Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

Kulit manusia tidak bebas hama (steril) dan kulit steril hanya didapatkan pada waktu
yang sangat singkat setelah lahir dengan permukaan kulit mengandung banyak bahan makanan
(nutrisi) untuk pertumbuhan bakteri seperti lemak, bahan-bahan yang mengandung nitrogen,
mineral, dll. Dermatitis atau eksim adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) dengan
morfologi khas namun penyebabnya bervariasi sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen
atau endogen yang menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema,
papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul
bersamaan, bahkan mungkin hanya berupa papula (oligomorfik). Dermatitis cenderung residif
dan menjadi kronis. 1
Dermatitis kontak adalah reaksi kulit yang terjadi akibat terjadinya sentuhan antara kulit
dengan bahan-bahan tertentu yang dapat mengiritasi kulit dan juga dapat menimbulkan reaksi
alergi pada kulit yang disebabkan oleh suatu alergen. Dermatitis kontak alergi merupakan reaksi
hipersensitivitas tipe IV (tipe lambat, seluler) terhadap lingkungan alergen. Seringkali hanya
diperlukan sedikit bahan pemicu untuk menimbulkan reaksi. Diperkirakan jumlah penderita
DKA dan DKI makin bertambah seiring dengan bertambahnya bahan kimia yang dipakai oleh
masyarakat. Prevalensi kejadian dermatitis di Inggris menunjukan bahwa dari 1,29 kasus/1000
atau >95% pekerja mengalami dermatitis kontak. . Di Indonesia menunjukkan hasil yang
sangat bervariasi, pada Pertemuan Dokter Spesialis Kulit tahun 2009 dinyatakan sekitar 90%
penyakit kulit akibat kerja merupakan dermatitis kontak, baik iritan maupun alergik. Pada studi
epidemiologi, Indonesia memperlihatkan bahwa 97% dari 389 kasus adalah dermatitis kontak,
1

dimana 66,3% diantaranya adalah dermatitis kontak iritan dan 33,7% adalah dermatitis kontak
alergi.2,3,1,4
Penyebab DKA adalah bahan kimia sederhana dengan berat molekul umumnya rendah
(<1000 dalton), merupakan allergen yang belum diproses, disebut hapten, bersifat lipofilik,
sangat reaktif, dapat menembus stratum korneum sehingga mencapai sel epidermis dibawahnya
(sel hidup). Berbagai faktor berpengaruh dalam timbulnya DKA, misalnya potensi sensitisasi
alergen, dosis perunit area, luas daerah yang terkena, lama pajanan, oklusi, suhu dan kelembaban
lingkungan, vehikulum, pH, faktor individu dan status imunologik.1
Pentingnya deteksi penanganan dini dan edukasi pada penyakit DKA bertujuan untuk
menghindari komplikasi kronisnya. Oleh karena itu penting untuk diketahui apa dan bagaimana
DKA sehingga dapat menurunkan morbiditas dan memperbaiki prognosis DKA menjadi lebih
baik.

BAB II
LAPORAN KASUS

A. RESUME
Seorang perempuan berusia 34 tahun datang ke Balai Kulit dan Kelamin dengan keluhan
gatal pada daerah kedua kaki. Keluhan ini dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya
muncul bercak merah kecil yang gatal dengan batas yang tegas tetapi tidak bergelembung,
Kemudian bercak merah tersebut melebar dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan
kering (pecah-pecah) setelah digaruk. Pasien tidak mengalami demam dan nyeri pada daerah
tersebut. Pasien tidak mengetahui apa yang menyebabkan kulit kakinya meemerah dan
terasa gatal. Pasien menyangkal dan mengatakan bahwa ia tidak pernah memakai sandal
atau sepatu yang menyerupai pola seperti bercak yang muncul pada kedua kaki pasien.
Pasien mengatakan bahwa pasien hanya sering memakai sandal jepit saat bekerja dan
mengatakan bahwa kakinya tidak pernah dalam keadaan lembab. Pada saat pasien pergi ke
Balai Pengobatan kulit untuk berobat, terlihat pasien memakai sandal yang memiliki bagian
yang menutupi punggung kaki pasien tersebut. Pasien tidak pernah mengalami penyakit ini
sebelumnya. Riwayat penyakit yang sama di keluarga: ayah (+) dengan posisi bercak yang
sama yaitu didaerah kedua kaki. Riwayat alergi: pasien memiliki tipe kulit yang sensitif
terhadap lotion

kulit dan makanan berupa mie, telur, dan semua makanan yang

mengandung MSG. Pasien mengatakan sebelumnya sudah berobat ke dokter umum namun
tidak ada perubahan. Keadaan umum sakit sedang, kesadaran compos mentis (GCS 15), gizi
baik, tanda-tanda vital dalam batas normal.

B. STATUS DERMATOLOGIS
Lokasi

: simetrik (dorsum pedis dextra (1) dan dorsum pedis sinistra (1))

Ukuran

: plakat

Jumlah

: tidak terhitung

Efloresensi

: likenifikasi, skuama coklat kehitaman, makula hiperpigmentasi, dan


kering

Gambar. Pasien DKA


C. DIAGNOSA BANDING
Dermatitis kontak iritan

- Dermatitis numular

Dermatitis seboroik

- Psoriasis

Dermatitis atopik
4

D. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Diagnosis kerja pada pasien ini adalah Dermatitis Kontak Alergi (DKA).
E. PENATALAKSANAAN
Topikal :

cream: asam fusidic : mometasone furoate(1:2 atau 5%:10%)

Sistemik :

cetirizine 1x1

Methylprednisolon 3x1

Menghindari kontak dengan bahan alergen yang

KIE

dicurigai (sandal atau sepatu tertentu).


-

Menjaga kebersihan dan kesehatan kulit.

Meminum obat secara teratur.

Memenuhi asupan nutrisi untuk kesehatan tubuh seperti makanan


bergizi

dan

memperbanyak

buah-buahan

dan

sayuran

yang

mengadung antioksidan yang baik untuk kesehatan tubuh.


F.

PROGNOSIS
Dubia at bonam, prognosis umumnya baik apabila dapat menhindari bahan
penyebabnya prognosis kurang baik dan menjadi kronis bila terjadi bersamaan dengan
dermatitis oleh faktor endogen (dermatitis atopik, dermatitis numularis, atau psoriasis),
atau sulit menghindari alergen penyebabnya (misalnya berhubungan dengan pekerjaan
tertentu atau yang terdapat di lingkungan pasien).1

BAB III
PEMBAHASAN

Dari hasil pemeriksaan, diagnosis kerja dari pasien tersebut adalah Dermatitis
Kontak Alergi (DKA). Dermatitis atau eksim adalah peradangan kulit (epidermis dan
dermis) sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau endogen yang
menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul,
vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul
bersamaan, bahkan mungkin hanya berupa papula (oligomorfik). Dermatitis kontak
disebabkan oleh bahan/substansi yang menempel pada kulit. Pasien umumnya mengeluh
gatal. Kelainan kulit bergantung pada tingkat keparahan dan lokasi dermatitisnya.1 DKA
dapat meluas ke tempat lain.6 Dari anamnesis didapatkan pasien mengalami gatal pada
kulit kakinya yang diawali dengan munculnya bercak kemerahan dan pasien tidak
mengetahui pasti apa yang menyebabkan kulit kakinya menjadi gatal dan muncul bercak
kemerahan sehingga pasien ini didiagnosis sebagai dermatitis kontak alergi, sesuai
dengan gejala klinis dari dermatitis yaitu adanya bercak kemerahan yng menandakan
adanya reaksi radang dan DKA yang umumnya pasien mengalami gatal. Namun disini,
Pasien menyangkal dan mengatakan bahwa ia tidak pernah memakai sandal atau sepatu
yang menyerupai pola seperti bercak yang muncul pada kedua kaki pasien. Pasien
mengatakan bahwa pasien hanya sering memakai sandal jepit saat bekerja dan
mengatakan bahwa kakinya tidak pernah dalam keadaan lembab. Pada saat pasien pergi
ke Balai Pengobatan kulit untuk berobat, terlihat pasien memakai sandal yang memiliki
bagian yang menutupi punggung kaki pasien tersebut.

Terdapat 3 stadium pada dermatitis secara umum yaitu:


1) stadium akut, kelainan kulit yang muncul berupa eritema, edema, vesikel atau bula,
erosi dan eksudasi sehingga tampak basah (madidans).
2) stadium subakut, kelainan kulit dapat berupa eritema dan edema yang berkurang,
eksudat mengering menjadi krusta.
3) stadium

kronis, kelainan kulit dapat berupa lesi yang tampak kering,berbentuk

skuama, hiperpigmentasi, papul dan likenifikasi, meski mungkin juga masih terdapat
erosi atau ekskoriasi karena garukan.
Namun, stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja suatu dermatitis sejak
awal sudah memberikan gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis. Demikian
pula jenis efloresensi tidak selalu harus polimorfik, mungkin hanya oligomorfik.1 Dari
anamnesis, pasien mengatakan bahwa awalnya muncul bercak merah kecil yang gatal
dengan batas yang tegas tetapi tidak bergelembung, kemudian bercak merah tersebut
melebar dan berubah warna

menjadi coklat kehitaman dan kering (pecah-pecah)

dengan skuama dan pinggiran lesi yang berbatas tegas setelah digaruk, pasien
mengalami keluhan tersebut sejak 1 bulan yang lalu. Hal ini menunjukkan bahwa
gambaran efloresensi

awal yang muncul pada stadium akut pasien ini adalah makula

eritematous yang ditandai dengan bercak merah pada kulit kaki pasien. Dan saat pasien
datang ke Balai Pengobatan Kulit, pasien sudah menunjukkan gambaran klinis stadium
kronis yang ditandai dengan adanya skuama, likenifikasi, makula hiperpigmentasi, dan
kulit yang kering dan telah dialami sejak 1 bulan yang lalu.

DKA merupakan reaksi hipersensitivitas tipe lambat, atau reaksi imunologi tipe
IV, dimediasi terutama oleh limfosit yang sebelumnya tersensitisasi, yang menyebabkan
peradangan dan edema pada kulit.5 Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien memiliki
tipe kulit yang sensitif terhadap lotion kulit dan makanan berupa mie, telur, dan semua
makanan

yang

mengandung

MSG

sehingga

memungkinkan

terjadi

reaksi

hipersensitivitas atau reaksi radang dalam tubuh pasien yang memunculkan gejala klinis
berupa bercak eritematous dan gatal akibat kerja dari sitokin-sitokin proinflamasi dari
adanya reaksi radang. Kulit tampak kering (pecah-pecah) dan berskuama akibat kulit
yang kehilangan kelembabannya karena pasien tidak pernah memakai lotion kulit karena
kulitnya yang sensitif.

Gambar 3. Dermatitis kontak alergi.7


Pada DKA tidak ada gambaran klinik yang tetap. Anamnesis harus cermat
mengenai lamanya penyakit, penyebarannya, riwayat pekerjaan, obat-obatan. Keluhan
8

gatal, sakit, efek matahari. Klinisnya lihat lokalisasinya pada kulit, mukosa, rambut dan
kuku dan dapat dengan melakukan uji kulit seperti uji tempel tertutup, uji tempel terbuka,
uji pemakaian, uji goresan, uji intradermal dan uji foto.3
Pemeriksaan penunjang berupa Uji tempel. Istilah uji tempel berarti suatu
metode pemeriksaan yang melibatkan pemakaian secara sengaja sejumlah bahan yang
dicurigai menyebabkan dermatitis alergik ke kulit dibawah kondisi terkontrol. Bahan
yang dicurigai harus ditempelkan ke kulit dibawah oklusi selama 48 jam sebelum. Hal ini
tidak boleh dilakukan jika bahan yang dicurigai bersifat iritan. Uji tempel lengkap
merupakan tindakan yang kompleks. Bahan-bahan yang dicurigai menjadi pemicu
diaplikasikan ke permukaan kulit selama 48 jam sebelum diangkat tempat penempelan
kemudian diperiksa untuk mencari tanda-tanda dermatitis alergi. Pemeriksaan lanjutan
pada 96 jam juga penting dilakukan. Diperkirakan bahwa 30% reaksi yang positif akan
lolos jika hal ini tidak dilakukan karena beberapa senyawa menimbulkan reaksi yang
muncul belakangan.3

Gambar. Tes tempel atau patch test

Diagnosis banding Dermmatitis Kontak Alergi


1. Dermatitis Kontak Iritan
Dermatitis kontak iritan merupakan reaksi peradangan kulit non
imunologik, yaitu kerusakan kulit terjadi langsung tanpa didahului proses
pengenalan/sensitisasi. Kelainan kulit oleh bahan iritan terjadi akibat kerusakan
sel secara kimiawi atau fisis. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, denaturasi
keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk dan mengubah daya ikat kulit
terhadap air.1
Dermatitis kontak iritan dapat dialami oleh semua golongan umur, ras, dan
jenis kelamin. Penyebab dermatitis jenis ini ialah pajanan dengan bahan yang sifat
iritan, misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam, alkali dan serbuk
kayu.1
Kelainan beragam tergantung pada sifat iritan, iritan kuat memberi gejala
akut (kulit terasa pedih, panas, rasa terbakar, kelainan yang terlihat berupa eritema
edema, bula, mungkin juga nekrosis) sedangkan iritan lemah memberi gejala
kronis (kulit kering, disertai eritema, skuama, yang lambat laun kulit menjadi
tebal/hyperkeratosis dengan likenifikasi yang difus).3

10

Gambar 2. Dermatitis kontak iritan pada daerah tangan7


2. Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik adalah peradangan kulit yang kronis residif dan disertai
rasa gatal, yang paling umumnya terjadi pada awal masa bayi dan kanak-kanak.
Hal ini sering dikaitkan dengan kelainan pada fungsi sawar kulit, alergi sensitisasi
dan infeksi kulit berulang.9
Tidak sepenuhnya dipahami, tetapi riwayat keluarga yang positif atopi
(yaitu eksim, asma, alergi rhinitis) sering hadir, cacat genetik utama dalam fungsi
sawar kulit mendasari eksim atopik dan faktor yang dapat memperburuk infeksi
seperti, alergen (misalnya bahan kimia makanan, debu, hewan peliharaan bulu ),
berkeringat, panas dan stres berat.10
Gatal mungkin merupakan aspek penyakit yang paling mengganggu
pasien gejala gatal ini tampaknya mengenai seluruh tubuh. Pasien dengan
dermatitis atopik biasanya memiliki kulit yang kering. Biasanya ditemukan
banyak tanda bekas garukan dan sering pula dijumpai lesi membasah berkrusta
kuning akibat impetiginasi.3

11

Gambar Dermatitis atopik pada lengan dan wajah.10


3. Dermatitis Seboroik
Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit yang sering terdapat pada daerah
tubuh berambut, terutama pada kulit kepala, alis mata dan muka, kronik dan
superficial. Predieksinya didaerah berambut karena banyak kelenjar sebasea, yaitu
kulit kepala, retroaurikula, alis mata,sulkus nasolabialis, telinga, leher dada, daerah
lipatan, aksilla, inguinal, dan dibawah payudara. Penyebabnya belum diketahui pasti
hanya didapati aktivitas kelenjar sebasea berlebihan. Ruamnya berbeda-beda sering
ditemukan pada kulit yang berminyak, berwarna kekuningan, dengan batas yang tak
jelas dan dasar eritem.8

12

Gambar dermatitis seboroik.9


4. Dermatits Numular
Dermatitis numular adalah dermatitis dengan lesi berbentuk koin,
menyerang pada semua kelompok umur dan di semua area tubuh, tetapi paling
sering ditemukan pada ekstremitas atas dan bawah. Lesi biasanya mulai sebagai
papula, yang bergabung menjadi plak. Mereka biasanya bersisik, lesi awal dapat
dipenuhi dengan vesikel yang berisi eksudat serosa. eksim nummular biasanya
sangat gatal. Banyak faktor pencetus telah dilaporkan, termasuk kulit kering,
alergi kontak, cuaca (terutama musim dingin), masalah gizi, dan stres emosional.6
Sedikit yang diketahui tentang patofisiologi dermatitis nummular, tetapi
sering disertai dengan xerosis. Seperti kebanyakan bentuk lain dari dermatitis,
penyebabnya adalah mungkin kombinasi dari disfungsi penghalang epidermal
lipid dan tanggapan kekebalan. Kekeringan hasil kulit di bocornya penghalang
epidermis lipid; ini memungkinkan alergen lingkungan untuk menembus kulit dan
menyebabkan reaksi alergi atau iritasi.6
13

Dua puncak kejadian: dewasa muda dan usia tua serta musim gugur dan
musim dingin. Vesikel kecil dan papula yang bergabung menjadi plak, sering
lebih dari 4 sampai 5 cm, dengan dasar eritematosa dengan batas yang tidak tegas.
Plak dapat menjadi eksudatif dan krusta. penyebab sekunder untuk menggaruk.
Plak bersisik kering yang dapat menjadi lichenified. Bulat atau berbentuk koin.
Distribusi Daerah lesi (misalnya, pada kaki) atau umum, tersebar. Kaki bagian
bawah (pria yang lebih tua), batang, tangan dan jari.7

Gambar. Bercak seperti uang logam (coin lesion) berwarna merah dan basah,
merupakan gambaran khas dermatitis numularis.9
5. Psoriasis
Psoriasis adalah penyakit peradangan kronik yang ditandai dengan lesi berbatas
tegas, plak eritematosa berskuama tebal berwarna perak-putih. Psoriasis merupakan
14

sebuah penyakit fisik dan psikologis melemahkan, berdampak pada kualitas hidup
mirip dengan kanker, diabetes, dan depression. Meskipun psoriasis dapat terjadi pada
semua usia, puncak utama dari kejadian terjadi pada usia sekitar 20-60 tahun.11
Gambaran klasik berupa plak eritematosa diliputi skuama putih disertai titik
perdarahan bila skuama dilepas, berukuran dari seujung jarum hingga plakat dapat
menyerang kulit, kuku, mukosa dan sendi.
Sampai saat ini tidak ada pengertian yang kuat menegenai patogenesis psoriasis,
tetapi peranan autoimunitas dan genetik dapat merupakan akar yang dipakai dalam
prinsip terapi. Manajemen yang sukses tergantung pada sejumlah faktor termasuk
pendidikan pasien, pilihan terapi, dan kepatuhan terhadap pengobatan.1,11

Gambar Psoriasis pada extremitas.10


Satu-satunya pengobatan etiologi yang tersedia dari DKA adalah penghapusan
alergen kontak. Para pasien harus diberitahu tentang identitas agen penyebab dan sumber
dari sensitizer tersebut.11
15

Kortikosteroid dapat diberikan dalam jangka pendek untuk mengatasi peradangan


pada DKA akut yang ditandai dengan eritema, edema, vesikel atau bula, serta eksudatif
(madidans). Untuk topikal cukup dikompres dengan larutan garam faal atau asam salisilat
atau pemberian kortikosteroid secara topikal, dan antihistamin sebagai anti pruritus.1,8
Penatalaksanaan pada pasien ini antara lain dengan pemberian cream:
fuladic/mufacor(1;2 atau 5%:10%), itrizin 1x1 dan intinol 3x1, dan yang terpenting
untuk mencegah terjadinya kekambuhan atau recurren pada DKA, kita sebaiknya
melakukan konseling pada penderita DKA

yaitu edukasi kepada pasien untuk

Menghindari kontak dengan bahan alergen yang dicurigai (sandal atau sepatu
tertentu),Menjaga kebersihan dan kesehatan kulit., dan Meminum obat secara teratur dan
meenuhi asupan nutrisi dengan makan makanan bergisi terutama yang mengandung
antioksidan yang baik untuk kesehatan tubuh.

16

BAB IV
KESIMPULAN

1. Dermatitis kontak alergi adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) dengan
morfologi khas namun penyebabnya berupa bahan/substansi yang menempel pada kulit.
2. Dermatitis kontak alergi terjadi pada seseorang yang telah mengalami sensitasi terhadap
suatu bahan penyebab/alergen.
3. Prevalensi penderita DKA: Di Inggris menunjukan bahwa dari 1,29 kasus/1000 atau
>95%

pekerja

mengalami dermatitis kontak. Pada tahun 2009, Pertemuan Dokter

Spesialis Kulit di Indonesia dinyatakan sekitar 90% penyakit kulit akibat kerja
merupakan dermatitis kontak (iritan dan alergik). 97% dari 389 kasus adalah dermatitis
kontak, dermatitis kontak iritan 66,3% dan dermatitis kontak alergi 33,7% .
4. Penyebab DKA adalah bahan kimia sederhana dengan berat molekul umumnya rendah
(<1000 dalton), merupakan allergen yang belum diproses, disebut hapten, bersifat
lipofilik, sangat reaktif, dapat menembus stratum korneum sehingga mencapai sel
epidermis dibawahnya (sel hidup).
5. Berbagai faktor berpengaruh dalam timbulnya DKA, misalnya potensi sensitisasi alergen,
dosis perunit area, luas daerah yang terkena, lama pajanan, oklusi, suhu dan kelembaban
lingkungan, vehikulum, dan pH. Juga faktor individu dan status imunologik
6. Pada stadium akut dimulai dengan bercak eritematosa berbatas tegas kemudian diikuti
edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah menyebabkan
erosi dan eksudasi (basah). DKA akut di tempat tertentu, misalnya kelopak mata, penis,
skrotum, lebih didominasi oleh eritema dan edema.

17

7. Pada DKA kronis terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi dan mungki juga
fisur, berbatas tidak tegas. Kelainan ini sulit dibedakan dengan dermatitis kontak iritan
kronis; dengan kemungkinan penyabab campuran
8. Anamnesis harus cermat mengenai lamanya penyakit, penyebarannya, riwayat pekerjaan,
obat-obatan. Keluhan gatal, sakit, efek matahari. Klinisnya lihat lokalisasinya pada kulit,
mukosa, rambut dan kuku dan dapat dengan melakukan uji kulit seperti uji tempel
9. Diagnosa

banding:

dermatitis

kontak

iritan,

dermatitis

seboroik,dermatitis

atopik,dermatitis numular,psoriasis

18

DAFTAR PUSTAKA
1. Menaldi Sri Linuwih, Bramono Kusmarinah, Indriatmi Wresti, Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin, Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2015.
2. Soedarto. Alergi dan Penyakit Sistem Imun. Jakarta: Sagung Seto.2012.
3. Grham robin, Johnny Bourke,& Tim Cunliffe, Editor Bahasa Indonesia, Windriya
Kerta Nirmala. Dermatologi Dasar Untuk Praktik Klinik. Jakarta: EGC. 2011.
4. Fitriani, Rismayanti, Indra D. Faktor Kebersihan Perorangan Dan Lingkungan
Terhadap Kejadian Dermatitis Di Kab.Wajo. Departemen Epidemiologi Fakultas
Kesehatan

Masyarakat

Universitas

Hasanuddin.

Availabel

from

URL:

http://repository.unhas.ac.id. Accessed April 30, 2016.


5. Trisna Y, Luh MM, Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana. Sanglah Denpasar.
6. Medscape. Jami L Millier, MD; chief editor: William D james. Nummular Dermatitis.
2016.
7. Wolff K, Johnson RA. Fitzpatricks Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology. 10th ed. New York: The McGraw-Hill Companies; 2009.
8. Harahap, Marwali. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipocrates. 2000.
9. Lowell A. Goldsmith,MD, dkk. Fitzpatrick Dermatology in general medicine. Ebook
Volume 2. New York: eighth edition.
10. Dermatologi handbook for medical student. Ebook. 2014.
11. Kim Blakely, Melinda Gooderham. Management of scalp psoriasis: current
perspectives. Pierre SM, Aurore R, Maya dkk. Allergic Contact Dermatitis.

19

LAMPIRAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama

Nn. I

Jenis Kelamin

Perempuan

Umur

34 tahun

Tanggal Pemeriksaan

7 April 2016

B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara langsung kepada pasien pada tanggal 16 Januari 2016 di Balai
Pengobatan Kulit dan Kelamin.
Seorang perempuan berusia 34 tahun datang ke Balai Kulit dan Kelamin dengan keluhan
gatal pada daerah kedua kaki. Keluhan ini dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya
muncul bercak merah kecil yang gatal dengan batas yang tegas tetapi tidak bergelembung,
Kemudian bercak merah tersebut melebar dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan
kering (pecah-pecah) setelah digaruk. Pasien tidak mengalami demam dan nyeri pada daerah
tersebut. Pasien menyangkal dan mengatakan bahwa ia tidak pernah memakai sandal atau
sepatu yang menyerupai pola seperti bercak yang muncul pada kedua kaki pasien. Pasien
mengatakan bahwa pasien hanya sering memakai sandal jepit saat bekerja dan mengatakan
bahwa kakinya tidak pernah dalam keadaan lembab. Pada saat pasien pergi ke Balai
Pengobatan kulit untuk berobat, terlihat pasien memakai sandal yang memiliki bagian yang
menutupi punngung kaki pasien tersebut. Pasien tidak pernah mengalami penyakit ini
sebelumnya. Riwayat penyakit yang sama di keluarga: ayah (+) dengan posisi bercak yang
sama yaitu didaerah kedua kaki. Riwayat alergi: pasien memiliki tipe kulit yang sensitif

20

terhadap lotion

kulit dan makanan berupa mie, telur, dan semua makanan yang

mengandung MSG. Pasien mengatakan sebelumnya sudah berobat ke dokter umum namun
tidak ada perubahan. Keadaan umum sakit ringan, kesadaran compos mentis (GCS 15), gizi
baik, tanda-tanda vital dalam batas normal.
C. PEMERIKSAAN FISIS
1. Status Pasien
Keadaan Umum :
Sakit

: sedang

Kesadaran

: composmentis

Gizi

: baik

Hygiene

: sedang

Tanda Vital

Tensi

: DBN

Pernafasan

: DBN

Nadi

: DBN

Suhu

: DBN

Kepala

Sclera

: ikhterus (-)

Konjungtiva

: anemia (-)

Bibir

: sianosis (-)

Jantung

: DBN

Abdomen

: DBN

Ekstremitas

: DBN
21

Kelenjar Limfe : DBN


2. Status dermatologi
Lokasi

: simetrik (dorsum pedis dexta (1) dan dorsum pedis sinistra (1))

Ukuran

: plakat

Jumlah

: tidak terhitung

Efloresensi : likenifikasi, skuama coklat kehitaman, makula hiperpigmentasi,dan kering

22

Anda mungkin juga menyukai