PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dermatitis atopik (DA) pertama kali dilaporkan oleh Besnier tahun 1892
sebagai prurigo diasthetique, sehingga di Eropa penyakit ini dikenal sebagai
prurigo Besnier. Pada tahun 1923, Coca dan Cook memperkenalkan istilah atopy
untuk menjelaskan keadaan hypersensitive pada manusia yang ditandai
meningkatnya kemampuan membentuk reagins (sekarang dikenal sebagai IgE)
untuk merespon terhadap berbagai antigen. Pada tahun 1933, Wise dan Sulzberger
yang memberi nama dermatitis atopik, dan sampai sekarang nama tersebut yang
dipakai secara universal.2
Dermatitis atopik adalah penyakit kulit peradangan kronik, bersifat sering
kambuh, diwariskan, berasosiasi dengan eritem, bersisik, kulit kering (xerosis),
likenifikasi dan gatal sekali. Lokasi dermatitis atopik bervariasi sesuai dengan usia
pasien.2
Dermatitis atopik merupakan manifestasi pertama dari trias atopik yaitu
dermatitis atopik, asma bronkiale dan hay fever, ini terjadi 60-88% pada tahun
pertama kehidupan, sering dimulai pada minggu-minggu pertama kehidupan.
Selanjutnya sebanyak 70-95% terjadi pada usia 5 tahun dan sisanya timbul pada
saat dewasa.2
Hill dan Sulzberger membagi dermatitis atopik dalam 3 fase (fase infantil
sampai usia 2 tahun, fase anak usia 2 tahun sampai pubertas dan fase dewasa usia
pubertas keatas) dimana lokasi dan morfologi lesi berbeda dengan adanya
perubahan usia.2
Tujuan Khusus
a Untuk memahami prilaku hidup bersih dan sehat dalam pencegahan
b
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Dermatitis Atopik
2.1 Definisi
Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kronis dan residif,
disertai gatal yang umumnya terjadi selama masa bayi atau anak-anak,
sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan
riwayat atopi pada keluarga atau penderita (rinitis, alergik dan atau asma
bronkial). Kelainan kulit berupa papul gatal yang kemudian mengalami
ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya dilipatan (fleksural).1
Kata atopi pertama kali diperkenalkan oleh coca (1923), yaitu
istilah yang dipakai untuk sekelompok penyakit pada individu yang
mempunyai riwayat kepekaan dalam keluarganya. Misalnya : asma
bronkial, rinitis alergik, dermatitis atopik dan konjungtivitis alergik.1
2.2
Epidemiologi
Di Amerika Serikat, eropa, jepang, australia, dan negara industri
lain, prevalensi dermatitis atopik pada anak mencapai 10-20%, sedangkan
pada dewasa kira-kira 1-3%. Wanita pria dengan rasio 1,3:1. Berbagai
faktor lingkungan berpengaruh terhadap prevalensi dermatitis atopik
misalnya jumlah keluarga kecil, pendidikan ibu makin tinggi, penghasilan
meningkat, migrasi dari desa kekota, dan meningkatkan penggunaan
antibiotik,
Genetik
Ada hubungan yang erat antara polimorfisme spesifik gen kimase
sel mas dan dermatitis atopik, tetapi tidak dengan asma bronkial atau
rhinitis alergik. Varian genetik kimase sel mas, yaitu serine protease yang
disekresikan oleh sel mast di kulit, mempunyai efek spesifik pada organ,
dan berperan dalam timbulnya dermatitis atopik.1
Dermatitis atopik lebih banyak ditemukan pada penderita yang
mempunyai riwayat atopi dalam keluarganya. Kromosom 5q31-33
mengandung kumpulan familygen sitokin IL-3, IL-4, IL-13, dan GM-CSF,
yang diekspresikan oleh sel TH2.3
Ekspresi gen IL-4 memainkan peranan penting dalam ekspresi
dermatitis atopik. Perbedaan genetik aktivitas transkripsi gen IL-4
mempengaruhi presdiposisi dermatitis atopik. Ada hubungan yang erat
antara polimorfisme spesifik gen kimase sel mas dengan dermatitis atopik,
tetapi tidak dengan asma bronkial atau rhinitis alergik. Sejumlah bukti
menunjukkan bahwa kelainan atopik lebih banyak diturunkan dari garis
keturunan ibu daripada garis keturunan ayah. Sejumlah survei berbasis
Patogenesis
a. Predisposisi genetik
Pewarisan atopi sudah dikenal lama, namun cara pewarisan
dermatitis atopik belum jelas banyak penelitian mengkorfirmasi
adanya hubungan yang kuat antara orang tua dengan anak pada
penyakit ini. Sepertiga sampai dua pertiga pasien dermatitis atopik
mempunyai riwayat orang tua yang memiliki atopi dan lebih besar lagi
jika saudara kandung juga menderita dermatitis atopik. Insidens
dermatitis atopik pada kembar monozigot adalah 82%, sedang kembar
dizigot hanya 18%.2
Pada suatu penelitian kohort, ditemukan frekuensi asma dan
rinitis alergika pada keluarga pasien dermatitis atopik berturut-turut
adalah 73% dan 32%. Menariknya, frekuensi dermatitis atopik pada
keluarga pasien dengan pasien dengan atau tanpa alergi saluran napas
personal berturut-turut sebanyak 34% dan 27%, menunjukan bahwa
pewarisan dermatitis atopik tidak berhubungan dengan dematitis
atopik itu sendiri namun berasosiasi kuat dengan atopic state terutama
alergi saluran napas.2
Mutasi pada gen yang mengkode fillagrin yang mendasari
ikiosis vulgaris, suatu kelainan keratinisasi, menyertai dermatitis
atopik sampai 50%. Defek fillagrin juga merupakan faktor predisposisi
asma, tetapi hanya terjadi pada individu dengan pre-existing atopic
dermatitis. Pada individu yang mengalami kekurangan fillagrin,
epidermal
barrier
yang
abnormal
menyebabkan
sensitisasi
epikutankus.2
b. Imunologi
Alergi saluran nafas sering berasosiasi dengan dermatitis atopik
anak dan dewasa (70%). Alergen paling sering adalah tungau debu
rumah (hause dust mine), serbuk/tepung sari. Alergi makanan terutama
terjadi pada dermatitis atopik tipe bayi dan anak sampai 40%, terutama
pada
stratum
korneum
terganggu.
Ini
menyebabkan
10
Pruritus
Kriteria minor
-
Xerosis
Pitiriasis alba
Kelitis
Konjungtivitis berulang
Keratokonus
Aksentuasi perifolikular
11
Pruritus
Xerosis/iktiosis/hiperliniaris palmaris
Aksentuasi perifolikular
Pruritus
Keluhan gatal pada dermatitis atopik sangat berat, dan merupakan
tanda penting (hallmark). Gatal bertambah saaat malam hari, berkeringat
dan jika memakai baju wol. Gosokan, garukan dan cubitan menyebabkan
terjadinya likenifikasi.2
Xerosis
Tanda kardinal lain adalah xerosis (kulit kering), bersisik dengan
distribusi generalisata (sampai di luar arena dermatitis). Xerosis dapat
ditemui pada 80-89% pasien dermatitis atopik. Ganguan fungsi barrier
kulit akibat menurunnya air dalam stratum korneum mempermudah
masuknya iritan, yang kemudian memicu timbulnya priritus dan dapat
memulai terjadinya peradangan.2
Keratosis pilaris
Keratinisasi yang berlebihan menimbulkan terjadinya horny plaque
dalam orifisium folikel rambut, mula-mula terlihat di bagian lateral lengan
atas dan paha dan pipi pada anak. Tampak eritem sekeliling folikel rambut
yang terlibat, dan eritem di pipi dapat bergabung.2
12
Dennie-morgan lines
Pada
banyak
pasien
dermatitis
atopi
terdapat
lipataan
13
Staphylococcus
aureus
dapat
melepaskan
14
mempunyai PH netral,
Pakaian baru sebaiknya dicuci dulu sebelum dipakai
Mencuci pakaian dengan detergen harus dibilas dengan baik.
Mandi dengan pembersih yang mengandung pelembab
Hindari pembersih antibakterial karena berisiko menginduksi
resistensi.
Menerangkan pentingnya menjaga kebersihan perseorangan dan
lingkungan setempat.
16
atopik akut dapat terjadi dermatitis kontak. Gunakan baju terbuat dari
katun dan hindari pakaian dari wool.2
Penggunaan emolien yang sering merupakan terapi utama
dermatitis atopik sehingga kulit tetap lembab, karena kalau kulit
kering/xerosis akan memicu terjadinya dermatitis atopik. Pengunaan losio
atau krim mengandung air konsentrasi tinggi biasanya biasanya
menyebabkan rasa terbakar dan menyengat. Produk yang mengandung
/-asam hydroxy atau urea dapat memperbaiki kekeringan kulit dan
skuamasi, sehingga dapat mengobati xerosis yang berhubungan dengan
dermatitis atopik, namun obat tersebut dapat menyebabkan peradangan
kulit akut, sehingga penggunaannya perlu dilakukan tes terlebih dahulu.
Obat farmakologik topikal sering merupakan terapi lini pertama.
Penggunaan setelah mandi meningkatkan penetrasi ke kulit, juga memberi
efek emolien dari vehikulumnya. Penggunaaan kortikosteroid poten
topikal jangka panjang dapat memberi efek samping maka sebaiknya
segera dilakukan terapi maintenance pemeliharaan dengan bland emolien
(tidak mengandung bahan aktif). Daerah kulit yang mudah mengalami
efek samping antara lain wajah daearah intertriginosa (seperti di ketiak,
lipatan infra mama), sehingga penggunaan kortikosteroid untuk daerah
tersebut perlu hati-hati dan gunakan kortikosteroid potensi ringan
(hidrokortison). Pada dermatitis atopik sedang sampai berat, untuk
menghindari relaps, dapat digunakan kotikosteroid potensi sedang 2x
seminggu misalnya dengan triamsinolon asetonid, bersama dengan
emolien.
Dua calcineurin inhibitor dapat juga digunakan: tacrolimus untuk
dermatitis atopik sedang-berat dan pimecrolimus untuk dermatitis atopik
ringan-sedang. Efek samping keduanya adalah rasa seperti terbakar pada
tempat yang diobati. Obat ini tidak menyebabkan atrofi kulit seperti
kortikosteroid, karena ia tidak mempengaruhi sintesis kolagen, maka baik
untuk dermatitis atopik di wajah dan intertriginosa.
Agen farmakologik tambahan
18
sosial.
menyediakan
Secara
pelayanan
klinis,
dokter
ini
berkompeten
dengan
sangat
mempertimbangkan
untuk
dan
sekitarnya.
Yang memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
memberikan perhatian kepada penderita secara lengkap dan sempurna,
20
keluarganya.
Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan
g
h
i
4. Pola Pikir dan Pola Tindak Dokter Keluarga / Dokter Layanan Primer
Dokter keluarga bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan
mitranya, dan ia berhubungan dengan mitranya di kala sehat maupun di kala
sakit. Tanggung jawab ini mengharuskan dokter keluarga menyediakan
program pemeliharaan kesehatan bagi mitranya yang sehat, dan program
pengobatan atau pemulihan bagi mitranya yang sedang jatuh sakit. Program
ini harus spesifik dan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan setiap mitranya.
Hal ini dapat dipenuhi bila pola pikir dan pola tindaknya mengacu pada
pendekatan Medifa yang menata alur pelayanan dokter keluarga dalam 4
kegiatan (assessment targeting intervention monitoring) yang
membentuk satu siklus pelayanan terpadu10.
A Penilaian profil kesehatan pribadi (Assessment)
Dokter keluarga mengawali upaya pemeliharaan mitranya
dengan melakukan penilaian komprehensif terhadap faktor risiko
dan kodisi kesehatan dengan tujuan memperoleh profil kesehatan
pribadi dari mitranya.
B Penyusunan program kesehatan spesifik (Targeting)
21
22
23
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang tidak terikat dalam
perkawinan sah serta anak-anak mereka yang tinggal bersama.
E Keluarga orang tua tunggal (single parent family)
Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena telah
bercerai, berpisah, ditinggal mati atau mungkin tidak pernah
menikah, serta anak-anak mereka tinggal bersama.
F Keluarga hidup bersama (commune family)
Keluarga yang terdiri dari pria, wanita, dan anak-anak yang tinggal
bersama, berbagi hal dan tanggung jawab serta memiliki kekayaan
bersama.
G Keluarga serial (serial family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan
mungkin telah mempunyai anak, tetapi kemudian bercerai dan
masing-masing menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan
pasangan masing-masing, semuanya mengganggap sebagai satu
keluarga.
H Keluarga gabungan (composite family)
Keluarga yang terdiri dari suami dengan beberapa istri dan anakanaknya atau istri dengan beberapa suami dan anak-anaknya yang
I
hidup bersama.
Keluarga tinggal bersama (whabilation family)
Pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan.
6. Klasifikasi Tingkat Kesejahteraan Keluarga
Tahapan keluarga sejahtera dibedakan atas 5 tingkatan menurut
sosial
psikologisnya,
24
seperti
kebutuhan
akan
C Pertumbuhan (Growth)
25
yang
diberikan
keluarga
dalam
mematangkan
berikut:
Kepribadian
Gaya hidup
Lingkungan fisik
Hubungan antar manusia
Dalam hal ini, keluarga adalah tempat pembentukan individu,
sehingga keempat hal tersebut dimulai dalam keluarga. Menurut Freeman
(1970), arti dan kedudukan keluarga sebagai berikut
kesehatan.
Masalah kesehatan keluarga paling terkait dengan berbagai masalah
d
e
keluarga lainnya.
Sebagai pusat pengambilan keputusan kesehatan yang terpenting.
Sebagai wadah paling efektif untuk berbagai upaya atau penyampaian
pesan-pesan kesehatan.
Arti dan kedudukan keluarga adalah sebagai tempat bertanya
pertama (reference group) dan mempunyai pengaruh yang amat besar dalam
berbagai tindakan kedokteran seperti diagnosis, pencegahan, pengobatan,
dan perawatan.
8.1 Pengaruh Keluarga Terhadap Kesehatan
A Penyakit keturunan
26
keluarga).
3 Perlu marriage counseling dan screening
B Perkembangan bayi dan anak
Jika dibesarkan dalam lingkungan keluarga dengan fungsifungsi yang sakit akan mengganggu perkembangan fisik dan
perilaku.
C Penyebaran penyakit
1 Penyakit infeksi
2 Penyakit neurosis
D Pola penyakit dan kematian
Hidup membujang atau bercerai mempengaruhi angka
kesakitan dan kematian.
E Proses penyembuhan penyakit
Penyembuhan penyakit kronis pada anak-anak pada
keluarga
dengan
fungsi
keluarga
yang
sehat
lebih
baik
8.2
Pengaruh Kesehatan Terhadap Keluarga10
A Bentuk keluarga
1 Infertilitas membentuk keluarga inti tanpa anak
2 Penyakit jiwa (kelainan seksual seperti homoseksual), jika
membentuk keluarga akan terbentuk keluarga non-tradisional
B Fungsi keluarga
1 Jika kesehatan kepala keluarga (pencari nafkah) terganggu, akan
mengganggu fungsi ekonomi dan atau fungsi pemenuhan
2
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1
Identitas Pasien
Nama
: Alfaro
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 13 bulan
Nama KK
: Rojali
Agama
: Islam
Alamat
3.2
Pekerjaan
:-
Suku Bangsa
: Palembang
Tanggal Berobat
Anamnesis
28
3.2.5
Riwayat Alergi
29
3.2.7
Riwayat Imunisasi
Ibu os mengaku os sudah diberikan imunisasi dasar yang
lengkap.
.
3.2.8
Riwayat Kecelakaan/Trauma
Ibu os menyangkal adanya riwayat kecelakaan atau trauma
pada os.
3.2.9
Riwayat Opname/Rawat
Ibu os menyangkal adanya riwayat opname/rawat.
30
Pola makan
Os makan 2 kali sehari. Jenis makanan yang biasanya
dikosumsi yaitu nasi, ikan, ayam, telur, ikan asin, dll. Menurut
ibu os, os tidak mau makan sayur. Jenis minuman yang sering
dikonsumsi yaitu air putih.
Aktivitas fisik/Olahraga
Os tergolong anak yang aktif.
31
3.3
Pemeriksaan Fisik
3.3.1 Status Generalis
Keadaan Umum
Kesadaran
: kompos mentis
Tanda vital
Tekanan darah
:-
Nadi
: 102 x/menit
RR
: 24 x/ menit
Temp
:-
BB
: 10 kg
Keadaan Spesifik
Kepala
: Normocephali
Wajah
Mata
: CA (-/-), SI (-/-)
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Thoraks
Abdomen
Ekstremitas
: status dermatologikus
Genital
3.3.2
Status Dermatologis
Regio plantar manus dekstra- sinistra, regio dorsum pedis
dekstra-sinistra tampak :
32
Keterangan :
Pustul
Ekskoriasi
Vesikel
Erosi
Tampak, pustul, vesikel, multiple, milier, sirkumskrip,
disertai erosi dan ekskoriasi.
Keterangan :
Vesikel
33
Papul
Ekskoriasi
Tampak, vesikel, papul, multiple, milier, sirkumskrip,
diskret disertai ekskoriasi.
keterangan
Pustul
Ekskoriasi
Erosi
Tampak, pustul, multiple, milier, sirkumskrip, diskret disertai
ekskoriasi dan eritema.
Pada digiti II dan III tampak, erosi, multiple, lentikular,
irreguler, diskret.
34
Keterangan :
Papul
Ekskoriasi
Likenifikasi
Pada dorsum pedis sinitra digiti II dan IV tampak papul,
multiple, milier, sirkumskrip, diskret.
Pada digiti I dan III tampak, ekskoriasi, multiple, milier,
sirkumskrip, diskret dan eritema
Pada digiti I, II dan dorsum pedis, tampak likenifikasi,
multiple, milier- lentikuler, konfluen, diskret.
35
Keterangan :
Krusta
Papul
Pada regio plantar pedis sinistra tampak :
o Papul, multiple, milier, sirkumskrip, diskret disertai
ekskoriasi dan eritema.
o Krusta berwarna kuning multiple, milier, sirkumskrip,
diskret dengan skuama halus, tipis, selapis.
3.4 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan imunologi
3.5 Diagnosis Banding
Dermatitis atopik
Skabies
Prurigo Hebra
3.6 Diagnosis Kerja
Dermatitis atopik + infeksi sekunder
3.7 Tatalaksana
36
a) Medikamentosa
kompres terbuka dengan NaCl 0,9%. kortikosteroid : hidrokortison 1%
Emolien : krim hidrofilik urea 10 %
Antibiotik : mupirosin 2%
Sistemik : CTM 3 x 1/4 tablet perhari, sebagai obat antihistamin yang
dapat mengurangi rasa gatal secara sistemik.
b) Non-Medikamentosa (Tindakan)
Pengobatan non-medikamentosa pada kasus ini yaitu memberikan
edukasi kepada pasien dan keluarganya.
Memberi penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya
(jenis penyakit, penyebab, gejala, cara penularan, terapi) dan mengenai
mempunyai PH netral,
Pakaian baru sebaiknya dicuci dulu sebelum dipakai
Mencuci pakaian dengan detergen harus dibilas dengan baik.
Mandi dengan pembersih yang mengandung pelembab
Hindari pembersih antibakterial karena berisiko menginduksi
resistensi.
Menerangkan pentingnya menjaga kebersihan perseorangan dan
lingkungan setempat.
3.8 Prognosis
Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad sanationam
: bonam
: bonam
: dubia ad bonam
3.9 FOLLOW UP
Jumat, 3 Juni 2016
S : bintil-bintil di tangan dan kaki, gatal-gatal(+), nyeri terkena air
O : Keadaan umum/kesadaran: tampak membaik/compos mentis
Tanda vital :RR : 24 x/menit
N : 102 x/menit
A : Dermatitis akut dengan infeksi sekunder
37
BAB IV
ANALISA KASUS
Diagnosa pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinik
dan pemeriksaan fisik yang dilakukan.
Dari anamnesis didapatkan keluhan bintil berisi air di tangan kanan dan kiri
serat kaki kanan dan kiri. Keluhan dirasakan sejak 3 bulan yang lalu, keluhan awal
dirasakan pada tangan kanan dan kiri secara bersamaan kemudian baru ke kaki
38
kanan dan kiri. Bintil berisi air tersebut akan berubah menjadi nanah kisaran 3
hari kemudian, karena gatal os selalu menggaruknya menyebabkan terjadinya
koreng. Keluhan gatal dirasakan semakin hebat terutama pada malam hari dan
saat berkeringat. Sehingga pasien menjadi lebih sering menggaruknya untuk
mengurangi keluhan sampai menimbulkan luka.
Pasien tinggal bersama orang tuanya di rumah dan riwayat orang sekitar
yang mengalami keluhan yang sama ada yaitu ibu dan kakak sejak kecil mengeluh
keluhan yang sama. Riwayat di gigit serangga sebelumnya tidak ada. Pasien dapat
didiagnosis menderita penyakit dermatitis atopi, dimana hal ini sesuai dengan
teori yang ada bahwa dengan ditemukannya 3 dari tanda 5 kriteria mayor dan 3
kriteria minor. Maka diagnosis klinis dapat ditegakkan. Dimana tanda yang
ditemukan adalah pruritus, dermatitis kronik, dan riwayat atopi pada penderita dan
keluarganya. Untuk kriteria minor ditemukan infeksi kulit, dermatitis pada tangan
dan kaki, gatal jika berkeringat dan xerosis.
Dari status dermatologinya didapatkan bahwa terdapat lesi di palmar
dekstra-sinistra dan pedis dekstra-sinistra. Hal ini sesuai dengan tempat predileksi
dermatitis atopi.
Untuk lebih memastikan diagnosis maka bisa dilakukan pemeriksaan
penunjang berupa pemeriksaan darah perifer dan peningkatan kadar IgE.
39
kamar mandi.
Ventilasi
Ada 2 jendela berpintu kaca di ruang tamu. Ventilasi udara
ada 2, perbandingan dengan luas lantai 75% sehingga udara
yang
ditempati
merupakan
rumah
pribadi.
40
Bentuk Keluarga
Kedudukan
L/
Umur
(tahun)
Pendidikan
Pekerjaa
Ket.
1.
Rojali
Kepala
38 th
SMA
Buruh
2.
Nila sari
keluarga
Istri
34 th
SMA
Ibu rumah
3.
Dhea
Anak
8 th
SD
tangga
-
4.
Salwa
Anak
13 bln
Sering/
Kadang-
Jarang/
selalu
kadang
tidak
keluarga
menghadapi
masalah.
Saya puas dengan cara keluarga saya
saya
bila
saya
41
saya
10
Sering/
Kadang-
Jarang/
selalu
kadang
tidak
keluarga
saya
bila
saya
menghadapi
masalah.
Saya puas dengan cara keluarga saya
P
saya.
Saya puas dengan cara keluarga saya
G
saya
42
10
g/sela
lu
Kadang-
Jarang/
kadang
tidak
keluarga
saya
bila
saya
menghadapi
masalah.
Saya puas dengan cara keluarga saya
P
saya.
Saya puas dengan cara keluarga saya
G
mengekspresikan
kasih
sayangnya
saya
dan
10
g/sela
lu
keluarga
menghadapi
masalah.
Saya puas dengan cara keluarga saya
saya
bila
saya
43
Kadang-
Jarang/
kadang
tidak
mengekspresikan
kasih
sayangnya
saya
dan
10
(10+10+10+10)
=10
4
Culture
Patologis
terpenuhi.
Latar belakang pendidikan tergolong rendah.
Educational
Keluarga
tidak
berlangganan
koran,
-
Medical
dibawa
ke
puskesmas.
Keluarga
kesehatan.
Kesimpulan :
Keluarga Tn. Rojali memiliki fungsi patologis dari segi ekonomi
karena Tn. Rojali dan istri tidak memiliki pekerjaan dan uang pemasukan
biasanya diberikan oleh saudaranya.
4.4 Genogram
: laki-laki
: laki-laki meninggal
: laki-laki dermatitis
: perempuan
: perempuan meninggal
: perempuan
: pasien
45
dermatitis
Tempat
menjem
ur dan
cuci
pakaian
3m
kamar
kamar
1m
WC
6m
Ruang
Tamu
Dapur
8m
2m
plaju
Jl.
G
U
B
E
R
N
U
R
B
A
S
T
A
R
I
KPU
Ps.
Induk
Rumah
Tn. Rojali
46
Pencegahan Penyakit
Agar tidak terjangkit penyakit, keluarga ini biasanya menggunakan
obat nyamuk bakar pada saat malam hari untuk mengurangi frekuensi
nyamuk, keluraga pasien ini tidak dapat menjaga kebersihan diri,
47
kebersihan rumah dan lingkungan sekitar rumah, hal ini terlihat dari
lingkungan rumah yang agak tidak rapi dan lingkungan sekitar rumah yang
tergolong tidak baik.
2
Gizi Keluarga
Keluarga mengaku makan 2 kali sehari. Jenis makanan yang
biasanya dikosumsi yaitu nasi, ikan, ayam, telur, ikan asin, dll.
Indikator
Jawaban
.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Kadang
Tidak
Ya
Kadang
BAB
Keluarga melakukan kebiasaan gosok gigi sebelum Tidak
11
12
13
14
15
16
17
18
tidur
Olah raga min. 3x seminggu
Jamban keluarga
Air bersih dan bebas jentik
Tersedia tempat sampah di dalam/di luar rumah
SPAL
Ventilasi
Kepadatan
Seluruh lantai rumah di semen atau ubin atau kayu
48
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Ya
Ya
Tidak
Ya
Klasifikasi:
Sehat I : dari 18 pertanyaan, jawaban Ya antara 1-5 pertanyaan.
Sehat II : dari 18 pertanyaan, jawaban Ya antara 6-10 pertanyaan.
Sehat III : dari 18 pertanyaan, jawaban Ya antara 11-15 pertanyaan.
Sehat IV : dari 18 pertanyaan, jawaban Ya antara 16-18 pertanyaan.
Berdasarkan jumlah nilai identifikasi PHBS pada pasien ini adalah 11 dan
masuk dalam klasifikasi Sehat III. Keluarga masih memiliki perilaku
sehat.
Skor Rumah Sehat
Table 4.7. Indikator Rumah Sehat
Skor
rumah
No
1
Lokasi
Variabel
a. Tidak rawan banjir
b. Rawan banjir
a. Tidak padat
Kepadatan
(>8m2/orang)
b. Padat (<8m2/orang)
a. Semen, ubin, keramik,
3
1
3
1
3
Rumah
Skor
3
pasien
Lantai
Pencahayaan
kayu
b. Tanah
a. Cukup
Ventilasi
b. Tidak cukup
a. Ada
1
3
b. Tidak ada
a. Air dari kemasan
b. Ledeng/PAM
c. Mata air terlindung
d. sumur pompa tangan
e. Sumur terlindung
f. Sumur tidak terlindung
g. Mata air tidak
1
3
3
2
2
2
1
terlindung
Air Bersih
49
1
3
2
2
pembuangan
h. Lain-lain
a. Leher angsa
b. Plengsengan
c. Cemplung/cubluk
d. Kolam
kotoran kakus
ikan/sungai/kebun
e. Tidak ada
a. Jarak > 10 m dr sumber
air mnm
b. jarak < 10 m dr sumber
air mnm
a. Sendiri
b. Bersama
1
3
2
c. Tidak ada
a. Saluran tertutup
b. Saluran terbuka
1
3
2
c. Tanpa saluran
a. Mengalir lancar
b. Mengalir lambat
c. Tergenang
1
3
2
1
a. Diangkut petugas
b. ditimbun
c. Dibuat kompos
d. Dibakar
e. Dibuang ke kali
f. Dibuang sembarangan
g. Lainnya
a. Tidak ada
b. Ada gangguan
3
2
3
2
1
1
1
3
1
a. Listrik, gas
b. Minyak tanah
c. Kayu bakar
d. Arang/batubara
3
2
1
1
septic tank
Kepemilikan
WC
10
SPAL
11
Saluran got
pengelolaan
12
13.
sampah
polusi udara
bahan bakar
14
masuk
50
Jumlah
Penetapan skor kategori rumah sehat sebagai berikut :
1
2
3
23
Family
Pasien :
Gatal-gatal pada
tangan dan kaki
Pelayanan
kesehatan
Tersedia
dan
Faktor biologi
Ada riwayat keluarga DA
Lingkungan fisik
Ventilasi dan penerangan kurang
Komunitas
Pemukiman padat dan sanitasi buruk, sering
banjir dan banyak debu jalan
51
Lingkungn kerja
Tidak ada
Masalah
Skor
Upaya
Resume
Hasil Skor
awal
Penyelesaian
Akhir Perbaikan
akhir
Fungsi biologis
Kebersihan
tempat
tinggal
dan
pencegahannya
melalui penyuluhan
Fungsi
ekonomi
dan
pemenuhan
Kebutuhan
Pendapatan
keluarga
yang
rendah
Motivasi
menambah
untuk Istri
dan anak 3
berniat
meman
waktu
meman
waktu luang
Keluarga
tidak memiliki
tabungan
berniat 4
52
tabungan
pendapatan untuk
tabungan
Edukasi
dan Keluarga
motivasi
memeriksakan
kesehatan
sudah 3
memeriksakan
berkala kesehatan
karena adanya
berkala
Lingkungan rumah
Ventilasi dan penerangan di
Memperbaiki
ventilasi
belum
pintu dibersihkan
dan
kipas
yang
angin dalam
di
rumah
dibersihkan
Tata letak perabotan kurang
Merapikan
tata Keluarga
sudah 4
ruang,
Gotong
membersih
53
debu rumah
royong Keluarga
sudah 4
lingkungan sekitar
melakukan gotong
royong
Menyiram
jalan Keluarga
sudah 5
berterbangan
Total Skor
Rata-rata Skor
21
2.1
Bentuk keluarga :
Nuclear Family (Keluarga Inti)
54
29
2.9
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1
KESIMPULAN
Diagnosis pada pasien Alfaro 13 bulan adalah dermatitis atopik yang di
pengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor keturunan, kebiasaan dan
lingkungan. Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kronis dan residif,
disertai gatal yang umumnya terjadi selama masa bayi atau anak-anak, sering
berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi
pada keluarga atau penderita (rinitis, alergik dan atau asma bronkial). Untuk
penanganan kasus ini bukan hanya dari terapi farmakologis (hidrokortison
krim, CTM), tetapi juga edukasi (tidak menggaruk) pada pasien dengan
metode pendekatan dokter keluarga yang diterapkan pada pasien yakni dengan
menggunakan prinsip pelayanan yang holistik dan kompherensif, kontinu,
mengutamakan pencegahan, koordinatif dan kolaboratif, penanganan personal
bagi setiap pasien sebagai bagian integral keluarga, mempertimbangkan
keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan tempat tinggal, menjunjung tinggi
etika dan hukum, dapat diaudit dan dipertanggungjawabkan, serta sadar biaya
dan sadar mutu.
SARAN
Mahasiswa
Lebih memahami dan aktif dalam menganalisa permasalahan kesehatan baik
pada keluarga maupun lingkungannya, serta lebih sering berhubungan
dengan masyarakat khususnya dalam keluarga untuk menindaklanjuti suatu
penyakit yang dialami oleh keluarga tersebut dengan pendekatan metode
dokter keluarga.
55
Puskesmas
Diharapkan dapat lebih sering melakukan pendekatan kepada masyarakat
melalui edukasi dalam usaha promotif dan preventif kesehatan masyarakat
terutama penyakit penyakit tidak menular.
Penderita dan keluarga
Menerapkan edukasi yang telah diajarkan untuk menuju hidup yang lebih
sehat.
Pasien
a
Jaga kebersihan
Makan makanan bergizi (nasi, sayur, lauk pauk, seperti tempe, tahu).
Keluarga
a
56
Daftar Pustaka
1. Sularsito dan Djuanda. 2010. Dermatitis dalam : Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Ed. 6. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
2. Kartowigno, Soenarto. 2011. 10 Besar Kelompok Penyakit Kulit. Ed. 1.
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Palembang
3. Safarina, D.2014. Karakteristik Penderita Dermatitis Atopik Di Poliklinik
RSUP dr. Kariadi Semarang. Skripsi : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
4. Hidayah, Nurul. 2014. Penatalaksanaan Dermatitis Atopik pada Balita dengan
Riwayat Atopi dalam keluarga. Jurnal Kedokteran : Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung.
5. Notoatmojo, suekijo. 2012. Promosi kesehatan dan prilaku kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
57