Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN DEMATITIS PADA ANAK

Disususn oleh :
Anis Nurul Istikhomah
(A12020020)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG

2022/2023
Daftar isi

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………

DAFTAR ISI …………………………………………………………..........

TINJAUAN MEDIS

A. Definisi ………………………………………………………………
B. Etiologi ………………………………………………………………
C. Pathways……………………………………………………………..
D. Manifestasi Klinis ………………………………………………….
E. Pemeriksaan Penunjang ……………………………………………

TINJAUAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian …………………………………………………………..
B. Daftar Diagnosa Keperawatan …………………………………….
C. Intervensi Keperawatan ……………………………………………

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….


TINJAUAN MEDIS

A. Definisi
Dermatitis merupakan suatu peradangan pada lapisan atas kulit yang
menyebabkan rasa gatal, Pada umumnya dermatitis juga disertai dengan tanda-tanda
seperti terbentuknya bintik yang berisi cairan (bening atau nanah) dan bersisik (Djuanda,
2015).
Dermatitis adalah peradangan pada kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon
terhadap pengaruh eksogen dan endogen yang menimbulkan kelainan klinis berupa
kemerahan dan keluhan gatal (Nuraga et al, 2018)
Menurut Ardhie (2014) Dermatitis ialah kelainan kulit yang subyektif ditandai
oleh rasa gatal dan secara klinis terdiri atas ruam polimorfi yang umumnya berbatas tidak
tegas.
B. Etiologi
a. Dermatitis Kontak Iritan
Penyebab dermatitis kontak iritan biasanya pada bahan yang bersifat iritan,
misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam alkali, larutan garam
konsentrat, plastik berat molekul atau bahan kimia higroskopik (Hussain et al.,
2017).
b. Dermatitis Kontak Allergen
Penyebab dermatitis kontak alergen biasanya disebabkan oleh kontak zat-zat yang
bersifat allergen seperti alergi pada obat, seafood, debu, dan bulu (Hussain et al.,
2017).
c. Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik timbul dari interaksi yang rumit antara faktor genetik dan faktor
lingkungan Termasuk di antaranya adalah kerusakan barrier kulit sehingga
membuat kulit lebih mudah teriritasi dengan sabun, udara, suhu, dan pencetus non
spesifik lainnya (Lopez. dkk, 2019).
d. Dermatitis Seboroik
Etiologi dermatitis seboroik (DS) masih belum jelas. Dermatitis seboroik
diketahui sebagai penyakit kulit multifaktorial yang membutuhkan faktor
predisposisi endogen dan eksogen. Patogenik faktor yang penting pada penyakit
ini salah satunya adalah infeksi Malassezia. Selain itu, dermatitis seboroik juga
ditemukan lebih banyak pada populasi yang mengalami supresi sistem imun.
Misalnya pada pasien dengan AIDS, keganasan, ataupun mengonsumsi steroid
(Lopez, dkk, 2019),
C. Pathway

D. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala awal pada penderita dermatitis adalah ditandai dengan adanya
radang (dolor) kemudian kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor) edema atau
pembengkakan dan gangguan fungsi kulit (reaksi inflamasi). Selanjutnya batas kulit tidak
tegas dan terdapat lesi yang dapat timbul secara serentak atau berturut-turut (Djuanda,
2015).
Gejala utama yang dirasakan pasien adalah gatal. Terkadang rasa gatal sudah
muncul sebelum ada tanda kemerahan pada kulit. Gejala kemerahan biasanya akan
muncul pada wajah, lutut, tangan dan kaki. namun tidak menutup kemungkinan
kemerahan muncul di daerah lain. Daerah yang terkena akan terasa sangat kering,
menebal atau keropeng. Pada orang kulit putih, daerah ini pada mulanya akan berwarna
merah muda lalu berubah menjadi cokelat. Sementara itu pada orang dengan kulit lebih
gelap. eksim akan mempengaruhi pigmen kulit sehingga daerah eksim akan tampak lebih
terang atau lebih gelap (Djuanda, 2015).
Dermatitis Atopik: Bisa terjadi pada bayi yang disebut eksim susu. Timbul
disekitar pipi dan bibir. Sedang pada anak dapat dijumpai didaerah lipatan siku.
Dermatitis Kontak: Pada bayi yang menggunakan popok sekali pakai bisa terkena
dermatitis kontak karena popok terlalu lembab dan kontak langsung dengan air kemih
berjam-jam sehingga timbul gejala kemerahan pada lipatan paha dan pantat (Djuanda,
2015).
E. Pemeriksaan penunjang
1. Skin Prick Test (Tes tusuk kulit).
Tes ini untuk memeriksa alergi terhadap alergen hirup dan makanan, misalnya
debu, tungau debu, serpih kulit binatang, udang, kepiting dan lain- lain. Tes ini
dilakukan di kulit lengan bawah sisi dalam, lalu alergen yang diuji ditusukkan
pada kulit dengan menggunakan jarum khusus (panjang mata jarum 2 mm), jadi
tidak menimbulkan luka, berdarah di kulit. Hasilnya dapat segera diketahui dalam
waktu 30 menit Bila positif alergi terhadap alergen tertentu akan timbul bentol
merah gatal. Syarat tes ini:
a. Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang mengandung
antihistamin (obat anti alergi) selama 37 hari, tergantung jenis obatnya.
b. Umur yang dianjurkan 4-50 tahun.
2. Patch Tes (Tes Tempel). Tes ini untuk mengetahui alergi kontak terhadap bahan
kimia, pada penyakit dermatitis atau eksim. Tes ini dilakukan di kulit punggung.
Hasil tes ini baru dapat dibaca setelah 48 jam. Bila positif terhadap bahan kimia
tertentu, akan timbul bereak kemerahan dan melenting pada kulit.
3. RAST (Radio Allergo Sorbent Test).
Tes ini untuk mengetahui alergi terhadap alergen hirup dan makanan. Tes ini
memerlukan sampel serum darah sebanyak 2 cc. Lalu serum darah tersebut
diproses dengan mesin komputerisasi khusus, hasilnya dapat diketahui setelah 4
jam. Kelebihan tes ini dapat dilakukan pada usia berapapun, tidak dipengaruhi
oleh obat-obatan.
4. Skin Test (Tes kulit).
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang disuntikkan.
Dilakukan di kulit lengan bawah dengan cara menyuntikkan obat yang akan di tes
di lapisan bawah kulit. Hasil tes baru dapat dibaca setelah 15 menit. Bila positif
akan timbul bentol, merah, gatal.
5. Tes Provokasi. Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang
diminum, makanan, dapat juga untuk alergen hirup, contohnya debu. Tes
provokasi untuk alergen hirup dinamakan tes provokasi bronkial. Tes ini
digunakan untuk penyakit asma dan pilek alergi. Tes provokasi bronkial dan
makanan sudah jarang dipakai, karena tidak nyaman untuk pasien dan berisiko
tinggi terjadinya serangan asma dan syok. tes provokasi bronkial dan tes
provokasi makanan sudah digantikan oleh Skin Prick Test dan IgE spesifik
metode RAST.
TINJAUAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identifikasi Data
Nama, umur, jenis kelamin, agama, nama anggota keluarga yang tinggal dalam satu
rumah, alamat tempat tinggal keluarga dan diagnose keperawatan
2. Tipe keluarga
Garis keturunan atau silsilah keluarga dari tiga generasi apakah ada yang menderita
kurang energi protein sebelumnya.
3. Latar belakang budaya
Adat istiadat di tempat tinggal keluarga, suku bangsa, agama, sosial, budaya, rekreasi,
kegiatan pendidikan, kebiasaan makan dan berpakaian. Adanya pengaruh budaya
pada peran keluarga dan kekuatan struktur, bentuk rumah, bahasa yang digunakan
sehari hari, komunikasi dalam keluarga, penggunaan tempat pelayanan kesehatan.
4. Pola spiritual
Agama yang dianut dalam keluarga dan kegiatan agama yang diikuti.
5. Status sosial ekonomi budaya
Penghasilan keluarga yang dapat menyebabkan dermatitis karena keadaan gizi
menurun dan biaya untuk pengobatan.
6. Pendidikan
Keadaan ekonomi yang rendah sangat berkaitan dengan masalah pendidikan, ini
disebabkan karena ketidakmampuan keluarga dalam mengatasi masalah yang mereka
hadapi dan kurangnya pengetahuan tentang masalah kurang energi protein pada salah
satu anggota keluarga, sehingga tidak mampu merawat balita dengan baik yang
mengakibatkan kondisi bertambah buruk, dan timbul komplikasi.
7. Aktivitas rekreasi keluarga
Identifikasi aktivitas dalam keluarga, frekuensi aktivitas tiap anggota keluarga dan
penggunaan waktu senggang.
8. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga Tahap perkembangan setiap anggota
keluarga dari yang usia bayi sampai lanjut usia
9. Riwayat keluarga sebelumnya
Riwayat kesehatan dalam keluarga adakah anggota keluarga yang pernah menderita
penyakit kronis, penyakit menular atau penyakit yang sifatnya herediter,dan riwayat
gangguan tumbuh kembang
10. Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik rumah
b. Lingkungan: lingkungan sangat mempengaruhi pada pasien kurang energi protein
lingkungan dengan ekonomi keluarga menengah kebawah
c. Macam lingkungan tempat tinggal yang sempit, padat, sanitasi yang tidak terjaga,
lingkungan dengan keluarga ekonomi menengah ke bawah.
d. Mobilitas geografis keluarga, status rumah yang dihuni oleh keluarga apakah
rumah sendiri atau menyewa, sudah berapa lama tinggal di daerah tersebut, dan
pindah dari daerah mana.
e. Interaksi keluarga dengan masyarakat
11. Fasilitas sosial dan Kesehatan
Tingkat ekonomi yang rendah dapat mengakibatkan sulitnya pengobatan dan
pemenuhan gizi pada balita serta ketidakefektifnya keluarga dalam mengunjungi
pelayanan kesehatan yang ada.
12. Fasilitas transportasi
Transportasi merupakan sarana yang penting dan sangat diperlukan agar penderita
mendapatkan pelayanan kesehatan dengan segera. Ketiadaan sarana transportasi
menjadikan masyarakat enggan berkunjung ke pelayanan kesehatan sehingga kondisi
akan semakin memburuk.
13. Sistem pendukung dalam keluarga
Dukungan keluarga untuk meningkatkan status gizi pada balita sangat penting karena
kebutuhan gizi anak dapat di penuhi dengan dukungan dari keluarga yang sangat
peduli dengan gizi anak
14. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi
Bahasa yang digunakan dalam percakapan sehari-hari di dalam keluarga dan
waktu yang sering digunakan untuk berkomunikasi.
b. Struktur peran
Apakah keluarga sudah menjalankan perannya dalam menjalankan fungsinya,
struktur kekuatan keluarga sejauh mana keluarga mampu mengambil keputusan
dengan tepat dalam mengatasi masalah kurang energi protein yang diderita oleh
salah satu anggota keluarganya
15. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
Perlindungan psikologis dan rasa aman sangat di butuhkan olen penderna kurang
energi protein karena gangguan mental berupa cengeng yang sebabnya di duga
karena rasa lapar dan sakit di seluruh tubuhnya. Keadaan cengeng ini walaupun di
beri makan anak terus merengek terutama pada malam hari. Keadaan demikian
seharusnya sudah perlu pengobatan dan pengawasan dokter. (Ngastiyah
264:2005)
b. Fungsi sosialisasi
Fungsi afektif Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah bagaimana
keluarga mempersiapkan anggota keluarganya menjadi anggota masyarakat yang
baik, mampu menyesuaikan diri dan dapat berinteraksi dengan lingkungan
(Effendy, Nasrul, 1998),
c. Fungsi kesehatan
1. Mengenal masalah Kesehatan
Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah sejauh mana
pengetahuan keluarga tentang masalah kesehatan yang terjadi dalam keluarga
dalam hal ini kurang energi protein.
2. Pola nutrisi
Pada anak dengan kurang energi protein di sebabkan oleh nafsu makan yang
menurun yang juga dikarenakan gangguan pada saluran cerna. Jika ada
anggota keluarga yang menderita kurang energi protein, maka keluarga harus
memperhatikan gizi yaitu tinggi kalon tinggi protein, serta konsumsi makanan
yang kaya karbohidrat, lemak dan protein. Anak dapat dikatakan kurang
nurtisi bila dilakukan perhitungan dengan standar baku menggunakan rumus
Z-score = N riil median SD upper atau SD lower-8,5-10,8-2,09 masuk dalam
kategori kurang gizi 1,1
3. Pola aktivitas
Anak dengan kurang energi protein dalam beraktivitas sangat kurang karena
disebabkan oleh asupan nutrisi sehingga mengakibatkan kurangnya energi
pada anak, anak menjadi lemas dan malas dalam beraktivitas
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Penyakit-penyakit infeksi yang pernah diderita oleh keluarga, misalnya
tuberculosis, hepatitits, diare dan penyakit kulit
5. Pelayanan kesehatan yang pernah diterima
Pelayanan kesehatan yang pernah di terima yaitu posyandu karena di
posyandu keluarga dapat mengukur berat badan anak sehingga dapat
mengetahui penurunan berat badan balita dan dapat mengetahui balita tersebut
mengalanmi kurang energi protein atau tidak.
6. Persepsi terhadap pelayanan kesehatan Kurang aktifnya keluarga dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang dapat mempengaruhi pengetahuan
keluarga mengenai kesehatan terutama kurang energi ptritein.
16. Pemeriksaan Fisik Pada Anak dengan KEP
a. Status Kesehatan Umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, gelisah, tekanan darah, nadi, frekuensi
pernapasan yang meningkatan, riwayat berta badan pada saat lahir, riwayat
imunisasi, riwayat tumbuh kembang (motorik halus dan kasar, sensoris, respon
verban, keadaan psikososial) (Laura A. T.; 1995, Karmen B, 19983).
b. Kepala
Dikaji tentang bentuk kepala, simetris adanya penonjolan, riwayat trauma, adanya
keluhan sakit kepala atau pusing, vertigo kelang ataupun hilang kesadaran. (Laura
A. Talbot, 1995).
c. Mata
Adanya penurunan ketajaman penglihatan akan menambah stres yang di rasakan
klien. Serta riwayat penyakit mata lainya (Laura A. Talbot; 1995))
d. Hidung
Adanya pernafasan menggunakan cuping hidung.rinitis alergi dan fungsi olfaktori
(Karmen B., 1994, Laura A. Talbot, 1995)
e. Mulut dan Laring
Dikaji adanya perdarahan pada gusi. Gangguan rasa menelan dan mengunyah, dan
sakit pada tenggorok. (Karnen B.:1994)).
f. Leher
Dikaji adanya nyeri leher, kaku pada pergerakaan, pembesaran tiroid serta
penggunaan otot-otot pernafasan (Karnen B., 1994).
g. Thorak
1) Inspeksi : Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan
adanya peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot otot
Interkostalis, sifat dan irama pernafasan serta frekwensi peranfasan.
(Karnen B., 1994, Laura A.T., 1995).
2) Palpasi Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan takti
fremitus (Laura A.T., 1995).
3) Perkusi : Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor
sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah. (Laura A.T, 1995)
4) Auskultasi : Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan
expirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi
pernafasan dan Wheezing. (Karnen B., 1994)
h. Kardiovaskuler
Jantung di kaji adanya pembesaran jantung atau tidak, bising nafas dan
hyperinflasi suara jantung melemah. Tekanan darah dan nadi yang meningkat
serta adanya pulsus paradoksus, (Robert P.,1994, Laura A. T., 1995).
i. Abdomen
Perlu di kaji tentang bentuk, turgor, nyeri, serta tanda-tanda infeksi karena dapat
merangsang serangan gastrointestinal, serta adanya konstipasi karena kurang
nutrisi (Hudak dan Gallo, 1997, Laura A.T., 1995).
j. Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit,
kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya
bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut,
kelembaban dan kusam (Karmen B,1994, Laura A. Talbot, 1905)
k. Ekstremitas
Di kaji adanya edema extremitas, tremor dan tanda-tanda infeksi pada extremitas
(Laura A.T., 1995)
B. Daftar diagnosa
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
2. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d perubahan pigmentasi
3. Risiko inferksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
C. Intervensi
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
SLKI
Kontrol nyeri (L.08063)
a. Keluhan nyeri menurn
b. Meringis menurun
c. Gelisah menurun
d. Nafsu makan membaik
e. Pola tidur membaik

SIKI

Observasi

- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri


- Identifikasi skala nyari

Terapeutik

- Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Edukasi

- Jelaskan strategi meredakan nyeri


- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian analgetik


2. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d perubahan pigmentasi
SLKI
Integritas kulit dan jaringan (L.14125)
a. Kerusakan jaringan menurun
b. Kerusakan lapisan kulit menurun
c. Kemerahan menurun
d. Pigmentasi abnormal menurun

SIKI

Perawata integritas kulit (I.11353)

Observasi

- Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit

Terapeutik

- Gunakan produk perbahan dingan atau alami dan hip alergi pada kulit sensitif
- Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering

Edukasi

- Anjurkan minum air yang cukup


- Menganjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim
3. Risiko inferksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
SLKI
Tingkat infeksi (L.14137)
a. Kemerahan menurun
b. Nyeri menurun
c. Bengkak menurun

SIKI

Pencegahan infeksi (I.14539)

Observasi
- Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik

Terapeutik

- Berikan perawatan kulit pada area edema

Edukasi

- Jelaskan tanda dan gejala infeksi


- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian imunisasi


Daftar pustaka
ABIDAH, L. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KERUSAKAN
INTEGRITAS KULIT PADA KELUARGA BPK. K KHUSUSNYA NN. FS DENGAN
DERMATITIS DI DESA SIMBAR WARINGIN KECAMATAN TRIMURJO
LAMPUNG TENGAH TAHUN 2021 (Doctoral dissertation, Poltekkes Tanjungkarang).
MILATI, W. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN
KEAMANAN DAN PROTEKSI KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT PADA ANAK
USIA SEKOLAH AN. A KELUARGA BAPAK T DENGAN DERMATITIS ATOPIK
DI DESA KALIBENING TALANGPADANG KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN
2021 (Doctoral dissertation, Poltekkes Tanjungkarang).
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Dewan
Penurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI.2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Dewan
Penurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Dewan
Penurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai