Anda di halaman 1dari 57

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dermatitis atopik (DA) pertama kali dilaporkan oleh Besnier tahun 1892
sebagai prurigo diasthetique, sehingga di Eropa penyakit ini dikenal sebagai
prurigo Besnier. Pada tahun 1923, Coca dan Cook memperkenalkan istilah atopy
untuk menjelaskan keadaan hypersensitive pada manusia yang ditandai
meningkatnya kemampuan membentuk reagins (sekarang dikenal sebagai IgE)
untuk merespon terhadap berbagai antigen. Pada tahun 1933, Wise dan Sulzberger
yang memberi nama dermatitis atopik, dan sampai sekarang nama tersebut yang
dipakai secara universal.2
Dermatitis atopik adalah penyakit kulit peradangan kronik, bersifat sering
kambuh, diwariskan, berasosiasi dengan eritem, bersisik, kulit kering (xerosis),
likenifikasi dan gatal sekali. Lokasi dermatitis atopik bervariasi sesuai dengan usia
pasien.2
Dermatitis atopik merupakan manifestasi pertama dari trias atopik yaitu
dermatitis atopik, asma bronkiale dan hay fever, ini terjadi 60-88% pada tahun
pertama kehidupan, sering dimulai pada minggu-minggu pertama kehidupan.
Selanjutnya sebanyak 70-95% terjadi pada usia 5 tahun dan sisanya timbul pada
saat dewasa.2
Hill dan Sulzberger membagi dermatitis atopik dalam 3 fase (fase infantil
sampai usia 2 tahun, fase anak usia 2 tahun sampai pubertas dan fase dewasa usia
pubertas keatas) dimana lokasi dan morfologi lesi berbeda dengan adanya
perubahan usia.2

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana tanda-tanda dermatitis atopik?
2. Bagaimana tanda-tanda dermatitis atopik yang sudah mengalami infeksi
sekunder?
3. Bagaimana prilaku hidup bersih dan sehat dalam pencegahan dermatitis
atopik berulang?
4. Bagaimana penanganan dermatitis atopik?
1.3. Tujuan Penulisan
1 Tujuan Umum
Untuk memahami penanganan dermatitis atopik dengan pendekatan
pelayanan dokter keluarga.
2

Tujuan Khusus
a Untuk memahami prilaku hidup bersih dan sehat dalam pencegahan
b

dermatitis atopik berulang.


Untuk memahami tanda-tanda dermatitis atopik yang sudah

mengalami infeksi sekunder.


Untuk memahami penanganan dermatitis atopik.

1.4. Manfaat Penulisan


1 Manfaat untuk Puskesmas
Sebagai sumber informasi bagi puskesmas dalam memanfaaatkan
kompetensi dalam upaya pelayanan kedokteran keluarga.
2

Manfaat untuk mahasiswa


Sebagai sarana keterampilan dalam upaya pelayanan kesehatan kasus
dermatitis atopik dengan pendekatan pelyananan kedokteran keluarga.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

B. Dermatitis Atopik
2.1 Definisi
Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kronis dan residif,
disertai gatal yang umumnya terjadi selama masa bayi atau anak-anak,
sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan
riwayat atopi pada keluarga atau penderita (rinitis, alergik dan atau asma
bronkial). Kelainan kulit berupa papul gatal yang kemudian mengalami
ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya dilipatan (fleksural).1
Kata atopi pertama kali diperkenalkan oleh coca (1923), yaitu
istilah yang dipakai untuk sekelompok penyakit pada individu yang
mempunyai riwayat kepekaan dalam keluarganya. Misalnya : asma
bronkial, rinitis alergik, dermatitis atopik dan konjungtivitis alergik.1
2.2

Epidemiologi
Di Amerika Serikat, eropa, jepang, australia, dan negara industri
lain, prevalensi dermatitis atopik pada anak mencapai 10-20%, sedangkan
pada dewasa kira-kira 1-3%. Wanita pria dengan rasio 1,3:1. Berbagai
faktor lingkungan berpengaruh terhadap prevalensi dermatitis atopik
misalnya jumlah keluarga kecil, pendidikan ibu makin tinggi, penghasilan
meningkat, migrasi dari desa kekota, dan meningkatkan penggunaan
antibiotik,

berpotensi menaikkan jumlah penderita dermatitis atopik.

Sedangkan rumah yang berpenghuni banyak, meningkatnya jumlah


keluarga, urutan lahir makin belakang, sering mengalami infeksi waktu
kecil, akan melindungi kemungkinan timbulnya dermatitis atopik pada
kemudian hari.1
Dermatitis atopik cenderung diturunkan. Lebih dari seperempat
anak dari seorang ibu yang menderita atopi akan mengalami dermatitis
atopik. Pada masa kehidupan 3 bulan pertama. Bila salah satu orang yang
menderita atopi, lebih dari separuh jumlah anak akan mengalami gejala
alergi sampai usia 2 tahun, dan meningkat sampai 79% bila kedua orang
tua menderita atopi.1

Insidens dan prevalens dermatitis akut yang pasti sulit diketahui,


karena banyak kasus ringan yang tidak diketahui. Atopi (asma, hay fever
dan dermatitis atopik) sering ditemukan pada populasi umum dengan
prevalensi 22,5% (tahun 1992) dan mungkin sekarang lebih besar lagi.
Prevalensi di Denmark dan Amerika Serikat saat ini sekitar 20%. Survei di
negara berkembang menunjukkan 10-20% bayi dan anak menderita
dermatitis atopik. Pada tahun 2000, di Indonesia ditemukan 23,67% kasus
baru dermatitis atopik pada anak dari 611 kasus baru penyakit kulit
lainnya.3 Di China insidens 2,9%, Tanzania 0,7%, Inggris, Nigeria dan
Hongkong 20%. Dermatitis atopik dapat menyebabkan gangguan problem
keuangan bagi pasien, keluarga maupun sistem asuransi kesehatan di
dunia. Biaya yang dikeluarkan setara atau dapat lebih tinggi dari penyakit
kronik lainya seperti asma bronkial, emfisema, diabetes maupun artritis.2
Sebanyak 90% onset dermatitis atopik terjadi pada usia kurang 5
tahun, oleh karena itu data prevalens biasanya diperoleh pada usia sebelum
sekolah. Lebih dari separuh pasien dermatitis atopik mulai setelah 2
bulan.2
2.1 Etiopatogenesis
Berbagai faktor ikut berperan dalam patogenesis dermatitis atopik.
Faktor genetik, lingkungan, sawar kulit, farmakologik, dan imunologik.
Konsep dasar terjadinya dermatitis atopik adalah melalui reaksi
imunologik, yang diperantarai oleh sel-sel yang berasal dari sum-sum
tulang.1
Kadar IgE dalam serum penderita dermatitis atopik dan jumlah
eosinofil dalam darah perifer umunya meningkat. Terbukti bahwa ada
hubungan secara sistemik antara dermatitis atopik dan alergi saluran
napas, karena 80% anak dengan dermatitis atopik mengalami asma
bronkial atau rinitis alergik.1
Berikut 4 kelas gen yang mempengaruhi penyakit atopi1 :
-

Kelas I : gen predisposisi untuk atopi dan respon umum IgE

a. Reseptor FceRI-, mempunyai afinitas tinggi untuk IgE


(kromosom 11q12-13)
b. Gen sitokin IL-4 (kromosom 5)
c. Gen reseptor- IL-4 (kromosom 16)
-

Kelas II : gen yang berpengaruh pada respon IgE spesifik


a. TCR (kromosom 7 dan 14)
b. HLA (kromosom 6)

Kelas III : gen yang mempengaruhi mekanisme non-inflamasi


(misalnya hiporesponsif bronkhial)

Kelas IV : gen yang mempengaruhi inflamasi yang tidak di perantarai


lgE
a.TNF (kromosom)
b. Gen kimase sel mast (kromosom 14)

Genetik
Ada hubungan yang erat antara polimorfisme spesifik gen kimase
sel mas dan dermatitis atopik, tetapi tidak dengan asma bronkial atau
rhinitis alergik. Varian genetik kimase sel mas, yaitu serine protease yang
disekresikan oleh sel mast di kulit, mempunyai efek spesifik pada organ,
dan berperan dalam timbulnya dermatitis atopik.1
Dermatitis atopik lebih banyak ditemukan pada penderita yang
mempunyai riwayat atopi dalam keluarganya. Kromosom 5q31-33
mengandung kumpulan familygen sitokin IL-3, IL-4, IL-13, dan GM-CSF,
yang diekspresikan oleh sel TH2.3
Ekspresi gen IL-4 memainkan peranan penting dalam ekspresi
dermatitis atopik. Perbedaan genetik aktivitas transkripsi gen IL-4
mempengaruhi presdiposisi dermatitis atopik. Ada hubungan yang erat
antara polimorfisme spesifik gen kimase sel mas dengan dermatitis atopik,
tetapi tidak dengan asma bronkial atau rhinitis alergik. Sejumlah bukti
menunjukkan bahwa kelainan atopik lebih banyak diturunkan dari garis
keturunan ibu daripada garis keturunan ayah. Sejumlah survei berbasis

populasi menunjukkan bahwa resiko anak yang memiliki atopik lebih


besar ketika ibunya memiliki atopik, dari pada ayahnya. Darah tali pusat
IgE cukup tinggi pada bayi yang ibunya atopik atau memiliki IgE yang
tinggi.3
Respons imun pada kulit
Sitokin TH2 dan TH1 berperan dalam patogenesis peradangan kulit
dermatitis atopik. Jumlah TH2 lebih banyak pada penderita atopi,
sebaliknya TH1 menurun. Pada kulit normal (tidak ada kelainan kulitnya)
penderita dermatitis atopik. bila dibandingkan dengan kulit normal orang
yang bukan penderita D.A., ditemukan lebih banyak sel-sel yang
mengekspresikan mRNA IL-4 dan IL-13, tetapi bukan IL-5, IL-12, atau
IFN-y. Pada lesi akut dan kronis bila dibandingkan dengan kulit normal
atau kulit yang tidak ada penderita dermatitis atopik. Menunjukkan jumlah
yang lebih besar sel-sel yang mengekspresikan mRNA IL-4, IL-5, dan IL13. Tetapi pada lesi akut tidak banyak mengandung sel yang
mengekspresikan mRNA, IFN-y atau IL-12. Lesi kronis dermatitis atopi
mengandung sangat sedikit sel yang mengekspresikan mRNA IL-5, GMCSF, IL-12, dan IFN-y, meningkat bila dibandingkan dengan yang akut.
Peningkatan IL-12 pada lesi kronis dermatitis atopi berperan dalam
perkembangan TH1.1
Sel T yang teraktivasi dikulit juga akan menginduksi apoptosis
keratinosit, sehingga terjadi spongiosis. Proses ini diperantarai oleh IFN-y
yang dilepaskan sel T teraktivasi dan meningkatkan Fas dalam keratinosit.
Berbagai kemokin ditemukan pada lesi kulit dermatitis atopi yang
dapat menarik sel-sel, misalnya eosinofil, limfosit T, dan monosit, masuk
ke dalam kulit.1
Pada dermatitis atopi kronis, ekspresi IL-5 akan mempertahankan
eosinofil hidup lebih lama dan menggiatkan fungsinya, sedangkan
peningkatan ekspresi GM-SCF mempertahankan hidup dan fungsi
monosit, sel langerhans, dan eosinofil. Produksi TNF- dan INF-y pada

dermatitis atopi. Memicu kronisitas dan keparahan dermatitis. Stimulasi


TNF- dan INF-y pada keratinosit epidermal akan meningkatkan jumlah
RANTES (regulated on antivation, normal T cell expressed and secreted).
Garukan kronis dapat meninduksi terlepasnya TNF- dan sitokin
proinflamasi yang lain dari epidermis, sehingga mempercepat timbulnya
peradangan di kulit dermatitis atopi.1
IL-4 meningkatkan perkembangan TH2 sedangkan IL-12 yang
diproduksi oleh makrofag, sel berdendrit, atau eosinofil, menginduksi
TH1. Subunit reseptor IL-12R2 diekpresi pada TH1 tidak pada TH2.
Sedangkan ekspresi IL-12R2 dihambat oleh IL-4, tetapi sebaliknya
diinduksi oleh IL-12, INF-, dan IFN-y. IL-4 juga menghambat produksi
IFN-y dan menekan deferensiasi sel TH1. Sel mas dan basofil juga
merupakan sumber sitokin tipe TH-2, sehingga ekspresi IL4 oleh sel T, sel
mas/basofil pada dermatitis atopi akan merangsang perekembangan sel
TH2.1
Sel mononuklear penderita dermatitis atopi meningkatkan aktivitas
enzim cyclic-adenosine monophosphate (CAMP)- phosphodiesterase
(PDE), yang akan meningkatkan sintesis IgE oleh sel B dan produksi IL-4
oleh sel T. Produksi IgE dan IL-4 secara in vitro dapat diturunkan oleh
penghambat PDE (PDEinhibitor). Sekresi IL-10 dan PGE dari monosit
juga meningkat.1
Sel langerhans pada kulit penderita dermatitis atopi adalah
abnormal, dapat secara langsung menstimulasi sel TH tanpa adanya
antigen.1

Berbagai faktor pemicu


Pada anak kecil makanan dapat berperan dalam patogenesis
dermatitis atopi. Tetapi tidak biasa terjadi pada penderita dermatitis atopi
yang lebih tua. Makanan yang paling sering ialah telur, susu, gandum,
kedele, kacang tanah.2

Patogenesis
a. Predisposisi genetik
Pewarisan atopi sudah dikenal lama, namun cara pewarisan
dermatitis atopik belum jelas banyak penelitian mengkorfirmasi
adanya hubungan yang kuat antara orang tua dengan anak pada
penyakit ini. Sepertiga sampai dua pertiga pasien dermatitis atopik
mempunyai riwayat orang tua yang memiliki atopi dan lebih besar lagi
jika saudara kandung juga menderita dermatitis atopik. Insidens
dermatitis atopik pada kembar monozigot adalah 82%, sedang kembar
dizigot hanya 18%.2
Pada suatu penelitian kohort, ditemukan frekuensi asma dan
rinitis alergika pada keluarga pasien dermatitis atopik berturut-turut
adalah 73% dan 32%. Menariknya, frekuensi dermatitis atopik pada
keluarga pasien dengan pasien dengan atau tanpa alergi saluran napas
personal berturut-turut sebanyak 34% dan 27%, menunjukan bahwa
pewarisan dermatitis atopik tidak berhubungan dengan dematitis
atopik itu sendiri namun berasosiasi kuat dengan atopic state terutama
alergi saluran napas.2
Mutasi pada gen yang mengkode fillagrin yang mendasari
ikiosis vulgaris, suatu kelainan keratinisasi, menyertai dermatitis
atopik sampai 50%. Defek fillagrin juga merupakan faktor predisposisi
asma, tetapi hanya terjadi pada individu dengan pre-existing atopic
dermatitis. Pada individu yang mengalami kekurangan fillagrin,
epidermal

barrier

yang

abnormal

menyebabkan

sensitisasi

epikutankus.2
b. Imunologi
Alergi saluran nafas sering berasosiasi dengan dermatitis atopik
anak dan dewasa (70%). Alergen paling sering adalah tungau debu
rumah (hause dust mine), serbuk/tepung sari. Alergi makanan terutama
terjadi pada dermatitis atopik tipe bayi dan anak sampai 40%, terutama

telur, susu sapi, kacang, kedele, dan gandum, sering menyebabkan


eksaserbasi dermatitis atopik.2
c. Respons terhadap agen mikrobial
Agen mikrobial terutama S. Aureus mengadakan kolonisasi
lebih dari 90% pada lesi kulit. Kerentanan terhadap S. Aureus dapat
berhubungan tidak saja dengan barier epidermal yang rusak tetapi juga
ekspresi yang rendah dari peptida antimikrobial seperti -defensins dan
cathelicidins pada lesi dermatitis atopik dibanding dengan lesi
psoriasis.2
Pasien dermatitis atopik terutama yang IgE tinggi, juga
merupakan predisposisi infeksi kulit virus (virus herpes simpleks,
moluskum kontagiosum dan human papilloma virus) dan jamur
superfisial (Trichophyton rubrum dan spesies Malassezia).2
d. Kerusakan barier kulit
Kulit pada dermatitis alergi sangat kering, dengan fungsi
barrier

pada

stratum

korneum

terganggu.

Ini

menyebabkan

meningkatnya transepidermal water loss (TWL) dan dehidrasi kulit


rendah. Sphingomyelin, deacylase aktivitasnya meningkat pada
epidermis pasien dermatitis atopik, hal ini meningkatkan metabolisme
sphingomyelin, menghasilkan kekurangan ceramide (yang penting
untuk mengikat air).2
Barries epidermal yang rusak menyebabkan kulit pasien
dermatitis atopik rentan terhadap faktor lingkungan seperti iritan,
alergen atau mikroba.2
2.2 Gambaran klinis
Kulit penderita biasanya kering, pucat/redup, kadar lipid di
epidermis berkurang, dan kehilangan air lewat epidermis meningkat. Jari
tangan teraba dingin. Gejala utama yang timbul adalah pruritus, dapat
hilang timbul sepanjang hari, tetapi umumnya lebih hebat pada malam
hari. Akibatnya penderita akan menggaruk sehingga timbul bermacam-

macam kelainan dikulit berupa papul, likenifikasi, eritema, erosi,


ekskoriasi, eksudasi, dan krusta.1
Dermatitis atopi dapat dibagi menjadi 3 fase, yaitu : dermatitis
atopi infantil ( usia <2 bulan- 2 tahun), dermatitis atopi anak (2-10 tahun)
dan dermatitis atopi pada remaja dan dewasa.1
a. Fase infantil (2 bulan 2 tahun).
Gejala karakteristik dan penting yang merupakan penyebab
morbiditas pada dermatitis atopi adalah rasa gatal yang hebat, sering
mengganggu tidur. Diyakini bahwa sebetulnya pada awalnya belum
ada lesi kulit, namun akibat garukan yang kuat dan searing maka
timbulah lesi kulit.2
Lesi pada fase infantil dimulai diwilayah bilateral, namun dapat
meluas ke dahi, telinga dan leher. Lesi akut ditandai oleh adanya
keluhan gatal hebat, dan lesi berupa eritem, papuk, plak, dengan
skuama disertai kusta. Tanda kronis berupa likenifikasi, depigmentasi
baik hipo maupun hipergegmentasi.2
b. Fase anak (2 tahun 12 tahun)
Lokasi lesi serupa dengan fase dewasa yaitu difosa kubiti, fosa
poplitea dan leher bagian belakang. Lesi sering juga berlokasi di
pergelangan tangan dan kaki, tangan dan kaki.2
c. Fase dewasa (13 tahun lebih)
Lokasi serupa dengan fase anak yaitu fosa kubiti, fosa poplitea
dan leher bagian belakang. Lesi umumnya bersifat kronik, jadi
umumnya ditemukan likenifikasi, skuama, hipo dan hiperpigmentasi.
Akibat garukan dapat ditemukan erosi, ekskoriasi, krusta dan
likenifikasi.2
2.3 Diagnosis
Didasarkan kriteria yang disusun oleh Hanifin dan Rajka yang
diperbaiki oleh kelompok kerja dari inggris yang dikoordinasi oleh
williams (1994).1
Kriteria mayor

10

Pruritus

Dermatitis dimuka atau ekstensor pada bayi dan anak

Dermatitis di fleksura pada dewasa

Dermatitis kronis atau residif

Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya

Kriteria minor
-

Xerosis

Infeksi kulit (khususnya oleh S. Aureus dan virus herpes simpleks)

Dermatitis nonspesifik pada tangan atau kaki

Iktiosis/hiperliniar palmaris/keratosis pilaris

Pitiriasis alba

Dermatitis di papila mamae

White dermogramphism dan delayed blanch response

Kelitis

Lipatan infraorbital Dannie-Morgan

Konjungtivitis berulang

Keratokonus

Katarak subkapsular anterior

Orbita menjadi gelap

Muka pucat atau eritem

Gatal bila berkeringat

Intolerans terhadap wol atau pelarut lemak

Aksentuasi perifolikular

Hipersensitif terhadap makanan

Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan atau emosi

Tes kulit alergi tipe dadakan positif

Kadar IgE di dalam serum meningkat

Awitan pada usia dini

11

Diagnosis dermatitis atopi harus mempunyai tiga kriteria mayor


dan tiga kriteria minor. Untuk bayi, kriteria diagnosis dimodifikasi yaitu :
Tiga kriteria mayor berupa1 :
-

Riwayat atopi pada keluarga

Dermatitis dimuka atau ekstensor

Pruritus

Tiga kriteria minor


-

Xerosis/iktiosis/hiperliniaris palmaris

Aksentuasi perifolikular

Fisura belakang telinga

Skuama di skalp kronis

Pruritus
Keluhan gatal pada dermatitis atopik sangat berat, dan merupakan
tanda penting (hallmark). Gatal bertambah saaat malam hari, berkeringat
dan jika memakai baju wol. Gosokan, garukan dan cubitan menyebabkan
terjadinya likenifikasi.2
Xerosis
Tanda kardinal lain adalah xerosis (kulit kering), bersisik dengan
distribusi generalisata (sampai di luar arena dermatitis). Xerosis dapat
ditemui pada 80-89% pasien dermatitis atopik. Ganguan fungsi barrier
kulit akibat menurunnya air dalam stratum korneum mempermudah
masuknya iritan, yang kemudian memicu timbulnya priritus dan dapat
memulai terjadinya peradangan.2
Keratosis pilaris
Keratinisasi yang berlebihan menimbulkan terjadinya horny plaque
dalam orifisium folikel rambut, mula-mula terlihat di bagian lateral lengan
atas dan paha dan pipi pada anak. Tampak eritem sekeliling folikel rambut
yang terlibat, dan eritem di pipi dapat bergabung.2

12

Dennie-morgan lines
Pada

banyak

pasien

dermatitis

atopi

terdapat

lipataan

(tunggal/ganda) tepat di bawah alis mata bawah simetris pada dermatitis


atopi bayi/anak. Lipatan ini dimulai dari dekat canthus bagian dalam
meluas samapai ke 1/3 - 2/3 pelupuk mata bawah.2
Allergic shiners juga dapat terlihat yaitu eritem dan likenifikasi
atau kegelapan pada bawah mata.2
Hiperlinearitas palmoplantar
Pada dermatitis atopik terutama yang berasosiasi dengan iktiosis
vulgaris, tampak peningkatan garis-garis pada telapak tangan dan telapak
kaki.2
Cheilitis
Tampak bibir kering, berkrusta dan merah-rekah atau fisura pada
komisura bibir (angular cheilitis), lebih sering ditemui pada bayi dan anak
dibanding pada dewasa.2
Likenifikasi
Likenifikasi ini diakibatkan oleh gosokan, cubitan dan garukan
berulang sehingga kulit menjadi menebal dan bersisik dan garis kulit
tampak lebih jelas.
Patologi
Gambaran hisologis dermatitis atopik tergantung pada stadium
dermatitis. Pada yang akut, yang dominan adalah edema intraepidermal,
yang tampak sebagai akumulasi cairan baik mikro atau makrovesikel dan
bula. Gambaran ini dapat disertai infiltrat limfosit perivaskuler pada
dermis bagian atas dan sebagian masuk ke epidermis.2
Pada stadium sub-akut, spongiosis dan menetap, tetapi dapat
menurun. Tidak ditemukan pembentukan vesikel, dan epidermis menebal.

13

Limfosit tetap ada di dermis dan epidermis tetapi menipis/jumlahnya


sedikit.2
Pada stadium kronik, epidermis lebih menebal lagi. Peradangan
dan spongiosis ringan atau hilang. Perubahan pada lapisan granular
bervariasi mulai dari tebal (jika gosokan dominan) sampai tipis.2
Gambaran histologik ini tidak dapat untuk menegakkan diagnosis,
namun lebih pentiing untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain
seperi cutaneous T-cell lymphoma (CTCL) yang menyerupai dermatitis.2
Komplikasi
1. Infleksi
Pasien dermatitis atopik sering mengalami infeksi kulit, yang
sering juga menyebabkan timbulnya eksaserbasi dermatitisnya sendiri.
Sebenarnya dari semua pasien dermatitis atopik berat akan dapat
dibiak S. Aureus yang diambil dari lesi eksudatif. Ini dapat diatasi
dengan antibiotik, anti stafilokokus yang berpenetrasi baik ke kulit
seperti sefalosporin.

Staphylococcus

aureus

dapat

melepaskan

eksotoksin yang bertindak sebagai superantigen yang menimbulkan


kaskade peradangan yang memulai terjadinya dermatitis akut.2
Pasien dermatitis atopik juga rentan terhadap infeksi virus
seperti veruka dan moluskum kontagiosum. Pasien dermatitis atopik
juga rentan terhadap infeksi herpes simpleks. Pada eczema herpeticum,
daerah yang luas dapat mengalami eksematisasi. Adanya erosi dan
krusta berdarah deskret merupakan tanda diagnosis. Pasien tampak
sakit berat dan sering memerlukan obat antiviral parenteral.2
2. Edema
Edema biasanya di tungkai di bawah, bersifat pitting edema
akibat gravitasi. Ini dapat men-trigger terjadainya eksema disseminata
di tempat.
3. Eritroderma

14

Pasien dearmatitis atopik berat dan sering kambuh dapat menjadi


entroderma.
4. Komplikasi akibat pengobatan
Pengobatan dengan kortikosteroid baik topikal maupun
sistemik jangka panjang dapat menyebabkan efek samping antara lain
berupa striae, ekimosis, telangiektasis lambatnya penyembuhan luka
dan katarak. Kortikosteroid topikal yang sering dipakai di wajah dapat
menyebabkan terjadinya dermatitis peri-oral/steroid-rosacea.
Steroid sistemik jangka panjang juga dapat menyebabkan
Cushing syndrome. Efek samping lain akibat obat baik obat dari dokter
maupun yang dibeli sendiri yaitu dermatitis kontak iritan dan alergik.
Karena kulit yang meradang mempunyai ambang yang rendah
terhadap iritasi, maka obat topikal misalnya losio pada waktu dipakai
dapat menyebabkan rasa terbakar. Bahan dasar krim dan salep dapat
ditolerir dan lebih sedikit menimbulkan iritasi dermatitis kontak alergi
dapat terjadi pada dermatitis atopik akibat vehikulum dan pengawet.
2.4 Diagnosis banding
Sebagai diagnosis banding dermatitis atopik ialah : dermatitis
seboroik, dermatitis kontak, dermatitis umularis, skabies, psoriasis.1
Diagnosis banding juga mempertimbangkan untuk pasien apakah
bayi, anak atau dewasa.2
a. Diagnosis banding DA bayi2
- Sindroma wiskott-Aldrich: suatu penyakit yang diwariskan secara
X-linked recessive yang berasosiasi dengan thrombositopenia,
imunitas humoral, sering mengalami infeksi bakteri, dan kelainan
-

kulit merupai DA.


Sindroma hyper-IgE: suatu penyakit yang diwariskan secara
autosomal dominan, level IgE tinggi, respons Th1 kurang, sering
mengalami infeksi kulit, sinus dan paru, serta adanya lesi
eksematosa.
15

Langerhans cell histiocytosis: jika pasien yang diduga DA yang

tidak resposif terhadap terapi dan lesi diminan di daerah popok.


b. Diagnosis banding DA pada anak2
- Dermatitis seboroik
- Dermatitis kontak (alergi dan iritan)
- Psoriasis
c. Diagnosis banding DA pada dewasa2
- Dermatitis kontak alergi
- 2 bentuk cutaneus T-cell lymphoma (CTCL) yaitu mycosis
fungoides dan sindroma sezary. Pada kedua penyakit ini erdapat lesi
dermatitis kronis yang tidak responsif terhadap terapi seteroid
topikal
2.5 Penatalaksanaan umum
Kulit pada dermatitis atopik lebih rentan terhadap iritan, oleh
karena itu penting untuk1 :
-

Mengidentifikasi kemudian menyingkirkan faktor yang memperberat

dan memicu siklus gatal garuk. Misal deterjen, sabun.


Pakai sabun yang berdaya larut minimal terhadap lemak dan yang

mempunyai PH netral,
Pakaian baru sebaiknya dicuci dulu sebelum dipakai
Mencuci pakaian dengan detergen harus dibilas dengan baik.
Mandi dengan pembersih yang mengandung pelembab
Hindari pembersih antibakterial karena berisiko menginduksi

resistensi.
Menerangkan pentingnya menjaga kebersihan perseorangan dan
lingkungan setempat.

2.6 Pengobatan topikal


a. Hidrasi kulit
Diberikan pelembab misal krim hidrofilik urea 10% dapat ditambah
hidrokortison 1% didalamnya
b. Kortikosteroid topikal
Paling sering digunakan sebagain antiinflamasi lesi kulit. Pada bayi
diberikan salap steroid berpotensi rendah, misal hidrokortison 1%-

16

2,5%. Pada anak dan dewasa diberikan steroid potensi menengah


misalkan triamsinolon.
Pencegahan primer
Pada suatu penelitian di postulasikan bahwa pemberian probiotik
(misalnya Lactobacili dan Bifodobacteria) dapat mempengaruhi flora usus
yaitu dengan cara menurunkan permeabilitas terhadap antigen dan
meningkatkan respons imun TH1.2
Perawatan pendukung
Setelah onset dermatitis atopik, pengurangan faktor pencetus
misalnya kurangi kontak dengan zat kimia keras (sabun alkali dan kutu
debu (dust mite) dan jika mungkin hindari pencetus akibat pekerjaan (zat
kimia yang digunakan untuk perawatan rambut, pencuci tangan).
Mengurangi kutu debu misalnya dengan vacum cleaner yang kuat dan
dilakukan secara itensif dapat mengurangi dermatitis.2
Penggunaaan emolien yang sering merupakan terapi utama
dermatitis atopik. Peningkatan hidrasin dan fungsi barrier kulit dapat juga
dengan pembelian salep atau krim water-in-oil. Pada flare akut, merendam
dengan air hangat kuku selama 10-20 menit, kemudian segera olesi dengan
steroid topikal akan memperbaiki dermatitis dengan cepat.2
Produk-produk yang mengandung asam -hydroxy dan urea dapat
mengurangu kekeringan kulit yang berhubungan dengan dermatitis atopik.
Penggunaannya dicoba dulu/di tes sedikit untuk menghindari dermatitis
kulit.2
Pembersih ringan non-alkali (misalnya sabun batang syndet) dapat
digunakan jika diperlukan. Hindari mandi dengan busa sabun karna dapat
terjadi iritasi. Jika mandi di kolam renang atau mandi air hangat di bak
mandi dibolehkan, namun segera sesudah itu mandi dengan shower bersihbersih dan segera beri pelembab. Perawatan kepala dapat dengan bland
shampo. Jika dermatitis atopik terlalu akut, shampo tar, krim/losio tar (5105 liquor carbonis detergent) dapat mengurangi gatal. Kalau dermatitis
17

atopik akut dapat terjadi dermatitis kontak. Gunakan baju terbuat dari
katun dan hindari pakaian dari wool.2
Penggunaan emolien yang sering merupakan terapi utama
dermatitis atopik sehingga kulit tetap lembab, karena kalau kulit
kering/xerosis akan memicu terjadinya dermatitis atopik. Pengunaan losio
atau krim mengandung air konsentrasi tinggi biasanya biasanya
menyebabkan rasa terbakar dan menyengat. Produk yang mengandung
/-asam hydroxy atau urea dapat memperbaiki kekeringan kulit dan
skuamasi, sehingga dapat mengobati xerosis yang berhubungan dengan
dermatitis atopik, namun obat tersebut dapat menyebabkan peradangan
kulit akut, sehingga penggunaannya perlu dilakukan tes terlebih dahulu.
Obat farmakologik topikal sering merupakan terapi lini pertama.
Penggunaan setelah mandi meningkatkan penetrasi ke kulit, juga memberi
efek emolien dari vehikulumnya. Penggunaaan kortikosteroid poten
topikal jangka panjang dapat memberi efek samping maka sebaiknya
segera dilakukan terapi maintenance pemeliharaan dengan bland emolien
(tidak mengandung bahan aktif). Daerah kulit yang mudah mengalami
efek samping antara lain wajah daearah intertriginosa (seperti di ketiak,
lipatan infra mama), sehingga penggunaan kortikosteroid untuk daerah
tersebut perlu hati-hati dan gunakan kortikosteroid potensi ringan
(hidrokortison). Pada dermatitis atopik sedang sampai berat, untuk
menghindari relaps, dapat digunakan kotikosteroid potensi sedang 2x
seminggu misalnya dengan triamsinolon asetonid, bersama dengan
emolien.
Dua calcineurin inhibitor dapat juga digunakan: tacrolimus untuk
dermatitis atopik sedang-berat dan pimecrolimus untuk dermatitis atopik
ringan-sedang. Efek samping keduanya adalah rasa seperti terbakar pada
tempat yang diobati. Obat ini tidak menyebabkan atrofi kulit seperti
kortikosteroid, karena ia tidak mempengaruhi sintesis kolagen, maka baik
untuk dermatitis atopik di wajah dan intertriginosa.
Agen farmakologik tambahan

18

Keluhan pasien dermatitis atopik sangat gatal, oleh karena itu di


berikan anatihistamin sedatif (hidroksizin, defenhidramin , atau doxepin)
untuk memutus lingkaran setan gatal-garuk-gatal terutama pada malam
hari karena gatal malam hari dapat mengganggu tidur atau untuk
mencegah garukan yang berlebihan dapat menimbulkan pendarahan.2
Jika mengalami infeksi sekunder diberikan antimikroba. Belum
jelas apakah obat ini secara langsung dapat memperbaiki dermatitis atopik
dengan cara mengurangi produk bakteri. Anti-stafilokokus seperti
sefalosporin secara signifikan dapat memperbaiki dermatitis atopik
superinfeksi dan memberi keuntungan pada kulit non-infeksi.2
2.7 Prognosis1
Sulit meramalkan prognosis dermatitis atopik pada seseorang.
Prognosis lebih buruk jika kedua orangtuanya menderita dermatitis atopik.
Ada kecenderungan perbaikan spontan pada masa anak, dan ada yang
kambuh pada masa remaja, kasus menetap pada usia diatas 30 tahun.
Faktor yang berhubungan dengan prognosis kurang baik dermatitis atopi
yaitu:
- Dermatitis atopi luas pada anak
- Menderita rinitis alergi dan asma brokhial
- Riwayat dermatitis alergi pada orang tua atau saudara kandung
- Awitan (onset) dermatitis alergi pada usia muda
- Anak tunggal
- Kadar IgE serum sangat tinggi
B. Kedokteran Keluarga
1. Pendekatan Kedokteran Keluarga
Dokter keluarga adalah dokter yang mengutamakan penyediaan
pelayanan komprehensif bagi semua orang yang mencari pelayanan
kedokteran, dan mengatur pelayanan oleh provider lain bila diperlukan.
Dokter ini adalah seorang generalis yang menerima semua orang yang
19

membutuhkan pelayanan kedokteran tanpa adanya pembatasan usia,


gender, ataupun jenis penyakit.
Dikatakan pula bahwa dokter keluarga adalah dokter yang
mengasuh individu sebagai bagian dari keluarga dan dalam lingkup
komunitas dari individu tersebut. Tanpa membedakan ras, budaya, dan
tingkatan

sosial.

menyediakan

Secara

pelayanan

klinis,

dokter

ini

berkompeten

dengan

sangat

mempertimbangkan

untuk
dan

memerhatikan latar belakang budaya, sosioekonomi, dan psikologis


pasien. Dokter ini bertanggung jawab atas berlangsungnya pelayanan
yang komprehensif dan berkesinambungan bagi pasiennya10.
Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang
menyeluruh yang memusatkan pelayanannya kepada keluarga sebagai
suatu unit, di mana tanggung jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan
tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis kelamin pasien, juga tidak
boleh oleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu saja10.
2. Karakteristik Pelayanan Kedokteran Keluarga
Pelayanan dokter keluarga mempunyai beberapa karakteristik
salah satunya menurut Ikatan Dokter Indonesia melalui Muktamar ke-18
a

di Surakarta tahun 1982 sebagai berikut10.


Yang melayani penderita tidak hanya sebagai orang per orang, tetapi
sebagai anggota satu keluarga dan bahkan sebagai anggota masyarakat

sekitarnya.
Yang memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
memberikan perhatian kepada penderita secara lengkap dan sempurna,

jauh melebihi jumlah keseluruhan keluhan yang disampaikan.


Yang mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat
kesehatan seoptimal mungkin, mencegah timbulnya penyakit dan

mengenal serta mengobati penyakit sedini mungkin.


Yang mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan

berusaha memenuhi kebutuhan tersebut sebaik-baiknya.


Yang menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan kesehatan tingkat
pertama dan bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan lanjutan.

20

3. Azas-azas / Prinsip-prinsip Pelayanan Kedokteran Keluarga


Prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga di Indonesia mengikuti
anjuran WHO dan WONCA. Prinsip-prinsip ini juga merupakan simpulan
untuk dapat meningkatkan kualitas layanan dokter primer dalam
melaksanakan pelayanan kedokteran. Prinsip pelayanan atau pendekatan
kedokteran keluarga adalah memberikan atau mewujudkan sebagai
berikut10.
a Pelayanan yang holistik dan komprehensif
b Pelayanan yang kontinu.
c Pelayanan yang mengutamakan pencegahan.
d Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif.
e Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari
f

keluarganya.
Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan

g
h
i

lingkungan tempat tinggalnya.


Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum.
Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan.
Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu.

4. Pola Pikir dan Pola Tindak Dokter Keluarga / Dokter Layanan Primer
Dokter keluarga bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan
mitranya, dan ia berhubungan dengan mitranya di kala sehat maupun di kala
sakit. Tanggung jawab ini mengharuskan dokter keluarga menyediakan
program pemeliharaan kesehatan bagi mitranya yang sehat, dan program
pengobatan atau pemulihan bagi mitranya yang sedang jatuh sakit. Program
ini harus spesifik dan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan setiap mitranya.
Hal ini dapat dipenuhi bila pola pikir dan pola tindaknya mengacu pada
pendekatan Medifa yang menata alur pelayanan dokter keluarga dalam 4
kegiatan (assessment targeting intervention monitoring) yang
membentuk satu siklus pelayanan terpadu10.
A Penilaian profil kesehatan pribadi (Assessment)
Dokter keluarga mengawali upaya pemeliharaan mitranya
dengan melakukan penilaian komprehensif terhadap faktor risiko
dan kodisi kesehatan dengan tujuan memperoleh profil kesehatan
pribadi dari mitranya.
B Penyusunan program kesehatan spesifik (Targeting)
21

Tersedianya profil kesehatan ini memberi kesempatan


kepada dokter keluarga untuk mempelajari masalah kesehatan yang
dimiliki mitranya, sehingga dokter keluarga dapat menyusun
program kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan spesifik setiap
mitra.
C Intervensi proaktif (Intervention)
Dengan demikian setiap mitra, apakah ia dalam kondisi
sehat, menyandang faktor risiko atau sakit, secara proaktif akan
diajak mengikuti program pemeliharaan kesehatan yang sepesifik
dengan kebutuhannya. Melalui program proaktif ini diharapkan
mitra yang sehat dapat tetap sehat, yang saat ini menyandang faktor
risiko dapat dikurangi kemungkinan jatuh sakit berat di kemudian
hari, dan yang saat ini menderita suatu penyakit dapat segera pulih,
dicegah terjadinya komplikasi, atau diupayakan agar kecacatan
seminimal mungkin. Bila diperlukan si mitra akan dirujuk ke
spesialis.
D Pemantauan kondisi kesehatan (Monitoring)
Selanjutnya pelaksanaan program dan hasilnya akan
dipantau dan dievaluasi terus menerus dan menjadi masukan bagi
dokter keluarga untuk meningkatkan kualitas program dan
memotivasi mitranya (monitoring).

22

Upaya pemeliharaan yang sinambung ini dapat dilakukan


berkat penerapan teknologi informasi yang tepat sebagai alat kerja
dokter keluarga.
5. Bentuk dan Fungsi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari
suami-sitri, atau suami-istri dan anak, atau ayah dengan anak atau ibu
dengan anak. Bentuk keluarga dibagi menjadi 9 macam menurut
Goldenberg (1980) sebagai berikut10.
A Keluarga inti (nuclear family)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri, serta anak-anak kandung.
B Keluarga besar (extended family)
Keluarga yang disamping terdiri dari suami, istri, dan anak-anak
kandung, juga terdiri dari sanak saudara lainnya, baik menurut
garis vertikal (ibu, bapak, kakek, nenek, mantu, cucu, cicit) dan
ataupun menurut garis horizontal (kakak, adik, ipar) yang dapat
berasal dari pihak suami atau istri.
C Keluarga campuran (blended family)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung serta
anak-anak tiri.
D Keluarga menurut hukum umum (common law family)

23

Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang tidak terikat dalam
perkawinan sah serta anak-anak mereka yang tinggal bersama.
E Keluarga orang tua tunggal (single parent family)
Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena telah
bercerai, berpisah, ditinggal mati atau mungkin tidak pernah
menikah, serta anak-anak mereka tinggal bersama.
F Keluarga hidup bersama (commune family)
Keluarga yang terdiri dari pria, wanita, dan anak-anak yang tinggal
bersama, berbagi hal dan tanggung jawab serta memiliki kekayaan
bersama.
G Keluarga serial (serial family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan
mungkin telah mempunyai anak, tetapi kemudian bercerai dan
masing-masing menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan
pasangan masing-masing, semuanya mengganggap sebagai satu
keluarga.
H Keluarga gabungan (composite family)
Keluarga yang terdiri dari suami dengan beberapa istri dan anakanaknya atau istri dengan beberapa suami dan anak-anaknya yang
I

hidup bersama.
Keluarga tinggal bersama (whabilation family)
Pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan.
6. Klasifikasi Tingkat Kesejahteraan Keluarga
Tahapan keluarga sejahtera dibedakan atas 5 tingkatan menurut

BKKBN (2011) sebagai berikut.


A Keluarga pra sejahtera
Keluarga-keluarga yang belum dapat memenui kebutuhan
dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan agama, pangan,
sandang, papan, kesehatan, dan keluarga berencana.
B Keluarga sejahtera tahap I
Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya secara minimal tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya secara minimal tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan
kebutuhan

sosial

psikologisnya,

24

seperti

kebutuhan

akan

pendidikan, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan


tempat tinggal, dan transportasi.
C Keluarga sejahtera tahap II
Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan
fisik dan sosial-psikologisnya, akan tetapi belum dapat memenuhi
keseluruhan kebutuhan pengembangannya, seperti kebutuhan
untuk menabung dan informasi.
D Keluarga sejahtera tahap III
Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh
kebuthan fisik, sosial-psikologis, dan pengembangan, namun
belum dapat memberikan sumbangan secara teratur kepada
masyarakat sekitarnya, misalnya dalam bentuk sumbangan materil
dan keuangan, serta secara aktif menjadi pengurus lembaga di
masyarakat yang ada.
E Keluarga sejahtera tahap III plus
Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh
kebutuhannya serta memiliki kepedulian dan kesertaan yang tinggi
dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga disekitarnya.
7. Penentuan Sehat/Tidaknya Keluarga (APGAR)
Tingkat kepuasan anggota keluar dapat dinilai dengan APGAR
keluarga. APGAR keluarga merupakan salah satu cara yang digunakan
untuk mengukur sehat tidaknya suatu keluarga yang dikembangkan oleh
Rosen, Geyman, dan Leyton. Lima fungsi pokok yang dinilai dalam tingkat
kesehatan keluarga sebagai berikut10.
A Adaptasi (Adaptation)
Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima
bantuan yang diperlukannya dan anggota keluarga lainnya.
B Kemitraan (Partnership)
Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap
berkomunikasi, turun rembuk dalam mengambil keputusan dan
atau menyelesaikan suatu masalah yang sedang dihadapi dengan
anggota keluarga lainnya.

C Pertumbuhan (Growth)
25

Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap


kebebasan

yang

diberikan

keluarga

dalam

mematangkan

pertumbuhan dan atau kedewasaan setiap anggota keluarga.


D Kasih sayang (Affection)
Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih
sayang serta interaksi emosional yang berlangsung dalam keluarga.
E Kebersamaan (Resolve)
Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap
kebersamaan dalam membagi waktu, kekayaan, dan ruang antar
keluarga.
8. Keluarga dan Kesehatan
Kesehatan dan penyakit selalu berhubungan dengan keempat hal
a
b
c
d

berikut:
Kepribadian
Gaya hidup
Lingkungan fisik
Hubungan antar manusia
Dalam hal ini, keluarga adalah tempat pembentukan individu,
sehingga keempat hal tersebut dimulai dalam keluarga. Menurut Freeman
(1970), arti dan kedudukan keluarga sebagai berikut

Merupakan unit terkecil dalam masyarakat.


b Sebagai suatu kelompok yang berperan penting dalam masalah
c

kesehatan.
Masalah kesehatan keluarga paling terkait dengan berbagai masalah

d
e

keluarga lainnya.
Sebagai pusat pengambilan keputusan kesehatan yang terpenting.
Sebagai wadah paling efektif untuk berbagai upaya atau penyampaian
pesan-pesan kesehatan.
Arti dan kedudukan keluarga adalah sebagai tempat bertanya

pertama (reference group) dan mempunyai pengaruh yang amat besar dalam
berbagai tindakan kedokteran seperti diagnosis, pencegahan, pengobatan,
dan perawatan.
8.1 Pengaruh Keluarga Terhadap Kesehatan
A Penyakit keturunan

26

Interaksi antara faktor genetik (fungsi reproduksi) dan faktor

lingkungan (fungsi-fungsi keluarga lainnya).


Muncul dalam perkawinan (tahap awal dan siklus kehidupan

keluarga).
3 Perlu marriage counseling dan screening
B Perkembangan bayi dan anak
Jika dibesarkan dalam lingkungan keluarga dengan fungsifungsi yang sakit akan mengganggu perkembangan fisik dan
perilaku.
C Penyebaran penyakit
1 Penyakit infeksi
2 Penyakit neurosis
D Pola penyakit dan kematian
Hidup membujang atau bercerai mempengaruhi angka
kesakitan dan kematian.
E Proses penyembuhan penyakit
Penyembuhan penyakit kronis pada anak-anak pada
keluarga

dengan

fungsi

keluarga

yang

sehat

lebih

baik

dibandingkan pada keluarga dengan fungsi keluarga sakit.

8.2
Pengaruh Kesehatan Terhadap Keluarga10
A Bentuk keluarga
1 Infertilitas membentuk keluarga inti tanpa anak
2 Penyakit jiwa (kelainan seksual seperti homoseksual), jika
membentuk keluarga akan terbentuk keluarga non-tradisional
B Fungsi keluarga
1 Jika kesehatan kepala keluarga (pencari nafkah) terganggu, akan
mengganggu fungsi ekonomi dan atau fungsi pemenuhan
2

kebutuhan fisik keluarga.


Jika kesehatan ibu rumah tangga terganggu, akan mengganggu

fungsi afektif dan atau fungsi sosialisasi.


C Siklus kehidupan keluarga
1. Infertilitas akan mengalami siklus kehidupan keluarga yang
tidak lengkap.
2. Jika kesehatan suami-istri memburuk, kematian cepat masuk ke dalam tahap
lenyapnya keluarga.
27

BAB III
LAPORAN KASUS
3.1

Identitas Pasien
Nama

: Alfaro

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Umur

: 13 bulan

Nama KK

: Rojali

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. Pangeran Ratu, PT MAT (Musi Atlantik


Timber) RT 30 RW 9 kelurahan 15 ulu , Palembang

3.2

Pekerjaan

:-

Suku Bangsa

: Palembang

Tanggal Berobat

: Rabu 2 Juni 2016

Anamnesis

28

3.2.1 Keluhan Utama


Timbul bintil-bintil berisi air di atas telapak tangan dan kaki
sejak 3 bulan yang lalu
3.2.2 Keluhan Tambahan
Gatal pada telapak tangan dan kaki, nyeri jika terkena air
3.2.3 Riwayat Perjalanan Penyakit
Dari anamnesis didapatkan keluhan bintil berisi air di
tangan kanan dan kiri serta kaki kanan dan kiri. Keluhan dirasakan
sejak 3 bulan yang lalu, keluhan awal dirasakan pada tangan kanan
dan kiri secara bersamaan kemudian baru ke kaki kanan dan kiri.
Bintil berisi air tersebut akan berubah menjadi nanah kisaran 3 hari
kemudian, karena gatal os selalu menggaruknya. Keluhan semakin
lama menjadi koreng. Keluhan gatal dirasakan semakin hebat
terutama pada malam hari sehingga pasien menjadi lebih sering
menggaruk.
Pasien tinggal bersama orang tuanya di rumah dan riwayat
orang sekitar yang mengalami keluhan yang sama ada yaitu ibu dan
kakak sejak kecil. Sebelumya os juga pernah berobat ke puskesmas,
dan diberikan obat salep dan sirup amoksisislin namun tidak ada
perubahan setelah menggunakannya.
3.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat gatal-gatal sebelumnya tidak ada
Riwayat sakit asma tidak ada
Riwayat sering bersin-bersin tidak ada
Riwayat diabetes mellitus tidak ada
Riwayat digigit serangga tidak ada

3.2.5

Riwayat Alergi

29

Ibu os mengatakan adanya riwayat alergi, makanan, debu,


dan alergi bahan lainnya.

3.2.6 Riwayat Pengobatan


Ibu os mengaku sudah pernah diobati di Puskesmas dengan
salep dan obat tablet namun tidak ada perubahan.

3.2.7

Riwayat Imunisasi
Ibu os mengaku os sudah diberikan imunisasi dasar yang
lengkap.
.

3.2.8

Riwayat Kecelakaan/Trauma
Ibu os menyangkal adanya riwayat kecelakaan atau trauma
pada os.

3.2.9

Riwayat Opname/Rawat
Ibu os menyangkal adanya riwayat opname/rawat.

3.2.10 Riwayat Pola Hidup/Life Style

30

Pola makan
Os makan 2 kali sehari. Jenis makanan yang biasanya
dikosumsi yaitu nasi, ikan, ayam, telur, ikan asin, dll. Menurut
ibu os, os tidak mau makan sayur. Jenis minuman yang sering
dikonsumsi yaitu air putih.

Aktivitas fisik/Olahraga
Os tergolong anak yang aktif.

3.2.11 Riwayat Penyakit Keluarga


Ibu Os mengaku semua anggota keluarganya yang tinggal
serumah memiliki keluhan serupa kecuali ayahnya. Dimana pada
awalnya ibu dan kakak os yang memiliki keluhan serupa tersebut.
Riwayat penyakit yang dimiliki dalam keluarga seperti darah tinggi
(-), Asma (-), Alergi (-), jantung (-), kencing manis (-), TBC (-),
Ayan/Gila/Epilepsi (-), kusta (-), gondok (-), cacat lahir (-) dan
kuning (-).

3.2.12 Riwayat Sosial Ekonomi


Os merupakan anak kedua dari dua saudara. Os tinggal
bersama kedua orang tuanya dan 1 saudara perempuan. Ayah Os
merupakan seorang buruh bangunan sedangkan ibu os adalah ibu
rumah tangga. Uang pemasukan keluarga ini biasanya didapatkan
dari hasil buruh ayahnya. Sekarang os dan keluarganya tinggal di
rumah sendiri. Rumah tersebut luas dengan ukuran 10 m x 10m.

31

Sosial ekonomi keluarga ini termasuk keluarga dengan ekonomi


kebawah.

3.3

Pemeriksaan Fisik
3.3.1 Status Generalis
Keadaan Umum

: tampak sakit ringan

Kesadaran

: kompos mentis

Tanda vital
Tekanan darah

:-

Nadi

: 102 x/menit

RR

: 24 x/ menit

Temp

:-

BB

: 10 kg

Keadaan Spesifik
Kepala

: Normocephali

Wajah

: tidak ada kelainan

Mata

: CA (-/-), SI (-/-)

Hidung

: tidak ada kelainan pada bentuk

Telinga

: tidak ada kelainan pada bentuk

Mulut

: tidak ada kelainan pada bentuk

Leher

: tidak ada kelainan

Thoraks

: tidak ada kelainan

Abdomen

: tidak ada kelainan

Ekstremitas

: status dermatologikus

Genital

: tidak ada kelainan

3.3.2

Status Dermatologis
Regio plantar manus dekstra- sinistra, regio dorsum pedis
dekstra-sinistra tampak :

32

Regio plantar manus dekstra

Keterangan :
Pustul
Ekskoriasi
Vesikel
Erosi
Tampak, pustul, vesikel, multiple, milier, sirkumskrip,
disertai erosi dan ekskoriasi.

Regio manus sinistra

Keterangan :
Vesikel

33

Papul
Ekskoriasi
Tampak, vesikel, papul, multiple, milier, sirkumskrip,
diskret disertai ekskoriasi.

Regio pedis dekstra

keterangan
Pustul
Ekskoriasi
Erosi
Tampak, pustul, multiple, milier, sirkumskrip, diskret disertai
ekskoriasi dan eritema.
Pada digiti II dan III tampak, erosi, multiple, lentikular,
irreguler, diskret.

34

Regio pedis sinistra

Keterangan :
Papul
Ekskoriasi
Likenifikasi
Pada dorsum pedis sinitra digiti II dan IV tampak papul,
multiple, milier, sirkumskrip, diskret.
Pada digiti I dan III tampak, ekskoriasi, multiple, milier,
sirkumskrip, diskret dan eritema
Pada digiti I, II dan dorsum pedis, tampak likenifikasi,
multiple, milier- lentikuler, konfluen, diskret.

35

Keterangan :
Krusta
Papul
Pada regio plantar pedis sinistra tampak :
o Papul, multiple, milier, sirkumskrip, diskret disertai
ekskoriasi dan eritema.
o Krusta berwarna kuning multiple, milier, sirkumskrip,
diskret dengan skuama halus, tipis, selapis.
3.4 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan imunologi
3.5 Diagnosis Banding
Dermatitis atopik
Skabies
Prurigo Hebra
3.6 Diagnosis Kerja
Dermatitis atopik + infeksi sekunder
3.7 Tatalaksana
36

a) Medikamentosa
kompres terbuka dengan NaCl 0,9%. kortikosteroid : hidrokortison 1%
Emolien : krim hidrofilik urea 10 %
Antibiotik : mupirosin 2%
Sistemik : CTM 3 x 1/4 tablet perhari, sebagai obat antihistamin yang
dapat mengurangi rasa gatal secara sistemik.
b) Non-Medikamentosa (Tindakan)
Pengobatan non-medikamentosa pada kasus ini yaitu memberikan
edukasi kepada pasien dan keluarganya.
Memberi penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya
(jenis penyakit, penyebab, gejala, cara penularan, terapi) dan mengenai

heigiene pribadi dan lingkungan.


Mengidentifikasi kemudian menyingkirkan faktor yang memperberat

dan memicu siklus gatal garuk. Misal deterjen, sabun.


Pakai sabun yang berdaya larut minimal terhadap lemak dan yang

mempunyai PH netral,
Pakaian baru sebaiknya dicuci dulu sebelum dipakai
Mencuci pakaian dengan detergen harus dibilas dengan baik.
Mandi dengan pembersih yang mengandung pelembab
Hindari pembersih antibakterial karena berisiko menginduksi

resistensi.
Menerangkan pentingnya menjaga kebersihan perseorangan dan
lingkungan setempat.

3.8 Prognosis
Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad sanationam

: bonam
: bonam
: dubia ad bonam

3.9 FOLLOW UP
Jumat, 3 Juni 2016
S : bintil-bintil di tangan dan kaki, gatal-gatal(+), nyeri terkena air
O : Keadaan umum/kesadaran: tampak membaik/compos mentis
Tanda vital :RR : 24 x/menit
N : 102 x/menit
A : Dermatitis akut dengan infeksi sekunder
37

P : Terapi medikamentosa, non medika mentosa. Selain itu juga dilakukan


dukungan psikologis, penjelasan tentang penyakit yang diderita pada
keluarga dan edukasi pasien.
Minggu, 5 Juni 2016
S : bintil-bintil berkurang, gatal kadang-kadang, nyeri terkena air (-)
O : Keadaan umum/kesadaran: tampak membaik/compos mentis
Tanda vital :R : 26 x/menit
N : 100 x/menit
A : Dermatitis akut dengan infeksi sekunder
P : Terapi medikamentosa, non medikamentosa. Selain itu juga dilakukan
dukungan psikologis, penentraman hati, penjelasan tentang penyakit yang
di derita pada keluarga dan edukasi pasien.
Kesimpulan :
Berdasarkan follow up pada kunjungan rumah, pasien sudah berangsur
membaik, bintil dan gatal berkurang pada hari ke 3 dan nyeri jika terkena air
tidak ada lagi. Pasien sudah diberikan terapi medikamentosa maupun non
medikamentosa.

BAB IV
ANALISA KASUS
Diagnosa pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinik
dan pemeriksaan fisik yang dilakukan.
Dari anamnesis didapatkan keluhan bintil berisi air di tangan kanan dan kiri
serat kaki kanan dan kiri. Keluhan dirasakan sejak 3 bulan yang lalu, keluhan awal
dirasakan pada tangan kanan dan kiri secara bersamaan kemudian baru ke kaki
38

kanan dan kiri. Bintil berisi air tersebut akan berubah menjadi nanah kisaran 3
hari kemudian, karena gatal os selalu menggaruknya menyebabkan terjadinya
koreng. Keluhan gatal dirasakan semakin hebat terutama pada malam hari dan
saat berkeringat. Sehingga pasien menjadi lebih sering menggaruknya untuk
mengurangi keluhan sampai menimbulkan luka.
Pasien tinggal bersama orang tuanya di rumah dan riwayat orang sekitar
yang mengalami keluhan yang sama ada yaitu ibu dan kakak sejak kecil mengeluh
keluhan yang sama. Riwayat di gigit serangga sebelumnya tidak ada. Pasien dapat
didiagnosis menderita penyakit dermatitis atopi, dimana hal ini sesuai dengan
teori yang ada bahwa dengan ditemukannya 3 dari tanda 5 kriteria mayor dan 3
kriteria minor. Maka diagnosis klinis dapat ditegakkan. Dimana tanda yang
ditemukan adalah pruritus, dermatitis kronik, dan riwayat atopi pada penderita dan
keluarganya. Untuk kriteria minor ditemukan infeksi kulit, dermatitis pada tangan
dan kaki, gatal jika berkeringat dan xerosis.
Dari status dermatologinya didapatkan bahwa terdapat lesi di palmar
dekstra-sinistra dan pedis dekstra-sinistra. Hal ini sesuai dengan tempat predileksi
dermatitis atopi.
Untuk lebih memastikan diagnosis maka bisa dilakukan pemeriksaan
penunjang berupa pemeriksaan darah perifer dan peningkatan kadar IgE.

Analisis Kunjungan Rumah


4.1.1 Kondisi Pasien
Keluhan berkurang, dan sudah ada perbaikan dimana bintilbintil dan gatal-gatal sudah berkurang.
4.1.2 Keadaan Rumah
Lokasi
Rumah terletak di daerah pemukiman Jl. Pangeran Ratu, PT
MAT (Musi Atlantik Timber) RT 30 RW 9 kelurahan 15 ulu ,
Palembang. Status Rumah milik sendiri dengan satu lantai.

39

Lantai terbuat dari keramik, sebagian semen. Dinding rumah dari


tembok dan atap seng. Rumah terkesan kurang bersih dan sempit
dengan tata ruang yang tidak rapi.
Luas Rumah
Luas rumah 5 x 8 m2, dihuni oleh 4 orang
Pembagian Ruangan
Rumah terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu yang juga
menjadi ruang keluarga sekaligus ruang makan 1 dapur dan 1

kamar mandi.
Ventilasi
Ada 2 jendela berpintu kaca di ruang tamu. Ventilasi udara
ada 2, perbandingan dengan luas lantai 75% sehingga udara

yang mengalir cukup dan cahaya matahari masuk cukup.


Pencahayaan
Pencahayaan di dalam rumah kurang, Daya listrik sebesar
450 watt.
Kebersihan
Kebersihan di dalam rumah kurang dan tata letak barang di
dalam rumah kurang rapi. Dapur menggunakan kompor gas,
dengan kepemilikan alat-alat cukup lengkap dan milik sendiri.
Sanitasi Dasar
Sumber air untuk masak mencuci dan mandi berasal dari air
PDAM. Sedangkan sumber air minum berasal dari air galon isi
ulang. Terdapat 1 kamar mandi sekaligus WC dengan bentuk
jamban jongkok dengan ukuran standar 2 x 3 m 2. Bak mandi
dari gentong dengan ukuran 1 x 1 x 1 m 3. Seluruh pembuangan
limbah dibuang pada saluran air (parit) yang tepat ada di
belakang rumah tanpa jarak serta tampak genangan limbah di
parit tersebut
Kepemilikan
Rumah

yang

ditempati

merupakan

rumah

pribadi.

Perlengkapan rumah tangga pasien semuanya milik pribadi yang

40

terdiri dari lemari pakaian, lemari/ rak,kulkas, kompor, kipas


angin dan televisi.
4.2 Karakteristik Demografi Keluarga
Nama Kepala Keluarga : Tn. Rojali
Alamat lengkap

: Jl. Pangeran Ratu, PT MAT (Musi Atlantik Timber)


RT 30 RW 9 kelurahan 15 ulu , Palembang

Bentuk Keluarga

: Keluarga inti (Nuclear Family)

Daftar anggota keluarga yang tinggal satu rumah


Nama

Kedudukan

L/

Umur

(tahun)

Pendidikan

Pekerjaa

Ket.

1.

Rojali

Kepala

38 th

SMA

Buruh

2.

Nila sari

keluarga
Istri

34 th

SMA

Ibu rumah

3.

Dhea

Anak

8 th

SD

tangga
-

4.

Salwa

Anak

13 bln

4.3 Identifikasi Fungsi Keluarga


Fungsi Fisiologis (A.P.G.A.R) dalam Keluarga
Tabel 4.2. APGAR Score Tn. Rojali terhadap keluarga
APGAR Score Tn. Rojali terhadap keluarga

Sering/

Kadang-

Jarang/

selalu

kadang

tidak

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke


A

keluarga

menghadapi

masalah.
Saya puas dengan cara keluarga saya

saya

bila

saya

41

membahas dan membagi masalah dengan


saya.
Saya puas dengan cara keluarga saya
G

menerima dan mendukung keinginan saya


untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru.
Saya puas dengan cara keluarga

saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan


merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian, dan lain-lain.
Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama.
Total

10

Tabel 4.3. APGAR Score Ny. Nila sari terhadap keluarga


APGAR Score cik uning terhadap keluarga

Sering/

Kadang-

Jarang/

selalu

kadang

tidak

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke


A

keluarga

saya

bila

saya

menghadapi

masalah.
Saya puas dengan cara keluarga saya
P

membahas dan membagi masalah dengan

saya.
Saya puas dengan cara keluarga saya
G

menerima dan mendukung keinginan saya


untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru.
Saya puas dengan cara keluarga

saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan


merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian, dan lain-lain.

42

Saya puas dengan cara keluarga saya dan


saya membagi waktu bersama-sama.
Total

10

Tabel 4.4. APGAR Score Dhea terhadap keluarga


Serin
APGAR Score terhadap keluarga

g/sela
lu

Kadang-

Jarang/

kadang

tidak

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke


A

keluarga

saya

bila

saya

menghadapi

masalah.
Saya puas dengan cara keluarga saya
P

membahas dan membagi masalah dengan

saya.
Saya puas dengan cara keluarga saya
G

menerima dan mendukung keinginan saya


untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru.
Saya puas dengan cara keluarga

mengekspresikan

kasih

sayangnya

saya
dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,


perhatian, dan lain-lain.
Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama.
Total

10

Tabel 4.5. APGAR Score Alfaro terhadap keluarga


Serin
APGAR Score terhadap keluarga

g/sela
lu

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke


A

keluarga

menghadapi

masalah.
Saya puas dengan cara keluarga saya

saya

bila

saya

43

Kadang-

Jarang/

kadang

tidak

membahas dan membagi masalah dengan


saya.
Saya puas dengan cara keluarga saya
G

menerima dan mendukung keinginan saya


untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru.
Saya puas dengan cara keluarga

mengekspresikan

kasih

sayangnya

saya
dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,


perhatian, dan lain-lain.
Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama.
Total

APGAR score keseluruhan =

10

(10+10+10+10)
=10
4

Kesimpulan : Keluarga dapat dinilai baik. Fungsi fisiologis keluarga


dapat disimpulkan sehat, komunikasi tetap terjaga. Anggota keluarga lain
juga siap untuk membantu apabila salah satu dari anggota keluarga
mengalami masalah. Keluarganya dinilai cukup (Functional Family).
Fungsi Patologis (S.C.R.E.E.M) dalam Keluarga
Tabel 5. S.C.R.E.E.M Keluarga Tn. Rojali
Sumber
Membina hubungan yang baik dengan
Social

Culture

tetangga sekitarnya. Keluarga Tn. Herman


aktif dalam kegiatan kemasyarakatan seperti
kerja bakti, dll.
Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya
baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan
sehari-hari baik dalam keluarga maupun di
lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih
diikuti. Sering mengikuti acara-acara yang
44

Patologis

bersifat kondangan, sunatan, dan lain-lain.


Dalam keluarga ini pemahaman agama baik.
Religious

Keluarga ini melakukan shalat 5 waktu dan

sering mengikuti pengajian.


Status ekonomi keluarga ini tergolong rendah.
Economic

Kebutuhan primer dan sekunder belum dapat

terpenuhi.
Latar belakang pendidikan tergolong rendah.
Educational

Keluarga

tidak

berlangganan

koran,
-

biasanya melihat berita dari acara TV


maupun radio.
Bila ada anggota keluarga yang sakit, segera

Medical

dibawa

ke

puskesmas.

Keluarga

menggunakan Jamkesmas untuk pembiayaan

kesehatan.
Kesimpulan :
Keluarga Tn. Rojali memiliki fungsi patologis dari segi ekonomi
karena Tn. Rojali dan istri tidak memiliki pekerjaan dan uang pemasukan
biasanya diberikan oleh saudaranya.
4.4 Genogram

: laki-laki

: laki-laki meninggal

: laki-laki dermatitis

: perempuan

: perempuan meninggal

: perempuan

: pasien

45

dermatitis

4.5 Denah Rumah

Tempat
menjem
ur dan
cuci
pakaian

3m

kamar

kamar
1m

WC

6m

Ruang
Tamu

Dapur

8m
2m

Denah jalan rumah


Kertapati

plaju

Jl.
G
U
B
E
R
N
U
R
B
A
S
T
A
R
I

KPU
Ps.
Induk

Rumah
Tn. Rojali

Jl. Pangeran Ratu

4.6 Identifikasi Fungsi-Fungsi Keluarga


A Fungsi Biologis
Diketahui riwayat penyakit keturunan (+) yaitu dermatitis atopik
(ibu pasien). kakak pasien pernah menderita dermatitis atopik sejak kecil.
B Fungsi Afektif

46

Hubungan dengan orangtua baik , hubungan dengan keluarga lain


baik. Dalam keluarga ini, hubungan kekeluargaan tetap baik.
C Fungsi Sosial
Lingkungan sekitar mengetahui bahwa Alfaro adalah anak yang
baik dan ramah terhadap tetangga, juga suka bermain dengan teman
sebayanya disekitar rumah, Alfaro tinggal bersama orangtua dan nenek
kakek nya. Secara pergaulan, keluarga ini bergaul pada kalangan
menengah. Namun dalam pandangan terhadap suatu masalah, keluarga ini
menganggap masalah sebagai cobaan dan ujian tetapi harus dihadapi dan
dijalani.
D Fungsi Penguasaan Masalah
Pembuatan keputusan akhir dalam manajemen keluarga saat
menghadapi masalah eksternal dan internal dipegang oleh bapak Rojali
sebagai pemimpin keluarganya. Namun proses pengambilan keputusan
tetap berlangsung secara musyawarah di antara semua anggota keluarga.
E Fungsi Ekonomi Dan Pemenuhan Kebutuhan
Pemenuhan kebutuhan finansial dalam keluarga dipegang oleh
bapak Rojali. Jika diakumulasikan penghasilan rata-rata per bulan dalam
keluarga sekitar Rp. 1.500.000,00. Untuk pembayaran listrik dan belanja
harian.
4.7 Identifikasi Riwayat Penyakit Keluarga
Diketahui riwayat dermatitis atopik juga terjadi pada ibu pasien.

4.8 Identifikasi Pengetahuan, Sikap, Perilaku (PSP)


Psp Keluarga Tentang Kesehatan Dasar
1

Pencegahan Penyakit
Agar tidak terjangkit penyakit, keluarga ini biasanya menggunakan
obat nyamuk bakar pada saat malam hari untuk mengurangi frekuensi
nyamuk, keluraga pasien ini tidak dapat menjaga kebersihan diri,

47

kebersihan rumah dan lingkungan sekitar rumah, hal ini terlihat dari
lingkungan rumah yang agak tidak rapi dan lingkungan sekitar rumah yang
tergolong tidak baik.
2

Gizi Keluarga
Keluarga mengaku makan 2 kali sehari. Jenis makanan yang
biasanya dikosumsi yaitu nasi, ikan, ayam, telur, ikan asin, dll.

Hygiene dan Sanitasi Lingkungan


Hygiene dan sanitasi lingkungan rumah pasien kurang baik, hal ini
terlihat dari lingkungan sekitaran rumah yang terlihat kotor seperti di
halaman belakang rumah dan prilaku hygine keluarga yang kurang baik.
Pasien mengaku membersihkan rumah hampir setiap hari dan jarang
membersihkan lingkungan sekitar rumah.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Tatanan Rumah Tangga.


No

Indikator

Jawaban

.
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Seluruh anggota keluarga tidak merokok


Persalinan tenaga kesehatan
ASI eksklusif
Imunisasi
Balita ditimbang
Sarapan pagi
Makan buah dan sayur
Ada kartu kepesertaan asuransi kesehatan (JPKM)
Keluarga melakukan kebiasaan cuci tangan dengan

Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Kadang
Tidak
Ya
Kadang

air bersih dan sabun, sebelum makan dan sesudah


10

BAB
Keluarga melakukan kebiasaan gosok gigi sebelum Tidak

11
12
13
14
15
16
17
18

tidur
Olah raga min. 3x seminggu
Jamban keluarga
Air bersih dan bebas jentik
Tersedia tempat sampah di dalam/di luar rumah
SPAL
Ventilasi
Kepadatan
Seluruh lantai rumah di semen atau ubin atau kayu

48

Tidak
Ya
Tidak
Ya
Ya
Ya
Tidak
Ya

Klasifikasi:
Sehat I : dari 18 pertanyaan, jawaban Ya antara 1-5 pertanyaan.
Sehat II : dari 18 pertanyaan, jawaban Ya antara 6-10 pertanyaan.
Sehat III : dari 18 pertanyaan, jawaban Ya antara 11-15 pertanyaan.
Sehat IV : dari 18 pertanyaan, jawaban Ya antara 16-18 pertanyaan.
Berdasarkan jumlah nilai identifikasi PHBS pada pasien ini adalah 11 dan
masuk dalam klasifikasi Sehat III. Keluarga masih memiliki perilaku
sehat.
Skor Rumah Sehat
Table 4.7. Indikator Rumah Sehat
Skor
rumah
No
1

Lokasi

Variabel
a. Tidak rawan banjir
b. Rawan banjir
a. Tidak padat

Kepadatan

(>8m2/orang)
b. Padat (<8m2/orang)
a. Semen, ubin, keramik,

3
1

3
1
3

Rumah

Skor
3

pasien

Lantai

Pencahayaan

kayu
b. Tanah
a. Cukup

Ventilasi

b. Tidak cukup
a. Ada

1
3

b. Tidak ada
a. Air dari kemasan
b. Ledeng/PAM
c. Mata air terlindung
d. sumur pompa tangan
e. Sumur terlindung
f. Sumur tidak terlindung
g. Mata air tidak

1
3
3
2
2
2
1

terlindung

Air Bersih

49

1
3
2
2

pembuangan

h. Lain-lain
a. Leher angsa
b. Plengsengan
c. Cemplung/cubluk
d. Kolam

kotoran kakus

ikan/sungai/kebun

e. Tidak ada
a. Jarak > 10 m dr sumber

air mnm
b. jarak < 10 m dr sumber

air mnm
a. Sendiri
b. Bersama

1
3
2

c. Tidak ada
a. Saluran tertutup
b. Saluran terbuka

1
3
2

c. Tanpa saluran
a. Mengalir lancar
b. Mengalir lambat
c. Tergenang

1
3
2
1

d. Tidak ada got

a. Diangkut petugas
b. ditimbun
c. Dibuat kompos
d. Dibakar
e. Dibuang ke kali
f. Dibuang sembarangan
g. Lainnya
a. Tidak ada
b. Ada gangguan

3
2
3
2
1
1
1
3
1

a. Listrik, gas
b. Minyak tanah
c. Kayu bakar
d. Arang/batubara

3
2
1
1

septic tank
Kepemilikan

WC

10

SPAL

11

Saluran got

pengelolaan
12

13.

sampah

polusi udara

bahan bakar
14

masuk

50

Jumlah
Penetapan skor kategori rumah sehat sebagai berikut :
1
2
3

23

Baik : skor 35-45 (>83%)


Sedang : skor 29-34 (69-83%)
Kurang : skor < 29 (<69%)
Dari tabel terlihat bahwa total skor adalah 30 hal ini rumah pasien

termasuk dalam kategori rumah Kurang sehat.


DAFTAR PEMECAHAN MASALAH DAN RENCANA
PEMBINAAN BERDASARKAN TEORI MANDALA
Gaya hidup: Pemenuhan
kebutuhan primer

Family

Perilaku kesehatan: Berobat


jika ada keluhan.

Lingkungan psiko sosio ekonomi:


pendapatan keluarga rendah, tdk
punya tabungan

Pasien :
Gatal-gatal pada
tangan dan kaki
Pelayanan
kesehatan
Tersedia
dan
Faktor biologi
Ada riwayat keluarga DA

Lingkungan fisik
Ventilasi dan penerangan kurang

Komunitas
Pemukiman padat dan sanitasi buruk, sering
banjir dan banyak debu jalan

51

Lingkungn kerja
Tidak ada

Gambar Mandala of Health

Tabel 4.10. Skoring Kemampuan Penyelesaian Masalah Dalam Keluarga


N
o
1

Masalah

Skor

Upaya

Resume

Hasil Skor

awal

Penyelesaian

Akhir Perbaikan

akhir

Fungsi biologis
Kebersihan

tempat

tinggal

anggota keluarga kurang

Edukasi mengenai Terselenggara

penyakit dermatitis penyuluhan


atopik

dan

pencegahannya
melalui penyuluhan

Fungsi

ekonomi

dan

pemenuhan
Kebutuhan
Pendapatan

keluarga

yang

rendah

Motivasi
menambah

untuk Istri

dan anak 3

berniat

meman

penghasilan dengan faatkan

waktu

meman
waktu luang

faatkan luang untuk mem


peroleh
penghasilan
tambahan

Keluarga

tidak memiliki

tabungan

Motivasi mengenai Keluarga

berniat 4

perlu nya memiliki menyisihkan

52

tabungan

pendapatan untuk
tabungan

Faktor perilaku kesehatan


keluarga
Berobat jika ada keluhan

Edukasi

dan Keluarga

motivasi

untuk berkeinginan untuk

memeriksakan
kesehatan

sudah 3

memeriksakan

berkala kesehatan

karena adanya

berkala

risiko untuk terjadi


kekambuhan

Lingkungan rumah
Ventilasi dan penerangan di

dalam rumah kurang

Memperbaiki

Pintu rumah belum 2

ventilasi

dan dibuka dan kipas

penerangan dengan angin


membuka

belum

pintu dibersihkan

rumah pada siang ventilasi

dan

hari dan mengguna penerangan


kan

kipas

yang

angin dalam

di
rumah

selalu masih kurang

dibersihkan
Tata letak perabotan kurang

Merapikan

tata Keluarga

sudah 4

ruang,

dan berkeinginan untuk

memberihkan debu membersihkan


yang menempel
Lingkunagan kotor

Gotong
membersih

53

debu rumah

royong Keluarga

sudah 4

kan berkeinginan untuk

lingkungan sekitar

melakukan gotong
royong

Rumah dipinggir jalan

Menyiram

jalan Keluarga

sudah 5

yang kering agar berkeinginan untuk


debu

tidak menyiram jalan

berterbangan
Total Skor
Rata-rata Skor

21
2.1

Klasifikasi skor kemampuan menyelesaikan masalah:


Skor 1 Tidak dilakukan, keluarga menolak, tidak ada partisipasi.
Skor 2 Keluarga mau melakukan tapi tidak mampu, tidak ada sumber (hanya
keinginan) ; penyelesaian masalah dilakukan sepenuhnya oleh
provider.
Skor 3 Keluarga mau melakukan namun perlu penggalian sumber yang
belum dimanfaatkan, penyelesaian masalah dilakukan sebagian besar
oleh provider
Skor 4 Keluarga mau melakukan namun tak sepenuhnya, masih tergantung
pada upaya provider
Skor 5 Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga
4.10 Diagnosis Kedokteran Keluarga
a Diagnosis Kerja:
Dermatitis atopik + infeksi sekunder
b

Bentuk keluarga :
Nuclear Family (Keluarga Inti)

d. Faktor yang Mempengaruhi


Fungsi Genetik dan lingkungan
e. Diagnosis kedokteran keluarga :

54

29
2.9

dermatitis atopik pada Alfaro dengan riwayat dermatitis atopik dalam


keluarga. Disfungsi keluarga sedang, dan sanitasi serta PHBS yang
kurang.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1

KESIMPULAN
Diagnosis pada pasien Alfaro 13 bulan adalah dermatitis atopik yang di
pengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor keturunan, kebiasaan dan
lingkungan. Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kronis dan residif,
disertai gatal yang umumnya terjadi selama masa bayi atau anak-anak, sering
berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi
pada keluarga atau penderita (rinitis, alergik dan atau asma bronkial). Untuk
penanganan kasus ini bukan hanya dari terapi farmakologis (hidrokortison
krim, CTM), tetapi juga edukasi (tidak menggaruk) pada pasien dengan
metode pendekatan dokter keluarga yang diterapkan pada pasien yakni dengan
menggunakan prinsip pelayanan yang holistik dan kompherensif, kontinu,
mengutamakan pencegahan, koordinatif dan kolaboratif, penanganan personal
bagi setiap pasien sebagai bagian integral keluarga, mempertimbangkan
keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan tempat tinggal, menjunjung tinggi
etika dan hukum, dapat diaudit dan dipertanggungjawabkan, serta sadar biaya
dan sadar mutu.

SARAN
Mahasiswa
Lebih memahami dan aktif dalam menganalisa permasalahan kesehatan baik
pada keluarga maupun lingkungannya, serta lebih sering berhubungan
dengan masyarakat khususnya dalam keluarga untuk menindaklanjuti suatu
penyakit yang dialami oleh keluarga tersebut dengan pendekatan metode
dokter keluarga.

55

Puskesmas
Diharapkan dapat lebih sering melakukan pendekatan kepada masyarakat
melalui edukasi dalam usaha promotif dan preventif kesehatan masyarakat
terutama penyakit penyakit tidak menular.
Penderita dan keluarga
Menerapkan edukasi yang telah diajarkan untuk menuju hidup yang lebih
sehat.
Pasien
a

Jaga kebersihan

Hindari faktor pencetus

Makan makanan bergizi (nasi, sayur, lauk pauk, seperti tempe, tahu).

Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai penyakit yang


dideritanya merupakan

penyakit yang dapat berulang serta faktor

keturunan merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya


penyakit ini
e

Memberikan penjelasan bahwa penyakit yang diderita harus terus


dikontrol

Keluarga
a

Menyarankan pada keluarga untuk ikut mendukung dan mengontrol

faktor pencetus terjadinya kekambuhan dermatitis atopik.


Menjelaskan pada keluarga agar memastikan bahwa pasien kontrol
teratur serta segera membawa ke puskesmas apabila terdapat tandatanda paisen mengalami kekambuhaan.

56

Daftar Pustaka
1. Sularsito dan Djuanda. 2010. Dermatitis dalam : Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Ed. 6. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
2. Kartowigno, Soenarto. 2011. 10 Besar Kelompok Penyakit Kulit. Ed. 1.
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Palembang
3. Safarina, D.2014. Karakteristik Penderita Dermatitis Atopik Di Poliklinik
RSUP dr. Kariadi Semarang. Skripsi : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
4. Hidayah, Nurul. 2014. Penatalaksanaan Dermatitis Atopik pada Balita dengan
Riwayat Atopi dalam keluarga. Jurnal Kedokteran : Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung.
5. Notoatmojo, suekijo. 2012. Promosi kesehatan dan prilaku kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.

57

Anda mungkin juga menyukai