102016149
Resmi.2016fk149@civitas.ukrida.ac.id
Abstrak
Thalasemia merupakan golongan penyakit anemia hemolitik yang diturunkan secara autosom
resesif, disebabkan mutasi gen tunggal, akibat adanya gangguan pembentukan rantai globin alfa
atau beta. akibat adanya gangguan pembentukan rantai globin alfa atau beta. Individu homozigot
atau compound heterozygous, double heterozygous bermanifestasi sebagai thalasemia beta
mayor yang membutuhkan transfusi darah secara rutin dan terapi besi untuk mempertahankan
kualitas hidupnyaDi Indonesia, thalasemia merupakan kelainan genetik yang paling banyak
ditemukan. Terapi tranfusi reguler dibutuhkan untuk mempertahankan hemoglobin.
Kata kunci : Hemoglobin, Thalasemia
Abstract
Pemeriksaan Penunjang
Darah lengkap
1. Anemia mikrositik ringan. Anemia mikrositik dapat disebabkan oleh defisiensi besi,
thalassemia, keracunan timbal, anemia sideroblastik atau anemia penyakit kronis. Indeks
MCV, RDW, dan anamnesis riwayat pasien dapat mengeksklusi etiologi. MCV biasanya
kurang dari 75 Fl pada thalassemia dan jarang kurang dari 80 fl pada anemia defisiensi
besi sampai hematocrit kurang dari 30%.3
2. Indeks mentzer (MCV/eritrosit). Pada thalassemia, indeks mentzer <13 sedangkan pada
anemia defisiensi besi, indeks mentzer lebih dari >13. Rasio bernilai 13 dianggap
meragukan.
3. Nilai red blood cell distribution width (RDW) meningkat. RDW dapat membantu
membedakan defisiensi besi dan anemia sideroblastik dengan thalassemia. Semakin
tinggi RDW berate semakin anisositosis.
4. Leukositosis palsu akibat retikulosit/eritrosit beriniti yang terhitung sebagai sel darah
putih.
5. Trombositopenia akibat hipersplenisme.
Elektroforesis
Pemeriksaan ini digunakan hanya untuk kasus-kasus hemoglobinopati seperti talasemia.
Pemeriksaan ini menggunakan agar elekroforesis dan darah, dengan bahan yang ada akan
dibentuk suatu gambaran kurva yang menunjukan kadar masing-masing globin dalam suatu
SDM. Petunjuk adanya talasemia alfa adalah ditemukannya Hb Bart’s dan HbH. Pada talasemia
beta, kadar HbF bervariasi antara 10-90 %, sedangkan dalam keadaan normal kadarnya tidak
melebihi 1%.
Diagnosis Banding
Thalasemia diklasifikasikan berdasarkan apakah produksi rantai alfa atau beta yang
terganggu. Derajat keadaan klinis bergantung pada jumlah gen normal yang ada. Manusia secara
normal memiliki 4 gen globin alfa (kromosom 16) dan 2 gen globin beta (kromosom 11). Oleh
karena itu satu protein Hb mempunyai dua subunit α dan dua subunit β. Secara normal setiap gen
globin α memproduksi hanya separuh dari kuantitas protein yang dihasilkan gen globin β,
menghasilkan produksi subunit protein yang seimbang. Thalassemia terjadi apabila gen globin
gagal, dan produksi protein globin subunit tidak seimbang. Thalassemia diklasifikasikan
berdasarkan rantai globin mana yang mengalami defek, yaitu Thalassemia α dan Thalassemia β.
berbagai defek secara delesi dan nondelesi dapat menyebabkan Thalassemia.5
a. Thalassemia α
Oleh karena terjadi duplikasi gen α (HBA1 dan HBA2) pada kromosom 16 maka akan
terdapat total empat gen α (αα/αα). Delesi gen sering terjadi pada Thalassemia α maka
terminologi untuk Thalassemia α tergantung terhadap delesi yang terjadi, apakah pada satu gen
atau dua gen. Apabila terjadi pada dua gen, kemudian dilihat lokasi kedua gen yang delesi berada
pada kromosom yang sama (cis) atau berbeda (trans). Delesi pada satu gen α dilabel α+
sedangkan pada dua gen dilabel αo.
Kehilangan satu gen memberi sedikit efek pada produksi protein α sehingga secara umum
kondisinya kelihatan normal dan perlu pemeriksaan laboratorium khusus untuk mendeteksinya.
Individu tersebut dikatakan sebagai karier dan bisa menurunkan kepada anaknya.
Tipe ini menghasilkan kondisi dengan eritrosit hipokromik mikrositik dan anemia ringan.
Individu dengan tipe ini biasanya kelihatan dan merasa normal dan mereka merupakan karier
yang bisa menurunkan gen kepada anak.
3) Delesi 3 gen α / Hemoglobin H
Pada tipe ini penderita dapat mengalami anemia berat dan sering memerlukan transfusi darah
untuk hidup. Ketidakseimbangan besar antara produksi rantai α dan β menyebabkan akumulasi
rantai β di dalam eritrosit menghasilkan generasi Hb yang abnormal yaitu Hemoglobin H (Hb H/
β4).
Tipe ini adalah paling berat, penderita tidak dapat hidup dan biasanya meninggal di dalam
kandungan atau beberapa saat setelah dilahirkan, yang biasanya diakibatkan oleh hydrop fetalis.
Kekurangan empat rantai α menyebabkan kelebihan rantai γ (diproduksi semasa kehidupan fetal)
dan rantai β menghasilkan masing-masing hemoglobin yang abnormal yaitu Hemoglobin Barts
(γ4 / Hb Bart, afiniti terhadap oksigen sangat tinggi) atau Hb H (β4, tidak stabil)
b. Thalasemia β
Hemoglobin utama saat lahir adalah hemoglobin janin yang terdiri dari 2 rantai alfa dan 2 rantai
gamma flobin. Tidak seperti alfa globin, beta globin belum diekspresikan sampai setelah lahir,
saat produksi gamma globin menurun. Kadar hemoglobin dewasa, yang terdiri dari dua rantai
alfa globin dan dua rantai beta globin, rendah saat lahir dan meningkat secara bertahap dalam
beberapa bulan pertama kehidupan. Karena itu, gejala thalassemia beta biasanya belum terlihat
sampai setelah usia 6 bulan. Serupa dengan thalassemia alfa, keparahan berkaitan dengan jumlah
gen yang mengalami delesi.5
1) Thalassemia βo
Tipe ini disebabkan tidak ada rantai globin β yang dihasilkan. Satu pertiga penderita Thalassemia
mengalami tipe ini.
2) Thalassemia β+
Pada kondisi ini, defisiensi partial pada produksi rantai globin β terjadi sebanyak 10-50% dari
sintesis rantai globin β yang normal dihasil kanpada keadaan ini.
Patofisiologi
1. Hemoglobin fetal (HbF): dua rantai alfa dan dua rantai gamma.
2. Hemoglobin A (HbA, tipe dewasa): dua rantai alfa dan dua rantai beta.
3. Hemoglobin A2: dua rantai alfa dan rantai beta.
Ketika lahir, jumlah HbF mencapai 80% dan jumlah HbA hanya 20%. Transisi dari globin
gamma ke globin beta dimulai sejak kelahiran. Sekitar usia 6 bulan, bayi yang sehat sudah akan
bertransisi ke HbA. Jumlah HbA2 dan HbF sangat kecil sehingga dapat diabaikan.
Pada beta thalassemia yaitu tidak adanya atau kekurangan rantai beta dalam molekul
hemoglobin yang mana ada gangguan kemampuan eritrosit membawa oksigen. Ada suatu
kompensator yang meningkat dalam rantai alpha, tetap rantai beta memproduksi secara terus
menerus sehingga menghasilkan hemoglobin deficitve. Ketidak seimbangan polipeptida ini
memudahkan ketidakstabilan dan disintegrasi. Hali ini menyebabkan sel darah merah menjadi
hemolysis dan menimbulkan anemia dan atau hemosiderosis.6
Etiologi
Thalassemia bukan penyakit menular melainkan penyakit yang diturunkan secara genetik
dan resesif. Penyakit ini diturunkan melalui gen yang disebut sebagai gen globin beta yang
terletak pada kromosom 11. Pada manusia kromosom selalu ditemukan berpasangan. Gen globin
beta ini yang mengatur pembentukan salah satu komponen pembentuk hemoglobin. Bila hanya
sebelah gen globin beta yang mengalami kelainan disebut pembawa sifat thalassemia-beta.
Seorang pembawa sifat thalassemia tampak normal/sehat, sebab masih mempunyai 1 belah gen
dalam keadaan normal (dapat berfungsi dengan baik).7
Epidemiologi
Sekitar 5% populasi dunia memiliki varian globin tetapi hanya 1,7 % memiliki trait
talasemia alfa atau beta. Talasemia mengenai baik laki-laki maupun perempuan dan terjadi
sekitar 4,4 setiap 10.000 kelahiran hidup. Thalasemia didistribusikan secara luas pada daerah
Mediterania, Timur Tengah, subkontinen India dan Asia Tenggara mulai dari Cina Selatan
melewati Semenanjung Malaya sampai ke Indonesia. Pada banyak negara ini frekuensi gen
untuk thalasemia yang berbeda dan variasivariasi struktur hemoglobin sangat tinggi. Seiring
dengan perbaikan kondisi sosial pada negara-negara berkembang dan penurunan mortalitas oleh
karena infeksi dan malnutrisi, anak-anak dengan thalasemia yang sebelumnya akan meninggal
muda sekarang bertahan cukup lama untuk memerlukan perawatan. Pada daerah-daerah ini juga
ditemukan penyebab dari tingginya frekuensi thalasemia. Di Indonesia, thalasemia merupakan
kelainan genetik yang paling banyak ditemukan. Angka pembawa sifat thalasemia adalah 3- 5%,
bahkan di beberapa daerah mencapai 10,6 % sedangkan angka pembawa sifat HbE berkisar
antara 1,5-36%. Di Indonesia, thalasemia merupakan kelainan genetik yang paling banyak
ditemukan. Angka pembawa sifat thalasemia adalah 3- 5%, bahkan di beberapa daerah mencapai
10,6 % sedangkan angka pembawa sifat HbE berkisar antara 1,5-36%.8
Gejala Klinik
Penderita thalasemia memiliki gejala yang bervariasi tergantung jenis rantai asam amino
yang hilang dan jumlah kehilangannya. Keluhan umumnya muncul pada usia 6 bulan, kemudian
dilakukan pemeriksaan fisis yang meliputi bentuk muka mongoloid (facies Cooley), penderita
sebagian besar mengalami anemia yang ringan khususnya anemia hemolitik. Keadaan yang berat
pada beta-thalasemia mayor akan mengalami anemia karena kegagalan pembentukan sel darah,
penderita tampak pucat karena kekurangan hemoglobin. Perut terlihat buncit karena
hepatomegali dan splenomegali sebagai akibat terjadinya penumpukan Fe, kulit kehitaman akibat
dari meningkatnya produksi Fe, juga terjadi ikterus karena produksi bilirubin meningkat. Gagal
jantung disebabkan penumpukan Fe di otot jantung, deformitas tulang muka, retrakdasi
pertumbuhan, penuaan dini.5,9
1. Thalassemia mayor. umumnya diketahui sejak bayi, dengan gejala : tampak pucat, lemah,
lesu, sering sakit, kadang disertai perut yang membuncit. Pasien membutuhkan transfusi
darah terus menerus seumur hidup setiap 2-4 minggu sekali.
2. Thalassemia intermedia. Biasanya baru terdiagnosis pada anak yang lebih besar, dan
biasanya tidak membutuhkan transfuse darah rutin
3. Thalassemia minor/ trait/ pembawa sifat. Biasanya tidak bergejala. Tampak normal,
namun pada pemeriksaan darah dapat ditemukan kadar Hb yangs edikit dibawah normal
Penalaktasanaan
Setelah terdiagnosis dan bila tidak ada kegawatan, pasien dapat dirujuk ke spesialis anak.
Penderita trait thalassemia tidak membutuhkan pengobatan khusus. Pada thalassemia simtomatis
dibutuhkan transfusi darah untuk mempertahankan kadar Hb 9 g/dl dan mendukung
pertumbuhan yang normal. Untuk penderita thalassemia beta intermedia, kebutuhan transfusi
disesuaikan dengan penilaian klinis. Thalassemia alfa intermedia atau penyakit HbH
menyebabkan hemolysis ringan atau sedang. Hemosiderosis transfusional dapat dicegah dengan
penggunaan obat kelasi besi.4,10
Indikasi:
- Hb <8 g/Dl
- Hb >8 g/dl dengan keadaan umum kurang baik, anoreksia, gangguan aktivitas, gangguan
pertumbuhan, adanya pembesaran limpa yang cepat, dan perubahan pada tulang.
- Asam folat, untuk memenuhi peningkatan kebutuhan akibat eritropoiesus yang infektif.
- Vitamin E sebagai antioksidan
- Terapi kelas besi, untuk mengatasi kelebihan besi akibat transfuse. Indikasi kelasi besi:
1. Ferritin > 1000 mg/dl dan saturasi transferrin serum >50% atau
2. Transfuse >5 L atau transfuse sudah >10 kali atau transfuse kurang lebih sudah 1
tahun
Kadar ferritin dipertahankan 1000-2000 mg/dl. Deferoksamin meningkat besi dan kation
divalent lain, sehingga dimungkinkan ekskresi melalui feses dan urine. Deferoksamin diberikan
secara subkutan selama 10-12 jam, 5-6 hari dalam satu minggu dengan dosis 40mg/kgBB.
Obat kelasi besi oral saat ini sudah tersedia dan memebrikan efikasi yang baik
(deferiprox dan deferasirox). Dosis deferiprox adalah 75 mg/kg/hari dibagi dalam 3 dosis. Obat
kelasi besi oral kurang stabil tetapi memiliki keunggulan dalam hal proteksi terhadap jantung
dibandingkan deferoksamin.
- Vitamin C hanya diberikan bagi mereka yag mendapat terapi kelasi besi, diberikan 100
mg per hari sebelum terapi kelasi besi
- Limpa terlalu besar (schuffner IV-VIII atau >6 cm) karena bahaya terjadi rupture
- Hipersplenisme dini: jika jumlah transfusi >250 ml/kgbb dalam 1 tahun terakhir
- Hipersplenisme lanjut; pansitopenia.
Splenektomi dilakukan oada usia >5tahun. Sebelum usia 5 tahun limpa masih membentuk
system imunitas tubuh. Splenektomi dapat dikerjakan pada usia <5 tahun jika terdapat
trombositopenia yang berat akibat hipersplenisme.
Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada thalassemia beta mayor atau intermedia berkaitan dengan
stimulasi berlebih sumsum tulang, eritropoesis yang tidak efektif, dan kelebihan besi akibat
transfuse berulang. Masalah kelebihan besi (iron overload) merupakan masalah utama pada
talasemia yang memerlukan transfuse berulang. Kondisi ini mengganggu semua fungsi organ
tubuh terutama jantung. Dengan transfuse darah berulang, penyerapan besi akan berlanjut dan
akan menimbulkan penimbunan besi pada organ visceral (hemosiderosis). Pada jantung
menyebabkan kardiomiopati, pada hati timbul gangguan pembekuan darah dan metabolic, pada
kelenjar endokrin dapat terjadi hipergonadisme dan diabetes mellitus (pada masa remaja dan
dewasa).2
Kesimpulan
Daftar Pustaka