Anda di halaman 1dari 6

REFERAT

DERMATITIS NUMULARIS

Oleh:

Timothy Widjaja (112019233)

Pembimbing:

Dr. Silvi Suhardi, Sp.KK

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

RUMAH SAKIT HUSADA

PERIODE 5 JULI 2021 – 7 AGUSTUS 2021


Pendahuluan

Dermatitis atau eksim nummular (berarti bulat atau "berbentuk koin") adalah kondisi
peradangan kulit yang ditandai dengan adanya plak eritematosa bulat hingga oval yang
berbatas tegas. Istilah dermatitis numularis telah digunakan baik sebagai penyakit independen
maupun sebagai deskripsi morfologi lesi yang dapat ditemukan pada berbagai penyakit,
termasuk dermatitis atopik, dermatitis kontak, dan eksim asteatosis. Diskusi ini berfokus pada
entitas penyakit yang telah dijelaskan dalam literatur. Nama lain termasuk eksim diskoid atau
eksim orbicular.1

Eksim numularis pertama kali dijelaskan oleh Deverigie pada tahun 1857 sebagai lesi
berbentuk koin pada ekstremitas atas. Sejak itu, telah dilaporkan di semua kelompok umur
dan di semua area tubuh tetapi paling sering ditemukan di ekstremitas atas dan bawah. Lesi
biasanya dimulai sebagai papula, yang menyatu menjadi plak. Mereka biasanya bersisik. Lesi
awal dapat dipenuhi dengan vesikel yang mengandung eksudat serosa. Eksim numularis
biasanya sangat gatal. Banyak faktor pencetus telah dilaporkan, termasuk kulit kering, alergi
kontak, cuaca (terutama musim dingin), masalah nutrisi, dan stres emosional.2

Epidemiologi

Prevalensi terjadinya dermatitis numularis bervariasi dari 0.1 hingga 9%. Persentase yang
tinggi pada beberapa penelitian kemungkinan didasari oleh adanya inklusi pasien dengan
eksim diseminata. Kondisi dermatitis nummular sendiri jarang terlihat di pada pasien pediatri,
dan terlihat memuncak pada onset antara umur 15 tahun sampai 25 tahun. Dan angka
tertinggi pasien dermatitis nummular terdapat pada usia antara 55-65 tahun. Wanita
cenderung memiliki bakat dermatitis nummular dibanding pria pada usia muda. Kondisi ini
dapat terjadi di negara manapun, namun paling umum terdapat di regio Asia, yang pada
umumnya terjadi pada pria dibanding wanita.2,3

Di poliklinik kulit dan kelamin RSCM Divisi Dermatologi Umum pada tahun 2012/2013,
didapatkan prevalensi dermatitis numularis sebanyak 3,3% dan di divisi dermatologi
pediatrik didapatkan sebanyak 5,1%.1
Etiopatogenesis

Patogenesis dari dermatitis numularis sendiri masih tidak diketahui. Mayoritas dari pasien
dengan dermatitis numularis tidak mempunyai Riwayat atop pada individu maupun di
keluarganya, walaupun lesi berbentuk plak nummular dapat terlihat di beberapa kasus
dermatitis atopic. Kondisi hidrasi pada kulit di pasien manula dengan dermatitis numularis
terbukti mengalami penurunan. Peran dari infeksi internal termasuk infeksi pada gigi, saluran
napas atas, saluran napas bawah ditemukan pada 68% kasus dermatitis numularis. Pada
sebuah penelitian yang diadakan, 11 dari 13 pasien dengan dermatitis numularis mengalami
improvisasi pada perjalanan penyakit saat infeksi gigi teratasi. Peranan allergen pada
dermatitis numularis juga sering dikaitkan, terutama pada allergen tungau, debu, dan Candida
albicans. Dermatitis nummular juga terlihat dalam beberapa kasus dalam terapi isotretinoin
dan emas, juga pada pasien dengan hepatitis C yang mendapat terapi kombinasi interferon
alfa2b dan ribavirin. 2,4

Gambaran Klinis

Pasien dengan dermatitis numularis umumnya


mengeluh adanya gatal yang bervariasi dari tidak
gatal sama sekali hingga gatal berat. Lesi akut
berupa plak eritematosa berbentuk lingkaran atau
koin dengan batas tegas yang terbentuk dari
kelompok papul dan papulovesikel yang
berkonfluensi. Selama perjalanan penyakit
dermatitis numularis, papul dapat pecah dan terjadi
eksudasi berbentuk pinpoint, dan eksudat yang
mengering menjadi krusta kekuningan pada kulit.
Ukuran dari plak sendiri bervariasi dari 1-3 cm,
walaupun jarang ditemukan, dapat berkembang
hingga diameter 10 cm. Kulit disekitar lesi terlihat
secara umum normal, namun bisa didapati
mengering. Plak yang bersifat Kronik dapat
menjadi kering, bersisik, hingga terjadi likenifikasi. Distribusi dari lesi dermatitis numularis
biasanya terdapat pada bagian ekstensor ekstremitas, sedangkan pada Wanita lebih sering
didapatkan lesi pada ekstremitas atas termasuk bagian punggung tangan dibandingkan dengan
ekstremitas bawah.2,3,5

Pada perjalanan penyakit yang menjadi kronis, pasien mungkin telah menggaruk secara
agresif pada lesi yang dirasa gatal, dan bisa menimbulkan adanya lichen simplex chronicus
(LSC), dan biasanya bisa didapati di bagian ekstremitas bawah, leher, kulit kepala, atau
skrotum. Gambaran tipikal dari lesi dermatitis nummular dapat menebal dan menyebar
apabila tidak diobati oleh penderita. Walaupun lesi yang mengalami likenifikasi tetap
berbatas tegas, namun pada beberapa area dapat menjadi difus, terkhususnya pada daerah
genital.3,5

Pemeriksaan Penunjang

Tidak banyak pemeriksaan penunjang yang


dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis dermatitis numularis, karena
dapat ditegakan melalui gambaran klinis
yang terdapat pada pasien. Namun untuk
menyingkirkan kemingkinan diagnosis
diferensial, dapat dilakukan kerokan kulit
dan dilihat secara mikroskopik dengan
KOH untuk menganulir diagnosis tinea
corporis. Pada pemeriksaan histopatologi, tampilan yang muncul pada lesi akan berubah
berdasarkan pada tingkat apa biopsi dilakukan. Pada lesi akut, dapat ditemukan spongiosis,
vesikel intraepidermal, serta sebukan sel radang limfosit dan makrofag disekitar pembuluh
darah. Pada plak subakut, dapat ditemukan parakeratosis, krusta bersisik, hyperplasia
epidermal, dan spongiosis dari epidermis. Pada tahap penyakit kronis, dapat menggambarkan
hyperkeratosis dan akantosis, seperti gambaran mikroskopis lichen simplex chronicus.2,4

Diagnosis Banding

Gambaran dan gejala klinis yang khas dari dermatitis numularis menjadi penyokokng
diagnosis utama, dengan atau tanpa adanya pemeriksaan penunjang. Diagnosis banding dari
dermatitis numularis dapat diambil dari dermatitis kontak atopic, yang dapat di singkirkan
melalui anamnesa riwayat kontak substansi terhadap pasien. Riwayat atopi pada keluarga dan
individu penderita juga dapat ditanyakan untuk menyingkirkan diagnosis banding dermatitis
atopic. Pemeriksaan kerokan lesi dan KOH dapat menyingkirkan diagnosis banding tinea
korporis.1,3

Tatalaksana

Penyebab atau faktor pemicu dari dermatitis numularis sedapat mungkin diidentiffikasi dan
dihindari. Pada tatalaksana non-medikamentosa, dapat diberikan edukasi pada pasien untuk
menghindari suhu ekstrim, penggunaan sabun berlebihan dan disarankan memakai sabun
untuk kulit sensitif, menghindari memakai pakaian yang ketat pada bagian yang terkena lesi,
dan sebisa mungkin menghindari trauma pada lesi. Steroid topical dengan potensi sedang ke
tinggi menjadi terapi lini utama pada dermatitis numularis, dengan vehikulum krim atau
salep, pada lesi kronik vehikulum salap lebih efektif dan terkadang perlu dilakukan oklusi.
Inhibitor calcineurin, tacrolimus dan pimecrolimus, dan preparate tar (liquor carbonis
detergens 5-10%) juga didapati efektif. Oral antihistamin seperti cetirizine atau loratadine
dapat diberikan pad apasien dengan keluhan gatal yang hebat. Antibiotic oral dapat diberikan
apabila terlihat adanya infeksi sekunder pada lesi. Pelembab kulit disarankan untuk pasien
pakai untuk mereda kekeringan kulit disekitar lesi. Untuk lesi yang luas, dapat diterapi
menggunakan narrowband UVB (nb-UVB), atau dengan psoralen plus UVA (PUVA).3,5

Prognosis

Kelainan ini biasanya menetap selama berbulan-bulan menjadi kronik, dan dapat rekurensi
pada tempat yang sama. Dari sebuah penelitian, didapati adanya interval relaps sampai dua
tahun, didapati bahwa 22% sembuh, 25% pernah sembuh untuk beberapa minggu sampai
tahun, 53% tidak pernah bebas dari lesi kecuali masih dalam pengobatan.1

Kesimpulan

Dermatitis numularis merupakan penyakit yang belum diketahui etiopatogenesisnya.


Perjalanan penyakitnya bervariasi dari akut hingga kronik yang dapat menyerupai lichen
simplex chronicus. Gambaran klinis berupa lesi berbentuk bulat seperti koin, biasanya
eritema, dan ada plak, merupakan gambaran yang dapat dipakai untuk menegakkan diagnosis
dermatitis numularis. Tatalaksana yang dapat diberikan pada pasien berupa edukasi mengenai
lesi, dan obat topical steroid potensi sedang hingga kuat.
Daftar Pustaka

1. Rahmayunita, G., & Sularsito, S. A. (2017). Dermatitis Numularis. Ilmu Penyakit


Kulit Dan Kelamin (7th ed., pp. 185–187). Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
2. Jami L Miller, M. D. (2021, May 18). Nummular Dermatitis (Nummular Eczema).
Background, Pathophysiology, Etiology Nummular Dermatitis.
https://emedicine.medscape.com/article/1123605.
3. Kang, S. (2019). Fitzpatrick's dermatology in general medicine (8th ed, pp. 182-187).
McGraw-Hill Education.
4. Robinson CA, Love LW, Farci F. Nummular Dermatitis. [Updated 2021 Jun 17]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK565878/
5. Leung, A. K. C., Lam, J. M., Leong, K. F., Leung, A. A. M., Wong, A. H. C., &
Hon, K. L. (2021). Nummular Eczema: An Updated Review. Recent Patents on
Inflammation & Allergy Drug Discovery, 14(2), 146–155.
https://doi.org/10.2174/1872213x14666200810152246

Anda mungkin juga menyukai