DERMATITIS NUMULARIS
Oleh:
Pembimbing:
Dermatitis atau eksim nummular (berarti bulat atau "berbentuk koin") adalah kondisi
peradangan kulit yang ditandai dengan adanya plak eritematosa bulat hingga oval yang
berbatas tegas. Istilah dermatitis numularis telah digunakan baik sebagai penyakit independen
maupun sebagai deskripsi morfologi lesi yang dapat ditemukan pada berbagai penyakit,
termasuk dermatitis atopik, dermatitis kontak, dan eksim asteatosis. Diskusi ini berfokus pada
entitas penyakit yang telah dijelaskan dalam literatur. Nama lain termasuk eksim diskoid atau
eksim orbicular.1
Eksim numularis pertama kali dijelaskan oleh Deverigie pada tahun 1857 sebagai lesi
berbentuk koin pada ekstremitas atas. Sejak itu, telah dilaporkan di semua kelompok umur
dan di semua area tubuh tetapi paling sering ditemukan di ekstremitas atas dan bawah. Lesi
biasanya dimulai sebagai papula, yang menyatu menjadi plak. Mereka biasanya bersisik. Lesi
awal dapat dipenuhi dengan vesikel yang mengandung eksudat serosa. Eksim numularis
biasanya sangat gatal. Banyak faktor pencetus telah dilaporkan, termasuk kulit kering, alergi
kontak, cuaca (terutama musim dingin), masalah nutrisi, dan stres emosional.2
Epidemiologi
Prevalensi terjadinya dermatitis numularis bervariasi dari 0.1 hingga 9%. Persentase yang
tinggi pada beberapa penelitian kemungkinan didasari oleh adanya inklusi pasien dengan
eksim diseminata. Kondisi dermatitis nummular sendiri jarang terlihat di pada pasien pediatri,
dan terlihat memuncak pada onset antara umur 15 tahun sampai 25 tahun. Dan angka
tertinggi pasien dermatitis nummular terdapat pada usia antara 55-65 tahun. Wanita
cenderung memiliki bakat dermatitis nummular dibanding pria pada usia muda. Kondisi ini
dapat terjadi di negara manapun, namun paling umum terdapat di regio Asia, yang pada
umumnya terjadi pada pria dibanding wanita.2,3
Di poliklinik kulit dan kelamin RSCM Divisi Dermatologi Umum pada tahun 2012/2013,
didapatkan prevalensi dermatitis numularis sebanyak 3,3% dan di divisi dermatologi
pediatrik didapatkan sebanyak 5,1%.1
Etiopatogenesis
Patogenesis dari dermatitis numularis sendiri masih tidak diketahui. Mayoritas dari pasien
dengan dermatitis numularis tidak mempunyai Riwayat atop pada individu maupun di
keluarganya, walaupun lesi berbentuk plak nummular dapat terlihat di beberapa kasus
dermatitis atopic. Kondisi hidrasi pada kulit di pasien manula dengan dermatitis numularis
terbukti mengalami penurunan. Peran dari infeksi internal termasuk infeksi pada gigi, saluran
napas atas, saluran napas bawah ditemukan pada 68% kasus dermatitis numularis. Pada
sebuah penelitian yang diadakan, 11 dari 13 pasien dengan dermatitis numularis mengalami
improvisasi pada perjalanan penyakit saat infeksi gigi teratasi. Peranan allergen pada
dermatitis numularis juga sering dikaitkan, terutama pada allergen tungau, debu, dan Candida
albicans. Dermatitis nummular juga terlihat dalam beberapa kasus dalam terapi isotretinoin
dan emas, juga pada pasien dengan hepatitis C yang mendapat terapi kombinasi interferon
alfa2b dan ribavirin. 2,4
Gambaran Klinis
Pada perjalanan penyakit yang menjadi kronis, pasien mungkin telah menggaruk secara
agresif pada lesi yang dirasa gatal, dan bisa menimbulkan adanya lichen simplex chronicus
(LSC), dan biasanya bisa didapati di bagian ekstremitas bawah, leher, kulit kepala, atau
skrotum. Gambaran tipikal dari lesi dermatitis nummular dapat menebal dan menyebar
apabila tidak diobati oleh penderita. Walaupun lesi yang mengalami likenifikasi tetap
berbatas tegas, namun pada beberapa area dapat menjadi difus, terkhususnya pada daerah
genital.3,5
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis Banding
Gambaran dan gejala klinis yang khas dari dermatitis numularis menjadi penyokokng
diagnosis utama, dengan atau tanpa adanya pemeriksaan penunjang. Diagnosis banding dari
dermatitis numularis dapat diambil dari dermatitis kontak atopic, yang dapat di singkirkan
melalui anamnesa riwayat kontak substansi terhadap pasien. Riwayat atopi pada keluarga dan
individu penderita juga dapat ditanyakan untuk menyingkirkan diagnosis banding dermatitis
atopic. Pemeriksaan kerokan lesi dan KOH dapat menyingkirkan diagnosis banding tinea
korporis.1,3
Tatalaksana
Penyebab atau faktor pemicu dari dermatitis numularis sedapat mungkin diidentiffikasi dan
dihindari. Pada tatalaksana non-medikamentosa, dapat diberikan edukasi pada pasien untuk
menghindari suhu ekstrim, penggunaan sabun berlebihan dan disarankan memakai sabun
untuk kulit sensitif, menghindari memakai pakaian yang ketat pada bagian yang terkena lesi,
dan sebisa mungkin menghindari trauma pada lesi. Steroid topical dengan potensi sedang ke
tinggi menjadi terapi lini utama pada dermatitis numularis, dengan vehikulum krim atau
salep, pada lesi kronik vehikulum salap lebih efektif dan terkadang perlu dilakukan oklusi.
Inhibitor calcineurin, tacrolimus dan pimecrolimus, dan preparate tar (liquor carbonis
detergens 5-10%) juga didapati efektif. Oral antihistamin seperti cetirizine atau loratadine
dapat diberikan pad apasien dengan keluhan gatal yang hebat. Antibiotic oral dapat diberikan
apabila terlihat adanya infeksi sekunder pada lesi. Pelembab kulit disarankan untuk pasien
pakai untuk mereda kekeringan kulit disekitar lesi. Untuk lesi yang luas, dapat diterapi
menggunakan narrowband UVB (nb-UVB), atau dengan psoralen plus UVA (PUVA).3,5
Prognosis
Kelainan ini biasanya menetap selama berbulan-bulan menjadi kronik, dan dapat rekurensi
pada tempat yang sama. Dari sebuah penelitian, didapati adanya interval relaps sampai dua
tahun, didapati bahwa 22% sembuh, 25% pernah sembuh untuk beberapa minggu sampai
tahun, 53% tidak pernah bebas dari lesi kecuali masih dalam pengobatan.1
Kesimpulan