Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Riwayat atopi pada keluarga merupakan salah satu faktor risiko dermatitis
atopik dan juga mempengaruhi beratnya penyakit. Studi genetik telah
mengidentifikasi lebih dari 40 gen yang berhubungan positif dengan dermatitis
atopik. Selain itu, faktor risiko lain yang berkontribusi adalah faktor lingkungan.
Aeroallergen, seperti serbuk sari, tungau, dan bulu binatang, alergen makanan,
detergen, dan sabun diketahui berhubungan dengan dermatitis atopik. Pada satu
penelitian, anak dengan dermatitis atopik memperlihatkan tingkat sensitisasi
terhadap alergen yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak tanpa penyakit kulit.
Tingkat sensitisasi berhubungan langsung dengan tingkat keparahan dermatitis
atopik (Correa dan Nebus,2018).
Dermatitis atopik biasanya dimulai pada masa bayi, dan nantinya terjadi
kekambuhan yang bersifat kronik dengan karakteristik kulit kering, inflamasi,
likenifikasi, dan pruritus (Kim, Julian-Gonzales et al,). Tipe dan lokasi lesi kulit
berbeda-beda sesuai dengan usia, durasi, dan perjalanan penyakit. Dermatitis
atopik tipe infantil banyak ditemukan lesi pada wajah, sedangkan tipe anak terjadi
di daerah lipatan siku dan lutut (Julian-Gonzales et al,). Selain gangguan fisik
seperti rasa gatal dan gangguan tidur pada anak, dermatitis atopik juga dapat
menyebabkan masalah emosional dan disfungsi sosial (Brenninkmeijer et al,).
Dermatitis atopik dilaporkan menyebabkan efek negatif terhadap kualitas hidup
anak dan orang tuanya..
Berdasarkan uraian diatas terlihat bahwa angka kejadian dermatitis atopik
mengalami peningkatan dan merupakan salah satu penyakit kulit terbanyak pada
anak yang menurunkan kualitas hidup anak. Berdasarkan latar belakang diatas,
peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian tentang gambaran profil pasien
dermatitis atopik.

1
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pada gangguan system dermatitis atopik?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan penulis secara umum yaitu untuk mengetahui asuhan


keperawatan dermatitis atopik
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengkajian asuhan keperawatan pada gangguan system


dermatitis atopic
2. Untuk mengetahui diagnosa asuhan keperawatan pada gangguan system
dermatitis atopik
3. Untuk mengetahui intervensi asuhan keperawatan pada gangguan system
dermatitis atopik
4. Untuk mengetahui implementasi asuhan keperawatan pada gangguan system
dermatitis atopik
5. Untuk mengetahui evaluasi asuhan keperawatan pada gangguan system
dermatitis atopik

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep teori dermatitis atopic

2.1.1 Definisi

Dermatitis atopik adalah penyakit kulit inflamasi yang bersifat kronik residif di
sertai rasa gatal yang hebat serta eksaserbasi kronik dan remisi, dengan etiologi
yang multifaktorial.Penyakit ini biasanya dihubungkan dengan penyakit alergi
lain seperti asma bronkial dan rhinokonjungtivitis alergi. (Correa dan
Nebus,2018).

2.1.2 Etiologi

Etiologi dermatitis atopik masih belum diketahui dan patogenesisnya sangat


komplek tetapi terdapat beberapa faktor yang dianggap berperan sebagai faktor
pencetus kelainan ini misalnya faktor genetik,imunologik,lingkungan,gaya hidup,
dan psikologi. (Correa dan Nebus,2018).

2.1.3 Manifestasi klinis

Gejala utama dermatitis atopik ialah pruritus,dapat hilang timbul sepanjang


hari, tetapi umumnya lebih hebat pada malam hari.Akibatnya, penderita akan
menggaruk sehingga timbul bermacam-macam kelainan kulit berupa papul,
likenifikasi, eritema, erosi, eksoriasi, eksudasi, dan krusta. Kulit penderita
dermatitis atopik umumnya kering, pucat atau redup, kadar lipid di epidermis
berkurang, dan kehilangan air lewat epidermis meningkat.

2.1.4 Patofisiologi

Lesi akut pada dermatitis atopik berupa eritema dengan papul, vesikel, edema
yang luas dan luka akibat menggaruk.Sedangkan pada stadium kronik berupa
penebalan kulit atau yang disebut likenifikasi.Selain itu, dapat terjadi fisura yang
nyeri terutama pada fleksor,telapak tangan,jari dan telapak kaki.Pada orang berkulit
hitam atau coklat dapat ditemukan likenifikasi folikular.

3
2.1.5 Pathway

4
2.1.6 klasifikasi

Berikut klasifikasi yang ada pada dermatitis atopic (Correa dan Nebus,2018):

1. Fase infatil (0-2 tahun)

Dermatitis atopik paling sering muncul pada tahun pertama


kehidupan,biasanya setelah usia 2 bulan.Lesi mulai di muka (dahi, pipi)
berupa eritema, papulo-vesikel yang halus, karena gatal digosok, pecah,
eksudatif, akhirnya terbentuk krusta dan dapat menjadi infeksi sekunder.

Sekitar usia 18 bulan mulai tampak likenifikasi.Pada sebagian besar


penderita sembuh setelah usia 2 tahun,mungkin juga sebelumnya, sebagian
lagi akan berlanjut menjadi bentuk anak.Pada saat itu penderita tidak lagi
mengalami eksaserbasi, bila makan makanan yang sebelumnya
menyebabkan kambuhnya penyakit itu.

2. Fase anak (usia 2 - 12 tahun)


Merupakan kelanjutan bentuk infatil atau timbul sendriri (de novo).
Lesi pada dermatitis atopik anak berjalan kronis akan berlanjut sampai usia
sekolah dan predileksi biasanya terdapat pada lipat siku, lipat lutut, leher
dan pergelangan tangan. Jari-jari tangan sering terkena dengan lesi
eksudatif dan kadang-kadang terjadi kelainan kuku.Pada umumnya
kelainan kulit pada dermatitis atopik anak tampak kering, dibanding usia
bayi dan sering terjadi likenifikasi.Perubahan pigmen kulit bisa terjadi
dengan berlanjutnya lesi, menjadi hiperpigmentasi dan kadang
hipopigmentasi.
3. Fase Dewasa ( > 12 tahun)
Pada dermatitis atopik bentuk dewasa mirip dengan lesi anak usia lanjut
(8-12 tahun),didapatkan likenifikasi terutama pada daerah lipatan-lipatan
tangan. Lesi kering, agak menimbul, papul datar dan cenderung bergabung
menjadi plak likenifikasi dengan sedikit skuama, sering terjadi eksoriasi
dan eksudasi karena garukan, lambat laun terjadi hiperpigmentasi.Selain
gejala utama yang telah diterangkan, juga ada gejala lain yang tidak selalu
terdapat.Pada fase dewasa, distribusi lesi kurang karakteristik , sering

5
mengenai tangan dan pergelangan tangan, dapat pula ditemukan setempat,
misalnya bibir, vulva, puting susu,atau skalp.Kadang erupsi meluas, dan
paling parah di lipatan,mengalami likenifikasi.

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium
a. Darah ; hb, leukosit, hitung jrnis, trombosit, elektrolit, protein total,
albumin, globumin.
b. Urin : pemeriksaan histopatologi
2. Penunjang (pemeriksaan histopatologi)
Pemeriksaan ini tidak memberi gambaran khas untuk diagnostic karena
gambaran histopatologinya dapat juga terlihat pada dermatitis oleh sebab
lain
2.1.8 Penatalaksanaan

- Menemukan penyebab atau factor yang memprovokasi terjadinya dermatitis


a. Melindungi kulit dari trauma
b. Emollients
- Pengobatan topical
a. Obat antiinflamasi (ter,glukokortikoid, takrolimus, pimekrolimus)
b. Kompres
- Pengobatan sistemik
a. Antibiotic
b. Steroid sistemik
2.1.9 Komplikasi

Barier kulit yang rusak, respon imun yang abnormal, penurunan produk
sipeptidaan timikrobaendogen, semua presdiposisi mempengaruhi penderita
dermatitis atopik terkena infeksi sekunder. Infeksi kutan ini dapat menimbulkan
lebih resiko yang serius pada bayi dan pada waktu mendatang akan berpotensi
untuk infeksi sistemik.Penderita dermatitis atopik juga sangat rentan dengan infeksi
virus,yang paling berbahaya adalah herpes simplex dengan penyebaran luas dapat
mengakibatkan ekzema hepetikum yang dapat terjadi pada semua usia.

6
Komplikasi pada mata juga dihubungkan dengan dermatitis kelopak mata dan
blepharitis kronis yang umumnya terkait dengan dermatitis atopik dan dapat
mengakibatka ngangguan penglihatan dari jaringan parutkornea.
Keratokonjungvitis atopik biasanya bilateral dan dapat memiliki symptom seperti
rasa gatal dan terbakar pada mata, mata berair dan mengeluarkan diskret yang
mucoid.

2.2 konsep Asuhan keperawatan Dermatitis atopik

2.2.1 Pengkajian

a. identitas pasien

b. keluhan utama

c. riwayat kesehatan

1. Riwayat penyakit sekarang

2.Riwayat penyakit dahulu

3.Riwayat penyakit keluaraga

4.Riwayat psikososial

5.Riwayat pemakaian obat

d. Pola fungsional

1.Pola persepasi dan penanganan kesehatan

2.Pola nutrisis dan metabolism

3.Pola eliminasi

4.Pola aktivitas/olahraga

5.Pola istirahat

6.Pola kognitif/persepsi

7.Pola konsep diri

8.Pola peran hubungan

7
9.Pola seksualitas/reprosuksi

10.Pola koping-toleransi stress

11.Pola keyakinan diri

2.2.2 Diagnosa

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien yang mengalami dermatitis


atopik adalah :
1.Perubahan rasa nyaman

2.Gangguan pola tidur

3.Gangguan citra tubuh

4.gangguan integritas kulit

8
2.2.3 Perencanaan
No Diagnosa Kriteria hasil Intervensi
1 Perubahan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
keperawatan 3x24 jam Observasi:
diharapkan status kenyamanan - Identifikasi penurunan tingkat energy,ketidak mampuan
meningkat. berkomunikasi,atau gejala lain yang mengganggu
1. Keluhan tidak nyaman kemampuan kognitif
2. Gelisah - Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
3. Keluhan sulit tidur - Periksa ketegangan otot,frekuensi nadi,tekanan darah,dan
4. Lelah suhu sebelum dan sesudah latihan
5. Postur tubuh Terapeutik:
- Ciptakan lingkungan tenang dan tampagangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruangnyaman,jika memungkinkan
- Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosudur
teknik relaksasi
- Gangguan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan
analgegetik atau tindakan medis lain jika sesuai
Edukasi:
- Jelaskan tujuan,manfaat,batasan,dan jenis relaksasi yang
tersedia (mis,musik,meditasi,napas dalam,relaksasi otot

9
progresif)
- Anjurkan mengambil posisi yang nyaman
- Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih
2 Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan Dukungan tidur
keperawatan 3x24 jam Observasi:
diharapkan pola tidur membaik - Identifikasi pola aktivitas dan tidur
1. Keluhan sulit tidur menurun - Identifikasi factor pengganggu tidur(fisik dan atau
2. Keluhan pola tidur berubah psikologis)
menurun - Idetifikasi obat tidur yang dikosumsi
3. Keluhan tidak puas tidur Terapeutik :
menurun
- Lakukan prosedur untuk kenyamanan (mis, pijat, pengaturan
posisi, terapi akupresur)
- Sesuaikan jadwal pemberian obat/tindakan untuk menunjang
siklus tidur terjaga
Edukasi :
- Ajarkan factor yang bekontribusi terhadap gangguan pola
tidur
- Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara nonfarmakologi
lainnya

10
3 Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan tindakan Promosi citra tubuh
keperawatan 3x24 jam Observasi
diharapkan citra tubuh - Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap
meningkat perkembangan
1. Verbalisasi perasaan negattif - Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan
tentang perubahan tubuh isolasi social
2. Verbalisasi kekhawatiran - Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
pada reaksi orang lain Edukasi
3. Melihat bagian tubuh - Jelaskan pada keluarga tentang perawatan perubahan citra
4. Menyentuh bagian tubuh tubuh
- Anjurkan mengikuti kelompok pendukung
- Latih fungsi tubuh yang dimiliki
Terapeutik
- Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
- Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
- Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara
realistis
4 gangguan integritas kulit Setelah diberikan tindakan Perawatan integritas kulit
keperawatan 3x24 jam Observasi:
diharapkan integritas kulit dan - Identifikasi gangguan penyebab terjadinya gangguan

11
jaringan meningkat integritas kulit
1. Elastisitas membaik Terapeutik :
2. Hidrasi membaik - Gunakan produk berbahan petroleum atau minyak pada kulit
3. Kerusakan lapisan kulit kering
membaik - Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit
4. Perdarahan menurun Edukasi
5. Nyeri menurun - Anjurkan menggunakan pelembab
6. Hematoma menurun - Anjurkan minum air yang cukup
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim
- Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya

12
2.2.4 Evaluasi
No Diagnosa Implementasi Evaluasi
1 Perubahan rasa nyaman - Identifikasi penurunan tingkat S:-
energy,ketidak mampuan O:-
berkomunikasi,atau gejala lain A:
yang mengganggu kemampuan masalah teratasi
kognitif P:
- Identifikasi teknik relaksasi yang Intervensi di hentikan
pernah efektif digunakan
- Periksa ketegangan otot,frekuensi
nadi,tekanan darah,dan suhu
sebelum dan sesudah latihan
- Ciptakan lingkungan tenang dan
tampagangguan dengan
pencahayaan dan suhu
ruangnyaman,jika memungkinkan
- Berikan informasi tertulis tentang
persiapan dan prosudur teknik
relaksasi
- Gangguan relaksasi sebagai strategi

13
penunjang dengan analgegetik atau
tindakan medis lain jika sesuai
- Jelaskan
tujuan,manfaat,batasan,dan jenis
relaksasi yang tersedia
(mis,musik,meditasi,napas
dalam,relaksasi otot progresif)
- Anjurkan mengambil posisi yang
nyaman
- Anjurkan sering mengulangi atau
melatih teknik yang dipilih
2 Gangguan pola tidur - Identifikasi pola aktivitas dan tidur S:-
- Identifikasi factor pengganggu O:-
tidur(fisik dan atau psikologis) A:
- Idetifikasi obat tidur yang Masalah teratasi
dikosumsi P:
- Lakukan prosedur untuk Intervensi di hentikan
kenyamanan (mis, pijat, pengaturan
posisi, terapi akupresur)
- Sesuaikan jadwal pemberian

14
obat/tindakan untuk menunjang
siklus tidur terjaga
- Ajarkan factor yang bekontribusi
terhadap gangguan pola tidur
- Ajarkan relaksasi otot autogenic
atau cara nonfarmakologi lainnya
3 Gangguan citra tubuh - Identifikasi harapan citra tubuh S: -
berdasarkan tahap perkembangan O:
- Identifikasi perubahan citra tubuh - Minder dekat dengan orang lain
yang mengakibatkan isolasi social A:
- Monitor frekuensi pernyataan kritik Masalah teratai
terhadap diri sendiri P:
- Jelaskan pada keluarga tentang Intervensi di hentikan
perawatan perubahan citra tubuh
- Anjurkan mengikuti kelompok
pendukung
- Latih fungsi tubuh yang dimiliki
- Diskusikan perubahan tubuh dan
fungsinya

15
- Diskusikan perbedaan penampilan
fisik terhadap harga diri
- Diskusikan cara mengembangkan
harapan citra tubuh secara realistis
4 gangguan integritas kulit - Identifikasi gangguan penyebab S: -
terjadinya gangguan integritas kulit O:
- Gunakan produk berbahan - perdarahan
petroleum atau minyak pada kulit - kemerahan
kering - nyeri
- Hindari produk berbahan dasar A:
alcohol pada kulit Masalah teratai
- Anjurkan menggunakan pelembab P:
- Anjurkan minum air yang cukup Intervensi di hentikan
- Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
- Anjurkan menghindari terpapar
suhu ekstrim
- Anjurkan mandi dan menggunakan
sabun secukupnya

16
17
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS ATOPIK
3.1 Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan
1. Riwayat penyakit sekarang
2. Riwayat penyakit dahulu
3. Riwayat penyakit keluaraga
4. Riwayat psikososial
5. Riwayat pemakaian obat
d. Pola fungsional
1. Pola persepasi dan penanganan kesehatan
2. Pola nutrisis dan metabolism
3. Pola eliminasi
4. Pola aktivitas/olahraga
5. Pola istirahat
6. Pola kognitif/persepsi
7. Pola konsep diri
8. Pola peran hubungan
9. Pola seksualitas/reprosuksi
10.Pola koping-toleransi stress
11.Pola keyakinan diri
3.2 Diagnosa
1. Gangguan integritas kulit
2. Gangguan pola tidur

18
3.3 Intervensi
No Diagnosa Kriteria hasil Intervensi
1 Gangguan integritas kulit Setelah diberikan tindakan keperawatan Perawatan integritas kulit
3x24 jam diharapkan integritas kulit Observasi:
dan jaringan meningkat - Identifikasi gangguan penyebab terjadinya
- Elastisitas membaik gangguan integritas kulit
- Hidrasi membaik Terapeutik :
- Kerusakan lapisan kulit membaik - Gunakan produk berbahan petroleum atau
- Perdarahan menurun minyak pada kulit kering
- Nyeri menurun - Hindari produk berbahan dasar alcohol pada
- Hematoma menurun kulit
Edukasi
- Anjurkan menggunakan pelembab
- Anjurkan minum air yang cukup
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim
- Anjurkan mandi dan menggunakan sabun
secukupnya
2 Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan Dukungan tidur
keperawatan 3x24 jam diharapkan pola Observasi:
19
tidur membaik - Identifikasi pola aktivitas dan tidur
- Keluhan sulit tidur menurun - Identifikasi factor pengganggu tidur(fisik dan
- Keluhan pola tidur berubah atau psikologis)
menurun - Idetifikasi obat tidur yang dikosumsi
- Keluhan tidak puas tidur menurun Terapeutik :

- Lakukan prosedur untuk kenyamanan (mis,


pijat, pengaturan posisi, terapi akupresur)
- Sesuaikan jadwal pemberian obat/tindakan
untuk menunjang siklus tidur terjaga

Edukasi :

- Ajarkan factor yang bekontribusi terhadap


gangguan pola tidur
- Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara
nonfarmakologi lainnya

20
3.4 Implementasi dan evaluasi
No Diagnosa Implementasi Evaluasi
1 Gangguan integritas kulit - Identifikasi gangguan penyebab S: -
terjadinya gangguan integritas kulit O:
- Gunakan produk berbahan - perdarahan
petroleum atau minyak pada kulit - kemerahan
kering - nyeri
- Hindari produk berbahan dasar A:
alcohol pada kulit Masalah teratai
- Anjurkan menggunakan pelembab P:
- Anjurkan minum air yang cukup Intervensi di hentikan
- Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
- Anjurkan menghindari terpapar
suhu ekstrim
- Anjurkan mandi dan menggunakan
sabun secukupnya
2 Gangguan pola tidur - Identifikasi pola aktivitas dan tidur S:
- Identifikasi factor pengganggu 1. Mengeluh sulit tidur
tidur(fisik dan atau psikologis) 2. Mengeluh tidak puas tidur
21
- Idetifikasi obat tidur yang O:-
dikosumsi A:
- Lakukan prosedur untuk Masalah teratasi
kenyamanan (mis, pijat, P:
pengaturan posisi, terapi Intervensi di hentikan
akupresur)
- Sesuaikan jadwal pemberian
obat/tindakan untuk menunjang
siklus tidur terjaga
- Ajarkan factor yang bekontribusi
terhadap gangguan pola tidur
- Ajarkan relaksasi otot autogenic
atau cara nonfarmakologi lainnya

22
BAB 4
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Dermatitis atopik adalah peradangan pada kulit dermis sebagai respon
terhadap pengaruh factor ekstrogen, menimbulkan kelainan yaitu aritema,
edema dan keluhan gatal.
Penyebab infeksi kulit dapat berasal dari luar (ekstrogen) yaitu detergen, fisik,
organisme seperti bakteri dan jamur, sedangkan endogren terdapatnya infeksi
kulit.

2.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam
memberikan pelayanan keperawatan dan dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari
2. Bagi petugas Kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
khususnya dalam bidang keperawatan pada pasien Dermatitis atopik.

23
DAFTAR PUSTAKA
Maharani, A. (2015). Penyakit Kulit. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Correa dan Nebus, 2018. (n.d.). Penyakit Kulit. Yogyakarta: Nuha Medika.
Tarwoto & Wartonah, 2018. Ilmu Penyakit Kulit. Balai Penerbit FKUI Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, Jakarta
Djuanda S, Sularsito. 2017. Dermatitis : Djuanda, Penyakit kulit dan kelamin. Jakarta:
FKUI

24

Anda mungkin juga menyukai