Mometasone furoate 0,1%
tidak menggunakan obat yang sama. Pasien
 Konseling dan edukasi juga diberitahu mengenai obat-obatan lain
‐ Prinsipnya adalah eliminasi obat terduga yang dapat bereaksi silang terhadap obat
tersebut.

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 66


BAB X INFEKSI
MENULAR SEKSUAL
GONORRHEA

Gambar 58: Duh tubuh akibat gonorrhea pada


perempuan

Penegakan Diagnosis
Gambar 57: Urethritis gonorrhea  Anamnesis
Definisi 1. Laki-laki
Infeksi menular seksual yang disebabkan oleh ‐ Kencing nanah / cairan putih atau
bakteri Gram negatif Neisseria gonorrhoeae. kuning kehijauan (kadang disertai
darah)
Etiologi ‐ Rasa panas dan gatal di kemaluan
Neisseria gonorrhoeae (sering kali ‐ Nyeri berkemih, nyeri saat ereksi
berkoinfeksi dengan Chlamydia trachomatis) ‐ Bila melibatkan prostat, dapat terjadi
demam, meriang, tidak bisa BAK,
Kata Kunci
obstipasi, serta adanya perasaan tidak
‐ Riwayat berhubungan seksual (banyak
enak di perut bagian bawah sampai
pasangan)
bawah kemaluan
‐ Nyeri berkemih / berhubungan
‐ Duh tubuh mukopurulen (kental, putih 2. Perempuan
susu) ‐ Keputihan
‐ Pemeriksaan mikroskopis: Diplococcus ‐ Bisa tidak bergejala
gram negatif ekstra- dan intraseluler seperti
biji kopi  Pemeriksaan fisik
1. Laki-laki
Faktor Resiko ‐ Orifisium urethra hiperemis, edema,
‐ Berganti-ganti pasangan seksual dan ektropion disertai disuria
‐ Faktor okupasional: Pekerja seks komersial ‐ Sekret urethra mukopurulen
(PSK) ‐ Rectal toucher pada kecurigaan
‐ Perempuan usia pra-pubertas dan keterlibaan prostat: pembesaran
menopause lebih rentan terkena gonorrhea prostat, konsistensi kenyal, nyeri
‐ Bayi dengan ibu menderita gonorrhea tekan, dan dapat ditemukan fluktuasi
‐ Hubungan seksual dengan penderita tanpa (abses)
proteksi (kondom)

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 67


2. Perempuan (inspeculo bila sudah  Diagnosis banding
menikah) Laki-laki: Urethritis non-spesifik
‐ Seringkali asimptomatis (Chlamydia, Ureaplasma urealyticum, dan
‐ Pada pra-pubertas, vagina hiperemis, sebagainya)
dapat disertai abses Bartholin
‐ Serviks hiperemis, edema, kadang Perempuan: Cervicitis non-spesifik
ektropion (Chlamydia, Ureaplasma urealyticum, dan
‐ Sekret endoserviks mukopurulen sebagainya), Trikomoniasis, Cervicitis
‐ Dapat disertai nyeri pelvis / perut herpes simpleks
bagian bawah Penatalaksanaan Komprehensif
‐ Infeksi pada urethra dapat  Terapi
menyebabkan disuria, edema 1. Abstinensia hingga dinyatakan sembuh
periurethral
2. Antibiotik sistemik
‐ Ceftriaxone 250 mg intramuskular
dosis tunggal
‐ Cefixime 400 mg per oral dosis
tunggal
‐ Ceftizoxime 500 mg intramuskular
dosis tunggal
‐ Cefoxitin 2 gram intramuskular
dengan Probenecid 1 gram per oral
‐ Kanamycin 2 gram intramuskular
dosis tunggal

Gambar 59: Pengecatan Gram pada gonorrhea 3. Karena infeksi gonorrhea sering kali
berkoinfeksi dengan infeksi Chlamydia
 Pemeriksaan penunjang trachomatis, maka juga diberikan
‐ Nucleid Acid Amplification Tests pengobatan untuk infeksi Chlamydia,
(NAATs), seperti Polymerase Chain yaitu:
Reaction (PCR)  baku emas terbaru ‐ Azithromycin 1 gram per oral dosis
‐ Kultur bakteri  baku emas lama. tunggal
Media: Martin-Lewis, agar darah coklat, ‐ Doxycycline 2 x 100 mg per oral
Thayer-Martin. selama 7 hari
‐ Pengecatan Gram pada sekret: ‐ Erythromycin 4 x 500 mg per oral
ditemukan diplococcus Gram-negatif selama 7 hari
ekstra- dan intraseluler pada leukosit ‐ Ofloxacin 2 x 300 mg per oral selama
PMN 7 hari
‐ Tes lain: Tes oksidasi dan fermentasi, tes ‐ Levofloxacin 500 mg/hari selama 7
beta-laktamase, tes Thompson hari

 Diagnosis klinis  Konseling dan edukasi


Diagnosis ditegakkan berdasarkan ‐ Bila memungkinkan, periksa dan obati
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pasangan seksual tetapnya
pemeriksaan penunjang. ‐ Anjurkan abstinensia sampai terbukti
sembuh secara laboratoris, dan bila tidak
Diagnosis : Urethritis / Cervicitis gonorrhea

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 68


dapat menahan diri supaya memakai menggunakan pengaman (kondom) tiap kali
pengaman (kondom) berhubungan.
‐ Kunjungan ulang pada hari ke-7
‐ Konseling mengenai infeksi genital dan
penyebabnya, kemungkinan komplikasi, INFEKSI GENITAL NON-
cara penularan, dan pentingnya
SPESIFIK
penanganan pasangan seksual tetap

Monitoring Pengobatan
Pengobatan diberikan sampai gejala teresolusi
tidak ada tanda-tanda terjadinya komplikasi
atau perburukan penyakit.

Kriteria Rujukan
‐ Apabila tidak dapat melakukan tes
laboratorium
‐ Apabila pengobatan di atas tidak
menunjukkan perbaikan dalam jangka
waktu 2 minggu, penderita dirujuk ke
Gambar 60: Cervicitis non-spesifik
dokter spesialis karena kemungkinan
terdapat resistensi obat Definisi
Infeksi saluran genital yang disebabkan oleh
Komplikasi
penyebab non-spesifik. Istilah ini meliputi
1. Laki-laki
berbagai keadaan, yaitu Urethritis non-spesifik
‐ Lokal: Tynositis, Paraurethritis, Litritis,
(UNS), Urethritis non-gonokokus (UNG),
Cowperitis
Proktitis non-spesifik, dan Infeksi genital non-
‐ Ascendens: Prostatitis, Vesiculitis,
spesifik / Sindroma duh tubuh non-gonorrhea
Funiculitis, Vasdeferentitis, Epididimitis,
pada perempuan.
Orchitis, Trigonitis
Etiologi
2. Perempuan
‐ Chlamydia trachomatis (paling sering)
‐ Lokal: Paraurethritis, Bartholinitis
‐ Mycoplasma spp.
‐ Ascendens: Salphingitis, Pelvic
‐ Ureaplasma spp.
Inflammatory Disease (PID)
Kata Kunci
3. Disseminata: Infeksi gonokokus
‐ Riwayat berhubungan seksual (banyak
disseminata, Arthritis, Miokarditis,
pasangan)
Endokarditis, Perikarditis, Meningitis
‐ Nyeri berkemih / berhubungan
Prognosis ‐ Duh tubuh putih kental; pada laki-laki
Bonam pada kasus akut tanpa komplikasi sering kali keluar saat pada pagi hari
(Morning drops)
Pencegahan ‐ Pemeriksaan mikroskopis: badan inklusi
Pasien dianjurkan untuk tidak berganti-ganti (Inclusion bodies)
pasangan seksual untuk mencegah penularan
infeksi menular seksual, dan apabila tidak Faktor Resiko
memungkinkan, dianjurkan untuk ‐ Berganti-ganti pasangan seksual

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 69


‐ Faktor okupasional: Pekerja seks komersial  Pemeriksaan penunjang
(PSK) ‐ Nucleid Acid Amplification Tests
‐ Hubungan seksual dengan penderita tanpa (NAATs), seperti Polymerase Chain
proteksi (kondom) Reaction (PCR)  baku emas terbaru
‐ Pengecatan Gram pada sekret: jumlah
leukosit PMN >5/LPB (laki-laki) atau
>30/LPB (perempuan), dan tidak
ditemukan etiologi spesifik
‐ Kultur bakteri: McCoy  baku emas
lama
‐ Pemeriksaan mikroskopis ditemukan
badan inklusi Chlamydia trachomatis
(Inclusion bodies)

Gambar 61: Urethritis non-spesifik

Penegakan Diagnosis
 Anamnesis
1. Laki-laki
‐ Nyeri saat buang air kecil
‐ Keluar duh tubuh / cairan dari
kemaluan Gambar 62: Badan inklusi pada pemeriksaan NAAT
‐ Bisa tidak bergejala
 Diagnosis klinis
2. Perempuan Diagnosis ditegakkan berdasarkan
‐ Keputihan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
‐ Nyeri saat berkemih (bila mengenai pemeriksaan penunjang.
urethra)
‐ Bisa tidak bergejala Diagnosis : Urethritis / Proktitis / Cervicitis
non-spesifik / non-gonorrhea
 Pemeriksaan fisik
1. Laki-laki  Diagnosis banding
‐ Duh tubuh urethra spontan, atau Laki-laki: Urethritis gonorrhea, Infeksi
diperoleh dengan pengurutan / saluran kencing
massage urethra Perempuan: Cervicitis gonorrhea,
‐ Duh tubuh dapat berwarna putih Trikomoniasis, Bacterial vaginosis,
kental atau bening Kandidiasis vulvovaginalis
‐ Dapat asimptomatis
Penatalaksanaan Komprehensif
2. Perempuan (inspeculo bila sudah  Terapi
menikah) 1. Abstinensia hingga dinyatakan sembuh
‐ Seringkali asimptomatis (70 – 95%)
‐ Duh tubuh vagina 2. Antibiotik sistemik
‐ Duh tubuh endoserviks mukopurulen ‐ Azithromycin 1 gram per oral dosis
tunggal

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 70


‐ Doxycycline 2 x 100 mg per oral Pencegahan
selama 7 hari Pasien dianjurkan untuk tidak berganti-ganti
‐ Erythromycin 4 x 500 mg per oral pasangan seksual untuk mencegah penularan
selama 7 hari infeksi menular seksual, dan apabila tidak
‐ Ofloxacin 2 x 300 mg per oral selama memungkinkan, dianjurkan untuk
7 hari menggunakan pengaman (kondom) tiap kali
‐ Levofloxacin 500 mg/hari selama 7 berhubungan.
hari

 Konseling dan edukasi


BACTERIAL VAGINOSIS
‐ Bila memungkinkan, periksa dan obati
pasangan seksual tetapnya
‐ Anjurkan abstinensia sampai terbukti
sembuh secara laboratoris, dan bila tidak
dapat menahan diri supaya memakai
pengaman (kondom)
‐ Kunjungan ulang pada hari ke-7
‐ Konseling mengenai infeksi genital dan
penyebabnya, kemungkinan komplikasi,
cara penularan, dan pentingnya
penanganan pasangan seksual tetap Gambar 63: Bacterial vaginosis

Monitoring Pengobatan Definisi


Pengobatan diberikan sampai gejala teresolusi Sindroma klinis yang disebabkan oleh
tidak ada tanda-tanda terjadinya komplikasi pergantian flora normal (Lactobacillus sp.)
atau perburukan penyakit. penghasil H2O2 dengan sekelompok bakteri
anaerob Gram negatif, umumnya ditandai
Kriteria Rujukan dengan adanya duh tubuh vagina berbau amis.
‐ Apabila tidak dapat melakukan tes
laboratorium Etiologi
‐ Apabila pengobatan di atas tidak ‐ Gardnerella vaginalis
menunjukkan perbaikan dalam jangka ‐ Mycoplasma hominis
waktu 2 minggu, penderita dirujuk ke ‐ Mycoplasma curtisii
dokter spesialis karena kemungkinan ‐ Prevotella sp.
terdapat resistensi obat ‐ Mobiluncus sp.
‐ Porphyromonas sp.
Komplikasi ‐ Bacteroides sp.
1. Laki-laki: Epididimitis, Orchitis, Infertilitas ‐ Peptostreptococcus sp.
2. Perempuan: Pelvic Inflammatory Disease Kata Kunci
(PID), Bartholinitis, Infertilitas, ‐ Duh tubuh pada perempuan
Perihepatitis, Kehamilan ektopik ‐ Duh tubuh putih homogen / keabuan,
3. Disseminata: Infeksi gonokokus berbau amis
disseminata, Arthritis, Miokarditis, ‐ Pemeriksaan mikroskopis: Clue cell (epitel
Endokarditis, Perikarditis, Meningitis dikelilingi bakteri)
Prognosis
Bonam pada kasus akut tanpa komplikasi

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 71


Faktor Resiko
‐ Berhubungan seksual pada usia dini
‐ Berhubungan seksual dengan banyak
pasangan
‐ Merokok
‐ Kehamilan
‐ Penggunaan alat intrauterine
‐ Penggunaan pembersih kemaluan pada
perempuan

Penegakan Diagnosis Gambar 64: Clue cell


 Anamnesis
‐ Keputihan berbau amis, terutama setelah  Diagnosis banding
senggama Infeksi genital non-spesifik, Cervicitis
‐ Kadang disertai rasa gatal gonorrhea, Trikomoniasis, Kandidiasis
‐ Dapat tidak bergejala vulvovaginalis

 Pemeriksaan fisik Penatalaksanaan Komprehensif


‐ Duh tubuh vagina berwarna putih atau  Terapi
keabuan dengan bau amis, terutama 1. Sistemik
setelah kontak dengan cairan semen ‐ Metronidazole oral 2 x 500 mg
yang basa selama 7 hari
‐ Vulva dan vagina inflamasi ringan ‐ Metronidazole oral 2 gram dosis
‐ Adanya lapisan berwarna putih homogen tunggal
yang melekat pada dinding vagina ‐ Metronidazole oral 3 x 250 mg
selama 7 hari
 Pemeriksaan penunjang ‐ Clindamycin oral 2 x 300 mg selama
‐ Amine odor test / Whiff test: tercium bau 7 hari
amis seperti ikan pada duh tubuh vagina ‐ Tinidazole oral 2 gram selama 2 – 3
yang ditetesi dengan larutan KOH 10% hari
‐ Pemeriksaan pH vagina > 4,5 ‐ Tinidazole oral 1 gram selama 5 hari
‐ Sediaan basah atau pengecatan Gram:
ditemukan Clue cells (epitel vagina yang 2. Topikal
dikelilingi oleh bakteri) ‐ Gel Metronidazole 0,75% sebanyak 5
gram intravagina sekali sehari selama
 Diagnosis klinis 5 hari
Diagnosis ditegakkan bila memenuhi 3 dari ‐ Krim Clindamycin 5% sebanyak 5
4 kriteria Amsel, yaitu: gram intravagina sekali sehari selama
1. Duh tubuh vagina sesuai klinis yang 7 hari (pada perempuan hamil)
profus ‐ Clindamycin ovule 100 mg
2. Whiff test (+) intravagina sekali sehari selama 3 hari
3. pH cairan vagina > 4,5
4. Pada pemeriksaan mikroskopis,  Konseling dan edukasi
ditemukan Clue cells >20% dari total ‐ Pasien dianjurkan untuk menghindari
epitel vagina pemakaian bilas vagina atau antiseptik
‐ Memakai pakaian/celana dalam longgar
Diagnosis : Bacterial vaginosis

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 72


‐ Konseling tentang: penyakit dan TRIKOMONIASIS
penyebabnya, kemungkinan komplikasi
obstetrik dan ginekologik tertentu,
misalnya korioamnionitis, infeksi masa
nifas, persalinan preterm, bayi berat
badan lahir rendah, dan penyakit radang
panggul

Monitoring Pengobatan
Pasien dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi
alkohol selama pengobatan dengan
Metronidazole berlangsung sampai 48 jam
sesudahnya untuk menghindari Disulfiram-like Gambar 65: Trikomoniasis
reaction. Pasien yang memiliki risiko tinggi
terserang infeksi menular seksual sebaiknya Definisi
ditawarkan untuk diperiksa Chlamydia, Penyakit menular seksual yang disebabkan
Gonorrhea, Sifilis dan HIV. oleh parasit berflagel Trichomonas vaginalis.

Kriteria Rujukan Etiologi


‐ Tidak terdapat fasilitas pemeriksaan untuk Trichomonas vaginalis
pasangan Kata Kunci
‐ Dibutuhkan pemeriksaan penunjang khusus ‐ Duh tubuh kuning kehijauan, kadang
‐ Adanya arah kegagalan pengobatan berbusa, berbau busuk
Komplikasi ‐ Pemeriksaan mikroskopis: parasit /
‐ Pelvic Inflammatory Disease (PID) protozoa berflagel
‐ Persalinan preterm Faktor Resiko
‐ Korioamnionitis ‐ Kontal seksual dengan banyak pasangan
‐ Endometritis ‐ Faktor pekerjaan: Pekerja seks komersial
‐ Cervicitis (PSK)
Prognosis ‐ Kontak seksual dengan pasangan yang
Bonam bila tidak ada komplikasi terinfeksi
‐ Kontak seksual tanpa proteksi (kondom)
Pencegahan ‐ Riwayat infeksi menular seksual
Pasien dianjurkan untuk tidak berganti-ganti sebelumnya
pasangan seksual untuk mencegah penularan ‐ Riwayat penggunaan obat suntik
infeksi menular seksual, dan apabila tidak
memungkinkan, dianjurkan untuk Penegakan Diagnosis
menggunakan pengaman (kondom) tiap kali  Anamnesis
berhubungan. 1. Perempuan
‐ Keputihan berbau busuk
‐ Gatal dan perih pada kemaluan dan
kulit sekitarnya
‐ Nyeri saat berkemih
‐ Nyeri saat berhubungan seksual
‐ Riwayat kontak seksual
‐ Dapat tidak bergejala

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 73


2. Laki-laki  Diagnosis klinis
‐ Nyeri saat berkemih Diagnosis ditegakkan berdasarkan
‐ Berkemih lebih sering anamnesis, pemeriksaan fisik, dan temuan
‐ Duh tubuh sedikit - sedang parasit pada pemeriksaan mikroskopis.
‐ Riwayat kontak seksual
‐ Dapat tidak bergejala Diagnosis : Trikomoniasis

 Pemeriksaan fisik  Diagnosis banding


1. Perempuan Infeksi genital non-spesifik, Cervicitis
‐ Duh tubuh vagina (pada daerah gonorrhea, Bacterial vaginosis, Kandidiasis
forniks posterior) seropurulen, berbau vulvovaginalis
busuk, berwarna kuning-kehijauan, Penatalaksanaan Komprehensif
berbusa  Terapi
‐ Rasa tidak enak di perut bagian Terapi trikomoniasis adalah dengan
bawah penggunaan antiparasit sistemik, yaitu:
‐ Tanda radang pada vulva dan vagina ‐ Metronidazole oral 2 gram dosis tunggal
‐ Adanya bintik-bintik merah pada ‐ Tinidazole oral 2 gram dosis tunggal
serviks (Strawberry cervix / Colpitis ‐ Metronidazole oral 2 x 500 mg selama 7
macularis) hari
2. Laki-laki
 Konseling dan edukasi
‐ Duh tubuh urethra sedikit atau sedang
‐ Abstinensia sampai dinyatakan sembuh
‐ Nyeri pada urethra, testis, dan perut
‐ Kunjungan ulang pada hari ke-7
bagian bawah
‐ Konseling mengenai infeksi genital dan
 Pemeriksaan penunjang penyebabnya, kemungkinan komplikasi,
1. Perempuan: duh tubuh dari forniks cara penularan, dan pentingnya
posterior dilakukan pemeriksaan sediaan penanganan pasangan seksual tetap, serta
basah dengan larutan NaCl 0,9%, kemungkinan risiko tertular HIV, Sifilis,
didapatkan parasit Trichomonas dan IMS lain
vaginalis dengan pergerakan flagelanya
Monitoring Pengobatan
yang khas Pasien dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi
2. Laki-laki: bahan sedimen urin sewaktu, alkohol selama pengobatan dengan
dapat ditemukan parasit Trichomonas Metronidazole berlangsung sampai 48 jam
vaginalis sesudahnya untuk menghindari Disulfiram-like
reaction. Pasien yang memiliki risiko tinggi
terserang infeksi menular seksual sebaiknya
ditawarkan untuk diperiksa Chlamydia,
Gonorrhea, Sifilis dan HIV.

Kriteria Rujukan
‐ Tidak terdapat fasilitas pemeriksaan untuk
pasangan
‐ Dibutuhkan pemeriksaan penunjang khusus
‐ Adanya arah kegagalan pengobatan
Gambar 66: Trichomonas vaginalis pada sediaan basah

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 74


Komplikasi Kata Kunci
‐ Pelvic Inflammatory Disease (PID) ‐ Keputihan dan gatal
‐ Persalinan preterm ‐ Duh tubuh putih seperti susu, bergumpal
‐ Korioamnionitis (Cottage cheese appearance)
‐ Endometritis ‐ Pemeriksaan KOH: pseudohifa,
‐ Cervicitis blastospora, atau budding yeast

Prognosis Faktor Resiko


Bonam bila tidak ada komplikasi ‐ Kehamilan
‐ Penggunaan pil KB kombinasi dosis tinggi
Pencegahan ‐ Penggunaan antibiotik spektrum luas
Pasien dianjurkan untuk tidak berganti-ganti ‐ Diabetes mellitus
pasangan seksual untuk mencegah penularan ‐ Obesitas
infeksi menular seksual, dan apabila tidak ‐ Anemia defisiensi besi
memungkinkan, dianjurkan untuk ‐ Imunodefisiensi (seperti pada infeksi HIV,
menggunakan pengaman (kondom) tiap kali penggunaan kortikosteroid sistemik,
berhubungan. kemoterapi)

Penegakan Diagnosis
KANDIDIASIS  Anamnesis
‐ Gatal pada kemaluan
VULVOVAGINALIS
‐ Keputihan
‐ Bisa terasa perih (bila vulva lecet)
‐ Nyeri saat berhubungan seksual
‐ Nyeri atau rasa tidak nyaman saat
berkemih

 Pemeriksaan fisik
‐ Vulva dan vagina tampak hiperemis,
bisa timbul fissura, dan edema jika berat
‐ Duh tubuh putih kekuningan seperti
susu, bergumpal (Cottage cheese
appearance), tidak berbau – sedikit
Gambar 67: Kandidiasis Vulvovaginalis asam.
‐ Jika mengenai genitalia luar, dapat
Definisi
dijumpai bercak/plak eritema dengan lesi
Infeksi pada vulva dan vagina yang
satelit (sesuai Kandidiasis kutis)
disebabkan oleh Candida albicans atau kadang
oleh Candida sp. lainnya, Torulopsis sp., atau  Pemeriksaan penunjang
ragi lainnya. ‐ Pewarnaan Gram / Sediaan basah dengan
KOH 10% pada sekret dari dinding
Etiologi
‐ Candida albicans (paling umum) lateral vagina: pseudohifa, blastospora,
‐ Candida sp. lainnya atau budding yeast
‐ Saccharomyces cerevisiae ‐ Kultur jamur dengan Saboraud Dextrose
‐ Torulopsis sp. Agar
‐ PCR dan kultur darah jika ada
kecurigaan kandidemia

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 75


 Diagnosis klinis Pengobatan Kandidiasis vulvovaginalis
Diangosis ditegakkan berdasarkan pada perempuan hamil dan menyusui tidak
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan dianjurkan menggunakan terapi sistemik.
dikonfirmasi dengan temuan Candida pada Ketoconazole tidak dianjurkan untuk
pemeriksaan mikroskopis sekret. pemakaian jangka panjang

Diagnosis : Kandidiasis / Kandidosis  Konseling dan edukasi


vulvovaginalis / Vaginal yeast infection / ‐ Hindari bahan iritan lokal, misanya
Vaginal thrush produk berparfum
‐ Hindari pemakaian bilas vagina
‐ Hindari pakaian ketat atau dari bahan
sintetis
‐ Hilangkan faktor predisposisi / risiko
seperti: hormonal, pemakaian
kortikosteroid dan antibiotik yang terlalu
lama, dan kegemukan

Monitoring Pengobatan
Pengobatan dilanjutkan sampai keluhan
membaik, sesuai dengan durasi terapi yang
Gambar 68: Candida albicans pada preparat KOH ditetapkan. Untuk kandidiasis vulvovaginal
rekuren (kambuh ≥4 kali/tahun), terapi
 Diagnosis banding diberikan agen topikal atau Fluconazole oral
Infeksi genital non-spesifik, Cervicitis selama 10 – 14 hari, dilanjutkan Fluconazolw
gonorrhea, Bacterial vaginosis, 150 mg/minggu selama 6 bulan.
Trikomoniasis
Kriteria Rujukan
Penatalaksanaan Komprehensif ‐ Tidak terdapat fasilitas pemeriksaan untuk
 Terapi pasangan
1. Lokal ‐ Dibutuhkan pemeriksaan penunjang khusus
‐ Clotrimazole 500 mg intravagina ‐ Adanya arah kegagalan pengobatan
dosis tunggal ‐ Terjadinya kandidemia yang dapat
‐ Clotrimazole 200 mg intravagina berkembang menjadi sepsis
selama 3 hari
‐ Nystatin 100.000 IU intravagina Komplikasi
selama 7 – 14 hari ‐ Kandidemia
‐ Kandidiasis disseminata
2. Sistemik ‐ Sepsis dan syok septik
‐ Fluconazole oral 150 mg dosis ‐ Kandidiasis mukokutaneus kronik
tunggal
‐ Itraconazole oral 2 x 200 mg selama 1 Prognosis
hari Umumnya bonam pada pasien
‐ Itraconazole oral 1 x 200 mg selama 3 imunokompeten, dan pada pasien
hari imunokompromais menjadi dubia ad bonam.
‐ Ketoconazole oral 2 x 200 mg selama
Pencegahan
5 hari
Pencegahan dilakukan dengan mengontrol
faktor-faktor predisposisi, seperti menurunkan

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 76


berat badan bila kegemukan, menghindari ‐ Sakit tenggorokan
penggunaan kortikosteroid, antibiotik, dan ‐ Kutil seperti luka di mulut atau
agen hormonal yang tidak semestinya. daerah kemaluan
‐ Gejala lain seperti: mual-muntah,
kaku kuduk, wajah terasa kebas,
SIFILIS ketulian, nyeri sendi, kebutaan
‐ Riwayat gejala stadium primer
Definisi
Infeksi menular seksual sistemik kronis yang 3. Laten: tidak bergejala, tetapi pernah
disebabkan oleh Treponema pallidum dengan mengalami gejala stadium primer dan
manifestasi klinis yang mampu menyerupai sekunder
berbagai macam penyakit lain. Infeksi ini
4. Tersier
dapat ditularkan kepada janin dalam
‐ Demam
kandungan, dan dapat disembuhkan.
‐ Timbul luka di kulit yang nyeri
Etiologi ‐ Nyeri sendi
Treponema pallidum ‐ Nyeri dada
‐ Gejala neurologis seperti: gangguan
Kata Kunci keseimbangan, badan lemah, kebas,
‐ Luka / borok di kelamin inkontinesia, impoten, ketulian,
‐ Riwayat berganti-ganti pasangan seksual kebutaan, pikun, gangguan mood,
‐ Ulkus soliter, dasar bersih, tepi teratur, nyeri kepala, pusing
indurasi, tidak nyeri ‐ Riwayat gejala stadium primer dan
sekunder
Faktor Resiko
‐ Berganti-ganti pasangan seksual  Pemeriksaan fisik
‐ Faktor pekerjaan: Pekerja seks komersial 1. Primer
(PSK) ‐ Papul yang berkembang menjadi
‐ Bayi yang lahir dari ibu yang menderita ulkus tunggal, tepi teratur, dasar
sifilis bersih, terdapat indurasi, tidak nyeri
‐ Hubungan seksual dengan penderita tanpa (Ulkus durum). Meskipun pada
proteksi (kondom) umumnya soliter, pada beberapa
pasien dapat terjadi ulkus multipel
Penegakan Diagnosis
akibat autoinokulasi (Kissing lesion)
 Anamnesis
1. Primer
‐ Luka di kemaluan yang tidak nyeri
‐ Riwayat berganti-ganti pasangan
seksual

2. Sekunder
‐ Ruam atau beruntusan pada kulit,
dapat menjadi luka, merah atau coklat
kemerahan, ukuran dapat bervariasi, Gambar 69: Ulkus durum / Sifilis primer
di manapun pada tubuh termasuk
telapak tangan dan kaki ‐ Limfadenopati regional
‐ Demam ‐ Lokasi: lokasi kontak dengan lesi
‐ Kelelahan dan perasaan tidak nyaman infeksius (laki-laki pada penis dan

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 77


skrotum; perempuan pada vulva, mulut, tetapi dapat tumbuh di tempat-
serviks, fourchette, atau perineum; tempat yang lembab dan hangat
kadang juga dapat ditemukan pada seperti lipatan ketiak dan sela jari
anus, rektum, bibir, lidah). Ulkus juga
dapat tidak tampak dan tidak disadari
oleh pasien.

2. Sekunder
‐ Makula & papul 0,5 – 1 cm, bulat-
lonjong, berwarna merah muda
sampai merah kecoklatan (Roseola
sifilitika) tersebar simetris
Gambar 72: Kondiloma lata / Sifilis sekunder

‐ Alopecia pada kulit kepala, jenggot,


bulu mata, dan sepertiga lateral alis
‐ Perubahan warna kuku dan menjadi
rapuh (Onikia sifilitika)
‐ Limfadenopati generalisata
‐ Tanda-tanda pada organ lain, seperti:
arthralgia, hydrarthrosis, uveitis,
faringitis, hepatitis, dan sebagainya

3. Laten: tidak ada temuan klinis


Gambar 70: Roseola sifilitika / Sifilis sekunder

‐ Erupsi
‐ Erupsi lebih lanjut dapat berupa
papuloskuamosa, pustular, atau
akneiformis
‐ Lesi pada telapak tangan dan kaki
berupa papul kemerahan keratotik,
psoriasiform (Copper penny rash)
Gambar 73: Gumma / Sifilis tersier

4. Tersier
‐ Gumma: infiltrat sirkumskripta kronis
yang cenderung mengalami
perlunakan dan bersifat destruktif.
Awalnya berupa plak
papuloskuamosa atau nodular, yang
kemudian menjadi ulkus dan
Gambar 71: Copper penny rash / Sifilis sekunder
membentuk lingkaran. Dapat
‐ Papul datar, ukuran 1 – 2 cm, mengenai kulit, mukosa, tulang, dan
permukaan halus (Kondiloma lata), organ viseral.
umumnya pada daerah anogenital dan ‐ Nodular ulcerative syphilides: seperti
gumma tapi lebih datar dan dapat

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 78


sembuh parsial spontan, tetapi Balanopostitis, Karsinoma sel skuamosa,
berulang. Penyakit Behcet
‐ Adanya tanda-tanda meningeal
beserta penurunan kesadaran, sampai Stadium sekunder: Exanthematous drug
sindroma stroke eruption, Morbili, Pityriasis rosea,
‐ Paresis general: hiperrefleksia, pupil Psoriasis, Dermatitis seborroik, Kondiloma
Argyll Robertson, ilusi-delusi- akuminata, Mononukleosis infeksiosa,
halusinasi, disorientasi, diskalkulia, Tinea korporis, Tinea versicolor, Skabies,
insight terganggu, dan afasia Liken planus

Stadium tersier: Sporotrikosis,


‐ Tabes dorsalis: gangguan gait
Aktinomikosis, Tuberkulosis kutis gumosa,
‐ Sifilis kardiovaskular: timbul Keganasan kulit, Limfoma
endarteritis obliterans pada vasa
vasorum Penatalaksanaan Komprehensif
 Terapi
 Pemeriksaan penunjang Obat pilihan adalah Benzyl benzathine
1. Tes serologis Penicillin G (BPPG) dengan dosis:
‐ Non-treponemal: Venereal Disease 1. Stadium primer, sekunder, dan laten
Research Laboratory (VDRL) dan dini: 2,4 juta IU intramuskular dosis
Rapid Plasma Reagin (RPR) tunggal
‐ Treponemal: Treponema pallidum 2. Stadium laten lanjut dan tersier: 2,4 juta
Hemagglutination Assay (TPHA) dan IU intramuskular tiap minggu selama 3
Fluorescent Treponemal Antibody minggu
Absorption Test (FTA-ABS) Sesudah injeksi, pasien diminta menunggu
2. Dermatopatologi selama 30 menit.
3. Dark-field microscopy untuk
menemukan etiologi pada stadium Obat alternatif digunakan bila pasien alergi
primer dan sekunder (negatif pada terhadap Penicillin atau menolak untuk
stadium tersier) diinjeksi atau tidak tersedia BPPG, yaitu:
4. Analisis cairan serebrospinal, fungsi 1. Stadium primer, sekunder, dan laten
dini: Doxycycline oral 2 x 100 mg /
hati, fungsi ginjal
Erythromycin oral 4 x 500 mg selama 14
 Diagnosis klinis hari
Diagnosis ditegakkan berdasarkan 2. Stadium laten lanjut dan tersier:
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang Doxycycline oral 2 x 100 mg /
dikonfirmasi dengan tes serologi atau Erythromycin oral 4 x 500 mg selama 28
pemeriksaan mikroskopis. – 30 hari

Diagnosis : Sifilis primer (Ulkus durum) /  Konseling dan edukasi


Sifilis sekunder / laten / tersier ‐ Pasien dianjurkan abstinensia sampai
sembuh
 Diagnosis banding ‐ Sedapat mungkin pasangan seksual ikut
Stadium primer: Ulkus traumatika, Fixed diobati
drug eruption, Chancroid / Ulkus molle, ‐ Edukasi mengenai penyakit sifilis, cara
Limfogranuloma venereum (LGV), Herpes penularan, pencegahan, dan pengobatan
simpleks, Ulkus piogenik, Skabies,

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 79


‐ Risiko penularan HIV perlu dilakukan menggunakan pengaman (kondom) tiap kali
KTIP (Konseling dan Tes HIV atas berhubungan.
inisiatif petugas kesehatan)

Monitoring Pengobatan
Evaluasi terapi secara klinis dan serologi DAFTAR PUSTAKA
dilakukan berdasarkan stadium klinisnya,
yaitu: Buxton PK & Morris-Jones R. 2009. ABC of
‐ Stadium primer dan sekunder tanpa HIV: Dermatology Fifth Edition. Inggris Raya:
bulan ke-6 dan 12 Blackwell Publishing Ltd.
‐ Stadium primer dan sekunder dengan HIV: James WD, Elston DM & McMahon PJ. 2018.
bulan ke-3, 6, 9, 12, dan 24 Andrews’ Diseases of The Skin Clinical
‐ Stadium laten dan tersier tanpa HIV: bulan
Atlas. Inggris Raya: Elsevier Inc.
ke-6, 12, dan 24
‐ Stadium laten dan tersier dengan HIV: James WD, Elston DM, Treat JR, Rosenbach
bulan ke-6, 12, 18, dan 24 MA & Neuhaus IM. 2019. Andrews’
Diseases of The Skin Thirteenth Edition.
Kriteria sembuh pada Sifilis adalah bila titer
Inggris Raya: Elsevier Inc.
VDRL atau RPR menurun 4 kali lipat, dimana
waktu tercapainya diharapkan pada: Kang S, Amagai M, Bruckner AL, Enk AH,
‐ Stadium primer dan sekunder: 6 – 12 bulan Margolis DJ, McMichael AJ & Orringer JS.
‐ Stadium laten dan tersier: 12 – 24 bulan 2019. Fitzpatrick’s Dermatology 9th
Edition. Amerika Serikat: McGraw-Hill
Kriteria Rujukan Education
Semua stadium dan klasifikasi sifilis harus
dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
memiliki dokter spesialis kulit dan kelamin 2017. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter
Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
Komplikasi Jakarta: IDI
‐ Kardiovaskular: Anerurisma aorta
‐ Sistem saraf: Demensia, Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan
‐ Glomerulonefritis membranosa Kelamin Indonesia (PERDOSKI). 2017.
‐ Paroxysmal cold hemoglobinemia Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter
‐ Kerusakan organ ireversibel Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia.
‐ Deformitas akibat gumma Jakarta: PERDOSKI
‐ Reaksi Jarisch-Herxheimer (efek samping
terapi) Rogstad KE. 2011. ABC of Sexually
Trasmitted Infections Sixth Edition. Inggris
Prognosis Raya: Blackwell Publishing Ltd
Pada stadium dini, prognosis umumnya
bonam. Pada stadium lanjut, prognosis Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP & Roh
umumnya dubia ad bonam. EK. 2017. Fitzpatrick’s Color Atlas and
Synopsis of Clinical Dermatology Eight
Pencegahan Edition. Amerika Serikat: McGraw-Hill
Pasien dianjurkan untuk tidak berganti-ganti Education
pasangan seksual untuk mencegah penularan
infeksi menular seksual, dan apabila tidak
memungkinkan, dianjurkan untuk

Modul KKT CBT Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 80

Anda mungkin juga menyukai