Anda di halaman 1dari 54

1

BAB 1
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang Masalah

Kulit merupakan bagian yang sangat penting dan vital serta

merupakan cerminan darikesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat

rentan terhadap gatal-gatal,alergi makanan dan sensitif dengan sinar

matahari. bervariasi pada keadaan cuaca, umur,ras dan juga bergantung

pada lokasi tubuh manusia. Oleh sebab itu, kulit pada manusia mempunyai

peranan yang sangat penting dan memiliki banyak fungsi. Namun, setiap

keluhan pada kulit selalu dijumpaidalam praktik keperawatan, dari kelainan

kulit sejak lahir, kulit berjerawat, hingga penyakit kulit lainnya yang

disebut dengan dermatitis atopic. (ilmu penyakit kulit dan kelamin, 2016)

Dermatitis atopik adalah penyakit kulit yang terinfeksi oleh zat racun

bersifat kronik dengan ciri khas rasa gatal yang hebat dan sering terjadi

berulang-ulang. Dermatitis atopik menjadi salah satu masalah kesehatan

dunia mengingat adanya peningkatan penyakit atau faktor resiko terjadinya

keparahan penyakit kulit di seluruh dunia. Penyakit dermatitis atopik

diperkirakan sekitar 15-30% pada anak-anak dan 2-10% pada dewasa dan

jumlah kasus dermatitis atopik meningkat dalam tiga dalam sepuluh tahun

terakhir di negara berkembang. (Et Al , 2013)., 2014)

Data epidemiologi merupakan data yang mempelajari yaitu

mencakup penyakit, usia, jenis kelamin, titik di mana tempat penyebaran

penyakitnya di dalam ataupun di luar negeri belum tercatat dengan baik.


2

Penilaian lanjut tentang berbagai resiko penyakit dermatitis atopic dan

sesuatu hal yang mempengaruhi penyakit telah disampaikan oleh para

peneliti, hasilnya bisa bermacam-macam bergantung pada negara tempat

penelitian berlangsung. Sampai dengan saat ini penyebab DA di akui

sangat berbahaya, namun proses perjalanan penyakit DA ini masih diteliti

para ahli, baik di bidang biologi, maupun berbagai faktor diluar maupun di

dalam termasuk sawan kulit. Perjalanan penyakit bermacam-macam yang

dapat dipengaruhi oleh berbagai hal tersebut serta berkesinambungan

dengan penyakit atopik lainnya, seperti tinea versicolor,rinitis alergik,

urtikaria, dan hay fever.(ilmu penyakit kulit dan kelamin, 2016)

Diberbagai negara, penyakit DA sering meningkat setiap tahunnya. Di

Amerika Serikat penyakit DA dialami oleh 17%-18% pada anak-anak dan 1%-

3% pada orang dewasa, sedangkan di Eropa Utara 24%. Sementara di Inggris

dialami oleh 20% pada anak-anak. Penelitian melaporkan bahwa jumlah

penyakit alergi pada anak sekolah di Indonesia memiliki pola yang sama

dengan negara berkembang lainnya. Penelitian melibatkan 499 anak prasekolah

dan remaja dari Universitas yang ada di 5 kota. Dilaporkan 278 subjek

setidaknya memiliki satu manifestasi penyakit alergi, di mana kasus dermatitis

atopik sebesar 1,8%. Penyakit atopik yang paling sering muncul, dengan

riwayat keluarga atopik positif sebesar 60,79%, Hasil penelitian ini

menunjukkan peningkatan (Soegiarto et al, 2019) (ilmu penyakit kulit dan

kelamin, 2016)
3

Selain gangguan fisik seperti rasa gatal, gangguan rasa nyaman,

gangguan aktivitas sehari-hari dan gangguan pola tidur pada anak, dermatitis

atopik juga dapat menyebabkan masalah emosional dan disfungsi sosial.

Dermatitis atopik dapat menyebabkan efek yang sangat berbahaya terhadap

kualitas hidup anak dan orang tuanya (Et Al , 2013)., 2014)

Dari dataDinas Kesehatan Pekanbaru Provinsi Riau kasus dermatitis

termasuk ke dalam 10 besar penyakit yang dirawat jalan di puskesmas tersebut

(Dinkes 2022).Berdasarkan data dari Puskesmas Tenayan Raya Pekanbaru

Provinsi Riau selama tahun 2019 sampai dengan 2021 terdapat jumlah klien

penderita dermatitis yaitu sebanyak 555 klien termasuk ke 10 penyakit yang

terbanyak atau yang sering terjadi di Puskesmas Tenayan Raya Pekanbaru

Provinsi Riau (Puskesmas Tenayan Raya Pekanbaru, 2022).

Berdasarkan berbagai data dan informasi di atas yang sudah di cari dan

diteliti penulis maka penulis tertarik untukmeneliti tentang “asuhan

keperawatan keluarga dengan dermatitis atopik di wilayah kerja Puskesmas

Tenayan Raya Pekanbaru tahun 2022”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas yang sudah dijelaskan, maka

rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana asuhan keperawatan

keluarga pada anak ..... dengan dermatitis atopik di wilayah kerja Puskesmas

Tenayan Raya Pekanbaru.

Pekanbaru.
4

C. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum

Bisa merencanakan dan melakukan asuhan keperawatan keluarga pada

anak ...... dengan dermatitis atopik di Desa Kulim Wilayah Kerja

Puskesmas Tenayan Raya Pekanbaru.

2. Tujuan khusus

1. Bisa melakukan pengkajian keperawatan keluarga pada anak ... dengan

dermatitis atopik di Desa Kulim Wilayah Kerja Puskesmas Tenayan

Raya Pekanbaru

2. Bisa menetapkan diagnosa keperawatan keluarga pada anak … dengan

dermatitis atopik di Desa Kulim Wilayah Kerja Puskesmas Tenayan

Raya Pekanbaru

3. Bisa menyusun perencanaan keperawatan keluarga pada anak ... dengan

dermatitis atopik di Desa Kulim Wilayah Kerja Puskesmas Tenayan

Raya Pekanbaru

4. Bisa melakukan tindakan keperawatan keluarga pada anak ... dengan

dermatitis atopik di Desa Kulim Wilayah Kerja Puskesmas Tenayan

Raya Pekanbaru

5. Bisa melakukan evaluasi keperawatan keluarga pada anak ... dengan

dermatitis atopik di Desa Kulim Wilayah Kerja Puskesmas Tenayan

Raya Pekanbaru

D. Pengumpulan data
5

Metode pengumpulan data yang penulis lakukan adalah dengan melakukan

pengamatan secara langsung ke Puskesmas Tenayan Raya Pekanbaru serta dengan

wawancara dengan beberapa petugas Puskesmas tersebut.

E. Manfaat penelitian

1. Aspek teoritis

1. Hasil penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat dan

menambah ilmu dibidang keperawatan terutama asuhan keperawatan

mengenai kejadian dermatitis atopik pada anak.

2. Sebagai acuan dan bahan informasi bagi penulis selanjutnya dalam

melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan dermatitis atopik

dengan metode asuhan keperawatan yang berbeda.

3. Terutama bagi masyarakat hasil penelitian ini untuk dapat menyediakan

informasi tentang penyakit dermatitis atopik yang terjadi pada anak.

2. Aspek praktis

a. Untuk mendapatkan pengalaman serta bisa menerapkan apa yang sudah

dipelajari dalam menangani kasus dermatitis atopik yang dialami

dengan kasus yang nyata dalam melakukan tindakan asuhan

keperawatan denganmenghilangkan atau mengurangi masalah

keperawatan yang di alami pada pasien dengan dermatitis atopik.


6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep dasar medis

1. Definisi
7

Dermatitis Atopic (DA) adalah : suatu penyakit kulit inflamasi yang

khas, bersifat kronis dan sering terjadi kekambuhan (eksaserbasi) terutama

mengenai bayi dan anak, dapat pula pada dewasa.

Dermatitis Atopic (DA) adalah : suatu gangguan kulit kronik (atau

sekelompok gangguan yang berkaitan), yang sering ditemukan pada

penderita rhinitis alergika dan asma serta diantara para anggota keluarga

mereka. (Amelia Abdi, 2020).

Dermatitis atopi (DA) adalah salah satu kelainan kulit bersifat kronis

yang ditandai dengan keluhan pruritus yang bersifat kronis dan paling

umum terjadi pada bayi dan anak-anak. (James Wiliam D, Elston Dirk M,

2011) (Leung Donald Y.M, Lawrence F.Eichenfield, 2012) DA juga

merupakan penyakit genetik yang kompleks dan sering disertai dengan

gangguan atopik lainnya seperti rinokonjungtivitis alergi, asma, alergi

makanan, dan esofagitis eosinofilik yang lebih jarang (Wijayanti, 2020)

Etiologi

Penyebab pasti dermatitis atopik (DA) masih belum diketahui.

Penyakit ini biasanya disertai dengan peningkatan kadar immunoglobulin

E (IgE) dalam serum serta adanya riwayat alergi lainnya (rinithis alergika

dan asma) pada keluarga maupun penderita.

Timbulnya inflamasi dan rasa gatal merupakan hasil interaksi

berbagai faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor

predisposisi genetik (melibatkan banyak gen) yang menghasilkan


8

disfungsi sawar kulit serta perubahan pada sistem imun, khususnya

hipersensitivitas terhadap berbagai alergen dan antigen mikroba.

Istilah alergi dipakai untuk merujuk pada setiap bentuk reaksi

hipersensitivitas yang melibatkan IgE sebagai antibody yang terjadi akibat

paparan allergen. Beberapa allergen sebagai berikut :

a) Aeroallergen atau allergen inhalant : tungau debu rumah, serbuk

sari buah, bulu binatang, jamur dan kecoa

b) Makanan : susu, telur, kacang, ikan laut, kerang laut dan gandum.

c) Mikroorganisme : bakteri seperti staphylococcus aureus,

streptococcus pspesies dan ragi seperti pityrosporum ovale,

candida albicans dan trichophyton species.

d) Bahan iritan atau allergen : wool, desinfektans, nikel dsb.

2. Klasifikasi

Klasifikasi DA pada umunya didasarkan atas keterlibatan organ tubuh, DA

murni hanya terdapat di kulit, sedangkan DA dengan kelainan di organ

lain, misalnya asma bronkhial, rhinitis alergika, serta hipersensitivitas

terhadap berbagai alergen polivalen (hirup dan makanan). Bentuk DA

murni terdiri atas 2 tipe, yaitu tipe DA intrinsik adalah DA tanpa bukti

hipersensitivitas terhadap alergen polivalen dan tanpa peningkatan kadar

IgE total di dalam serum. Tipe kedua adalah DA ekstrinsik, bila terbukti
9

pada uji kulit terdapat hipersensitivitas terhadap alergen hirup dan

makanan. Klasifikasi yang lebih praktis untuk aplikasi klinis didasarkan

atas usia saat terjadinya DA, yaitu DA fase infantil, anak dan dewasa.

Secara klinis dermatitis atopik dibagi menjadi 3 fase yaitu :

1) Fase infatil (0-2 tahun)

Dermatitis atopik paling sering muncul pada tahun pertama

kehidupan,biasanya setelah usia 2 bulan. Lesi mulai di muka (dahi,

pipi) berupa eritema, papulo-vesikel yang halus, karena gatal digosok,

pecah, eksudatif, akhirnya terbentuk krusta dan dapat menjadi infeksi

sekunder. 9 Sekitar usia 18 bulan mulai tampak likenifikasi.Pada

sebagian besar penderita sembuh setelah usia 2 tahun,mungkin juga

sebelumnya, sebagian lagi akan berlanjut menjadi bentuk anak.Pada

saat itu penderita tidak lagi mengalami eksaserbasi, bila makan

makanan yang sebelumnya menyebabkan kambuhnya penyakit itu.

2) Fase anak (usia 2 - 12 tahun)

Merupakan kelanjutan bentuk infatil atau timbul sendriri (de novo).

Lesi pada dermatitis atopik anak berjalan kronis akan berlanjut sampai

usia sekolah dan predileksi biasanya terdapat pada lipat siku, lipat

lutut, leher dan pergelangan tangan. Jari-jari tangan sering terkena

dengan lesi eksudatif dan kadang-kadang terjadi kelainan kuku.Pada

umumnya kelainan kulit pada dermatitis atopik anak tampak kering,

dibanding usia bayi dan sering terjadi likenifikasi.Perubahan pigmen


10

kulit bisa terjadi dengan berlanjutnya lesi, menjadi hiperpigmentasi

dan kadang hipopigmentasi.

3) Fase Dewasa ( > 12 tahun)

Pada dermatitis atopik bentuk dewasa mirip dengan lesi anak usia

lanjut (8-12 tahun),didapatkan likenifikasi terutama pada daerah

lipatan-lipatan tangan. Lesi kering, agak menimbul, papul datar dan

cenderung bergabung menjadi plak likenifikasi dengan sedikit skuama,

sering terjadi eksoriasi dan eksudasi karena garukan, lambat laun

terjadi hiperpigmentasi.Selain gejala utama yang telah diterangkan,

juga ada gejala lain yang tidak selalu terdapat.Pada fase dewasa, 10

distribusi lesi kurang karakteristik , sering mengenai tangan dan

pergelangan tangan, dapat pula ditemukan setempat, misalnya bibir,

vulva, puting susu,atau skalp.Kadang erupsi meluas, dan paling parah

di lipatan,mengalami likenifikasi.

3. Patofisiologi

Immunopatogenesis dermatitis atopik dimulai dengan paparan

immunogen atau allergen dari luar yang mencapai kulit, dapat melalui

sirkulasi setelah inhalasi atau secara langsung melalui kontak dengan kulit.

Pada pemaparan pertama terjadi sensitisasi, dimana allergen dapat

ditangkap oleh sel penyaji antigen (antigen precenting cell = APC) untuk

kemudian diproses dan disajikan kepada sel limfosit T. Hal ini

menyebabkan sel T menjadi aktif dan mengenali allergen tersebut melalui


11

reseptor T ( T – Cell receptor = TCR). Setelah paparan sel T akan

berdeferensiasi menjadi sub populasi sel Th2 karena mensekresi IL – 4

dan sitokin ini merangsang aktivitas sel B untuk menjadi sel plasma dan

memproduksi IgE (yang spesifik terhadap allergen). Begitu ada di dalam

sirkulasi IgE segera berikatan dengan sel mast (MC) dan basofil. Pada

paparan allergen berikutnya, IgE telah terssedia pada permukaan sel mast,

sehingga terjadi ikatan antara allergen dan IgE. Ikatan ini akan

menyebabkan degranulasi MC yang akan mengeluarkan mediator

baikyang telah tersedia seperti histamine yang akan menyebabkan reaksi

segera.

4. pathway

Factor resiko : DERMATITIS Idiopatik,


ATOPIK genetik
 Aeroalergen
 Makanan
 Mikroorganisme
 Bahan iritan

IgE meningkat,
Eosinophil
meningkat
12

Pelepasan
histamin

Reaksi
hipersensitivitas

Pruritus hebat Macula Papul vesikel Peradangan


eritematosus kulit (lesi)

 Kerusakan integritas
5. Gambaran klinis  Gangguan pola tidur
 Resikoinfeksi
Gejala klinis dan perjalanan dermatitis atopik sangat bervariasi,

membentuk sindrom manifestasi diatesis atopi. Gejala utama dermatitis

atopik ialah pruritus,dapat hilang timbul sepanjang hari, tetapi umumnya

lebih hebat pada malam hari.Akibatnya, penderita akan menggaruk

sehingga timbul bermacam-macam kelainan kulit berupa papul,

likenifikasi, eritema, erosi, eksoriasi, eksudasi, dan krusta. Kulit penderita


13

dermatitis atopik umumnya kering, pucat atau redup, kadar lipid di

epidermis berkurang, dan kehilangan air lewat epidermis meningkat 1,5 .

Lesi akut pada dermatitis atopik berupa eritema dengan papul, vesikel,

edema yang luas dan luka akibat menggaruk.Sedangkan pada stadium

kronik berupa penebalan kulit atau yang disebut likenifikasi.Selain itu,

dapat terjadi fisura yang nyeri terutama pada fleksor,telapak tangan,jari

dan telapak kaki.Pada orang berkulit hitam atau coklat dapat ditemukan

likenifikasi folikular.

6. Manifestasi klinik

Manifestasi klinis dermatitis atopic (DA) secara umum adalah gatal,

kulit kering dan timbulnya eksim (eksematous inflammation) yang

berjalan kronik dan residiv. Rasa gatal yang hebat menyebabkan garukan

sehingga memberikan tanda bekas garukan (scratch mark), yang akan

diikuti kelainan sekunder berupa papula, erosi, eksoriasi dan selanjutnya

terjadi likenifikasi bila proses menjadi kronis.

Papula dapat terasa sangat gatal (prurigo papules) bersamaan dengan

timbulnya vesikel (papulovesikel), dan eritema, merupakan gambaran lesi

eksematous dan likenifikasi dapat menjadi erosive bila terkena garukan

dan terjadi eksudasi yang berakhir dengan lesi berkrustae. Lesi kulit yang

sangat basa dan berkrusta sering didapatkan pada kelainan lanjut.

Gejala timbulnya DA berdasarkan usia dapat terjadi pada :

1. Bayi
14

a) Dimulai pada wajah kemudian menyebar terutama kedaerah

ekstensor.

b) Lesi biasanya basa, eksudativ, berkrustae dan sering terjadi

infeksi sekunder

c) Sebagian kasus akan sembuh pada usia 18 bulan, sisanya

berlanjut ke anak

2. Anak

a) Bersifat kronis dan akan berlanjut pada usia sekolah

b) Biasanya terdapat pada lipat siku, lipat lutut, leher dan

pergelangan tangan

c) Pada jari tangan sering terjadi lesi eksudatif

d) Perubahan pigmen kulit

3. Dewasa

a) Mirip lesi pada anak – anak


15

b) Likenifikasi terutama pada daerah lipatan – lipatan seperti

di leher, tangan.

7. Pemeriksaan penunjang

pemeriksaan penunjang hanya dilakukan bila ada keraguan klinis.

Peningkatan kadar IgE dalam serum juga dapat terjadi pada sekitar 15%

orang sehat, demikian pula kadar eosinofil, sehingga tidak patognomonik.

Uji kulit di lakukan bila ada dugaan pasien alergik terhadap debu atau

makanan tertentu, bukan untuk diagnostik.

1) Pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis

2) Pemeriksaan kadar total serum IgE

3) Tes kulit

8. Komplikasi

DA yang mengalami perluasan dapat menjadi eritroderma. Atrofi kulit

(striae atroficans) dapat terjadi akibat pemberian kortikosteroid jangka

panjang. Dermatitis atopik yang tidak ditangani dengan tepat dapat

menimbulkan beberapa komplikasi, yaitu:


16

1) Neurodermatitis, yaitu kondisi yang menyebabkan rasa gatal

kronis, kulit yang menebal dan bersisik, hingga perubahan warna

kulit

2) Asma

3) Rinitis

4) Gangguan tidur

5) Bekas luka

6) Dermatitis seboroik

7) Infeksi kulit, baik akibat bakteri, virus, maupun jamur

8) Selulitis

Eksim atopik juga dapat berdampak pada psikologis penderitanya. Kondisi

kulit yang rusak dan mengganggu penampilan dapat menurunkan rasa

kepercayaan diri pasien, bahkan memicu perundungan (bullying).

9. Panatalaksanaan

Pengobatan dermatitis atopik menurut (Bramono & indriatmi, 2016)

adalah sebagai berikut :

a) Menghindari bahan iritan

Contoh bahan iritan seperti : sabun, detergen, bahan kimiawi, rokok,

pakaian kasar, suhu yang lembab atau ekstrem harus dihindari oleh

penderita.

b) Mengeliminasi allergen yang telah terbukti :


17

Allergen yang telah terbukti sebagai pemicu kekambuhan adalah :

makanan, debu rumah, bulu binatang, serbuk sari tanaman.

c) Menghilangkan pengeringan kulit (hidrasi)

Berikan bebat basah untuk hidrasi pada kulit penderita DA agar

terjaadi penyerapan air.

d) Pemberian pelembab kulit (moisturizing)

Pelembab dapat berupa krim, salep dan cairan.pemberian pelembab

dapat memperbaiki fungsi barrier stratum korneum dan mengurangi

kebutuhan steroid topical.

e) Kortikosteroid topical

Dapat dipakai sebagai anti inflamasi dan anti pruritus dan berguna

pada saat eksaserbasi akut.

f) Pemberian antibiotic

Penderita DA mempunyai kepekaan yang meningkat terhadap

berbagai agen microbial seperti : virus, jamur maupun bakteri.lebih

dari 90 % kulit penderita DA ditemukan s,aureus di dalam lesi kulit.

g) Pemberian antihistamin

Efektivitas obat sistemik yang aman, bertujuan untuk mengurangi

rasa gatal, reaksi alergik dan inflamasi.

h) Mengurangi stress

Dapat memicu kekambuhan bukan sebagai penyebab.


18

i) Obat penghambat kalsineurin (pimekrolimus atau takrolimus.

B. Konsep keluarga

1. Pengertian keluarga

keluarga menurut UU No. 52 tahun 2009 unit terkecil dalam

masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya,

atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Keluarga adalah

sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi

yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan

meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial

dari tiap anggota keluarga (friedman, 2013).

2. Tipe keluarga

Menurut Nadirawati (2018) pembagian tipe keluarga adalah :

1. Keluarga Tradisional

a. Keluarga Inti (The Nuclear Family) adalah keluarga

yang terdiri dari suami, istri, dan anak baik dari sebab

biologis maupun adopsi yang tinggal bersama dalam

satu rumah. Tipe keluarga inti diantaranya:

1) Keluarga Tanpa Anak (The Dyad Family) yaitu

keluarga dengan suami dan istri (tanpa anak) yang

hidup bersama dalam satu rumah.

2) The Childless Familyyaitu keluarga tanpa anak

dikarenakan terlambat menikah dan untuk


19

mendapatkan anak terlambat waktunya disebabkan

mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.

3) Keluarga Adopsi yaitu keluarga yang mengambil

tanggung jawab secara sah dari orang tua kandung

ke keluarga yang menginginkan anak.

b. Keluarga Besar (The Extended Fmily) yaitu keluarga

yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama

dalam satu rumah, contohnya seperti nuclear family

disertai paman, tante, kakek dan nenek.

c. keluarga Orang Tua Tunggal (The Single-Parent

Family) yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua

(ayah atau ibu) dengan anak. Hal ini biasanya terjadi

karena perceraian, kematian atau karena ditinggalkan

(menyalahi hukum pernikahan).

d. Commuter Family yaitu kedua orang tua (suami-istri)

bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota

tersebut sebagai tempat tinggal dan yang bekerja di luar

kota bisa berkumpul dengan anggota keluarga pada saat

akhir minggu, bulan atau pada waktuwaktu tertentu.

e. Multigeneration Family yaitu kelurga dengan beberapa

generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama

dalam satu rumah.


20

f. Kin-Network Family yaitu beberapa keluarga inti yang

tinggal dalam satu tumah atau berdekatan dan saling

menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama.

Contohnya seperti kamar mandi, dapur, televise dan

lain-lain.

g. Keluarga Campuran (Blended Family) yaitu duda atau

janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan

membesarkan anak dari hasil perkawinan atau dari

perkawinan sebelumnya.

h. Dewasa Lajang yang Tinggal Sendiri (The Single Adult

Living Alone), yaitu keluarga yang terdiri dari orang

dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau

perpisahan (separasi), seperti perceraian atau ditinggal

mati.

i. Foster Familyyaitu pelayanan untuk suatu keluarga

dimana anak ditempatkan di rumah terpisah dari orang

tua aslinya jika orang tua 9 dinyatakan tidak merawat

anak-anak mereka dengan baik. Anak tersebut akan

dikembalikan kepada orang tuanya jika orang tuanya

sudah mampu untuk merawat.

j. Keluarga Binuklir yaitu bentuk keluarga setela cerai di

mana anak menjadi anggota dari suatu sistem yang

terdiri dari dua rumah tangga inti.


21

2. Keluarga Non-tradisional

a. keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu)

dengan anak dari hubungan tanpa nikah.

b. keluarga dengan orang tua tiri.

c. beberapa keluarga (dengan anak) yang tidak ada

hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu

rumah, sumber, dan fasilitas yang sama, pengalaman

yang sama; serta sosialisasi anak melalui aktivitas

kelompok/membesarkan anak bersama.

d. keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan

tanpa melakukan pernikahan.

e. seseorang yang mempunyai persamaan seks hidup

bersama sebagaimana ‘marital partners’.

f. orang dewasa yang tinggal bersama diluar hubungan

perkawinan melainkan dengan alasan tertentu.

g. beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat

rumah tangga bersama yang saling merasa 10 menikah

satu dengan lainnya, berbagi sesuatu termasuk seksual

dan membesarkan anak.

h. keluarga inti yang dibatasi aturan/nilai-nilai, hidup

berdekatan satu sama lain, dan saling menggunakan

alat-alat rumah tangga bersama, pelayanan, dan

bertanggung jawab membesarkan anaknya.


22

i. keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan

keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat

orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan

untuk menyatukan kembali keluarga aslinya.

j. keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai

perlindungan yang permanen karena krisis personal

yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau

masalah kesehatan mental.

k. bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda

yang mencari ikatan emosional dan keluarga

mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam

kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

3. Fungsi keluarga

Menurut Friedman (2013) ada lima fungsi keluarga:

a. Fungsi afektif

Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan

kebutuhan psikososial anggota keluarga. Melalui

pemenuhan fungsi ini, maka keluarga akan dapat mencapai

tujuan psikososial yang utama, membentuk sifat kemanusiaan

dalam diri anggota keluarga, stabilisasi kepribadian dan tingkah

laku, kemampuan menjalin secara lebih akrab, dan harga diri.

b. Fungsi sosialisasi dan penempatan sosial


23

Sosialisasi dimulai saat lahir dan hanya diakhiri dengan

kematian. Sosialisasi merupakan suatu proses yang

berlangsung seumur hidup, karena individu secara lanjut

mengubah perilaku mereka sebagai respon terhadap situasi

yang terpola secara sosial yang mereka alami. Sosialisasi

merupakan proses perkembangan atau perubahan yang dialami

oleh seorang individu sebagai hasil dari interaksi sosial dan

pembelajaran peran-peran sosial.

c. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan

menambah sumber daya manusia.

d. Fungsi ekonomi

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan

keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan

kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga.

e. Fungsi perawatan kesehatan

Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan.

Perawatan kesehatan dan praktik-praktik sehat (yang

memengaruhi status kesehatan anggota keluarga secara


24

individual) merupakan bagian yang paling relevan dari fungsi

perawatan kesehatan.

4. Tahap perkembangan keluarga

tahap perkembangan keluarga adalah sebagai berikut :

a. Tahap I ( Keluarga dengan pasangan baru )

Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga

baru dengan pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai

kehubungan intim yang baru. Tahap ini juga disebut sebagai tahap

pernikahan. Tugas perkembangan keluarga tahap I adalah

membentuk pernikahan yang memuaskan bagi satu sama lain,

berhubungan secara harmonis dengan jaringan kekerabatan,

perencanaan keluarga.

b. Tahap II (Childbearing family)

Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai

berusia 30 bulan.Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah

satu kunci menjadi siklus kehidupan keluarga.

Tugas perkembangan tahap II adalah membentuk keluarga

muda sebagai suattu unit yang stabil ( menggabungkan bayi yang

baru kedalam keluarga), memperbaiki hubungan setelah terjadinya

konflik mengenai tugas perkembangan dan kebutuhan berbagai

keluarga, mempertahankan hubungan pernikahan yang

memuaskan, memperluas hubungan dengan hubungan dengan


25

keluarga besar dengan menambah peran menjadi orang tua dan

menjadi kakek/nenek.

c. Tahap III (Keluarga dengan anak prasekolah)

Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak

pertama berusia 2½ tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun.

Keluarga saat ini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan

posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-laki, dan

putri-saudara perempuan.

Tugas perkembangan keluarga tahap III adalah memenuhi

kebutuhan anggota keluarga akan rumah, ruang, privasi dan

keamanan yang memadai, menyosialisasikan anak, mengintegrasi

anak kecil sebagai anggota keluarga baru sementara

tetapmemenuhi kebutuhan anak lain, mempertahankan hubungan

yang sehat didalam keluarga dan diluar keluarga.

d. Tahap IV (Keluarga dengan anak sekolah)

Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah

dalam waktu penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika

ia mencapai pubertas, sekitar 13 tahun. Keluarga biasanya

mencapai jumlah anggota keluarga maksimal dan hubungan

keluarga pada tahap ini juga maksimal.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap IV adalah

menyosialisasikan anak- anak termasuk meningkatkan restasi,

mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan.


26

e. Tahap V (Keluarga dengan anak remaja)

Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus

atau perjalanan kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini

berlangsung selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih

singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih

lama, jika anak tetap tinggal dirumah pada usia lebih dari 19 atau20

tahun.

Tujuan utama pada keluarga pada tahap anak remaja adalah

melonggarkan ikatan keluarga untuk meberikan tanggung jawab

dan kebebasan remaja yang lebih besar dalam mempersiapkan diri

menjadi seorang dewasa muda.

f. Tahap VI ( keluarga melepaskan anak dewasa muda)

Permulaan fase kehidupan keluarga in ditandai dengan

perginya anak pertama dari rumah orang tua dan berakhir dengan

“kosongnya rumah”, ketika anak terakhir juga telah meninggalkan

rumah.

Tugas keluarga pada tahap ini adalah memperluas lingkaran

keluarga terhadap anak dewasa muda, termasuk memasukkan

anggota keluarga baru yang berasal dari pernikahan anak-anaknya,

melanjutkan untuk memperbarui dan menyesuaikan kembali

hubungan pernikahan, membantu orang tua suami dan istri yang

sudah menua dan sakit.

g. Tahap VII (Orang tua paruh baya)


27

Merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai

ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan

pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tugas perkembangan

keluarga pada tahap ini adalah menyediakan lingkungan yang

meningkatkan kesehatan, mempertahankan kepuasan dan hubungan

yang bermakna antara orangtua yang telah menua dan anak mereka,

memperkuat hubungan pernikahan.

h. Tahap VIII (Keluarga lansia dan pensiunan)

Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan

pensiun salah satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai salah satu

kehilangan pasangan dan berakhir dengan kematian pasangan

lain.Tujuan perkembangan tahap keluarga ini adalah

mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan.

5. Tugas kesehatan keluarga

tugas-tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan menurut

(kementrian RI, 2017) adalah :

1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota

keluarganya,

2. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat,

3. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,

4. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk

kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya,


28

5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan

fasilitas kesehatan.

6. Peran perawat keluarga

Ada tujuh peran perawat keluarga menurut Sudiharto dalam Fajri

(2017) adalah sebagai berikut:

a. Sebagai pendidik

Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan

pada keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam

merawat anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan.

b. Sebagai koordinator pelaksan pelayanan kesehatan

Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan

keperawatan yang komprehensif.Pelayanan keperawatan yang

bersinambungan diberikan untuk menghindari kesenjangan

antara keluarga dan unit pelayanan kesehatan.

c. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan

Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga

melalui kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit

yang memiliki masalah kesehatan.Dengan demikian, anggota

keluarga yang sakit dapat menjadi “entry point” bagi perawatan

untuk memberikan asuhan keperawatan keluarga secara

komprehensif.

d. Sebagai supervisi pelayanan keperawatan


29

Perawat melakukan supervisi ataupun pembinaan terhadap

keluarga melalui kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap

keluarga berisiko tinggi maupun yang tidak. Kunjungan rumah

tersebut dapat direncanakan terlebih dahulu atau secara

mendadak, sehingga perawat mengetahui apakah keluarga

menerapkan asuhan yang diberikan oleh perawat.

e. Sebagai pembela (advokat)

Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi

hakhak keluarga klien.Perawat diharapkan mampu mengetahui

harapan serta memodifikasi system pada perawatan yang

diberikan untuk memenuhi hak dan kebutuhan keluarga.

Pemahaman yang baik oleh keluarga terhadap hak dan

kewajiban mereka sebagai klien mempermudah tugas perawat

untuk memandirikan keluarga.

f. Sebagai fasilitator

Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan

masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan

keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat

membantu jalan keluar dalam mengatasi masalah.

g. Sebagai peneliti
30

Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami

masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh angota

keluarga.Masalah kesehatan yang muncul didalam keluarga

biasanya terjadi menurut siklus atau budaya yang dipraktikkan

keluarga.

Selain peran perawat keluarga di atas, ada juga peran perawat keluarga

dalam pencegahan primer, sekunder dan tersier, sebagai berikut :

a. Pencegahan Primer

Peran perawat dalam pencegahan primer mempunyai peran

yang penting dalam upaya pencegahan terjadinya penyakit dan

memelihara hidup sehat.

b. Pencegahan sekunder

Upaya yang dilakukan oleh perawat adalah mendeteksi dini

terjadinya penyakit pada kelompok risiko, diagnosis, dan

penanganan segera yang dapat dilakukan oleh perawat.

Penemuan kasus baru merupakan upaya pencegahan

sekunder, sehingga segera dapat dilakukan tindakan. Tujuan

dari pencegahan sekunder adalah mengendalika perkembangan

penyakit dan mencegah kecacatan lebih lanjut. Peran perawat

adalah merujuk semua anggota keluarga untuk skrining,

melakukan pemeriksaan, dan mengkaji riwayat kesehatan.

c. Pencegahan tersier
31

Peran perawat pada upaya pencegahan tersier ini bertujuan

mengurangi luasnya dan keparahan masalah kesehatan,

sehingga dapat meminimalkan ketidakmampuan dan

memulihkan atau memelihara fungsi tubuh. Fokus utama

adalah rehabilitasi. Rehabilitasi meliputi pemulihan terhadap

individu yang cacat akibat penyakit dan luka, sehingga

mereka dapat berguna pada tingkat yang paling tinggi secara

fisik, sosial, emosional.

C. Konsep dasar asuhan keperawatan keluarga

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan

keperawatan, agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai

dengan keadaan keluarga sumber informasi dari tahapan pengkajian

dapat menggunakan metode:

1) Wawancara keluarga.

2) Observasi fasilitas rumah

3) Pemeriksaan fisik dari anggota keluarga.

4) Data sekunder: hasil laboratorium, hasil X-ray, pap smear, dan

sebagainya.

Adapun data yang harus dikaji dalam keluarga meliputi:

1. Data Umum Keluarga

Pengkajian data umum keluarga meliputi:

a. Nama Kepala Keluarga


32

Data ini berisi siapa orang yang menjadi pemimpin dalam

keluarga pasien yang menjadi responden.

b. Alamat dan Telepon

Data ini menjelaskan tentang dimana alamat rumah keluarga

yang menjadi responden dalam penelitian yang dipakai, serta

bagaimana cara pihak peniliti menghubungi pihak responden.

c. Pekerjaan KK

Data ini menjelaskan tentang apa pekerjaan sehari-hari dari

kepala keluarga pihak responden.

d. Pendidikan KK

Data ini berisi tentang apa pendidikn terakhir dari kepala

keluarga pihak responden.

e. Komposisi Keluarga

f. Genogram/ Silsilah Keluarga

Data genogram berisi silsilah keluarga yang minimal terdiri

dari tiga generasi disajikan dalam bentuk bagan dengan

menggunakan simbol-simbol atau sesuai format pengkajian

yang dipakai.

g. Tipe Keluarga

Data ini menjelaskan mengenai tipe keluarga saat ini

berdasarkan tipe pembagian keluarga tradisional dan non

tradisional.

h. Suku Bangsa
33

Data ini menjelaskan mengenai suku bangsa anggota keluarga

serta budaya yang terkait dengan kesehatan. Suku bangsa yang

dimaksud seperti jawa, sunda, batak, dan lain sebagainya.

i. Agama

Data ini menjelaskan mengenai agama yang dianut masing-

masing anggota keluarga serta aturan agama yang dianut

keluarga terkait dengan kesehatan.

j. Status Sosial Ekonomi

Data ini menjelaskan mengenai pendapatan KK maupun

anggota keluarga yang sudah bekerja, kebutuhan sehari-hari

serta harta kekayaan atau barang- barang yang dimiliki

keluarga.

k. Akvifitas Rekreasi Keluarga

Data ini menjelaskan mengenai kebiasaan keluarga dalam

rekreasi atau refreshing. Rekreasi tidak harus ke tempat wisata,

namun menonton TV, mendengarkan radio juga merupakan

aktivitas rekreasi keluarga.

2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

a. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Data ini menjelaskan mengenai tugas dalam tahap

perkembangan keluarga yang saat ini.

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


34

Data ini menjelaskan mengenai tugas dalam tahap

perkembangan keluarga yang saat ini belum terpenuhi dan

mengapa belum terpenuhi.

c. Riwayat keluarga inti

Data ini menjelaskan mengenai penyakit keturunan, riwayat

kesehatan masing-masing anggota keluarga, status imunisasi,

sumber kesehatan yang biasa digunakan serta pengalamannya

menggunakan pelayanan kesehatan.

d. Riwayat keluarga sebelumnya

Data ini menjelaskan riwayat kesehatan dari pihak suami istri.

3. Pengkajian Lingkungan

a. Karakteristik rumah

Data ini menjelaskan mengenai luas rumah, kondisi dalam dan

luar rumah, kebersihan rumah, ventilasi rumah, saluran

pembuangan air limbah (SPAL), air bersih, pengelolaan

sampah, kepimilikan rumah, kamar mandi/WC, denah rumah,

serta jarak WC ke sumber air.

b. Karakteristik tetangga dan komunitas setempat

Data ini menjelaskan mengenai lingkungan fisik setempat,

kebiasaan, budaya yang mempengaruhi kesehatan.

c. Mobilitas geografis keluarga

Data ini menjelaskan mengenai kebiasaan keluarga berpindah

tempat dan dampaknya terhadap kondisi keluarga.


35

d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.

Data ini menjelaskan mengenai kebiasan keluarga berkumpul,

sejauh mana keterlibatan keluarga dalam pertemuan dengan

masyarakat.

e. Sistem pendukung keluarga

Data ini menjelaskan mengenai jumlah anggota keluarga yang

sehat, fasilitas keluarga, dukungan keluarga, dan masyarakat

sekitar terkait dengan kesehatan, dan lain sebagainya.

4. Struktur Komunikasi Keluarga

a. Pola komunikasi keluarga

Data ini menjelaskan mengenai cara komunikasi dengan

keluarga serta cara keluarga memecahkan masalah.

b. Struktur kekuatan keluarga

Data ini menjelaskan mengenai kemampuan keluarga bila ada

anggota keluarga yang mengalami masalah.

c. Struktur peran

Data ini menjelaskan mengenai tentang menjelaskan perang

anggota keluarga dalam keluarga dan masyarakat yang terbagi

menjadi pera formal dan informal.

d. Nilai/norma keluarga
36

Data ini menjelaskan mengenai nilai atau norma yang dianut

keluarga terkait dengan kesehatan.

5. Fungsi Keluarga

a. Fungsi Afektif

Perasaan memiliki, dukungan, kehangatan kasih sayang, saling

menghargai dan lain sebagainya.

b. Fungsi Sosialisasi

Interaksi dan hubungan dengan anggota keluarga, proses

mendidik anak, disiplin, norma, budaya, perilaku.

c. Fungsi perawatan kesehatan

Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,

pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang

sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat-

sakit, kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan

kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluargan

melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga

mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan,

untuk melaksanakan tindak, melakukan perawatan terhadap

anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang

dapat meningkatkan kesehatan dan keluarga mampu

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan

setempat.

d. Fungsi reproduksi
37

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga

adalah :

a) Berapa jumlah anak.

b) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota

keluarga.

c) Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya

mengendalikan jumlah anggota keluarga.

d) Fungsi ekonomi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi adalah:

a. Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan

sandang, pangan, papan.

b. Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang

ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status

kesehatan keluarga.

6. Stress dan Koping Keluarga

a. Stresor jangka pendek dan panjang

a) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami

keluarga yang memrlukan penyelesaian dalam waktu 6

bulan.

b) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami

keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu

lebih dari 6 bulan.

b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor


38

Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon

terhadap situasi atau stressor.

c. Strategi koping yang digunakan

Strategi koping apa yang digunakan keluar bila menghadapi

permasalahan

d. Strategi adaptasi disfungsional

Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang

digunakan keluarga bila menghadpi permasalah.

7. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.

Metode yang digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik.

1) Breathing (B1)

Inspeksi: Adanya dyspnea, takipnea Palpasi: Normal

Perkusi: Suara paru sonor atau pekak

Auskultasi: Adanya suara napas tambahan wheezing atau

rhonchi yang muncul akibat dari komplikasi gejala lain.

2) Blood (B2)

Inspeksi: Adanya hipertensi, dan Sianosis akral.

Palpasi: Penghitungan frekuensi denyut nadi meliputi irama

dan kualitas denyut nadi. Takikardi, Palpitasi (sebagai bentuk

takikardia kompensasi).

Perkusi: Terdengar pekak pada ICS 2 kanan dan kiri samapi

dengan ICS 5 kiri.


39

Auskultasi: Bunyi jantung abnormal, tekanan darah terjadi

peningkatan sistolik, namun normal pada diastolik.

3) Brain (B3)

Inspeksi: Kesadaran biasanya compos mentis, sakit kepala,

gelisah.

4) Bladder (B4)

Inspeksi: Warna urin normal dan tidak ada perdarahan

disepanjang saluran kemih

Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih

5) Bowel (B5)

Inspeksi: Klien tidak mengalami mual muntah, tidak

mengalami penurunan nafsu makan, dan tidak mengalami

peningkatan lingkar abdomen. Tidak ada hematemesis dan

melena.

Palpasi: Tidak ada nyeri tekan abdomen, splenomegaly,

pendarahan pada saluran cerna

Perkusi: Tidak ada bunyi pekak karena adanya pendarahan

pada daerah dalam abdomen

Auskultasi: Terdengar bising usus normal (normal

5-12x/menit).

6) Bone (B6)
40

Inspeksi: Adanya nyeri otot sendi dan punggung, aktivitas

mandiri terhambat, atau mobilitas dibantu sebagian akibat

kelemahan. Toleransi terhadap aktivitas rendah.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosakeperawatanadalahpenilaianklinismengenairesponklienterhad

apmasalahKesehatanatauproseskehidupanyangdialaminyabaikyangberl

angsungactualmaupunpotensial.Diagnosakeperawatanbertujuanuntukm

engidentifikasirespons klien individu,keluarga dan komunitas terhadap

situasiyangberkaitandenganKesehatan(TimPokja

SDKIDPPPPNI,2018).

Diagnosakeperawatanyangdipergunakandalamhaliniantaralain:

1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan ketidak mampuan

keluarga mengenal masalah kesehatan.

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang

tepat.

3. Resiko infeksiberhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit.

3. Intervensi keperawatan atau perencanaan keperawatan


41

Menurut(TimPokjaSIKIDPPPPNI,2017),rencanakeperawata

n merupakan segala bentuk terapi yang dikerjakan oleh perawat

yangdidasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk

mencapai peningkatan,pencegahan dan pemulihan kesehatan klien

individu, keluarga dan komunitas.Berikut adalah intervensi untuk

pasien dengan gangguan integritas kulit berdasarkan

StandarLuaranKeperawatanIndonesia(SLKI)danStandarIntervensi

KeperawatanIndonesia,(SIKI)(Tim PokjaSIKI DPPPPNI,2017)

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
(SDKI)
1. Gangguan integritas Setelah dilakukan Perawatan Integritas Kulit Perawatan Integritas Kulit
kulityang berhubungan kunjungan selama .. x 24 dan pendidikan kesehatan dan pendidikan kesehatan
dengan ketidakmampuan jam, keluarga dapat: Observasi Observasi :
keluarga mengenal 1. Mengenal masalah 1. Identifikasi penyebab 1. Mengetahui penyebab
masalah kesehatan anggota dermatitis atopik gangguan kerusakan gangguan integritas
keluarga yang mengalami 2. Pengertian integritas kulit kulit
dermatitis atopik. dermatitis atopik
Definisi : 3. Penyebab dermatitis Edukasi : Edukasi :
Kerusakan kulit atopik 1. Berikan pendidikan 1. Menambah
(dermisdan/epidermis) atau 4. Tanda-tanda kesehatan pada pengetahuan untuk
jaringan (membran dermatitis atopik keluarga tentang meningkatkan
mukosa, kornea, fasia, 5. Identifikasi dermatitis atopik ; manajemen kesehatan
otot, tendon, tulang, penyebab dan tanda- pengertian, tanda dan
2. Menghindari terjadinya
kartilago, kapsul sendi tanda gejala gejala, faktor yang
iritasi pada kulit
dan/atau ligamen) dermatitis atopik mempengaruhi,
Merupakan gangguan komplikasi 3. Untuk menjaga
integritas kulit (Tim Pokja 2. Diskusikan pada kelembaban kulit
DPP PPNI, 2017). keluarga tentang cara 4. Untuk menjaga hidrasi
pencegahan kulit
3. Anjurkan keluarga 5. Menghindari terjadinya
untuk menggunakan kulit kering
pelembab 6. Untuk menjaga
kebersihan kulit
4. Anjurkan keluarga
untuk minum air yang
cukup
5. Anjurkan keluarga
untuk menghindari
terpapar suhu ekstrem
6. Anjurkan keluarga
untuk mandi dengan
menggunakan sabun
42

secukupnya

Pemberian Obat Topikal Pemberian Obat Topikal


Observasi : Observasi :
1. Identifikasi 1. Mengetahui adanya
kemungkinan alergi, alergi dan interaksi
interaksi dan obat lainnya
konraindikasi obat 2. Mengetahui tanggal
2. Periksa tanggal kadaluwarsa obat
kadaluwarsa obat 3. Mengetahui efek
terapeutik yang
3. Monitor efek terapeutik ditimbulkan oleh obat
obat

Terapeutik : Terapeutik :
1. Lakukan prinsip enam 1. Menghindari hal-hal
benar yang tidak diinginkan
2. Cuci tangan dan pakai yang diakibatkan oleh
sarung tangan pemberian obat
3. Bersihkan kulit 2. Menjaga kebersihan
4. Oleskan obat pada kulit tangan dan mengindari
infeksi nosocominal
3. Agar tidak terjadi
infeksi
4. Mengaplikasikan obat
topikal

2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan Perawatan gangguan pola Perawatan gangguan pola
berhubungan dengan kunjungan selama … x tidur tidur
ketidakmampuan keluarga 24 jam, maka keluarga Observasi : Observasi :
mengambil keputusan dapat: 1. Anjurkan keluarga 1. Untuk mengetahui
untuk tindakan kesehatan 1. Mengambil mengkaji kebutuhan kebutuhan tidur pasien
yang tepat keputusan untuk tidur pasien 2. Untuk mengetahui
Definisi : masalah kesehatan 2. Anjurkan keluarga lingkungan yang
Gangguan pola tidur 2. Mengidentifikasi menciptakan nyaman untuk pasien
merupakangangguan yang hal-hal yang lingkungan yang 3. Untuk
terjadi pada kualitas meningkatkan tidur nyaman mempertahankan
dankuantitas waktu 3. Anjurkan keluarga kenyamanan tidur
tidurseseorang akibat mempertahankan 4. Supaya cepat sembuh
faktor eksternal (Tim fasilitas aktivitas dari gangguan pola
Pokja SDKI DPPPPNI, sebelum tidur tidur
2016) 4. Anjurkan pasien untuk 5. Mengetahui faktor
istirahat yang dapat
5. Jelaskan pentingnya memperberat gangguan
tidur yang adekuat pola tidur
6. Diskusikan ke keluarga 6. Untuk meningkatkan
pasien tentang tidur pasien
dukungan untuk
memenuhi tidur pasien

Edukasi : Edukasi :
1. Jelaskan ke keluarga 1. Menambah
43

penyebab gangguan pengetahuan keluarga


tidur mengenai penyebab
2. Jelaskan ke keluarga gangguan tidur
strategi untuk 2. Menambah wawasan
meningkatkan tidur keluarga mengenai
strategi meredakan sara
nyeri

Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Pemberian analgetik 1. Membantu mengurangi
jika perlu rasa nyeri dengan
farmakologi

Terapeutik : Terapeutik :
6. Ciptakan lingkungan 1. Menjaga ketenangan
yang tenang tanpa dan kenyamanan pasien
gangguan dengan 2. Menjaga kenyamanan
pencahayaan dan suhu keluarga
ruang yang nyaman 3. Agar keluarga
7. Menganjurkan keluarga merasakan
untuk menggunakan kenyamanan
pakaian yang longgar
8. Gunakan nada suara
yang lembut dengan
irama yang lambat dan
berirama

3. Resiko infeksi Setelah dilakukan Manajemen resiko Manajenem resiko


berhubungan dengan kunjungan selama … x Observasi : Observasi :
ketidakmampuan keluarga 24 jam, maka kelurga 1. Identifikasi lokasi, 1. Mengetahui lokasi,
memberikan perawatan mampu : karakteristik karakteristik,
kepada anggota keluarga 1. Mengenal masalah 2. Identifikasi faktor yang 2. Mengetahui faktor
yang sakit resiko infeksi dapat memperparah yang dapat
Definisi : dermatitis 3. Monitor efek samping memperparah
Risiko Infeksi yaitu 2. Memodifikasi penggunaan analgetik 3. Mengetahui efek
Berisiko mengalami masalah untuk samping penggunaan
Peningkatan terserang mengatasi resiko analgetik
organisme patogenik (Tim infeksi
Pokja SDKI DPP PPNI, 3. Melakukan Terapeutik : Terapeutik :
2017). pengobatan 1. Berikan terapi 1. Membantu mengurangi
tradisional nonfarmakologi dengan terapi
untukmenyembuhk 2. Kontrol lingkungan nonfarmakologis
an dermatitis atopik sekitar yang dapat 2. Mempertahankan
memperparah kenyamanan pasien
dermatitis atopik dengan mengontrol
keadaan lingkungan

Edukasi : Edukasi :
1. Jelaskan penyebab 1. Menambah wawasan
resiko infeksi pasien dan keluarga
44

mengenai resiko infeksi


2. Menambah
pengetahuan pasien dan
2. Jelaskan strategi keluarga mengenai
mengurangi resiko strategi mengurangi
resiko

Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Pemberian analgetik 1. Membantu mengurangi
jika perlu resiko

Pemberian Analgetik Pemberian Analgetik


Observasi : Observasi :
1. Identifikasi 1. Mengetahui
karakteristik resiko karakteristik resiko
infeksi infeksi
2. Identifikasi riwayat 2. Mengetahui riwayat
alergi obat alergi obat pasien
3. Identifikasi kecocokan 3. Menentukan analgetik
jenis analgetik dengan yang cocok dengan
tingkat keparahan tingkat keparahan
dermatitis atopik dermatitis atopik
4. Monitor tanda-tanda 4. Mengetahui perubahan
vital sebelum dan tanda-tanda vital pasien
sesudah pemberian 5. Mengetahui efektifitas
analgetik analgetik
5. Monitor efektifitas
analgetik

Terapeutik : Terapeutik :
4. Dokumentasikan 1. Mencatat respon pasien
respon terhadap efek terhadap analgetik dan
samping analgetik dan efek samping yang
efek yang tidak tidak diinginkan
diinginkan

Edukasi : Edukasi :
1. Jelaskan efek terapi 1. Menambah
dan efek samping obat pengetahuan pasien dan
keluarga mengenai efek
samping obat yang
diberikan

4. Penatalaksanaanatauimplementasi
45

Merupakan bagian aktif dalam asuhan keperawatan yang

dilakukan

olehperawatsesuaidenganrencanatindakan.Tindakankeperawatanmelip

uti,tindakankeperawatan,observasikeperawatanpendidikankesehatan/

keperawatan,tindakanmedisyangdilakukanolehperawat(Tim Pokja

SIKI DPP PPNI, 2017).

5. EvaluasiKeperawatan

Evalusi adalah membandingkan status keadaan pasien dengantujuan

ataukriteriahasilyangditetapkan.Evaluasimerupakantahapakhirdarisuatu

proseskeperawatanuntukdapatmenentukansuatukeberhasilanasuhankep

erawatan.EvaluasididokumentasikandalambentukSOAP(subjektif,obje

ktif,assessment,planning), (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2017).


46

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan

dalam melakukan prosedur penelitian( Hidayat,2014). Desain penelitian

yang di gunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah studi kasus yang

bertujuan untuk mengeksplorasi proses asuhan keperawatan pada pasien

…dengan dermatitis atopikdi Desa Kulim Wilayah kerja puskesmas

Tenayan Raya Pekanbaru tahun 2022.

B. Batas Istilah

Batasan istilah dalam laporan kasus ini adalah asuhan keperawatan

dermatitis atopik pada pasien dengan masalah keperawatan gangguan

integritas kulit. Istilah-istilah yang digunakan dalam laporan kasus ini

meliputi asuhan keperawatan dermatitis atopik.

1. Asuhan keperawatan

Asuhan keperawatan adalah suatu proses keperawatan yang dimulai

dari pengkajian keperawatan, implementasi keperawatan, intervensi

keperawatan dan evaluasi keperawatan dimana proses asuhan

keperawatan ini memandang klien sebagai holistic (utuh) untuk

mengatasi satu permasalahan yang ada pada klien.


47

2. Klien adalah individu yang mencari atau menerima perawatan medis

klien dalam studi kasus ini adalah 1 klien dengan diagnosa medis dan

masalah keperawatan yang sama.

3. Dermatitis atopik merupakan salah satu jenis dermatitis (eksim) yang

terjadi akibat adanya peradangan pada kulit, kondisi ini bisa disertai

dengan kulit yang memerah, kering, dan pecah-pecah.

C. Partisipan

Partisipan dalam penyusunan kasus ini adalah seorang klien dengan

diagnosa mengalami dermatitis atopikdi Wilayah Kerja Puskesmas

Tenayan Raya Pekanbaru. Klien yang dipilih adalah:

1. 1klien yang mengalami dermatitis atopik

2. 1 klien yang bersedia untuk dilakukan penelitian studi kasus

D. Lokasi dan waktu penelitian

Studi kasus ini direncanakan di Desa Kulim Wilayah Kerja

Puskesmas Tenayan Raya Pekanbaru dilakukan secara individu yang

direncanakan pada bulan juni tahun 2022.

E. Pngumpulan Data

Pengumpulan data merupakan kegiatan penelitian untuk

mengumpulkan data. Sebelum mengumpulkan data, perlu adanya alat ukur

pengumpulan data agar dapat memperkuat hasil penelitian. Dalam


48

penelitian alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data sebagai

berikut :

1. Wawancara

Data yang diperoleh dari wawancara adalah hasil anamnesis yang

berisi identitas klien,usia, jenis kelamin, riwayat penyakit sekarang,

riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga , riwayat

psikososial, keluhan utama yang umum terjadi pada klien.

2. Observasi

Observasi yang dilakukan kepada klien bertujuan untuk mendapatkan

data yang akan dibutuhkan oleh peneliti dalam penyusunan KTI.

Observasi yang dilakukan pada klien dermatitis atopikmeliputi tanda

dan keluhan kerusakan integritas kulit.

3. Studi dokumentasi dan angket

Pada studi dokumentasi dan angket, pengumpulan data diperoleh

dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen hasil dari

pemeriksaan diagnostic dan data lain yang releven. Pada penelitian ini

prosedur pengumpulan data dimulai dari sebelum penelitian dengan

melakukan studi pendahuluan.

Adapun untuk langkah-langkahpengumpulan datanya adalah sebagai

berikut:

a. Penulis meminta surat rekomendasi surat izin penelitian dari Ka

Prodi D3 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Tuanku Tambusai.
49

b. Penulis mendatangi Puskesmas Pekanbaru dan menyerahkan surat

izin penelitian dari institusi untuk mendapatkan surat ke

DesaKulim Wilayah Kerja Puskesmas Tenayan raya Pekanbaru.

c. Penulis meminta izin kepada kepala Puskesmas Tenayan Raya

untuk meminta data pasien dermatitis atopik tahun 2022.

d. Penulis meminta izin kepada kepala Puskesmas Tenayan Raya

untuk mengajukan penelitian dengan mengajukan surat penelitian

dari Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai.

e. Setelah mendapatkan izin untuk melakukan penelitian, penulis

kemudian meminta izin untuk melakukan penelitian dengan

mengajukan surat keterangan diperbolehkan untuk melakukan

penelitian.

f. Setelah mendapatkan izin dari kepala Puskesmas Tenayan Raya

dan Kepala Desa Kulim penulis menentukan satu responden

penelitian sesuai dengan kriteria unit analisis( subjek penelitian ).

g. Setelah menentukan satu responden penulis menjelaskan

maksud,tujuan, manfaat, dan prosedur selama penelitian .

h. Penelitian meminta persetujuan penanggung jawab atau keluarga

dari responden untuk dijadikan subjek penelitian dengan mengisi

informed consent.

i. Setelah mendapatkan persetujuan dari keluarga atau penanggung

jawab responden, penulis mengumpulkan data pasien dengan


50

wawancara, pemeriksaan fisik, observasi untuk memperoleh data

skunder.

F. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data atau

informasi yang diperoleh dalam penelitian sehingga mengahsilkan

data dengan validitas tinggi. Disamping integritas peneliti (karena

peneliti menjadi instrument utama), uji keabsahan data dilakukan

dengan:

a. Memperpanjang waktu pengamatan / tindakan dalam studi kasus

ini waktu yang ditentukan adalah 5 hari, akan tetapi jika belum

mencapai validitas yang diinginkan maka waktu untuk

mendapatkan data studi kasus diperpanjang 2 hari. Sehingga yang

diperlukan adalah 7 hari dalam studi kasus ini.

b. Metode triangulasi merupakan metode yang dilakukan peneliti

pada saat mengumpulkan dan menganalisis data dengan

memanfaatkan pihak lain untuk memperjelas data atau informasi

yang telah diperoleh dari responden, ada pun pihak lain dalam

studi kasus ini adalah keluarga klien, perawat dan perawat yang

pernah mengatasi masalah yang sama dengan klien.

G. Etika Penelitian

1. Informed consent
51

Persetujuan yang diberikan pada klien yang berisi tentang tujuan

dilakukan tindakan keperawatan yang bertujuan agar klien dapat

mengontrol kerusakan integritas kulit. Dampak yang ditimbulkan

jika tidak dapat mengontrol kerusakan integritas kulit akan

mengalami penurunan aktivitas kehidupan sehari-hari.

2. Anominity (tanpa nama)

laporan yang dituliskan diberikan nama melainkan hanya inisial.

Laporan yang dituliskan pada asuhan keperawatan bertuliskan

inisial.

3. Kerahasiaan (confidentiality)

Data yang diperoleh akan dijaga oleh peneliti tidak disebarluaskan.

Data yang didapatkan juga akan disimpan pada folder yang dijaga

untuk tidak disebarluaskan.

4. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien selama 1 minggu

dengan jedah pada hari minggu secara berturut-turut pada dasarnya

mengacu pada intervensi keperawatan. Semua intervensi

keperawatan yang diberikan pada kedua klien telah

diimplementasikan semua pada kedua klien.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dari tindakan keperawatan pada diagnosakerusakan

integritas kulit yang dialami oleh klien teratasi pada kunjungan

ke ...
52

H. Prosedur Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan pada bulan

April 2022 hingga Mei 2022. Tempat pengumpulan data yaitu di Desa

Kulim yang berada diwilayah Kecamatan Tenayan Raya Kabupaten Riau.

Pengumpulan data dilakukan oleh penulis dengan cara observasi,

wawancara serta dokumentasi guna mendapatkan data yang akurat tentang

kejadian dermatitis atopik pada pasien di wilayah Kecamatan Tenayan

Raya.

I. Analisa Data

1. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi dan

dokumentasi. Hasil di tulis dalam bentuk catatan lapangan. Kemudian

disalin dalam bentuk transkrip.

2. Mereduksi Data

Dari hasil wawancara yang terkumpul dijadikan dalam bentuk catatan

lapangan dijadikan dalam bentuk transkrip dan dikelompokan menjadi

data subjektif dan data objektif.


53

3. Penyajian Data

Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk tabel, gambar, bagan,

privasi dari pasien tetap dijaga dengan cara hanya menuliskan nama

inisial dari pasien tersebut.

4. Kesimpulan

Kesimpulan dapat diambil dari data yang disajikan kemudian dibahas

dan dibandingkan dengan hasil-hasil penulisan terdahulu.


54

Daftar pustaka

Amelia Abdi, D. (2020). Dermatitis Atopik. In Wal’afiat hospital journal (Vol. 1,


pp. 38–48).

et al , 2013). (2014). 2013–2016.

ilmu penyakit kulit dan kelamin. (2016). No Title.

Wijayanti, W. (2020). Correlation S . Aureus Colonization and Serum Il-17 With


Severity of Atopic Dermatitis in Children Welly Wijayanti. 1, 1–15.

Anda mungkin juga menyukai