Anda di halaman 1dari 31

CASE BASED DISCUSSION

DERMATITIS NUMULARIS
Diajukan untuk
Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu
Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Di RS Islam Sultan Agung Semarang

Disusun oleh :
Rizki Amalia Martya Tifanis
30101507546

Pembimbing :
dr. Pasid Harlisa, Sp. KK, FINSDV

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2021

1
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Rizki Amalia Martya Tifanis


NIM : 30101507546
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter
Periode : 28 Desember 2020 – 23 Januari 2021
Bagian : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Judul : Dermatitis Numularis, Dermatitis Seboroik
pembimbing : dr. Pasid Harlisa, Sp.KK, FINSDV
Diajukan dan disahkan : 6 Januari 2021

Semarang, Januari 2021


Mengetahui dan Menyetujui
Pembimbing Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
RSI Sultan Agung Semarang

Pembimbing,

dr. Pasid Harlisa, Sp.KK, FINSDV

2
BAB I
PENDAHULUAN

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap
faktor eksogen dan atau endogen sehingga menimbulkan gejala klinis berupa efloresensi
polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi). Dermatitis cenderung
residif dan menjadi kronis. Dermatitis dapat diklasifikasikan menurut etiologi, morfologi,
lokalisasi, stadium dan bentuk. Klasifikasi dermatitis menurut bentuk disebut dermatitis
numularis.
Dermatitis numularis merupakan suatu peradangan dengan lesi yang menetap,
dengan keluhan gatal, dan ditandai dengan lesi berbentuk seperti uang logam atau sedikit
oval berbatas tegas, umumnya ditemukan pada daerah tangan dan kaki. Lesi awal berupa
papul disertai vesikel yang biasanya mudah pecah sehingga basah (oozing). Nama lain dari
dermatitis numular adalah ekzem diskoid, ekzem numular, nummular eczematous
dermatitis. Dermatitis numularis merupakan dermatitis endogen yaitu dermatitis yang
terjadi utamanya dimediasi oleh proses atau faktor-faktor yang berasal dari dalam tubuh
tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor eksogen.
Angka kejadian dermatitis numularis pada usia dewasa lebih sering terjadi pada
laki-laki dibanding wanita. Usia puncak pada kedua jenis kelamis tersebut antara 55
sampai 65 tahun, sedangkan pada wanita dapat pula terjadi pada usia puncak 15 sampai 25
tahun. Dermatitis numularis tidak biasa ditemukan pada anak, tetapi dapat ditemukan pada
usia sebelum satu tahun dengan angka kejadian yang jarang. Kubeyinje dkk (1995)
melaporkan dermatitis numularis terbanyak kedua setelah dermatitis atopi yaitu sebanyak
315 kasus (25,7) dari 1224 kasus.
Sebagian besar kasus dermatitis numularis tidak diketahui etiologinya. Meski
etiologi belum jelas diduga stafilokokus dan mikrokokus ikut berperan. Beberapa
penelitian dan laporan kasus menunjukkan peran multifaktorial yang meliputi lingkungan,
efek samping obat, trauma fisis dan kimiawi, sres emosional, minuman yang mengandung
alkohol serta kelembaban yang rendah dapat pula memacu kekambuhan. Hubungan
dermatitis numularis dengan atopi masih kontroversial.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DERMATITIS NUMULARIS

A. DEFINISI

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons

terhadap pengaruh faktor eksogen, misalnya bahan kimia (contoh : detergen, asam, basa,

oli, semen); fisik( contoh : sinar, suhu); mikroorganisme (bakteri, jamur) , maupun faktor

endogen (dari dalam), menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema,

edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak

selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik). Dermatitis

cenderung residif dan menjadi kronis.

Penamaan pada penyakit dermatitis berdasarkan etiologi, morfologi, lokalisasi,

stadium penyakit, dan bentuk. Dermatitis numularis termasuk ke dalam pembagian

dermatitis berdasarkan bentuk. Dermatitis numularis adalah dermatitis berupa lesi

berbentuk mata uang (coin) atau agak lonjong, berbatas tegas dengan efloresensi berupa

papulovesikel, biasanya mudah pecah sehingga basah (oozing).

Dermatitis numularis juga dikenal dengan nama ekzem numular; ekzem discoid;
neurodermatitis numular. Istilah ekzem numular diperkenalkan oleh Devergie pada tahun
1857.ˡ

B. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi penyakit dermatitis numularis di dunia adalah 2 kasus per 1000

penduduk. Prevalensi yang sama didapatkan di negara Amerika Serikat. Dermatitis

numularis lebih terjadi sering pada pria daripada wanita. Usia puncak awitan terbagi

menjadi dua distribusi usia, paling banyak terjadi pada dekade ke enam dan ke tujuh dan

banyak terjadi pada pria. Kebanyakan pada wanita dengan angka kejadian lebih kecil,

4
terjadi pada dengan dekade kedua dan ketiga dan sering berhubungan dengan dermatitis

atopi. Dermatitis numularis sangat jarang ditemukan pada anak-anak. Bila ada timbulnya

jarang pada usia sebelum satu tahun, umumnya kejadian meningkat seiring dengan

meningkatnya usia.

C. ETIOPATOGENESIS
Penyebabnya tidak diketahui, banyak faktor secara sendiri atau bersama-sama telah

dikemukakan sebagai agen penyebab :

1. Trauma lokal, baik fisik maupun kimia

Patogenesisnya belum diketahui secara pasti. Dermatitis Numularis yang

disebabkan trauma lokal terutama terjadi pada tangan, misalnya gigitan serangga atau

terkena bahan kimia yang menyebabkan iritasi.

2. Xerosis atau kekeringan kulit

Insiden Dermatitis Numularis meningkat pada musim kering dengan kelembaban

rendah. Lingkungan dengan kelembaban rendah menyebabkan peningkatan hilangnya

kandungan air dalam kulit, selanjutnya terjadi perubahan komposisi lipid sawar epidermis

sehingga kulit menjadi kering atau xerosis.

3. Insufisiensi vena dan varises

Ditemukannya kasus dengan lesi Dermatitis Numularis di sepanjang vena tungkai

menimbulkan dugaan bahwa Dermatitis Numularis mungkin disebabkan oleh adanya

varises dan edema pada ekstremitas bawah, sehingga timbul istilah varicose eczema.

4. Stres emosional /psikologis

60% kasus eksema dicetuskan oleh faktor stres, bahkan dikatakan  bahwa stres

merupakan faktor pencetus utama pada dermatitis.

5
5. Bakteri

Stafilokokus dan mikrokokus ikut berperan ,mengingat jumlah koloninya

meningkat walaupun tanda infeksi secara klinis tak tampak; mungkin juga lewat

mekanisme hipersensitivitas. Eksaserbasi terjadi bila koloni bakteri meningkat diatas 10

juta kuman/cm².

6. Alkohol

Minuman beralkohol dapat menyebabkan eksaserbasi.

D. GAMBARAN KLINIS
Penyakit dermatitis numularis biasanya menunjukkan gambaran klinis :

- Lesi berbatas tegas.

- Plak (biasanya berukuran 1-3 cm)berbentuk coin yang merupakan penggabungan

dari papul dan papulovesikel yang eritematosa dan sedikit edematosa, dikelilingi

kulit normal atau terkadang xerotic.

- Basah (oozing) dan krusta biasanya menutupi seluruh permukaan lesi.

- Pruritus bervariasi dari ringan hingga berat.

- Penyembuhan dimulai dari tengah lesi.

- Lesi lama cenderung kering, dapat berupa likenifikasi dan skuama.

- Cenderung kambuh-kambuhan, bila terjadi kekambuhan umumnya timbul pada

tempat semula dan dapat pula terjadi pada tempat yang mengalami trauma

(fenomena kobner).

- Pada dewasa muda gambaran lesi cenderung simetris.

Predileksi

Dermatitis numularis paling banyak ditemukan di punggung kaki, punggung tangan,

bagian ekstensor ekstremitas, bokong dan bahu.

Tiga bentuk klinis dermatitis numular yaitu;

6
1. Dermatitis numular pada tangan dan lengan. Kelainannya terdapat pada punggung

tangan serta di bagian sisi atau punggung jari-jari tangan. Sering dijumpai sebagai

plak tunggal yang terjadi pada sisi reaksi luka bakar, kimia atau iritan. Lesi ini

jarang meluas.

2. Dermatitis numular pada tungkai dan badan. Bentuk ini merupakan bentuk yang

lebih sering dijumpai. Pada sebagian kasus, kelainan sering didahului oleh trauma

lokal ataupun gigitan serangga. Umumnya kelainan bersifat akut, persisten dan

eksudatif. Dalam perkembangannya, kelainan dapat sangat edematous dan

berkrusta, cepat meluas disertai papul-papul dan vesikel yang tersebar. Pada

Dermatitis numular juga sering dijumpai penyembuhan pada bagian tengah lesi,

tetapi secara klinis berbeda dari bentuk lesi tinea. Pada kelainan ini bagian tepi

lebih vesikuler dengan batas relatif kurang tegas. Lesi permulaan biasanya timbul

di tungkai bawah kemudian menyebar ke kaki yang lain, lengan dan sering ke

badan.

3. Dermatitis numular bentuk kering. Bentuk ini jarang dijumpai dan berbeda dari

dermatitis numular umumnya karena di sini dijumpai lesi diskoid berskuama ringan

dan multipel pada tungkai atas dan bawah serta beberapa papul dan vesikel kecil di

bagian tepinya di atas dasar eritematus pada telapak tangan dan telapak kaki. Gatal

minimal yang berbeda sekali dengan bentuk dermatitis numular lainnya. Menetap

bertahun-tahun dengan fluktuasi atau remisi yang sulit diobati.

7
Gambaran klinis

Gambar 1. Lesi yang khas berbentuk koin dari dermatitis numularis pada lengan

dari penderita.

Gambar 2. Lesi yang khas berbentuk koin dari dermatitis numularis pada tangan

dari penderita.

8
Gambar 3. Lesi yang khas berbentuk koin dari dermatitis numularis pada tungkai

bawah penderita.

Histopatologi

Pada lesi akut ditemukan spongiosis, vesikel intraepidermal, sebukan sel radang limfosit

dan makrofag di sekitar pembuluh darah. Lesi kronis ditemukan akantosis teratur,

hipergranulosis dan hiperkeratosis, mungkin juga spongiosis ringan. Dermis bagian atas

fibrosis, sebukan limfosit dan makrofag di sekitar pembuluh darah. Limfosit di epidermis

mayoritas terdiri atas sel T-CD8+, sedangkan yang di dermis sel T-CD4+. Sebagian besar

sel mast di dermis tipe MCtc (mast cell tryptase), berisi triptase.

Gambar 4. Gambaran histopatologi dari dermatitis numularis

9
F. DIAGNOSIS

Diagnosis dermatitis numularis didasarkan atas gambaran klinis. Sebagai diagnosis

banding antara lain ialah dermatitis kontak, dermatitis atopik, neurodermatitis

sirkumskripta, dan dermatomikosis.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Tes laboratorium

Patch test berguna untuk mengidentifikasi kasus kronis yang tidak kunjung sembuh

dan mengenyampingkan dermatitis kontak sebagai diagnosis banding. Pada dermatitis

numularis IgE cenderung normal.

2. Kultur dan uji resistensi sekret

Untuk melihat mikroorganisme penyebab dan penyerta.

3. Biopsi

Untuk melihat perubahan histopatologis sehingga dapat menentukan tahapan (akut

atau kronis) dari penyakit dermatitis numularis.

H. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding dari penyakit ini antara lain :

1. Liken simpleks kronikus (neurodermatitis).

Biasanya jarang, lesinya kering berupa plak yang likenifikasi dengan distribusi

tertentu.

10
Gambar 5. Bentuk lesi dari neurodermatitis pada daerah tengkuk leher, pergelangan

tangan dan punggung kaki.

2. Dermatitis kontak alergi.

Morfologi klinis primer antara dermatitis kontak dan dermatitis numular sering

sulit untuk dibedakan. Pada dermatitis kontak biasanya lokal, dan ditemukan

riwayat kontak sebelumnya. Untuk membedakan dapat dilakukan pemeriksaan

patch test atau prick test.

Gambar 6. Bentuk lesi dari dermatitis kontak alergi yang lesinya muncul akibat

penggunaan plester dan reaksi sinar matahari.

11
3. Dermatitis atopik

Umumnya pada pasien dengan lesi pada tangan. Patch test dan prick test dapat

membantu jika terdapat riwayat dermatitis atopik.

Gambar 7. Bentuk lesi dermatitis atopik persisten pada daerah telapak

tangan dan daerah dada.

4. Dermatomikosis

Dapat terlihat sebagai tinea dengan pinggir aktif, bagian tengah agak menyembuh.

tetapi secara klinis berbeda dari bentuk lesi tinea. Pada dermatitis numularis bagian

tepi lebih vesikuler dengan batas relatif kurang tegas dibandingkan tinea. Pada tinea

dapat dicari hifa dari sediaan langsung.

Gambar 8. Bentuk lesi tinea corporis.

I. PENATALAKSANAAN

12
Pengobatan ditujukan untuk rehidrasi pada kulit dan perbaikan barrier lipid

epidermal, pengurangan peradangan dan pengobatan infeksi apapun. Berendam air hangat

atau dingin atau mandi untuk mengurangi gatal dan membantu rehidrasi kulit. Pasien harus

diinstruksikan untuk mandi setidaknya 1-2 kali sehari, diikuti oleh aplikasi pelembab atau

preparat obat topikal untuk menahan air di kulit.

Obat yang bisa digunakan :

1.Steroid

Steroid terapi yang paling umum digunakan untuk mengurangi peradangan. Steroid

topikal (misalnya pemberian triamcinolone 0,25-0,1%) efektif untuk mengurangi

eritematosa. Gatal dapat diobati dengan steroid potensi rendah (kelas III-VI). Lesi yang

sangat meradang dengan eritema intens, vesikel, dan pruritus membutuhkan steroid potensi

tinggi (kelas I-II). Steroid oral, intramuskular, atau parenteral mungkin diperlukan dalam

kasus-kasus yang parah, erupsi menyeluruh. Jika sangat berat diobati dengan suntikan

kortikosteroid intralesi seperti triamsinolon asetonida 0,1 mg/mg (0,1 ml/suntikan).

2. Ointment dan Emolien

Aplikasi obat pada kulit yang lembab memungkinkan penetrasi yang lebih efektif

dan penyembuhan lebih cepat. Ointment biasanya lebih efektif daripada krim karena

mereka lebih oklusif, membentuk penghalang antara kulit dan lingkungan, dan lebih efektif

menahan air ke dalam kulit. Emolien dan steroid topikal kelas I-III dapat digunakan jangka

pendek. Contoh emollients yang sering digunakan antara lain ; aqueous cream, gliserine

dan cetomacrogol cream, wool fat lotions.

3. Antiinflamasi topikal lainnya

Penggunaan tar sangat membantu untuk mengurangi peradangan, terutama pada

orangtua, lesi tebal, plak berskuama.

4. Immunomodulator

13
Immunomodulator topikal (tacrolimus dan pimecrolimus) juga mengurangi

peradangan. penggunaannya sering dimulai beberapa hari setelah steroid topikal untuk

mengurangi risiko sensasi terbakar yang mungkin terjadi bila diterapkan ke kulit yang

sangat teriritasi.

5.Fototerapi

Ketika erupsi menyeluruh dan berkepanjangan, fototerapi (umumnya UVB) dapat

membantu. UVB spektrum luas dan sempit paling sering digunakan, meskipun PUVA

(Psoralen + UVA) dapat digunakan pada kasus yang berat.

6.Antihistamin

Antihistamin oral atau sedatif dapat membantu mengurangi gatal dan membantu

tidur. Misalnya hydroxyzine (atarax, vistaril,vistazine) dengan dosis oral 25-100 mg 4 kali

per hari.

7. Antibiotik

Antibiotik oral, seperti dicloxacillin, cephalexin, atau erythromycin , dapat

digunakan dalam kasus-kasus infeksi sekunder. Kultur swab dapat menjadi panduan dalam

pemilihan antibiotik. Biasa digunakan dicloxacillin dosis oral 125-500 mg 4 kali per hari

selama 7-10 hari.

8.Pelembab lainnya

Setelah erupsi hilang, hidrasi agresif berkelanjutan dapat mengurangi eritem,

terutama di iklim kering. Pelembab yang berat (lebih) atau petroleum jelly yang

diaplikasikan pada kulit setelah mandi dapat membantu.

9.Immunosupresif

Penyakit bisa bertambah berat dan tidak responsif dengan perawatan di atas. Obat

immunosupresif seperti metotreksat telah dijelaskan aman dan efektif pada pasien dengan

lesi yang lebih berat.

14
10. Steroid sistemik

Digunakan untuk kasus-kasus dermatitis numular yang berat, diberikan prednilson

dengan dosis oral 40-60 mg 4 kali per hari dengan dosis yang diturunkan secara perlahan-

lahan. Hanya berguna dalam beberapa minggu, dermatitis yang belum sembuh sempurna,

dapat ditangani dengan pemberian krim steroid dan emolilients.

J. PROGNOSIS

Dari suatu pengamatan sejumlah penderita yang diikuti selama berbagai interval

sampai dua tahun, didapati bahwa 22% sembuh, 25% pernah sembuh untuk beberapa

minggu sampai tahun, 53% tidak pernah bebas dari lesi kecuali masih dalam pengobatan.

K. KESIMPULAN

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons

terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis

berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan

keluhan gatal. Dermatitis numularis termasuk ke dalam pembagian dermatitis berdasarkan

bentuk. Dermatitis numularis adalah dermatitis berupa lesi berbentuk mata uang (coin) atau

agak lonjong, berbatas tegas dengan efloresensi berupa papulovesikel, biasanya mudah

pecah sehingga basah (oozing).

Bentuk dermatitis ini lebih sering mengenai pria daripada wanita dan sering

mengenai remaja, dewasa muda dan umur yang lebih tua serta jarang pada anak-anak

dengan riwayat dermatitis atopi. Penyebabnya tidak diketahui. Bentuk-bentuk infeksi

lainnya pada dermatitis, seperti adanya kolonisasi Staphylococcus aureus, yang mana dapat

memperberat kondisi penyakitnya walau tidak tampak pada gejala klinis. Pada satu studi

menunjukkan dermatitis numularis meningkat pada pasien dengan usia yang lebih tua,

15
terutama yang sangat sensitif dengan aloealergi. Umumnya prognosis dari penyakit ini

adalah baik dan dapat sembuh dengan pengobatan topikal.

DERMATITIS SEBOROIK

16
A. DEFINISI

Dermatitis seboroik adalah kelainan kulit papuloskuamosa dengan predileksi di

daerah kelenjar sebasea, skalp, wajah dan badan. Dermatitis biasanya berhubungan dengan

jamur Mallasezia furfur (dulu dikenal sebagai Pityrosporum ovale), aktivitas glandula

sebasea dan gangguan imunologis mengikuti kelembaban lingkungan, perubahan cuaca,

ataupun trauma, dengan penyebaran lesi dimulai dari derajat ringan misalnya ketombe

sampai bentuk eritroderma.

B. EPIDEMIOLOGI

Prevalensi dermatitis seboroik umum berkisar 3-5% pada populasi umum. Lesi

ditemui pada kelompok remaja, dengan ketombe sebagai bentuk paling sering. Pada

kelompok HIV angka kejadian lebih tinggi dibandingkan populasi umum. Sebanyak 36%

pasien HIV mengalami dermatitis seboroik. Umumnya diawali sejak usia pubertas dan

memuncak pada umur 40 tahun. Dalam usia lanjut dapat dijumpai bentuk yang lebih

ringan, sedangkan pada bayi dapat terlihat lesi berupa kerak kulit kepala (cradle crap).

Jenis kelamin laki-kali lebih banyak dibandin perempuan.

C. ETIOPATOGENESIS

Patogenesis DS masih belum diketahui dengan pasti, namun berhubungan erat

dengan jamur Malassezia, kelainan imunologis, aktivitas kelenjar sebasea dan kerentanan

pasien. Jumlah sebum yang diproduksi bukan faktor utama pada kejadian DS. Permukaan

kulit pasien DS kaya akan lipid trigliserida dan kolesterol, namun rendah asam lemak dan

skualen. Flora normal kulit, yaitu Malassezia sp dan Propionibacterium acnes, memiliki

enzim lipase yang aktif yang dapat mentransformasi trigliserida menjadi asam lemak

bebas. Asam lemak bebas bersama dengan reactive oxygen species (ROS) bersifat

17
antibakteri yang akan mengubah flora normal kulit. Perubahan flora normal, aktivasi lipase

dan ROS akan menyebabkan dermatitis seboroik.

Di bawah ini adalah alur yang menunjukkan peran Malassezia sp pada dermatitis

seboroik. Koloni jamur mempunyai kemampuan untuk berproliferasi di permukaan kulit

hingga menimbulkan reaksi inflamasi dan secara klinis nampak berupa skuama.

D. GAMBARAN KLINIS
1. Anamnesis

- Pada bayi biasanya terjadi pada 3 bulan pertama kehidupan. Sering disebut cradle

cap. Keluhan utama biasanya berupa sisik kekuningan yang berminyak dan

umumnya tidak gatal.

- Pada anak dan dewasa, biasanya yang menjadi keluhan utama adalah kemerahan

dan sisik di kulit kepala, lipatan nasolabial, alis mata, area post aurikula, dahi dan

dada. Lesi lebih jarang ditemukan di area umbilikus, interskapula, perineum dan

anogenital. Area kulit yang kemerahan biasanya gatal. Pasien juga dapat

18
mengeluhkan ketombe (Pitiriasis sika). Keluhan dapat memburuk jika terdapat

stressor atau cuaca dingin.

- Pada bayi umumnya bersifat swasirna sementara cenderung menjadi kronis pada

dewasa.

2. Pemeriksaan Fisik

- Pada bayi, dapat ditemukan skuama kekuningan atau putih yang berminyak dan

tidak gatal. Skuama biasanya terbatas pada batas kulit kepala (skalp) dan dapat pula

ditemukan di belakang telinga dan area alis mata. Lesi lebih jarang ditemukan di

lipatan fleksura, area popok dan wajah.

- Pada anak dan dewasa dapat bervariasi mulai dari:

 Ketombe dengan skuama halus atau difus, tebal dan menempel pada kulit kepala

 Lesi eksematoid berupa plak eritematosa superfisial dengan skuama terutama di

kulit kepala, wajah dan tubuh

 Di dada dapat pula menunjukkan lesi petaloid atau pitiriasiformis.

- Apabila terdapat di kelopak mata, dapat disertai dengan blefaritis.

- Dapat meluas hingga menjadi eritroderma.

E. DIAGNOSIS BANDING

1. Pada bayi : dermatitis atopik, skabies, psoriasis

2. Pada anak dan dewasa : psoriasis, dermatitis atopik, dermatitis kontak, impetigo,

tinea

3. Di lipatan: dermatitis intertriginosa, kandidosis kutis.

Harus disingkirkan: histiositosis sel Langerhans (pada bayi)

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

19
Tidak ada pemeriksaan penunjang khusus untuk diagnosis. Apabila diagnosis

meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan kerokan kulit dengan pewarnaan KOH untuk

menyingkirkan infeksi jamur atau biopsi kulit.

G. PENATALAKSANAAN

Dewasa
Pilihan pengobatan dapat berupa salah satu atau gabungan dari terapi sebagai
berikut (lihat bagan alur) :
1. Daerah non skalp
 Ringan
- Antijamur topikal: krim ciclopirox 1%, krim ketokonazol 2%5, 2 kali sehari selama
4 minggu.
- AIAFp: krim piroctone olamine/alglycera/bisabolol 2 kali sehari selama 4 minggu
- Kortikosteroid topikal kelas I: krim atau salep hidrokortison 1% 2 kali sehari
selama 4 minggu
- Inhibitor kalsineurin topikal: krim pimekrolimus 1%, salep takrolimus 0,1% 2 kali
sehari selama 4 minggu
 Sedang/berat
- Kortikosteroid topikal kelas II: krim desonide 0,05%, salep aclometasone 0,05% 2
kali sehari selama 4 minggu
- Antijamur sistemik:
o Itrakonazol 200 mg/hari selama 1 minggu kemudian 200 mg/hari selama 2
hari/bulan selama 11 bulan
o Terbinafin 250 mg/hari selama 4-6 minggu (regimen kontinu) atau 250 mg/hari
selama 12 hari/bulan untuk 3 bulan (regimen intermiten)
Urutan pilihan terapi
Lini pertama

- Ketokonazol topikal

- Kortikosteroid topikal potensi ringan-sedang

- AIAFp topikal

20
Lini kedua

- Lithium succinate/lithium gluconate topikal

- Krim ciclopirox

- Inhibitor kalsineurin topikal

Lini ketiga

- Terbinafin oral

- Itrakonazol oral

- Gel metronidazol

- Krim non steroid

- Terbinafin topikal

- Benzoil peroksida

- Fototerapi

2. Daerah skalp

 Ringan

- Antijamur topikal: sampo ciclopirox 1-5%5-7,19 (B,1), ketokonazol sampo 1-

2%, foaming gel 2%, hydrogel 20 mg/gel 2-3 kali/minggu5-7

- AIAFp: sampo piroctone olamine/bisabolol/glychirretic acid/lactoferrin 2-3

kali/minggu

- Keratolitik:

o Sampo asam salisilat 3% 2-3 kali/minggu, sampo tar 1-2% 1-2 kali/minggu

- Bahan lainnya:

o Sampo selenium sulfida 2,5% 2-3 kali/minggu

o Sampo zinc pyrithione 1-2% 2-3 kali/minggu

- Kortikosteroid topikal kelas I: linimentum dan solusio hidrokortison 1%, losion

hidrokortison 0,1% 1 kali sehari selama 4 minggu minggu


21
- Kortikosteroid topikal kelas II: salep aclometasone 0,05%, krim desonide

0,05% 1 kali sehari selama 4 minggu

 Sedang/berat

- Kortikosteroid topikal kelas III: sampo fluocinolon acetonide 0,01% 2 kali

seminggu, didiamkan selama 5 menit selama 2 minggu

- Kortikosteroid topikal kelas IV: sampo klobetasol propionat 0,05% 2 kali

seminggu, didiamkan selama 5 menit selama 2 minggu

- Antijamur sistemik:

o Itrakonazol 200 mg/hari selama 1 minggu kemudian 200 mg/hari selama 2

hari/bulan selama 11 bulan

o Terbinafin 250 mg/hari selama 4-6 minggu (regimen kontinu) atau 250 mg/hari

selama 12 hari/bulan untuk 3 bulan (regimen intermiten)

o Flukonazol 50 mg/hari selama 2 minggu atau 200-300 mg/minggu selama 2-4

minggu

Urutan pilihan terapi

Lini pertama

- Sampo ketokonazol

- Sampo ciclopirox

- Sampo zinc pyrithione

Lini kedua

- Propylene glycol lotion

- Kortikosteroid topikal potensi kuat-sangat kuat

- Salep tacrolimus

- Mikonazol

- Sampo selenium sulfida

22
*AIAFp: non steroid anti-inflammatory agent with antifungal properties

H. EDUKASI

1. Menghindari faktor pemicu/pencetus misalnya :

- Penggunaan pendingin ruangan (air conditioner) atau udara dengan kelembapan

rendah di lingkungan kerja

- Hindari garukan yang dapat menyebabkan lesi iritasi

- Hindari bahan-bahan yang dapat menimbulkan iritasi

- Mengkonsumsi makanan rendah lemak

- Tetap menjaga higiene kulit

2. Mencari faktor-faktor predisposisi yang diduga sebagai penyebab

3. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai perjalanan penyakit (tujuan

pengobatan, hasil pengobatan yang diharapkan, lama terapi, cara penggunaan obat,

dan efek samping obat yang mungkin terjadi)

4. Edukasi mengenai pentingnya perawatan kulit dan menghindari pengobatan diluar

yang diresepkan

I. PROGNOSIS

 Quo ad vitam : ad bonam

 Quo ad functionam : ad bonam

 Quo ad sanactionam : dubia ad bonam

Dermatitis seboroik pada bayi bersifat swasirna. Sementara pada dewasa bersifat kronis

dan dapat kambuh.

BAB III
LAPORAN KASUS

23
I. IDENTITAS
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. AS
Umur : 58 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Semarang
Pekerjaan : Ibu rumah tangga

II. ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 29 Desember 2020, jam 16.00 WIB
Keluhan Utama
Gatal pada kedua kaki dan kepala
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien Perempuan 58 tahun dengan keluhan gatal-gatal pada kedua kaki dan
kepala. Keluhan gatal pada kaki sudah dirasakan sejak kurang lebih 10 tahun yang
lalu. Pada awal keluhan hanya berupa beberapa bulatan kecil, tetapi makin lama
dibiarkan pecah dan makin meluar membentuk bercak-bercak kemerahan. pasien
sudah memeriksakan keluhan tersebut berkali-kali tetapi masih sering kambuh.
Keluhan tersebut muncul pada saat perubahan cuaca yang panas maupun terlalu
dingin, kulitnya akan semakin kering dan muncul gatal-gatal. Jika terkena sabun
mandi keluhan semakin bertambah dan kemerahan kemudian mengelupas. Pasien
seringkali menggaruk-garuk lesi sehingga kadang sampai lecet dan sedikit
berdarah. Keluhan tersebut dirasakan sampai mengganggu aktivitas sehari-hari dan
kadang hingga sulit tidur. Pasien tidak memiliki riwayat asma, rhinitis alergi,
diabetes melitus, trauma maupun kontak dengan bahan-bahan tertentu. Keluhan
gatal pada kepala sudah dirasakan kurang lebih 2 tahun, awalnya pasien sering
mengakalinya dengan menggonta-ganti sampoo tetapi keluhan tidak berkurang.
Keluhan tersebut muncul jika pada saat cuaca panas dan berkeringat. Kebiasaan
pasien selalu mandi 2x sehari, kadang memakai sampo 1x dalam 2-3 hari. Selain itu
pasien juga mengeluhkan bahwa rambutnya mudah dan banyak rontok.

b. Riwayat Penyakit Dahulu

24
 Riwayat keluhan serupa : keluhan gatal di kedua kaki sudah 10
tahun dan di kepala 2 tahun
 Riwayat alergi makanan dan obat : tidak ada
c. Riwayat Penyakit dalam Keluarga
 Riwayat keluhan serupa : tidak ada
 Riwayat alergi : tidak ada
 Riwayat asma : tidak ada
 Riwayat rhinitis alergi : tidak ada

d. Riwayat Kebiasaan
Penderita biasa mandi 2x sehari dengan air PDAM dan berganti pakaian 2x
sehari dengan bahan pakaian dari katun atau bahan daster berganti pakaian
dalam 2x sehari.
e. Riwayat Sosial Ekonomi
Pekerjaan : berjualan (warung) dirumah
Kesan ekonomi : cukup

III. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Umum

1. Keadaan Umum : Tampak sakit ringan


2. Kesadaran : Compos mentis
3. Vital Sign
- Tekanan darah : 125/80 mmHg
- Nadi : 80 x/menit
- Pernafasan : 20 x/ menit
- Suhu badan : 36,7 ˚C
4. Kepala : Mesocephal
5. Mata : Konjungtiva anemia -/-, sklera ikterik -/-, sekret -/-
6. Leher : tidak dilakukan pemeriksaan
7. THT : tidak dilakukan pemeriksaan
8. Mulut : tidak dilakukan pemeriksaan
9. Thorak

- PULMO : tidak dilakukan pemeriksaan


25
- COR : tidak dilakukan pemeriksaan

10. Abdomen : tidak dilakukan pemeriksaan

11. Ekstremitas : tidak ada cacat bawaan

Status Dermatologis

- Inspeksi
Lokasi : kaki kanan
UKK : terdapat plak eritematosa berbentuk seperti uang logam (koin),
multipel dan berbatas tegas yang terdiri atas papul berkonfluens disertai
skuama dan likenifikasi.
Lokasi : kaki kiri
UKK : terdapat plak eritematosa berbentuk seperti uang logam (koin),
multipel dan berbatas tegas yang terdiri atas papul berkonfluens disertai
skuama dan likenifikasi.
Distribusi : lokalisata
Konfigurasi : numular
Palpasi : sedikit hangat, teraba kasar
Lokasi : kepala
UKK : terdapat skuama kuning berminyak dan ketombe pada seluruh kulit
kepala

IV. DIAGNOSIS BANDING

1. Dermatitis numularis
2. Dermatitis kontak alergi
3. Psoriasis

1. Dermatitis seboroik

26
2. Tinea capitis
3. Psoriasis

V. DIAGNOSA KERJA

Dermatitis numularis, dermatitis seboroik

VI . PEMERIKSAAN PENUNJANG
Usulan : Prick test dan KOH 10%

VII. PENATALAKSANAAN

R/ Cetirizine tab 10 mg No. VII


S.1.dd tab I

R/ Betamethasone Cr. tube No. I


Gentamycin Cr. tube No. I
S.u.e (dioleskan pada kedua tungkai)
R/ Betamethasone Cr. tube No. I
Dosonide Lotio. tube No. I
S.u.e (dioleskan pada kepala)

VIII. PROGNOSIS
- Quo ad vitam : ad bonam
- Quo ad sanam : ad bonam
- Quo ad functionam : ad bonam
- Quo ad comesticum : dubia ad bonam

IX. EDUKASI

ASPEK KLINIS
1. Minum obat secara teratur
2. Kontrol 7 hari lagi
3. Jaga kebersihan diri dan lingkungan
4. Jangan menggaruk terlalu keras dan sering

27
5. Menghindari faktor pencetus

ASPEK ISLAMI
Bersabar, karena suatu penyakit datangnya dari Allah untuk itu rajin berdo’a agar
diberikan kesembuhan

BAB IV
PEMBAHASAN

Dermatitis numularis merupakan suatu peradangan dengan lesi yang menetap,


dengan keluhan gatal, dan ditandai dengan lesi berbentuk seperti uang logam atau sedikit
oval berbatas tegas, umumnya ditemukan pada daerah tangan dan kaki. Lesi awal berupa

28
papul disertai vesikel yang biasanya mudah pecah sehingga basah (oozing). Dermatitis
numularis merupakan dermatitis endogen yaitu dermatitis yang terjadi utamanya dimediasi
oleh proses atau faktor-faktor yang berasal dari dalam tubuh tetapi juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor eksogen.
Sebagian besar kasus dermatitis numularis tidak diketahui etiologinya. Meski
etiologi belum jelas diduga stafilokokus dan mikrokokus ikut berperan. Beberapa
penelitian dan laporan kasus menunjukkan peran multifaktorial yang meliputi lingkungan,
efek samping obat, trauma fisis dan kimiawi, sres emosional, minuman yang mengandung
alkohol serta kelembaban yang rendah dapat pula memacu kekambuhan.
Pengobatan ditujukan untuk rehidrasi pada kulit dan perbaikan barrier lipid
epidermal, pengurangan peradangan dan pengobatan infeksi apapun. Berendam air hangat
atau dingin atau mandi untuk mengurangi gatal dan membantu rehidrasi kulit. Pasien harus
diinstruksikan untuk mandi setidaknya 1-2 kali sehari, diikuti oleh aplikasi pelembab atau
preparat obat topikal untuk menahan air di kulit. 2

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons

terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis

29
berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan

keluhan gatal. Dermatitis numularis termasuk ke dalam pembagian dermatitis berdasarkan

bentuk. Dermatitis numularis adalah dermatitis berupa lesi berbentuk mata uang (coin) atau

agak lonjong, berbatas tegas dengan efloresensi berupa papulovesikel, biasanya mudah

pecah sehingga basah (oozing).

Bentuk dermatitis ini lebih sering mengenai pria daripada wanita dan sering

mengenai remaja, dewasa muda dan umur yang lebih tua serta jarang pada anak-anak

dengan riwayat dermatitis atopi. Penyebabnya tidak diketahui. Bentuk-bentuk infeksi

lainnya pada dermatitis, seperti adanya kolonisasi Staphylococcus aureus, yang mana dapat

memperberat kondisi penyakitnya walau tidak tampak pada gejala klinis. Pada satu studi

menunjukkan dermatitis numularis meningkat pada pasien dengan usia yang lebih tua,

terutama yang sangat sensitif dengan aloealergi. Umumnya prognosis dari penyakit ini

adalah baik dan dapat sembuh dengan pengobatan topikal.

DAFTAR PUSTAKA

Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI). Panduan


Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta: PERDOSKI;
2017.

30
Sularsito, S. A., Djuanda, S. Dermatitis Numularis. Dalam : Adhi Juanda. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin Edisi Ketujuh. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2019 : 185-187.

Miller JL. Nummular Dermatitis. Available at : http://www.emedicine.com. Accessed on


June 17, 2011.

Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI). Panduan


Keterampilan Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta:
PERDOSKI; 2017.

Hardin CA, Love LW, Farci F. Nummular Dermatitis. [Updated 2020 Dec 15]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-.

Handbook of skin diseases. Available at : http://search.4shared.com/search.html?


searchmode=2&searchName=Handbook%2520of%2520Skin%2520Diseases . Accessed
on June 17, 2011

Widati S, Marina A. Pilihan Pengobatan Jangka Panjang Pada Dermatitis Seboroik.


Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Universitas Indonesia/RSUPN dr.
CiptoMangunkusumo, Jakarta. Vol. 43 No. 4 Tahun 2016; 153 – 159.

31

Anda mungkin juga menyukai