Disusun Oleh:
Jeremy Renaldo (01073220100)
Jonathan Juniard Anurantha (0107322018)
Dibimbing Oleh:
Dr. dr. Muljani Enggalhardjo, Sp.KK
1
DAFTAR FIGUR
Figur 2.1.7.1 Diagnosis banding dermatitis numularis : Lesi dermatitis kontak alergi
...................................................................................................................................... 8
Figur 2.1.7.2 Diagnosis banding dermatitis numularis : Lesi dermatitis stasis .......... 8
Figur 2.1.7.3 Diagnosis banding dermatitis numularis : Lesi dermatitis atopik ......... 9
Figur 2.1.7.4 Diagnosis banding dermatitis numularis : Lesi tinea korporis ............ 10
Figur 2.2.5.2 Lesi dermatitis seboroik pada regio wajah di dewasa ......................... 18
2
BAB I
PENDAHULUAN
Kulit adalah organ terluas yang terdapat pada tubuh manusia, yang menutupi
seluruh permukaan tubuh luar. Pada orang dewasa dengan berat 70 kg diperkirakan
kulit mengisi beratnya sebesar 5 kg dan menutupi permukaan tubuh seluas 2 m . Kulit
2
dan adnexa seperti rambut, kuku, dan kelenjar menjalankan berbagai tugas dalam
memelihara kesehatan manusia terutama dari faktor eksternal yang dapat
membahayakan tubuh. Kulit memiliki fungsi sebagai perlindungan fisik (terhadap gaya
mekanik, sinar ultraviolet, dan bahan kimia), perlindungan imunologik, ekskresi,
penginderaan, pengatur suhu tubuh, pembentukan vitamin D, dan sebagai kosmetis.
Kulit memiliki 3 lapisan yaitu lapisan epidermis, dermis, dan subkutis. Setiap
lapisan dari kulit memiliki perannya masing-masing dan tidak dapat berfungsi sendiri.
Seperti contohnya perlindungan imunologik terhadap infeksi dikerjakan oleh sel
antigen yang terdapat di epidermis dan sel keratinosit yang berkomunikasi dengan
limfosit yang beredar di sekitar pembuluh darah di dermis. Gagalnya mempertahankan
keseimbangan kulit dapat menyebabkan masuknya infeksi pada kulit dan menimbulkan
inflamasi. Lesi dapat terbentuk akibat dari inflamasi kulit dan timbul berbagai macam
gejala seperti gatal, rasa nyeri, dan rasa terbakar.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Epidemiologi
2.1.3 Etiologi
Etiologi pasti dari dermatitis numularis masih tidak diketahui. Banyak faktor
yang terlibat, seperti xerosis, sensitisasi alergi kontak, reaktivitas terhadap aeroalergen
lingkungan, kolonisasi stafilokokus, penggunaan sabun yang mengiritasi dan
mengeringkan, sering mandi dengan air panas, lingkungan dengan kelembapan rendah,
trauma kulit (fenomena Koebner), paparan terhadap bahan kasar. kain seperti wol,
implantasi payudara, dan obat-obatan tertentu
4
2.1.4 Patogenesis
Sama seperti etiologi Dermatitis numularis, Patogenesis dari penyakit ini masih
juga belum diketahui secara pasti.3 Proses penuaan alami, stasis vena kronis, kolonisasi
bakteri, obat-obatan tertentu, dan sensitisasi terhadap alergen kontak, paling sering
logam (nikel sulfat, kalium dikromat, kobalt klorida), dapat mengganggu penghalang
lipid kulit. Pelepasan sitokin (yaitu, IFN-g dan IL-17) menghasilkan peningkatan
rekrutmen sel T, sel dendritik, dan sel Langerhan, yang akhirnya menyebabkan
hiperplasia epidermal dan perkembangan lesi yang khas.4,5
Manifasi klinis dari dermatitis numuler adalah lesi kulit berbatas tegas,
plak berbentuk koin terbentuk dari gabungan papula dan papulovesikel. pinpoint
mengalir dan pengerasan kulit terjadi dan khas. namun kerak dapat menutupi seluruh
permukaan. plak berkisar dari 1 hingga 3 cm. kulit umumnya normal, tetapi ada
kemungkinan untuk menjadi sangat kering.
Gejala lain berupa pruritus bervariasi dari minimal sampai parah. resolusi pusat
dapat terjadi mengarah ke bentuk anular. plak kronis kering, bersisik, dan likenifikasi.
Penyebaran klasik lesi adalah aspek ekstensor ekstremitas. Pada perempuan,
ekstrimitas atas seperti aspek punggung tangan lebih sering muncul daripada bagian
ekstremitas bawah.
5
Figur 2.1.5.1 Lesi dermatitis numularis
2.1.6 Diagnosis
6
epidermis. Terdapat infiltrasi sel campuran di dermis. Lesi kronis dapat menyerupai
lichen simplex chronicus secara mikroskopis.
Diagnosis banding dari dermatitis numularis bila diurutkan dari yang paling
sering memiliki lesi yang serupa adalah dermatitis kontak alergi, dermatitis statis,
dermatitis atopik, tinea corporis, 2
Eksim nummular dan dermatitis kontak alergi adalah dua kondisi kulit yang
berbeda dengan penyebab dan karakteristik yang berbeda. Eksim nummular adalah
kondisi kronis yang ditandai dengan bercak bulat atau lonjong, merah, gatal, dan
meradang yang dapat muncul di berbagai bagian tubuh. Penyebab pastinya tidak
diketahui, dan mungkin tidak terlokalisasi ke lokasi kontak. Sebaliknya, dermatitis
kontak alergi adalah reaksi alergi terhadap zat atau bahan kimia tertentu, yang muncul
sebagai ruam merah dan gatal yang terlokalisasi pada area kontak alergen.7 Kedua
kondisi tersebut mungkin menyebabkan rasa gatal dan tidak nyaman, tetapi eksim
numular dipicu oleh faktor-faktor seperti kulit kering dan stres, sedangkan dermatitis
kontak alergi disebabkan oleh paparan langsung terhadap alergen. Pendekatan
pengobatan berbeda, dengan eksim numular dikelola menggunakan kortikosteroid
7
topikal dan dermatitis kontak alergi yang membutuhkan penghindaran alergen dan obat
anti-inflamasi.
Figur 2.1.7.1 Diagnosis banding dermatitis numularis : Lesi dermatitis kontak alergi
8
Dermatitis atopik muncul sebagai kulit merah, gatal, dan meradang yang
mungkin lebih menyebar dan kurang jelas dibandingkan dengan eksim numular. Ini
sering mempengaruhi lipatan siku dan lutut pada anak-anak dan dapat muncul di bagian
1,2
tubuh lain pada orang dewasa. Kedua kondisi tersebut memiliki tatalaksana yang
serupa seperti pelembab teratur dan menghindari pemicu yang diketahui.
Tinea corporis, umumnya dikenal sebagai ringworm, adalah infeksi jamur pada
kulit yang disebabkan oleh berbagai jamur dermatofita, seperti spesies Trichophyton
dan Microsporum. Ini sangat menular dan dapat ditularkan dari orang ke orang atau
dari hewan ke manusia. Ruam pada tinea korporis berbentuk lingkaran dan sering kali
menonjol, batas merah dengan bagian tengah yang bening atau sedikit bersisik.
Biasanya terasa gatal dan bisa muncul di batang tubuh, tungkai, atau wajah, menyebar
dalam pola melingkar. Pemeriksaan jamur, seperti evaluasi mikroskopis dari kerokan
kulit, dapat mengungkapkan adanya jamur dermatofita, memastikan diagnosis tinea
korporis.
9
Figur 2.1.7.4 Diagnosis banding dermatitis numularis : Lesi tinea korporis
2.1.8 Tatalaksana
10
Tatalaksana nonmedikamentosa yang dapat disarankan adalah menghindari
penggunaan sabun berlebihan. Penggunaan bahan wol atau bahan lain yang dapat
mengakibatkan iritasi. Tatalaksana nonmedikamentosa yang sangat penting pada kasus
dermatitis numuler adalah edukasi penggunaan pelembab atau emolien pada kasus kulit
kering.2,9
2.1.9 Komplikasi
2.1.10 Prognosis
Eksim nummular dikaitkan dengan penurunan kualitas hidup yang cukup besar,
terutama pada penyakit yang lebih luas. Eksim nummular sering bersifat kronis, dengan
perjalanan intermiten atau persisten. Satu studi menemukan bahwa eksim numular
bertahan hingga 30 tahun, dengan durasi rata-rata 3,8 tahun; hanya 44% pasien yang
pernah bebas dari lesi. Studi lain menemukan bahwa hanya 22% pasien eksim numular
yang bebas penyakit, 25% memiliki beberapa penyakit intermiten, dan 53% tidak
pernah bebas dari lesi setelah 2 tahun masa tindak lanjut. Kekambuhan pada tempat
yang terkena sebelumnya merupakan gambaran penyakit.
Dermatitis seboroik adalah penyakit inflamasi kulit umum yang muncul dengan
morfologi papulosquamous di daerah yang kaya akan kelenjar sebaceous, terutama
kulit kepala, wajah, dan lipatan tubuh.2,10 Dermatitis Seboroik dapat dibagi berdasarkan
kelompok usia infantil dan dewasa. Dermatitis Seboroik pada masa infantil biasanya
11
timbul awal usia 3 bulan kehidupan, ringan, dapat sendiri secara spontan dalam banyak
kasus pada tahun pertama kehidupan. Sedangkan pada masa dewasa biasanya
dermatitis seboroik ditandai dengan pola kambuh dan remisi penyakit berulang.
2.2.2 Epidemiologi
2.2.3 Etiologi
• Usia
• Jenis kelamin laki-laki
• Peningkatan aktivitas kelenjar sebaceous
• Imunodefisiensi, antara lain:
o Limfoma
o Transplantasi ginjal
o HIV-AIDS
• Penyakit saraf dan kejiwaan, termasuk:
o penyakit Parkinson
o Stroke
o demensia Alzheimer
12
o Depresi mayor
o Disfungsi otonom
• Paparan pengobatan obat, termasuk:
o Antagonis dopamin
o Imunosupresan
o Psoralen/PUVA
o Litium
• Kelembaban lingkungan rendah dan/atau suhu lingkungan rendah
2.2.4 Patogenesis
13
Kelenjar sebasea tersebar di seluruh permukaan kulit manusia, kecuali telapak
tangan dan telapak kaki. Sekresi sebum paling tinggi di kulit kepala, wajah, dan dada.
Produksi sebum berada di bawah kendali hormonal, dan kelenjar sebasea diaktifkan
saat lahir di bawah pengaruh androgen ibu melalui reseptor androgen di sebosit.
Kelenjar sebasea diaktifkan lagi saat pubertas di bawah kendali sirkulasi androgen,
menghasilkan peningkatan sekresi sebum selama masa remaja, yang dipertahankan
stabil antara usia 20 dan 30 tahun dan kemudian berkurang.
Selain itu ada faktor-faktor lain yang diduga dapat menyebabkan dermatitis
seboroik. Beberapa obat yang mengandung arsenik, methyldopa, cimetidine dan
neuroleptik dilaporkan menyebabkan lesi yang serupa dengan dermatitis seboroik.
Faktor lingkungan
14
Faktor lingkungan juga memiliki hubungan yang erat dengan dermatitis
seboroik dimana temperatur dan suhu yang rendah dapat meningkatkan perkembangan
penyakit.
Autoimun
Faktor genetik
Komponen genetik SD dan ketombe telah kurang dihargai sampai saat ini,
ketika penelitian pada model hewan dan manusia mengidentifikasi bentuk dominan dan
resesif SD dan ketombe yang diwariskan. Pada tikus “dermatitis seboroik turunan”
(seb) resesif autosomal, mutasi spontan pada tikus keturunan tersebut menyebabkan
seborrhea, bulu kasar, alopecia, retardasi pertumbuhan, dan kadang-kadang pigmentasi
abnormal pada mutan homozigot. Pemeriksaan histologis mengungkapkan kelenjar
sebaceous yang membesar, hiperkeratosis, parakeratosis, akantosis, dan infiltrat
inflamasi pada epidermis dan dermis. Baik yeast maupun dermatofita tidak terdeteksi.
15
Tikus ini adalah model hewan dermatitis seboroik pertama yang menunjukkan cara
pewarisan yang jelas, meskipun mutasi yang mendasarinya tetap tidak teridentifikasi
Pada masa infantil penyakit biasanya timbul pada 1 bulan pertama kehidupan
sebagai inflammasi pada kulit rambut kepala dengan kulit bersisik dan berkusta. Regio
lain yang sering terkena yaitu wajah, dada, leher, axilla dan bagian popok. Bagian kulit
16
kepala yang terkena biasanya adalah regio frontal dan parietal dengan lesi krusta tebal
berkerak dan berminyak. Inflamasi yang terjadi biasanya ringan dan tidak terdapat
rambut rontok. Biasanya tidak terdapat gatal maupun rasa nyeri. Presentasi umum yang
dikenal sebagai “cradle cap” mengacu pada kerak sisik kekuningan yang melekat yang
muncul di mahkota dan bagian depan kulit kepala, berkembang dari sisik seperti dedak,
cairan serosa, dan kerak berminyak, untuk menciptakan massa padat yang mungkin
kemajuan untuk melibatkan seluruh kulit kepala.
Pada masa dewasa lesi yang timbul berupa lesi kekuningan berminyak pada
dasar eritema disertai krusta. Lesi paling sering timbul pada regio wajah (88%), kulit
kepala (70%) dan dada (27%). Biasanya lesi disertai dengan keluhan gatal. Pada kepala
dan leher, dermatitis seboroik memiliki karakteristik penyebaran simetris dan
melibatkan sepertiga bagian tengah wajah, termasuk daerah malar, bagian tengah dahi,
daerah postauricular, dan liang telinga luar.
17
Figur 2.2.5.2 Lesi dermatitis seboroik pada regio wajah di dewasa
2.2.6 Diagnosis
Diagnosis banding psoriasis dapat disingkirkan dengan melihat bentuk lesi pada
psoriasis yaitu lesi plak eritematosa ditutupi dengan sisik keperakan biasanya di atas
kulit kepala, dan ekstensor ekstremitas, terutama di atas lutut, siku, dan daerah
19
lumbosakral. Diagnosis banding skabies dapat disingkirkan dengan melihat anggota
keluarga atau orang lain yang tinggal serumah memiliki gejala serupa atau tidak.
2.2.8 Tatalaksana
Antifungal
Antifungal yang diberikan secara topikal memiliki efek yang baik dalam
mengobati dermatitis seboroik. Obat yang digunakan imidazoles dengan obat yang
paling efektif 2% krim ketoconazole. Untuk antifungal oral seperti ketoconazole,
itraconazole dan terbinafine juga efektif, tetapi karena efek sampingnya jarang
digunakan kecuali dalam kasus parah.
Metronidazole
Glukokortikosteroid
20
Infantil
Tatalaksana yang diberikan sesuai dengan kelompok usia dan lokasi lesi.
Dermatitis seboroik masa infantil yang terletak di kulit kepala dapat dilakukan
tatalaksana dengan pembersihan krusta dengan 3% asam salisilat dalam dasar air atau
minyak zaitun, aplikasi glukokortikosteroid potensi rendah (1% hydrocortisone) dalam
cream atau lotion, antifungal topikal seperti imidazoles yang diberikan bersamaan
dengan sampo, sampo bayi, dan perawatan kulit kering dengan vaselin.
Lipatan kulit
Untuk dermatitis seboroik di area lipatan kulit dapat diberikan lotion pengering
seperti 0,2-0,5% clioquinol dalam lotion zinc.
Dewasa
Dermatitis seroboik pada bagian wajah dan dada pasien perlu menghindari
penggunaan saleb dan mengganti sabun menjadi sabun bayi. Solution alkohol dan krim
21
cukur juga perlu untuk dihindari. Obat yang digunakan biasanya adalah
glukokortikosteroid potensi rendah efektif untuk mengobati penyakit. Penggunaan
steroid jangka panjang perlu diperhatikan agar dapat mencegah efek samping.
Dermatitis seboroik di telinga bagian luar dapat diobati dengan krim atau salep
glukokortikosteroid potensi rendah. Larutan yang mengandung neomycin dan
antibiotik lainnya perlu dihindari. Setelah dermatitis terkontrol, kortikosteroid perlu
dihentikan dan diganti dengan larutan alumunium asetat diberikan 1-2x sehari.
Seborrheiik Blepharitis
2.2.9 Komplikasi
Pityriasis amiantacea adalah reaksi dari kulit kepala, sering tanpa sebab
yang jelas yang mungkin terjadi pada usia berapa pun. Gejala dapat dilihat sebagai
22
komplikasi atau sekuel dari infeksi streptokokus, seboroik dermatitis, dermatitis atopik,
lichen simplex dan juga dapat terjadi pada psoriasis, sebagai manifestasi klasik pertama.
Pityriasis amiantacea dapat terjadi secara terbatas atau menyebar dalam bentuk
inflamasi kering ringan dengan sisik mika atau inflamasi dengan campuran kerak.
Penyingkiran dari kerak dapat terlihat epidermis edema pada dasar eritema atau pada
dasar kulit normal. Jika terjadi luka akibat garukan dapat menyebabkan infeksi
sekunder. Lesi dapat menyebar sampai ke bagian preaurikular dari kedua bagian
telinga.
2.2.10 Prognosis
23
BAB III
PENUTUP
Dermatitis seboroik dan dermatitis numular adalah sebuah penyakit kulit yang
termasuk sering dijumpai.
Dermatitis numular adalah sebuah dermatitis dengan lesi khas berbentuk koin
yang bisa juga disebut dengan eksim diskoid. Dermatitits ini lebih sering ditemukan
pada usia dewasa dan pada jenis kelamin laki-laki. Penyebab dari penyakit ini masih
belum bisa diketahui secara pasti karena masih multifaktorial seperti xerosis,
sesnsitisasi dan dan reaktivitas terhadap allergen serta pencetus-pencetus lain.
Manifestasi dai dermatitis numuler adalah lesi kulit berbatas tegas berbentuk koin
dengan gejala bisa disertai pruritus. Diagnosis dari dermatitis numular bisa ditegakan
hanya dari anamnesis dan juga pemeriksaan fisik sehingga tidak diperlukan
pemeriksaan lain seperti pemeriksaan lab. Diagnosis dermatitis numular bisa berupa
dermatitis kontak alergi, dermatitis statis, dermatitis atopik, dermomikosis seperti tinea
korporis. Tatalaksana lini pertama dermatitis numularis adalah obat kortikosteroid
topikal. Tatalaksana nonmedikamentosa seperti menggunakan pelembab atau emoliet
pada dermatitis numuler juga membantu prognosis dan durasi penyembuhan dari
penyakit ini. Prognosis dai penyakit ini dapat menganggu kualitas hidup yang cukup
besar dikarenakan penyakit ini bsesifat sangat kronis namun penyakit ini tidak
mengancam nyawa.
Dermatitis seboroik adalah sebuah inflamasi kulit didaerah yang kaya akan
kelenjar sebasea terutama kulit kepala, wajah dan lipatan tubuh. Dermatitis seboroik
dapat dibedakan perdasarkan kelompok usia antara usia infantil dan dewasa. Prevalensi
dermatitis seboroik diseluruh dunia adalah sekitar 5% tetapi varian non-inflammasi nya
mendekati 50%. Faktor risiko dari dermatitis seboroik bisa disebabkan karena usia,
jenis kelamin, peningkatan aktivitas kelenjar sebasea, imunodefisiensi, penyakit saraf
paparan obat dan kelembaban lingkungan yang rendah. Dermatitis seboroik ditandai
dengan perkembangan pruritus, bercak eritematosa dengan sisik besar berminyak yang
24
mudah dilepas. Pada masa infantil penyakit biasanya timbul pada 1 bulan pertama
kehidupan sebagai inflammasi pada kulit rambut kepala dengan kulit bersisik dan
berkusta. Pada masa dewasa lesi yang timbul berupa lesi kekuningan berminyak pada
dasar eritema disertai krusta. Lesi paling sering timbul pada regio wajah Diagnosis dari
dermatitis seboroik biasanya dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan untuk menyingkirkan
diagnosis banding berupa swab, pemeriksaan KOH, serum zinc level, ANA, HIV
serology. Diagnosis banding yang perlu diperhatikan pada dermatitis seboroik masa
infantil terdapat dermatitis atopik, scabies, dan psoriasis. Perbedaan paling mencolok
antara dermatitis atopik dan dermatitis seboroik adalah peningkatan jumlah lesi pada
lengan bawah dan tulang kering pada dermatitis atopik sedangkan pada dermatitis
seboroik lesi meningkat pada regio axilla. Tatalaksana untuk dermatitis seboroik adalah
obat antifungal seperti ketokonazol. Metronidazole, glukokortikosteroid. Dermatitis
seboroik. Dermatitis Seboroik masa infantil biasanya dapat sembuh sendiri dalam
beberapa minggu sampai bulan. Dermatitis seboroik masa dewasa biasanya dapat
menetap tahunan hingga dekade.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
9. Scheinfeld N, Rudikoff D. Nummular Dermatitis. Atopic Dermatitis and
Eczematous Disorders [Internet]. 3 Oktober 2022 255–65. Tersedia pada:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK565878/
10. Tucker D, Masood S. Seborrheic Dermatitis. StatPearls [Internet]. 16 Februari
2023 Tersedia pada: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551707/
11. Borda LJ, Wikramanayake TC. Seborrheic Dermatitis and Dandruff: A
Comprehensive Review. J Clin Investig Dermatol [Internet]. 2015 3(2). Tersedia
pada: /pmc/articles/PMC4852869/
27