LAPORAN KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN
APRIL 2016
DERMATITIS SEBOROIK
Oleh:
St Huzaifah
10542 0318 11
PEMBIMBING :
DR. HELENA KENDENGAN, SP.KK
LEMBAR PENGESAHAN
Nama
: St Huzaifah
NIM
: 10542 0318 11
Telah menyelesaikan tugas Laporan Kasusdalam rangka Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu
Penyakit Kulit Dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
Pembimbing
Mahasiswa
St Huzaifah, S.Ked
BAB I
PENDAHULUAN
Dermatitis atau sinonim dengan ekzem adalah peradangan kulit (epidermis dan
dermis) dengan morfologi khas namun penyebabnya bervariasi sebagai respon
terhadap pengaruh faktor eksogen atau endogen yang menimbulkan kelainan klinis
berupa efloresensi polimorfik serta keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu
timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya (oligomorfik). Dermatitis cenderung
residif dan menjadi kronis. Kulit yang mengalami dermatitis memiliki ciri warna
warna kemerahan, bengkak, vesikel kecil, dan pada tahap akut mengeluarkan cairan.
Pada tahap kronis, kulit menjadi bersisik, mengalami likenifikasi, menebal, retak, dan
dapat berubah warna. Kelainan lain pada kulit yang menyertai eksema/dermatitis
adalah didapatkannya tanda bekas garukan dan juga terjadinya infeksi bakteri
sekunder.1,2,3
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia
(contohnya: detergen, asam, basa, oil, semen) fisik (contoh : sinar, suhu), mikroorganisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis
atopic. Sebagian lain tidak diketahui etiologinya secara pasti. Banyak dermatitis yang
belum diketahui dengan pasti patogenesisnya, terutama yang penyebabnya faktor
endogen.1
Pada stadium akut kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi
dan eksudasi, sehingga tampak basah (madidans). Stadium subakut, eritema dan
edema berkurang, eksudat mongering menjadi krusta. Sedang pada stadium kronis
lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul, dan likenifikasi, mungkin juga
terdapat erosi atau ekskoriasi karena garukan. Stadium tersebut tidak selalu berurutan,
bisa saja suatu dermatitis sejak awal memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit
stadium kronis. Demikian pula jenis efloresensi tidak selalu harus polimorfik,
mungkin hanya oligomorfik.1
Hingga kini belum ada kesepakatan internasional mengenai tata nama dan
klasifikasi dermatitis, tidak hanya karena penyebabnya yang multi faktor, tetapi juga
3
karena seseorang dapat menderita lebih dari satu jenis dermatitis pada waktu yang
bersamaan atau bergantian.1
Sistem klasifikasi yang biasa digunakan adalah dengan membagi kasus-kasus
eksema kedalam kelompok eksogen yang disebabkan oleh agen eksternal dan
kelompok endogen bila masalah utama adalah faktor konstitusional.
Klasifikasi Eksema/dermatitis
Eksogen
Endogen
Eksema Atopik
Dermatitis Seboroik
Eksema Diskoid
Eksema Varikosa
Dermatitis
seboroik
merupakan
eksema
endogen
dengan
kelainan
konstitusional yang patogenesis pastinya belum diketahui, tetapi pada akhir-akhir ini
ditekankan adanya peranan ragi Malassezia.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Dermatitis seboroik adalah penyakit papuloskuamosa kronis yang menyerang bayi
dan orang dewasa sering ditemukan pada bagian tubuh dengan konsentrasi folikel
sebaseus yang tinggi dan aktif termasuk wajah, kulit kepala, telinga, badan bagian atas
dan fleksura (inguinal, inframamma dan aksila.4
B. Epidemiologi
Prevalensi dermatitis seboroik secara umum berkisar 3-5 % pada populasi umum.
Lesi ditemui pada kelompok remaja, dengan ketombe sebagai bentuk yang sering
dijumpai. Pada kelompok HIV, angka kejadian dermatitis seboroik lebih tinggi
dibandingkan dengan populasi umum. Sebanyak 36 % pasien HIV mengalami dermatitis
seboroik. Umunya diawali sejak usia pubertas, dan memuncak pada umur 40 tahun.
Dalam usia lanjut dapat dijumpai bentuk yang ringan, sedangkan pada bayi dapat dilihat
lesi berupa kerak kulit kepala (cradle cap). Jenis kelamin laki-laki lebih banyak
dibandingkan perempuan.1
C. Etiopatogenesis
Patogenesis dermatitis seboroik belum sepenuhnya diketahui, tapi dermatisis ini
terkait dengan ragi Malessezia, respon imunologi yang abnormal, aktivitas kelenjar
sebasea. Jumlah sebum yang dihasilkan adalah factor yang tidak terlalu penting, tidak
semua pasien dengan dermatitis seboroik akan terjadi peningkatan produksi sebum. Di
sisi lain, beberapa pasien dengan tingkat sebum tinggi mungkin tidak memiliki dermatitis
seboroik. Pasien dengan dermatitis seboroik menunjukkan tingkat lipid trigliserida dan
kolesterol di permukaan kulit yang lebih tinggi, tetapi tingkat asam lemak bebas dan
squalenes yang lebih rendah. Kedua spesies Malassezia dan kelompok tubuhan
Propionobacterium memiliki aktivitas lipase sehingga menghasilkan transformasi
trigliserida dalam asam lemak bebas. Semua tujuh spesies Malassezia adalah lipofilik
5
kecuali spesies zoofilik, Malassezia pachydermatis. Asam lemak bebas dan reaksi radikal
oksigen diproduksi pada gilirannya yang memiliki aktivitas antibakteri yang mengubah
flora kulit normal. Beberapa penulis percaya gangguan dalam flora, aktivitas lipase, dan
radikal bebas dapat lebih erat terkait dengan dermatitis seboroik dari respon imun.4
Dermatitis seboroik sering ditemukan pada pasien HIV/AIDS, transplantasi organ,
malignansi, pankreatitis alkoholik kronik, hepatitis C juga pasien parkinson. Terapi
levodopa kadang kala memperbaiki dermatitis ini. Kelainan ini sering juga dijumpai pada
pasien dengan gangguan paralisis saraf.1
D. Manifestasi Klinis
Dermatitis Seboroik Dewasa
Terdapat sejumlah gambaran yang mudah dikenal pada pasien dengan kasus yang khas.
Secara khusus, distribusi lesi pada penyakit ini bersifat khas :
Kulit kepala : skuama ringan (ketombe) mencerminkan salah satu ujung dari
spectrum klinis, dengan skuama mencolok disertai eritema di ujung yang lain.
Alis
Belakang telinga
dalam beberapa minggu. Dapat terjadi infeksi sekunder oleh bakteri atau kandida.7
E. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan morfologi khas lesi eksema dengan
skuama kuning berminyak di area predileksi. Pada kasus yang sulit perlu pemeriksaan
histopatologi.1
F. Diagnosis Banding
Psoriasis
Psoriasis adalah penyakit peradangan kulit kronik dengan dasar genetic yang kuat
dengan karakteristik perubahan pertumbuhan yang kuat dengan karakteristik
perubahan pertumbuhan dan diferensiasi sel epidermis disertai manifestasi
vaskuler, juga diduga adanya pengaruh system saraf . Gambaran khas berupa plak
eritematosa diliputi skuama putih disertai titik-titik pendarahan bila skuama
dilepas, berukuran dari seujung jarum sampai dengan plakat menutupi sebagian
besar area tubuh, umumnya simetris. Penyakit ini dapat menyerang kulit, kuku,
mukosa dan sendi tetapi tidak mengganggu rambut. Penampilan berupa infiltrat
eritematosa, eritema yang muncul bervasiasi dari sangat cerah (hot psoriasis)
biasanya diikuti gatal sampai merah pucat (cold terjadi trauma maupun
mikrotrauma pada kulit pasien psoriasis.1Biasanya mengenai umur dewasa.1,8
Dermatitis Atopik
Dermatitis atopi adalah peradangan kulit berupa dermatitis yang kronis residif,
disertai rasa gatal, dan mengenai bagian tubuh tertentu terutama di wajah pada bayi
dan bagian flexural extremitas pada anak., terdapat kecenderungan stigma topi. Kulit
kering (xerosis, sebostasis) \ merupakan ciri dari pasien dengan eksim atopik. Secara
klinis, hal ini ditandai oleh permukaan kulit yang kasar jika disentuh, non-inflamasi,
Gb 7a. Atopic eczema in a child: worse around the eyes due to rubbing
Gb 7b. Chronic excoriated atopic eczema behind the knees.
Dikutip dari kepustakaan 10
10
Dermatofitosis
Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yag megandung zat tanduk,
misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan, dan kuku, yang
disebabkan oleh golongan jamur dermatofita. Penderita merasa gatal dan kelainan
berbatas tegas, terdiri atas macam-macam efloresensi kulit (polimorfik). Bagian
tepi lesi lebih aktif (lebih jelas tanda-tanda peradangan) dari pada bagian tengah.
Untuk diagnosis biasanya memerlukan pemeriksaan skraping kulit dengan KOH.1
Gb 9. Tinea Capitis
11
Rosase
Rosasea adalah penyakit kulit kronis pada daerah sentral wajah, yaitu hidung,
pipi, dagu, kening, dan alis. Kadang-kadang meluas ke leher bahkan pergelangan
tangan yaitu kaki. Lesi umumnya simetris. Gejala utama rosasea adalah eritema,
talingektasia, papul, edema, dan pustule. Untuk mendiagnosis diperlukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lebih teliti.1,4
12
G. Penatalaksanaan1,8
Umum :
Hindari semua faktor yang memperberat, makanan berleman, dan stress, emosi.
Perawatan rambut, dicuci dan dibersihkan dengan shampoo.
Sedangkan menurut referensi lain, tatalaksana yang dilakukan antara lain :
Topikal
1. Shampo yang mengandung obat anti Malassezia, misalnya : selenium sulfide, zinc
pirithione, ketokonazole, berbagai shampoo yang mengandung ter dan solusio
terbinafine 1 %.
2. Untuk menghilangkan skuama tebal dan mengurangi jumlah sebum pada kulit dapat
dilakukan dengan mencuci wajah berulang dengan sabun lunak. Pertumbuhan jamur
dapat dikurangi dengan krim imidazol dan turunannya, bahan antimikotik di daerah
lipatan bila ada gejala.
3. Skuama dapat diperlunak dengan krim yang mengandung asam salisilat atau sulfur.
4. Pengobatan simptomatik dengan kortikosteroid topical potensi sedang, imunosupresan
topical (taktolimus dan pimekrolimus) terutama untuk daerah wajah sebagai
pengganti kortikosteroid topical.
5. Metronidazole topical siklopiroksolamin, talkasitol, benzoil peroksida dan salep
litium suksinat 5 %.
Sistemik :
1. Anti histamin H, sebagai anti gatal
2. Vitamin B kompleks
3. Kortikosteroid oral dapat menurunkan insiden dermatitis seboroika
4. Antibiotik seperti penicillin, eritromisin pada infeksi sekunder
5. Preparat azol akhir akhir ini sanagt berpengaruh terhadap P.Ovale, juga dapat
mempengaruhi berat ringannya dermatitis seboroika8
13
14
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama
: STB
Umur
: 63 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Bissoloro
Suku
: Makassar
Bangsa
: Indonesia
Agama
: Islam
B. Resume
Seorang perempuan umur 63 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin RS SY
dengan keluhan gatal sejak 1 tahun yang lalu dan memberat sejak 2 bulan terakhir. Gatal
disertai dengan bercak kemerahan yang awalnya berasal dari kepala, lipatan telinga, dan
menjalar ke lengan, tangan dan kaki. Keluhan bercak kemerahan ini dialami kurang lebih
2 bulan yang lalu. Awalnya bercak kemerahan pada kulit kepala nampak hanya seperti
biji-biji kecil yang berair menyerupai biang keringat di pada kulit kepalanya kemudian
pecah dan menjadi bercak merah yang kemudian menyebar serta berbatas tegas dimana
dibagian atasnya terdapat skuama yang mencolok menyerupai ketombe, warnanya
kekuningan, kering, kasar dan nampak terkelupas. Ukuran lesi berbeda-beda Nampak
sebesar biji jagung kemudian bercak merah dan gatalnya menyebar ke telinga, leher,
lengan, dan kedua tangan serta kaki.. Sebelumnya pasien telah berobat ke Puskesmas dan
gatal menghilang saat minum obat dari puskesmas tapi gatal kambuh kembali ketika
pasien berhenti meminum obat. Riwayat penyakit sebelumnya tidak ada. Riwayat
keluarga yang alergi dan yang mengalami keluhan yang sama tidak ada. Keadaan umum
sakit ringan, kesadaran komposmentis, status gizi baik, tanda-tanda vital dalam batas
normal.
Pemeriksaan fisik :
Status present : kesadaran compos mentis
15
: Kulit kepala, lipatan telinga, leher, lengan, kedua tangan dan kaki.
Ukuran
: Lentikuler
Jumlah
Efloresensi
16
C. Diagnosis Kerja
Dermatitis Seboroik Dewasa
D. Penatalaksanaan
o
o
Cetirizine 1 dd 1
Betamethasone Cr 20 grKetoconazole Cr 10 gr
Mf ung da in pot no xv
UE
E. Prognosis
Dubia at bonam
17
BAB IV
PEMBAHASAN
krim imidazol dan turunannya, bahan antimikotik di daerah lipatan bila ada gejala.
Skuama dapat diperlunak dengan krim yang mengandung asam salisilat atau sulfur.1
19
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1.
2.
3.
Dari etiopatogenesis DS belum jelas ,diduga akibat dari aktivasi kelenjar sebasea
yang berlebihan dan penelitian
(malassezia ovale).
4.
Penyakit ini terdiri atas eritema dan skuama yang berminyak dan agak kekuningan
,batasnya agak kurang tegas.
5.
Lokali predileksi tersering didaerah kulit kepala berambut; wajah; alis, lipatan
nasolabialis, side bum, telinga dan liang telinga, bagian atas-tengah dada dan
punggung, lipatan gluteus,inguinal,genital,ketiak. Sangat jarang menjadi luas
6.
7.
8.
Prognosi dermatitis seboroik pada sebagian kasus yang memiliki faktor konstitusi
penyakit ini agak sukar disembuhkan, meskipun terkontrol tetapi sering terjadi
kekambuhan .
20
B. SARAN
Untuk pasien dermatitis seboroik sebaiknya penatalaksanaan pasien dilakukan
dengan mengganti shampoo yang mengandung obat anti Malassezia, misalnya
ketokonazole. Untuk menghilangkan skuama tebal dan mengurangi jumlah sebum pada
kulit dapat dilakukan dengan mencuci wajah berulang dengan sabun lunak. Pertumbuhan
jamur dapat dikurangi dengan krim imidazol dan turunannya, bahan antimikotik di daerah
lipatan bila ada gejala. Skuama dapat diperlunak dengan krim yang mengandung asam
salisilat atau sulfur.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Jacoeb, Tjut Nurul Alam. 2015. Dermatitis-Buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi
ke-7. FK UI; Jakarta.
2. Jeyaratnam, David Koh. 2010. Spektrum Penyakit Kulit Akibat Kerja-Buku Ajar Praktik
Kedokteran Klinik. Penerbit Buku Kedokteran EGC:Jakarta
3. Robin, Tony Burns 2008.Eksema-Lecture notes dermatology. Penerbit Buku Erlangga;
Jakarta
4. Lowell & Stephen KATZ. 2008. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine . Mc
Graw Hill Medical; USA
5. Robin, Johny Bourke. 2011. Dermatitis Seboroik-Dermatologi Dasar: Untuk Praktik
Klinik Penerbit Buku Kedokteran EGC; Jakarta
6. John Hunter, John Savin. 2003. Eczema and Dermatitis. Clinical Dermatology, Third
Edition. Blackwell :Australia
7. Roy, Simon Newel. 2008. Dermatitis Seboroik-Lecture Notes Pediatrika. Erlangga
Medical Series:Jakarta
8. Siregar R.S SpKK.2002 Dermatis-Saripati Penyakit Kulit edisi II, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC : Jakarta.
9. J. Ring, B. Przybilla, T. Ruzicka. 2006. Handbook of Atopic Eczema Second Edition.
Springer-Verlag Berlin Heidelberg : New York
10. Richard Weller,John Hunter,John Savin. 2008. Eczema and dermatitis- Clinical
Dermatology, Fourth Edition. Blackwell: Australia
22
11. Wolff, Klaus & Allen, R, J. 2009. Fitzpatricks Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology. Mc Graw Hill Medical; USA
23