PENDAHULUAN
pada praktek umum, dan paling sering terjadi pada masa bayi dan anak-anak. 1-
3
.Penyakit kulit ini diturunkan secara genetik, ditandai oleh inflamasi, pruritus,
dan lesi eksematosa dengan episode eksaserbasi dan remisi. Penyakit ini sangat
pasien.
2,3,5
Sekitar 10-20% anak dan 1-3% dewasa di dunia menderita penyakit ini
1,2,4
dan insidensnya cenderung meningkat di berbagai belahan dunia. Onset DA
sering pada masa anak-anak mulai dari lahir sampai usia 5 tahun. 3-5 Meskipun DA
Dermatitis atopik (DA) adalah penyakit kulit kronik, inflamasi, yang ditandai
dengan lesi eksematosa gatal dengan episode eksaserbasi dan remisi. DA paling
sering terjadi pada bayi dan anak-anak. Patogenesisnya diduga sebagai interaksi
faktor genetik, disfungsi imun, disfungi sawar epidermis, dan peranan lingkungan
Tiga fase DA yaitu fase bayi, anak-anak, dan dewasa dengan distribusi lesi
pengurangan gatal, perbaikan sawar kulit, dan obat anti infl amasi. DA tidak dapat
1
sembuh, tetapi dapat dikontrol dan untuk itu dibutuhkan kerja sama yang baik dari
1.2 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
residif disertai rasa gatal yang hebat serta eksaserbasi kronik dan remisi, dengan
2.2 Sinonim
Banyak istilah lain dipakai sebagai sinonim dermatitis atopik ialah eczema
atopik, eczema konstitusional, ekzemafleksural, neurodermitis diseminata, prurigo
Besnier. Tetapi yang paling sering digunakan ialah dermatitis atopik.
2.3 Epidemiologi
Epidemiologi dermatitis atopik (DA) di seluruh dunia berkisar antara 15-20%
pada anak dan 1-3% pada dewasa. Epidemiologi di Indonesia sedikit lebih tinggi,
yaitu 23,67%. Prevalensi dermatitis atopik (DA) secara global adalah 15-20% pada
anak-anak dan 1-3% pada dewasa dengan peningkatan insidensi sekitar 2-3 kali lipat
dalam beberapa dekade terakhir di negara-negara industri. Insidensi DA tertinggi
terjadi pada awal masa kanak-kanak dan bayi, dimana 85% kasus DA muncul pada
tahun pertama kehidupan dan 95% kasus DA muncul sebelum usia 5 tahun.
Prevalensi DA yang tinggi banyak terjadi di Amerika serikat, Eropa Utara dan
Barat, Afrika perkotaan, Jepang, Australia dan negara industri lainnya, namun
prevalensi DA lebih sedikit pada negara regio agrikultural seperti Cina dan Eropa
Timur, Afrika bagian pedesaan, dan Asia tengah.
3
Prevalensi DA di Amerika Serikat berkisar antara 10-12% pada anak-anak
dan 0.9% pada orang dewasa. Perbandingan orang keturunan Afrika dan Asia yang
berobat dengan kasus DA lebih tinggi dibandingkan dengan orang keturunan Eropa.
Sedangkan di Cina dan Iran, angka prevalensi berkisar antara 2-3%. Selain itu,
beberapa penelitian menunjukkan bahwa imigran dari negara berkembang yang hidup
di negara maju memiliki tingkat insidensi DA yang lebih tinggi dari populasi asal.
2.4 Etiologi
Etiologi dermatitis atopik masih belum diketahui dan patogenesisnya
sangat komplek, tetapi terdapat beberapa faktor yang dianggap berperan sebagai
faktor pencetus kelainan ini misalnya faktor genetik, imunologik, lingkungan dan
2.5 Klasifikasi
Secara klinis dermatitis atopik dibagi menjadi 3 fase yaitu:
1. Fase infatil (0-2 tahun)
Dermatitis atopik paling sering muncul pada tahun pertama
kehidupan, biasanya setelah usia 2 bulan. Lesi mulai di muka (dahi, pipi)
4
eksudatif, akhirnya terbentuk krusta dan dapat menjadi infeksi
sebagian lagi akan berlanjut menjadi bentuk anak. Pada saat itu penderita
Lesi pada dermatitis atopik anak berjalan kronis akan berlanjut sampai usia
sekolah dan predileksi biasanya terdapat pada lipat siku, lipat lutut, leher
kelainan kulit pada dermatitis atopik anak tampak kering, dibanding usia
bayi dan sering terjadi likenifikasi. Perubahan pigmen kulit bisa terjadi
hipopigmentasi.
lipatan tangan. Lesi kering, agak menimbul, papul datar dan cenderung
5
Selain gejala utama yang telah diterangkan, juga ada gejala lain yang tidak
selalu terdapat. Pada fase dewasa, distribusi lesi kurang karakteristik, sering
misalnya bibir, vulva, puting susu, atau skalp. Kadang erupsi meluas, dan
2.6 Patogenesis
akibat menurunya fungsi gen yang meregulasi amplop keratin (filagrin dan
5 kali orang normal. Sawar kulit dapat juga menurun akibat terpajan protease
eksogen yang berasal dari tungau debu rumah (haouse dust mite) dan
Garukan akibat gatal menimbulkan erosi atau ekskoriasi yang mungkin dapat
6
hipersensitifitas tersebut berdampak pula pada meningkatnya sensitifitas respirasi
sama dengan pasien dermatitis atopic , yaitu gen pada 11q13 sebagai gen
pengkode reseptor igE. Eksperi reseptor igE tersebut pada sel penyaji atigen
7
Keratinosit, sel langerhans, sitokin, igE, eosinofil, dan sel T.
stimulasi interleukin-4 (IL-4) terhadap sel T ( CD4+) dan IL-13 terhadap sel B
B. jumah dan potensi IL-4 lebih besar dari pada IFNy. IL-5 berfungsi
DA.
terdiri atas limfosit T dengan epitop CD3, CD4 dan CD45R, monosit-
makrofag, sedangkan sel eosinofil jarang terlihat, jumlah sel mast normal
8
eosinofil, serta tidak ada neutrofil walaupun terdapat peningkatan kolonisasi
Pada fase akut sel T-helper 2 (TH-2) melepaskan sitokin ( IL-4 dan IL-
13) yang menginduksi pembentukan igE dan ekspresi molekul adhesi sel
endhotel, sedangkan IL-5 menginduksi dan memilahara sel eosinofil pada lesi
kronik DA.
Pada fase kronik sitokin yang berperan adalah IL-12 dan IL-18 yang
dihasilkan oleh sel T helper-1 ( TH-1), IL-11 dan transforming growth factors
transducer (pencetus signal), sebagai sel asesori, dan sebagai sel penyaji
antigen (SPA); oleh Karena itu, keratinosit sekarang lebih di anggap sebagai
9
( mengekspresikan MHCII dan memiliki reseptor IgE dan juga
2. Sel T dapat mengenal antigen berkat adanya T cell receptor ( TCR ) dengan
dermis dalam keadaan teraktifasi dapat mengenali antigen dalam ikatan major
T helper ( T-CD4+) lebih banyak dari pada sel supresor (T-C8+), dan subset
dan IL-5. Interleukin-4 berperan dalam menginduksi sel B menjadi sel plasma
3. Sel endotel berfungsi mengatur lalu lintas leukosit pada inflamsi dan pada saat
factor allergen dan IgE, juga berperan berbagai sel inflamasi, mediator
(sitokin), sel endhotel, serta molekul adhesi. Allergen yang masuk kekulit
akan ditangkap oleh SPA, diproses dan disajikan pada sel T ( TH-2 ),
permukaan sel mast. IgE berikatan dengan allergen memacu sel mast
10
berdegranulasi dan melepaskan berbagai mediator serta IL-4 dan IL-5.
histamine.
Beberapa sitokin, misalnya tumor necrotic factors-α (TNF-α) dan IL-1 yang
dihasilkan sel keratinosit, sel mas, dan LC, berikatan dengan reseptor sel
menunjukkan daya afinitas yang tinggi pada reseptor dikeratinosit dan sel
langsung pada sel mas dapat menyebabkan sel mas berdegranulasi dan
adhesi molekul, dan lain – lain), rasa gatal , dan manifestasi inflamasi dikulit.
allergen, missal nya debu rumah, tungau debu rumah, serbuk sari
11
2.6.3 Alergen dan Superantigen
a. Allergen
rumah) berperan penting pada terjadinya DA. Allergen hirup lainnya yang
lain (OR>20). Kadar IgE spesifik meningkat terhadap debu rumah, bulu
anjing, bulu kucing, bulu kuda, dan jamur. Hasil uji tempel terhadap alergen
eusinofil dan basofil. Bukti lain adalah berkurangnya reaksi alergi bila
Kulit Anak, poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSCM, pada 20
DA Anak kelompok usia 4-7 tahun didapatkan hasil uji tusuk terhadap TDR
Positif pada 14(70%) DA anak, dan uji atopic patch test (APT) positif pada
anak.
kekambuhan DA, atau dengan IgE RAST, dapat juga dibuktikan dengan uji
kulit antara lain uji tusuk (Prick Test), soft allergen food patch test (SAFPT)
12
atau atopi patch test dan double blind placebo controlled food challenge test
sering ditemukan dan uji kulit bereaksi positif pada DA adalah telur (69%),
susu sapi (52%), kacang – kacangan (42%), soya (34%), dan gandum (33%)
b. Superantigen
protein A2 dan asam teikoik (teichoic acid) pada dinding sel dengan
13
Penelitian lain memperlihatkan temuan IgE anti-staphylococcus pada
sekitar 25% pasien DA, sedangkan IgE antibody terhadap SAg didapatkan
pada 57% pasien DA dewasa dan pada 34 pasien DA anak. Demikian pula
influks cutaneus lymphocyte antigen (CLA) pada reseptor sel T ( gambar 3).
IL-4, TNF-α, dan GSM-CSF. Tahun 1977 Aly dkk. Melaporkan bahwa 63%
14
dari pasien DA dapat di isolasi MRSA pada 6% dari 36 bayi, 10% dari 80
anak kelompok usia 1 – 5 tahun, dan 19% dari 78 kelompok usia diatas 6
tahun. Penelitian terhadap anak dengan DA oleh Deasy 2009 di RSCM, tidak
resiko DA pada kembar monozigot sebesar 77% dan pada kembar dizigot
banyak terjadi pada perempuan dan ditemukan banyak gen yang terlibat pada
mempunyai anak atopi. Jika kedua orang tua nya menderita DA, maka 80%
anak nya akan beresiko mederita DA. Apabila hanya salah satu orang tua nya
Odds (RO) anak kandung 2,66 ; sedangkan bila ayah yang menderita DA
bronchial, rhinitis alergi, dan peningkatan kadar IgE dalam serum dengan
15
human leukocyte antigen (HLA) pada kromosom 6 dan lokus yang berbeda.
5q23-31 yang merupakan cluster sitokin. Sitokin tersebut adalah IL-4, IL-13,
menunjukkan keterikatan antara asma dan atopi dengan gen MHC-II, yaitu
IL-4, IL-13, sitokin Th2, dan IgE dengan fenotip dermatitis atopic serta asma
bronchial.
atopi pada ras atau Negara tertentu hasilnya bervariasi. Keadaan ini lazim
penelitian hubungan antara gen yang diduga berperan ( candidate gene) pada
DA dengan regio gen terkait. Publikasi kluken, Weiner dan Bleiber 2003
dengan sel atau produk dan regio gen yang berperan pada DA.
16
Farida Tabri pada disertasinya tahun 2011 membuktikan bahwa pada
pasien DA fase anak, terjadi mutasi gen polimorfisme CTLA-4 dan penurunan
kadar IL-6 dalam serum. Selain itu, tak seorangpun anak dengan DA yang
para pakar berpendapat bahwa sensai gatal dan nyeri disalurkan melalui saraf
rasa gatal, namun bila lebih dalam dan intensitas tinggi dapat menyebabkan
dulu berbagai factor yang berpengaruh pada DA, antara lain IgE, sel inflamasi
DA, mediator, sitokin, serta factor lain nya. Telah ditemukan peningkatan
kadar histamine dikulit pasien DA, namun peningkatan tersebut tidak disertai
17
dalam mengatasi pruritus pada DA. Hal tersebut terjadi karena mungkin
kemungkinan mediator lain yang dikeluarkan oleh sel mas atau factor non
dan kelainan kulit, antara lain perubahan respon vascular dan farmakologik.
gatal lebih rendah. Stimulus ringan (misalnya mekanis, elektris, termal) dapat
tergolong tinggi, antara lain berupa rasa cemas, stress, dan depresi. Rasa
18
garukan. Pasien DA mempunyai kecenderungan bersifat temperamental,
salah satu sumber superantigen ( antara lain sumber endoksin SA). Jumlah
infeksi akibat kontak dengan saudara yang lebih tua ( kakak ) disatu keluarga.
resiko DA. Sampai saat ini hipotesis hygiene masih dalam penelitian.
Gejala dermatitis atopik dapat bervariasi pada setiap orang. Gejala yang
paling umum adalah kulit tampak kering dan gatal. Gatal merupakan gejala yang
paling penting pada dermatitis atopik. Garukan atau gosokan sebagai reaksi terhadap
rasa gatal menyebabkan iritasi pada kulit, menambah peradangan, dan juga akan
meningkatkan rasa gatal. Gatal merupakan masalah utama selama tidur, pada waktu
bergantung pada parahnya garukan yang dialami dan adanya infeksi sekunder pada
kulit. Kulit dapat menjadi merah, bersisik, tebal dan kasar, beruntusan atau terdapat
19
cairan yang keluar dan menjadi keropeng (krusta) dan terinfeksi (Dewi, 2004). Kulit
yang merah dan basah (eksim) disebabkan peningkatan peredaran darah di kulit
akibat rangsangan alergen, stress, atau bahan pencetus lain. Peningkatan aliran darah
diikuti dengan perembesan cairan ke kulit melalui dinding pembuluh darah. Kulit
kering dan bersisik membuat kulit lebih sensitif sehingga lebih mudah terangsang.
Bila sangat kering kulit akan pecah sehingga menimbulkan rasa nyeri. Penebalan kulit
perubahan warna menjadi lebih gelap akibat peningkatan jumlah pigmen kulit.
Daerah yang lebih sering mengalami likenifikasi ialah leher bagian belakang, lengan
bawah, daerah pusar, di atas tulang kering, dan daerah genital. Dermatitis atopik
dapat juga mengenai kulit sekitar mata, kelopak mata dan alis mata. Garukan dan
hari dan memberat ketika malam hari yang dapat menyebabkan insomnia dan
penurunan kualitas hidup. Rasa gatal yang hebat menyebabkan penderita menggaruk
kulitnya sehingga memberikan tanda bekas garukan (scratch mark) yang akan diikuti
oleh kelainan-kelainan sekunder berupa papula, erosi atau ekskoriasi dan selanjutnya
Gambaran lesi eksematous dapat timbul secara akut (plak eritematosa, prurigo
(likenifikasi). Lesi eksematous dapat menjadi erosif bila terkena garukan dan terjadi
eksudasi yang berakhir dengan lesi berkrustae. Lesi kulit yang sangat basah (weeping)
20
Lesi kering, papul datar, plak likenifikasi dengan sedikit skuama, dan sering
terjadi ekskoriasi dan eksudasi karena garukan. Terkadang dapat berkembang menjadi
eritroderma. Stres dapat menjadi faktor pencetus karena saat stres nilai ambang rasa
gatal menurun. Dermatitis atopik dapat disertai berbagai kelainan seperti hiperlinearis
palmaris, xerosis kutis, iktiosis, pomfoliks, ptiriasis alba, keratosis pilaris, tanda
Sebagian orang yang mengalami dermatitis atopik pada masa anak juga
mengalami gejala pada masa dewasanya, namun penyakit ini dapat juga pertama kali
timbul pada saat telah dewasa. Gambaran penyakit saat dewasa serupa dengan yang
terlihat pada fase akhir anak. Pada umumnya ditemukan adanya penebalan kulit di
daerah belakang lutut dan fleksural siku serta tengkuk leher. Akibat adanya garukan
secara berulang dan perjalanan penyakit yang kronis, lesi ditandai dengan adanya
Lokasi lesi menjadi lebih luas, selain fosa kubiti dan poplitea, juga dapat ditemukan
bagian lateral leher, tengkuk, badan bagian atas dan dorsum pedis. Namun, dapat pula
terbatas hanya pada beberapa bagian tubuh, misalnya hanya tangan atau kaki. Pada
2.8 Diagnosa
Sampai saat ini belum ada suatu pemeriksaan tunggal yang dapat digunakan
untuk memastikan penyakit dermatitis atopik. Pada umumnya diagnosis dibuat dari
riwayat adanya penyakit alergi, misalnya eksim, asma dan rinitis alergik, pada
21
keluarga, khususnya kedua orang tuanya. Kemudian dari gejala yang dialami pasien,
kadang perlu melihat beberapa kali untuk dapat memastikan dermatitis atopik dan
penyakit ini sepenuhnya bergantung pada anamnesis dan pemeriksaan fisik dari
pasien.
Para ahli penyakit kulit telah membuat beberapa kriteria diagnosis dan saat ini
banyak digunakan adalah kriteria yang dikemukakan oleh sarjana Hanifin dan Rajka,
Kriteria mayor :
Rasa gatal
Gambaran dan penyebaran kelainan kulit yang khas (bayi dan anak di muka
dan lengan)
Kriteria minor :
Kulit kering
22
White dermographisme : bila kulit digores tumpul, timbul bengkak bewarna
diagnosa DA,yaitu:
1. Harus ada : Rasa gatal pada kulit( pada anak-anak dengan bekas garukan).
Terkena pada daerah lipatan siku, lutut, di depan mata kaki atau sekitar
leher (termasuk pipi pada anak di bawah 10 tahun).
Anamnesis ada riwayat atopi seperti asma atau hay fever (ada riwayat
penyakit atopi pada anak-anak).
Ekzema pada lipatan (termasuk pipi, kening, badan luar pada anak <4
tahun).
23
Mulai terkena pada usia dibawah 2 tahun (tidak digunakan pada anak <4
tahun).
memasukkan beberapa kriteria minor Hanifin Rajka yang hanya didapatkan pada
kurang dari 50% pasien DA. Kriteria William lebih spesifik, sedangkan kriteria
Indeks SCORAD
berupa gejala objektif yang terdiri dari persentase area dan intensitas yang sering
muncul berupa eritema, papul, krusta, ekskoriasi, xerosis dan likenifikasi. Gejala
subjektif yang dinilai adalah pruritus dan insomnia yang didapatkan dari orang tua
dan berat. Dikatakan ringan bila nilai indeks SCORAD kurang dari 25, sedang bila
nilai indeks SCORAD 25 sampai 50 dan dikatakan berat bila nilai indeks SCORAD
lebih dari 50. Gejala dermatitis atopik berdasarkan usia adalah bentuk infantil, bentuk
anak dan bentuk dewasa. Selain indeks SCORAD, pengukuran derajat keparahan
dermatitis atopik dapat menggunakan Eczema Area and Severity Index (EASI),
Investigator Global Assessment (IGA) atau Three Item Severity Scale (TISS). EASI
menilai derajat keparahan dermatitis atopik dengan mengukur area yang terlibat
24
kepala dan leher, badan termasuk daerah genitalia, anggota gerak atas dan bawah
penilaian derajat keparahan dermatitis atopik dengan menilai gejala inflamasi tidak
dijumpai skor 0, skor 1 bila eritema dan papul , skor 2 dijumpai eritema dengan papul
ringan, skor 3 dijumpai eritema dengan papul sedang, skor 4 ditemukan eritema dan
papul yang berat dan skor 5 bila dijumpai eritema berat dengan krusta. TISS sistem
penilaian sederhana yang menggunakan tiga item intensitas indeks SCORAD yaitu
eritema, edema dan ekskoriasi dengan masing masing gejala dinilai pada skala 0
Untuk penilaian derajat sakit dapat dipakai score for atopic dermatitis
atopik di Europa telah mengadakan rapat kerja dan penelitian untuk menyusun satu
panduan secara menilai derajat sakit DA. Secara klinis lesi DA dinilai dengan
diperlukan pendapat dari 2 orang penilai, yang menilai masing-masing lesi. Penilaian
Peningkatan kadar IgE dalam serum juga dapat terjadi pada sekitar 15% orang sehat,
demikian pula kadar eosinofil, sehingga tidak patognomonik. Uji kulit dilakukan bila
ada dugaan pasien alergik terhadap debu atau makanan tertentu, bukan untuk
diagnostik.
25
2.9 Diagnosa Banding
yang khas. Diagnosis banding DA bergantung pada fase atau usia, manifestrasi klinis,
serta lokasi DA. Pada fase bayi dapat mirip dermatitis seboroik, psoriasis, dan
dermatitis popok. Sedangkan pada fase anak dapat mirip dengan dermatitis numularis,
pada fase dewasa lebih mirip dengan neurodermatitis atau liken simpleks kronikus.
Penatalaksanaan ditekankan pada kontrol jangka waktu lama (long term control),
dan memperberat kondisi seperti sabun, deterjen, bahan kimiawi, rokok, pakaian
kasar, suhu yang ekstrem dan lembab. Pemakaian sabun hendaknya yang
berdaya larut minimal terhadap lemak dan dengan PH netral. Hindari sabun atau
Pakaian baru hendaknya dicuci terlebih dahulu sebelum dipakai dengan deterjen
26
untuk menghindari formal dehid atau bahan kimia. Usahakan tidak memakai
pakaian yang bersifat iritan seperti wol atau sintetik yang menyebabkan gatal,
lebih baik menggunakan katun. Pemakaian tabir surya juga perlu untuk
dihindari, seperti makanan (susu, kacang, telur, ikan laut, kerang laut dan
gandum), debu rumah, bulu binatang, serbuk sari, tanaman dan sebagainya.
water loss yang meningkat. Oleh karena itu hidrasi penting dalam
27
adalah bahan aktif kosmetik yang menghambat terjadinya penguapan air dari
dalam kulit. Contoh oklusif adalah petrolatum. Pelembab yang digunakan bisa
berbentuk cairan, krim atau salep. Misalnya krim hidrofilik urea 10%, dapat
2) Kortikosteroid topikal
sebagai anti inflamasi. Selain itu dapat berguna pada saat ekserbasi akut,
anti pruritus dan sebagai anti mitotik. Menurut penelitian yang dilakukan
hasil dari penggunaan kortikosteroid topikal kurang dari satu bulan 80%
paling lemah yang masih efektif, karena semakin kuat potensi semakin
28
Tabel 1. Klasifikasi kortikosteroid
(Propaderm)
Fluosinolon Diflukortolon
asetonid
0,00625% valerat 0,1%
29
Tabel 1. Klasifikasi kortikosteroid lanjutan
Flurandrenolon Fluosinolon
0,0125% (Haelan) asetonid 0,025%
(Synalar)
Hidrokortison 17-
butirat 0,1%
(Lokoid)
Mometason furoat
0,1% (Elocon)
Triaminocolon
asetonid 0,1%
(Adcortyl, Ledecort
yang berpotensi lebih rendah. Pada daerah genitalia dan intertriginosa juga
kali seminggu, untuk menjaga agar tidak cepat kambuh sebaiknya dengan
30
3) Preparat tar
Walaupun tidak sekuat kortikosteroid topikal Preparat tar batu bara
dipakai pada lesi kronik tidak digunakan pada lesi akut karena dapat
terlibat seperti sel langerhans, sel T, sel mas dan keratinosit. Takrolimus
dapat diberikan dalam bentuk salep 0.03% untuk anak-anak 2-15 tahun
dan untuk dewasa 0.03% dan 0.1%. Sedangkan pimekrolimus (ASM 81)
31
perbaikan sedang sampai baik dalam 3 minggu pemberian dan 30-40%
dan pimekrolimus tidak dianjurkan pada anak usia kurang dari 2 tahun .
histamine H1 dan H2, dengan dosis 10-75 mg secara oral malam hari
efek sedative.
32
2) Pemberian antibiotik
Pada penderita dermatitis atopik lebih dari 90% ditemukan
oral asiklovir.
digunakan dalam terapi dermatitis atopik, tetapi tidak ada bukti yang
3) Kortikosteroid Sistemik
Pada umumnya kortikosteroid sistemik hanya digunakan untuk
4) Siklosporin
Dermatitis atopik yang sulit digunakan dengan pengobatan
33
penggunaan lebih dari setahun tidak dianjurkan. Relaps dan rekurensi
menggaruk.
34
psoralen (fotokemoterapi) dapat digunakan sebagai terapi tambahan
penuaan kulit dini dan keganasan kulit pada pengobatan jangka lama.
dipertimbangkan pada dermatitis atopik yang berat dan luas yang tidak
perkembangan mata.
gatal, dan efek karsinogen sering terjadi pada penggunaan jangka panjang.
35
serta berfungsi sebagai pelindung efektif terhadap garukan sehingga
mempercepat penyembuhan. Penggunaan balut basah yang berlebihan
dapat menyebabkan maserasi sehingga memudahkan infeksi sekunder.
Balut basah juga memiliki potensial dapat menambah kekeringan kulit dan
menyebabkan fisura bila tidak disertai pelembab emolien .
Balut basah banyak dijadikan terapi lini kedua atau ketiga untuk
anak-anak yang resisten terhadap dermatitis atopik walaupun belum ada
data yang mendukung.
36
Antibiotik oral Infeksi yang luas Tergantung pada A Baik
patogen Dan
antibioti
k yang
telah sesuai
Siklosporin Refrakter 3-4 mg/kgbb B Baik
perhari pemberian
jangka
pendek
Fototerapi Refrakter Rata-rata 3 kali per B Cukup
minggu
*Keterangan:
A: Sangat direkomendasikan untuk pasien dalam praktik sehari-hari
B: Tidak direkomendasikan untuk pasien pada pemakaian rutin
2.11 Komplikasi
Barier kulit yang rusak, respon imun yang abnormal, penurunan produksi
dermatitis atopik terkena infeksi sekunder. Infeksi kutan ini dapat menimbulkan
lebih resiko yang serius pada bayi dan pada waktu mendatang akan berpotensi
untuk infeksi sistemik. Penderita dermatitis atopik juga sangat rentan dengan
37
infeksi virus, yang paling berbahaya adalah herpes simplex dengan penyebaran
luas dapat mengakibatkan ekzema hepetikum yang dapat terjadi pada semua usia.
dan blepharitis kronis yang umumnya terkait dengan dermatitis atopik dan dapat
rasa gatal dan terbakar pada mata, mata berair dan mengeluarkan diskret yang
mukoid.
2.12 Prognosis
Prognosis lebih buruk bila kedua orang tuanya menderita dermatitis atopik.
Ada kecenderungan perbaikan masa spontan pada masa anak dan sering ada yang
kambuh pada masa dewasa.Sebagian kasus menetap pada usia diatas 30 tahun.
5. Anak tunggal
38
BAB III
LAPORAN KASUS
Umur : 14 Tahun
Alamat : Bukittinggi
Suku : Minang
3.2. Anamnesa
Keluhan Utama
Timbul bercak merah kehitaman gatal di kedua lipat lengan sejak 2 bulan
yang lalu
39
Penyakit ini hilang timbul dan sudah sering berobat ke puskesmas
Pasien sering bersin di pagi hari dan mata sering merah jika kena
angin
Riwayat Kebiasaan
Pasien seorang pelajar SMP, setiap hari bangun pagi untuk berangkat
ke sekolah dan pasien mengeluhkan sering bersin pada pagi hari dan
mata merah jika terkena angin
40
Status Dermatologikus
Lokasi : Lengan kiri dan kanan
Distribusi : Simetris
Bentuk : Tidak khas
Susunan : Tidak khas
Batas : Tidak tegas
Ukuran : Melier
Efloresensi : Tampak papul eritem, plak hiperpigmentasi
41
3.4. Diagnosa Kerja
3.7. Penatalaksanaan
Umum:
• Hindari stress.
42
• Lindungi daerah yang terkena terhadap garukan agar tidak
memperparah keadaan penyakit.
Khusus:
3.8. Prognosa
Quo ad sanationam : Bonam
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad kosmetikum : Dubia ad Bonam
Quo ad functionam : Bonam
43
RSUD dr. Acmad Mochtar Bukittinggi
Ruangan/Poliklinik: Kulit Dan Kelamin
Dokter: dr. A
SIP No: 185/SIP/2018
Sue
S1dd tab 1 on
S1dd tab 1 om
Pro : An. A
Umur : 14 Tahun
44
BAB IV
PENUTUP
Dermatitis atopic (DA) adalah peradangan kulit berupa dermatitis yang kronis
residif, disertai rasa gatal, dan mengenai bagian tubuh tertentu terutama di wajah pada
bayi (fase infantile) dan bagian fleksura ekstremitas (pada fase anak).
non-imunolgik. Factor endogen berupa disfungsi sawar kulit sangat berperan penting
multifactor menunjukkan banyak gen yang terlibat dan berperan pada DA. Alel pada
region gen tertentu berkaitan erat dengan fenotip sel dana tau produk
memicu atau sebagai dampak perjalanan penyakit DA yang kronik residif serta
mengganggu estetika. Pasien umumnya agresif disertai stress ringan sampai berat.
45
DAFTAR PUSTAKA
Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ke- 6. Jakarta: FK UI; 2007. h.138-47.
medical specialization.
2007;6;55-62.
3. Williams HC, Chalmers JR, Simpson EL. Prevention of atopic dermatitis. F1000
5. Correa MCM, Nebus J. Management of patients with atopic dermatitis: the role of
http://repository.usu.ac.id/bitsream/12345678/3530/5/capter%201.pdf
46