DERMATITIS NUMULARIS
Diajukan untuk
Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu
Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Di RS Islam Sultan Agung Semarang
Disusun oleh :
Rizki Amalia Martya Tifanis
30101507546
Pembimbing :
dr. Pasid Harlisa, Sp. KK, FINSDV
1
HALAMAN PENGESAHAN
Pembimbing,
2
BAB I
PENDAHULUAN
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap
faktor eksogen dan atau endogen sehingga menimbulkan gejala klinis berupa efloresensi
polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi). Dermatitis cenderung
residif dan menjadi kronis. Dermatitis dapat diklasifikasikan menurut etiologi, morfologi,
lokalisasi, stadium dan bentuk. Klasifikasi dermatitis menurut bentuk disebut dermatitis
numularis.
Dermatitis numularis merupakan suatu peradangan dengan lesi yang menetap,
dengan keluhan gatal, dan ditandai dengan lesi berbentuk seperti uang logam atau sedikit
oval berbatas tegas, umumnya ditemukan pada daerah tangan dan kaki. Lesi awal berupa
papul disertai vesikel yang biasanya mudah pecah sehingga basah (oozing). Nama lain dari
dermatitis numular adalah ekzem diskoid, ekzem numular, nummular eczematous
dermatitis. Dermatitis numularis merupakan dermatitis endogen yaitu dermatitis yang
terjadi utamanya dimediasi oleh proses atau faktor-faktor yang berasal dari dalam tubuh
tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor eksogen.
Angka kejadian dermatitis numularis pada usia dewasa lebih sering terjadi pada
laki-laki dibanding wanita. Usia puncak pada kedua jenis kelamis tersebut antara 55
sampai 65 tahun, sedangkan pada wanita dapat pula terjadi pada usia puncak 15 sampai 25
tahun. Dermatitis numularis tidak biasa ditemukan pada anak, tetapi dapat ditemukan pada
usia sebelum satu tahun dengan angka kejadian yang jarang. Kubeyinje dkk (1995)
melaporkan dermatitis numularis terbanyak kedua setelah dermatitis atopi yaitu sebanyak
315 kasus (25,7) dari 1224 kasus.
Sebagian besar kasus dermatitis numularis tidak diketahui etiologinya. Meski
etiologi belum jelas diduga stafilokokus dan mikrokokus ikut berperan. Beberapa
penelitian dan laporan kasus menunjukkan peran multifaktorial yang meliputi lingkungan,
efek samping obat, trauma fisis dan kimiawi, sres emosional, minuman yang mengandung
alkohol serta kelembaban yang rendah dapat pula memacu kekambuhan. Hubungan
dermatitis numularis dengan atopi masih kontroversial.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DERMATITIS NUMULARIS
A. DEFINISI
terhadap pengaruh faktor eksogen, misalnya bahan kimia (contoh : detergen, asam, basa,
oli, semen); fisik( contoh : sinar, suhu); mikroorganisme (bakteri, jamur) , maupun faktor
endogen (dari dalam), menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema,
edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak
berbentuk mata uang (coin) atau agak lonjong, berbatas tegas dengan efloresensi berupa
Dermatitis numularis juga dikenal dengan nama ekzem numular; ekzem discoid;
neurodermatitis numular. Istilah ekzem numular diperkenalkan oleh Devergie pada tahun
1857.ˡ
B. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi penyakit dermatitis numularis di dunia adalah 2 kasus per 1000
numularis lebih terjadi sering pada pria daripada wanita. Usia puncak awitan terbagi
menjadi dua distribusi usia, paling banyak terjadi pada dekade ke enam dan ke tujuh dan
banyak terjadi pada pria. Kebanyakan pada wanita dengan angka kejadian lebih kecil,
4
terjadi pada dengan dekade kedua dan ketiga dan sering berhubungan dengan dermatitis
atopi. Dermatitis numularis sangat jarang ditemukan pada anak-anak. Bila ada timbulnya
jarang pada usia sebelum satu tahun, umumnya kejadian meningkat seiring dengan
meningkatnya usia.
C. ETIOPATOGENESIS
Penyebabnya tidak diketahui, banyak faktor secara sendiri atau bersama-sama telah
disebabkan trauma lokal terutama terjadi pada tangan, misalnya gigitan serangga atau
kandungan air dalam kulit, selanjutnya terjadi perubahan komposisi lipid sawar epidermis
varises dan edema pada ekstremitas bawah, sehingga timbul istilah varicose eczema.
60% kasus eksema dicetuskan oleh faktor stres, bahkan dikatakan bahwa stres
5
5. Bakteri
meningkat walaupun tanda infeksi secara klinis tak tampak; mungkin juga lewat
juta kuman/cm².
6. Alkohol
D. GAMBARAN KLINIS
Penyakit dermatitis numularis biasanya menunjukkan gambaran klinis :
dari papul dan papulovesikel yang eritematosa dan sedikit edematosa, dikelilingi
tempat semula dan dapat pula terjadi pada tempat yang mengalami trauma
(fenomena kobner).
Predileksi
6
1. Dermatitis numular pada tangan dan lengan. Kelainannya terdapat pada punggung
tangan serta di bagian sisi atau punggung jari-jari tangan. Sering dijumpai sebagai
plak tunggal yang terjadi pada sisi reaksi luka bakar, kimia atau iritan. Lesi ini
jarang meluas.
2. Dermatitis numular pada tungkai dan badan. Bentuk ini merupakan bentuk yang
lebih sering dijumpai. Pada sebagian kasus, kelainan sering didahului oleh trauma
lokal ataupun gigitan serangga. Umumnya kelainan bersifat akut, persisten dan
berkrusta, cepat meluas disertai papul-papul dan vesikel yang tersebar. Pada
Dermatitis numular juga sering dijumpai penyembuhan pada bagian tengah lesi,
tetapi secara klinis berbeda dari bentuk lesi tinea. Pada kelainan ini bagian tepi
lebih vesikuler dengan batas relatif kurang tegas. Lesi permulaan biasanya timbul
di tungkai bawah kemudian menyebar ke kaki yang lain, lengan dan sering ke
badan.
3. Dermatitis numular bentuk kering. Bentuk ini jarang dijumpai dan berbeda dari
dermatitis numular umumnya karena di sini dijumpai lesi diskoid berskuama ringan
dan multipel pada tungkai atas dan bawah serta beberapa papul dan vesikel kecil di
bagian tepinya di atas dasar eritematus pada telapak tangan dan telapak kaki. Gatal
minimal yang berbeda sekali dengan bentuk dermatitis numular lainnya. Menetap
7
Gambaran klinis
Gambar 1. Lesi yang khas berbentuk koin dari dermatitis numularis pada lengan
dari penderita.
Gambar 2. Lesi yang khas berbentuk koin dari dermatitis numularis pada tangan
dari penderita.
8
Gambar 3. Lesi yang khas berbentuk koin dari dermatitis numularis pada tungkai
bawah penderita.
Histopatologi
Pada lesi akut ditemukan spongiosis, vesikel intraepidermal, sebukan sel radang limfosit
dan makrofag di sekitar pembuluh darah. Lesi kronis ditemukan akantosis teratur,
hipergranulosis dan hiperkeratosis, mungkin juga spongiosis ringan. Dermis bagian atas
fibrosis, sebukan limfosit dan makrofag di sekitar pembuluh darah. Limfosit di epidermis
mayoritas terdiri atas sel T-CD8+, sedangkan yang di dermis sel T-CD4+. Sebagian besar
sel mast di dermis tipe MCtc (mast cell tryptase), berisi triptase.
9
F. DIAGNOSIS
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes laboratorium
Patch test berguna untuk mengidentifikasi kasus kronis yang tidak kunjung sembuh
3. Biopsi
H. DIAGNOSIS BANDING
Biasanya jarang, lesinya kering berupa plak yang likenifikasi dengan distribusi
tertentu.
10
Gambar 5. Bentuk lesi dari neurodermatitis pada daerah tengkuk leher, pergelangan
Morfologi klinis primer antara dermatitis kontak dan dermatitis numular sering
sulit untuk dibedakan. Pada dermatitis kontak biasanya lokal, dan ditemukan
Gambar 6. Bentuk lesi dari dermatitis kontak alergi yang lesinya muncul akibat
11
3. Dermatitis atopik
Umumnya pada pasien dengan lesi pada tangan. Patch test dan prick test dapat
4. Dermatomikosis
Dapat terlihat sebagai tinea dengan pinggir aktif, bagian tengah agak menyembuh.
tetapi secara klinis berbeda dari bentuk lesi tinea. Pada dermatitis numularis bagian
tepi lebih vesikuler dengan batas relatif kurang tegas dibandingkan tinea. Pada tinea
I. PENATALAKSANAAN
12
Pengobatan ditujukan untuk rehidrasi pada kulit dan perbaikan barrier lipid
epidermal, pengurangan peradangan dan pengobatan infeksi apapun. Berendam air hangat
atau dingin atau mandi untuk mengurangi gatal dan membantu rehidrasi kulit. Pasien harus
diinstruksikan untuk mandi setidaknya 1-2 kali sehari, diikuti oleh aplikasi pelembab atau
1.Steroid
Steroid terapi yang paling umum digunakan untuk mengurangi peradangan. Steroid
eritematosa. Gatal dapat diobati dengan steroid potensi rendah (kelas III-VI). Lesi yang
sangat meradang dengan eritema intens, vesikel, dan pruritus membutuhkan steroid potensi
tinggi (kelas I-II). Steroid oral, intramuskular, atau parenteral mungkin diperlukan dalam
kasus-kasus yang parah, erupsi menyeluruh. Jika sangat berat diobati dengan suntikan
Aplikasi obat pada kulit yang lembab memungkinkan penetrasi yang lebih efektif
dan penyembuhan lebih cepat. Ointment biasanya lebih efektif daripada krim karena
mereka lebih oklusif, membentuk penghalang antara kulit dan lingkungan, dan lebih efektif
menahan air ke dalam kulit. Emolien dan steroid topikal kelas I-III dapat digunakan jangka
pendek. Contoh emollients yang sering digunakan antara lain ; aqueous cream, gliserine
4. Immunomodulator
13
Immunomodulator topikal (tacrolimus dan pimecrolimus) juga mengurangi
peradangan. penggunaannya sering dimulai beberapa hari setelah steroid topikal untuk
mengurangi risiko sensasi terbakar yang mungkin terjadi bila diterapkan ke kulit yang
sangat teriritasi.
5.Fototerapi
membantu. UVB spektrum luas dan sempit paling sering digunakan, meskipun PUVA
6.Antihistamin
Antihistamin oral atau sedatif dapat membantu mengurangi gatal dan membantu
tidur. Misalnya hydroxyzine (atarax, vistaril,vistazine) dengan dosis oral 25-100 mg 4 kali
per hari.
7. Antibiotik
digunakan dalam kasus-kasus infeksi sekunder. Kultur swab dapat menjadi panduan dalam
pemilihan antibiotik. Biasa digunakan dicloxacillin dosis oral 125-500 mg 4 kali per hari
8.Pelembab lainnya
terutama di iklim kering. Pelembab yang berat (lebih) atau petroleum jelly yang
9.Immunosupresif
Penyakit bisa bertambah berat dan tidak responsif dengan perawatan di atas. Obat
immunosupresif seperti metotreksat telah dijelaskan aman dan efektif pada pasien dengan
14
10. Steroid sistemik
dengan dosis oral 40-60 mg 4 kali per hari dengan dosis yang diturunkan secara perlahan-
lahan. Hanya berguna dalam beberapa minggu, dermatitis yang belum sembuh sempurna,
J. PROGNOSIS
Dari suatu pengamatan sejumlah penderita yang diikuti selama berbagai interval
sampai dua tahun, didapati bahwa 22% sembuh, 25% pernah sembuh untuk beberapa
minggu sampai tahun, 53% tidak pernah bebas dari lesi kecuali masih dalam pengobatan.
K. KESIMPULAN
terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis
berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan
bentuk. Dermatitis numularis adalah dermatitis berupa lesi berbentuk mata uang (coin) atau
agak lonjong, berbatas tegas dengan efloresensi berupa papulovesikel, biasanya mudah
Bentuk dermatitis ini lebih sering mengenai pria daripada wanita dan sering
mengenai remaja, dewasa muda dan umur yang lebih tua serta jarang pada anak-anak
lainnya pada dermatitis, seperti adanya kolonisasi Staphylococcus aureus, yang mana dapat
memperberat kondisi penyakitnya walau tidak tampak pada gejala klinis. Pada satu studi
menunjukkan dermatitis numularis meningkat pada pasien dengan usia yang lebih tua,
15
terutama yang sangat sensitif dengan aloealergi. Umumnya prognosis dari penyakit ini
DERMATITIS SEBOROIK
16
A. DEFINISI
daerah kelenjar sebasea, skalp, wajah dan badan. Dermatitis biasanya berhubungan dengan
jamur Mallasezia furfur (dulu dikenal sebagai Pityrosporum ovale), aktivitas glandula
ataupun trauma, dengan penyebaran lesi dimulai dari derajat ringan misalnya ketombe
B. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi dermatitis seboroik umum berkisar 3-5% pada populasi umum. Lesi
ditemui pada kelompok remaja, dengan ketombe sebagai bentuk paling sering. Pada
kelompok HIV angka kejadian lebih tinggi dibandingkan populasi umum. Sebanyak 36%
pasien HIV mengalami dermatitis seboroik. Umumnya diawali sejak usia pubertas dan
memuncak pada umur 40 tahun. Dalam usia lanjut dapat dijumpai bentuk yang lebih
ringan, sedangkan pada bayi dapat terlihat lesi berupa kerak kulit kepala (cradle crap).
C. ETIOPATOGENESIS
dengan jamur Malassezia, kelainan imunologis, aktivitas kelenjar sebasea dan kerentanan
pasien. Jumlah sebum yang diproduksi bukan faktor utama pada kejadian DS. Permukaan
kulit pasien DS kaya akan lipid trigliserida dan kolesterol, namun rendah asam lemak dan
skualen. Flora normal kulit, yaitu Malassezia sp dan Propionibacterium acnes, memiliki
enzim lipase yang aktif yang dapat mentransformasi trigliserida menjadi asam lemak
bebas. Asam lemak bebas bersama dengan reactive oxygen species (ROS) bersifat
17
antibakteri yang akan mengubah flora normal kulit. Perubahan flora normal, aktivasi lipase
Di bawah ini adalah alur yang menunjukkan peran Malassezia sp pada dermatitis
hingga menimbulkan reaksi inflamasi dan secara klinis nampak berupa skuama.
D. GAMBARAN KLINIS
1. Anamnesis
- Pada bayi biasanya terjadi pada 3 bulan pertama kehidupan. Sering disebut cradle
cap. Keluhan utama biasanya berupa sisik kekuningan yang berminyak dan
- Pada anak dan dewasa, biasanya yang menjadi keluhan utama adalah kemerahan
dan sisik di kulit kepala, lipatan nasolabial, alis mata, area post aurikula, dahi dan
dada. Lesi lebih jarang ditemukan di area umbilikus, interskapula, perineum dan
anogenital. Area kulit yang kemerahan biasanya gatal. Pasien juga dapat
18
mengeluhkan ketombe (Pitiriasis sika). Keluhan dapat memburuk jika terdapat
- Pada bayi umumnya bersifat swasirna sementara cenderung menjadi kronis pada
dewasa.
2. Pemeriksaan Fisik
- Pada bayi, dapat ditemukan skuama kekuningan atau putih yang berminyak dan
tidak gatal. Skuama biasanya terbatas pada batas kulit kepala (skalp) dan dapat pula
ditemukan di belakang telinga dan area alis mata. Lesi lebih jarang ditemukan di
Ketombe dengan skuama halus atau difus, tebal dan menempel pada kulit kepala
E. DIAGNOSIS BANDING
2. Pada anak dan dewasa : psoriasis, dermatitis atopik, dermatitis kontak, impetigo,
tinea
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
19
Tidak ada pemeriksaan penunjang khusus untuk diagnosis. Apabila diagnosis
meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan kerokan kulit dengan pewarnaan KOH untuk
G. PENATALAKSANAAN
Dewasa
Pilihan pengobatan dapat berupa salah satu atau gabungan dari terapi sebagai
berikut (lihat bagan alur) :
1. Daerah non skalp
Ringan
- Antijamur topikal: krim ciclopirox 1%, krim ketokonazol 2%5, 2 kali sehari selama
4 minggu.
- AIAFp: krim piroctone olamine/alglycera/bisabolol 2 kali sehari selama 4 minggu
- Kortikosteroid topikal kelas I: krim atau salep hidrokortison 1% 2 kali sehari
selama 4 minggu
- Inhibitor kalsineurin topikal: krim pimekrolimus 1%, salep takrolimus 0,1% 2 kali
sehari selama 4 minggu
Sedang/berat
- Kortikosteroid topikal kelas II: krim desonide 0,05%, salep aclometasone 0,05% 2
kali sehari selama 4 minggu
- Antijamur sistemik:
o Itrakonazol 200 mg/hari selama 1 minggu kemudian 200 mg/hari selama 2
hari/bulan selama 11 bulan
o Terbinafin 250 mg/hari selama 4-6 minggu (regimen kontinu) atau 250 mg/hari
selama 12 hari/bulan untuk 3 bulan (regimen intermiten)
Urutan pilihan terapi
Lini pertama
- Ketokonazol topikal
- AIAFp topikal
20
Lini kedua
- Krim ciclopirox
Lini ketiga
- Terbinafin oral
- Itrakonazol oral
- Gel metronidazol
- Terbinafin topikal
- Benzoil peroksida
- Fototerapi
2. Daerah skalp
Ringan
kali/minggu
- Keratolitik:
o Sampo asam salisilat 3% 2-3 kali/minggu, sampo tar 1-2% 1-2 kali/minggu
- Bahan lainnya:
Sedang/berat
- Antijamur sistemik:
o Terbinafin 250 mg/hari selama 4-6 minggu (regimen kontinu) atau 250 mg/hari
minggu
Lini pertama
- Sampo ketokonazol
- Sampo ciclopirox
Lini kedua
- Salep tacrolimus
- Mikonazol
22
*AIAFp: non steroid anti-inflammatory agent with antifungal properties
H. EDUKASI
pengobatan, hasil pengobatan yang diharapkan, lama terapi, cara penggunaan obat,
yang diresepkan
I. PROGNOSIS
Dermatitis seboroik pada bayi bersifat swasirna. Sementara pada dewasa bersifat kronis
BAB III
LAPORAN KASUS
23
I. IDENTITAS
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. AS
Umur : 58 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Semarang
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 29 Desember 2020, jam 16.00 WIB
Keluhan Utama
Gatal pada kedua kaki dan kepala
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien Perempuan 58 tahun dengan keluhan gatal-gatal pada kedua kaki dan
kepala. Keluhan gatal pada kaki sudah dirasakan sejak kurang lebih 10 tahun yang
lalu. Pada awal keluhan hanya berupa beberapa bulatan kecil, tetapi makin lama
dibiarkan pecah dan makin meluar membentuk bercak-bercak kemerahan. pasien
sudah memeriksakan keluhan tersebut berkali-kali tetapi masih sering kambuh.
Keluhan tersebut muncul pada saat perubahan cuaca yang panas maupun terlalu
dingin, kulitnya akan semakin kering dan muncul gatal-gatal. Jika terkena sabun
mandi keluhan semakin bertambah dan kemerahan kemudian mengelupas. Pasien
seringkali menggaruk-garuk lesi sehingga kadang sampai lecet dan sedikit
berdarah. Keluhan tersebut dirasakan sampai mengganggu aktivitas sehari-hari dan
kadang hingga sulit tidur. Pasien tidak memiliki riwayat asma, rhinitis alergi,
diabetes melitus, trauma maupun kontak dengan bahan-bahan tertentu. Keluhan
gatal pada kepala sudah dirasakan kurang lebih 2 tahun, awalnya pasien sering
mengakalinya dengan menggonta-ganti sampoo tetapi keluhan tidak berkurang.
Keluhan tersebut muncul jika pada saat cuaca panas dan berkeringat. Kebiasaan
pasien selalu mandi 2x sehari, kadang memakai sampo 1x dalam 2-3 hari. Selain itu
pasien juga mengeluhkan bahwa rambutnya mudah dan banyak rontok.
24
Riwayat keluhan serupa : keluhan gatal di kedua kaki sudah 10
tahun dan di kepala 2 tahun
Riwayat alergi makanan dan obat : tidak ada
c. Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Riwayat keluhan serupa : tidak ada
Riwayat alergi : tidak ada
Riwayat asma : tidak ada
Riwayat rhinitis alergi : tidak ada
d. Riwayat Kebiasaan
Penderita biasa mandi 2x sehari dengan air PDAM dan berganti pakaian 2x
sehari dengan bahan pakaian dari katun atau bahan daster berganti pakaian
dalam 2x sehari.
e. Riwayat Sosial Ekonomi
Pekerjaan : berjualan (warung) dirumah
Kesan ekonomi : cukup
Pemeriksaan Umum
Status Dermatologis
- Inspeksi
Lokasi : kaki kanan
UKK : terdapat plak eritematosa berbentuk seperti uang logam (koin),
multipel dan berbatas tegas yang terdiri atas papul berkonfluens disertai
skuama dan likenifikasi.
Lokasi : kaki kiri
UKK : terdapat plak eritematosa berbentuk seperti uang logam (koin),
multipel dan berbatas tegas yang terdiri atas papul berkonfluens disertai
skuama dan likenifikasi.
Distribusi : lokalisata
Konfigurasi : numular
Palpasi : sedikit hangat, teraba kasar
Lokasi : kepala
UKK : terdapat skuama kuning berminyak dan ketombe pada seluruh kulit
kepala
1. Dermatitis numularis
2. Dermatitis kontak alergi
3. Psoriasis
1. Dermatitis seboroik
26
2. Tinea capitis
3. Psoriasis
V. DIAGNOSA KERJA
VI . PEMERIKSAAN PENUNJANG
Usulan : Prick test dan KOH 10%
VII. PENATALAKSANAAN
VIII. PROGNOSIS
- Quo ad vitam : ad bonam
- Quo ad sanam : ad bonam
- Quo ad functionam : ad bonam
- Quo ad comesticum : dubia ad bonam
IX. EDUKASI
ASPEK KLINIS
1. Minum obat secara teratur
2. Kontrol 7 hari lagi
3. Jaga kebersihan diri dan lingkungan
4. Jangan menggaruk terlalu keras dan sering
27
5. Menghindari faktor pencetus
ASPEK ISLAMI
Bersabar, karena suatu penyakit datangnya dari Allah untuk itu rajin berdo’a agar
diberikan kesembuhan
BAB IV
PEMBAHASAN
28
papul disertai vesikel yang biasanya mudah pecah sehingga basah (oozing). Dermatitis
numularis merupakan dermatitis endogen yaitu dermatitis yang terjadi utamanya dimediasi
oleh proses atau faktor-faktor yang berasal dari dalam tubuh tetapi juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor eksogen.
Sebagian besar kasus dermatitis numularis tidak diketahui etiologinya. Meski
etiologi belum jelas diduga stafilokokus dan mikrokokus ikut berperan. Beberapa
penelitian dan laporan kasus menunjukkan peran multifaktorial yang meliputi lingkungan,
efek samping obat, trauma fisis dan kimiawi, sres emosional, minuman yang mengandung
alkohol serta kelembaban yang rendah dapat pula memacu kekambuhan.
Pengobatan ditujukan untuk rehidrasi pada kulit dan perbaikan barrier lipid
epidermal, pengurangan peradangan dan pengobatan infeksi apapun. Berendam air hangat
atau dingin atau mandi untuk mengurangi gatal dan membantu rehidrasi kulit. Pasien harus
diinstruksikan untuk mandi setidaknya 1-2 kali sehari, diikuti oleh aplikasi pelembab atau
preparat obat topikal untuk menahan air di kulit. 2
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis
29
berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan
bentuk. Dermatitis numularis adalah dermatitis berupa lesi berbentuk mata uang (coin) atau
agak lonjong, berbatas tegas dengan efloresensi berupa papulovesikel, biasanya mudah
Bentuk dermatitis ini lebih sering mengenai pria daripada wanita dan sering
mengenai remaja, dewasa muda dan umur yang lebih tua serta jarang pada anak-anak
lainnya pada dermatitis, seperti adanya kolonisasi Staphylococcus aureus, yang mana dapat
memperberat kondisi penyakitnya walau tidak tampak pada gejala klinis. Pada satu studi
menunjukkan dermatitis numularis meningkat pada pasien dengan usia yang lebih tua,
terutama yang sangat sensitif dengan aloealergi. Umumnya prognosis dari penyakit ini
DAFTAR PUSTAKA
30
Sularsito, S. A., Djuanda, S. Dermatitis Numularis. Dalam : Adhi Juanda. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin Edisi Ketujuh. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2019 : 185-187.
Hardin CA, Love LW, Farci F. Nummular Dermatitis. [Updated 2020 Dec 15]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-.
31