OLEH
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami mengucapkan terima
kasih kepada dosen Mata Kuliah Keperawatan medikal bedah II yang telah memberikan tugas
ini kepada kami sebagai upaya untuk menjadikan kami manusia yang berilmu dan
berpengetahuan.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu, kami mengharapkan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................
1.2 RUMUSAN MASALAH...........................................................................
1.3 TUJUAN.....................................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI...................................................................................................
2.2 ETIOLOGI.................................................................................................
2.3 MANIFESTASI KLINIS...........................................................................
2.4 PATOFIOLOGI........................................................................................
2.5 PATHWAYS.............................................................................................
2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.............................................................
2.7 PENATALAKSANAAN..........................................................................
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
BAB 4 PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dermatitis atopik.
2. Menyebutkan penyebab terjadinya dermatitis atopik.
3. Menjelaskan manifestasi klinis dari dermatitis kontak, dermatitis seboroik, dan
dermatitis atopik.
4. Memahami patofisiologi penyakit dermatitis atopik.
5. Menyebutkan penatalaksanaan dermatitis atopik.
6. Menjelaskan komplikasi yang bisa terjadi pada dermatitis kontak, dermatitis
seboroik, dan dermatitis atopik.
7. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan dermatitis atopik.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Dermatitis atopik (ekzema atopik atau infantil) merupakan respons inflamatorik
kronis atau rekuren yang umumnya berkaitan dengan penyakit atopik lain,
misalnya asma bronkial dan rinitis alergik. Dermatitis atopik adalah keadaan
peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal, yang berhubungan dengan
atopi, yaitu sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat
kepekaan dalam keluarganya, misal: asma bronkial, rinitis alergika, konjungtivitis
alergika. (Djuanda,2002). Dermatitis Atopik (DA) adalah inflamasi kulit dengan
etiologi yang belum diketahui, berhubungan dengan keadaan atopi, timbul pada
masa bayi atau anak serta dapat berlanjut pada usia dewasa dengan tanda khas
berupa rasa gatal dan predileksi lesi sesuai umur penderita. (Kariosentono, 2006).
Dermatitis ini biasanya menyerang bayi dan anak-anak usia 1 bulan sampai 1
tahun, umumnya yang memiliki riwayat kuat mengalami penyakit atopik di
keluarganya. Biasanya dermatitis ini akan menjadi parah dan mereda berulang-
ulang sebelum akhirnya sembuh saat masa remaja. Akan tetapi dermatitis ini bisa
bertahan sampai dengan pasien dewasa. Dermatitis atopik menyerang 9 dari 1000
orang.
2.2 Etiologi
1. Tidak diketahui.
Penyebab DA belum diketahui, terdapat 2 teori yang menjelaskan etiologi DA.
Teori pertama menyatakan DA merupakan akibat defisiensi imunologik yang
didasarkan pada kadar Imunoglobulin E (Ig E) yang meningkat dan indikasi
sel T yang berfungsi kurang baik. Sedangkan teori kedua menyatakan adanya
blokade reseptor beta adrenegik pada kulit. Namun, kedua teori tersebut tidak
adekuat untuk menjelaskan semua aspek penyakit DA (Mulyono,
1986).Selama beberapa dekade terakhir ini telah banyak upaya untuk mencari
penyebab dari kondisi tersebut namun belum ada penyebab absolut yang
diketahui. Hal ini disebabkan karena penyakit ini sangat kompleks dan
melibatkan berbagai mekanisme, meliputi genetik, lingkungan, dan imunologi.
Komponen genetik berpengaruh secara kuat pada dermatitis atopic, sebagai
contoh, apabila salah satu dari orang tua memiliki kondisi atopik,
kemungkinan anak memiliki kondisi atopik sebesar 60%, sedangkan apabila
dua orang tua memiliki kondisi atopik, kemungkinan anak memiliki kondisi
atopik sebesar 80%. Selain itu, diketahui juga bahwa riwayat atopik pada ayah
akan lebih berpengaruh. Kebanyakan pasien dengan dermatitis atopik
mengalami peningkatan kadar serum eosinofil dan IgE. Fakta tersebut
mendukung kenyataan bahwa besar kemungkinan anak dengan dermatitis
atopik dapat mengalami rhinitis alergi atau asma. Nampak bahwa hampir
setiap imunosit, termasuk sel langerhans, monosit, makrofag, limfosit, selmast,
dan keratinosit, menunjukkan abnormalitas pada dermatitis atopik. Penyebab
dermatitis atopik tidak diketahui dengan pasti, diduga disebabkan oleh
berbagai factor yang saling berkaitan (multifaktorial). Faktor intrinsik berupa
predisposisi genetik, kelainan fisiologi dan biokimia kulit, disfungsi
imunologis, interaksi psikosomatik dan disregulasi/ ketidakseimbangan sistem
saraf otonom, sedangkan faktor ekstrinsik meliputi bahan yang bersifat iritan
dan kontaktan, allergen hirup, makanan, mikroorganisme, perubahan
temperatur, dan trauma.
2. Faktor yang memperparah: respon terhadap keringat, strespsikologis, suhu dan
kelembapan ekstrem.
3. Alergi makanan (telur, kacang, susu, dan gandum) pada sekitar 10% dari kasus
yang menyerang anak-anak.
4. Predisposisi genetik yang diperburuk dengan alergi makanan,infeksi, zat kimia
yang mengiritasi, suhu dan kelembapan, serta emosi.
5. Penyebab sekunder : iritasi yang terlihat mengubah struktur epidermal,
sehingga menyebabkan peningkatan aktivitas imunoglobulin (Ig) E.
2.4 Patofisiologi
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh iritan melalui
kerja kimiawi atau fisik. Bahan irisan merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin,
menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit. Keadaan
ini akan merusak sel epidermis. Ada 2 jenis bahan iritan yaitu: iritan kuat dan
iritan lemah. Iritan kuat akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama
pada hampir semua orang, sedang iritan lemah hanya pada mereka yang paling
rawan atau mengalami kontak berulang-ulang. Faktor lain yang dapat
mempengaruhi yaitu: kelembaban udara, tekanan, gesekan, mempunyai andil
pada terjadinya kerusakan tersebut. Berkaitan dengan gejala diatas dapat
menimbulkan rasa nyeri yang timbul akibat lesi kulit, erupsi dan gatal. Selain itu,
dapat menimbulkan gangguan intergritas kulit dan gangguan citra tubuh yang
timbul karena vesikel kecil, kulit kering, pecah-pecah dan kulit bersisik.
2.5 Pathways
(terlampir)
Pathway
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Menurut Tucker (2007) pengkajian sistem integumen adalah sebagai berikut:
1. Data Subjektif
Mengkaji kulit meliputi Gatal, nyeri, ruam, kasar, kering, bengkak,
perubahan warna kulit.
2. Data Objektif
Mengkaji keutuhan, elastisitas, ruam, kelembaban, kebersihan, eksudat,
pigmentasi.Lesi likenifikasi (epidermis tebal dan kasar), erosi adanya
lembab, ekskoriasi (abrasi) kehilangan lapisan epidermis.
3. Riwayat kesehatan keluarga
4. Riwayat psikososial
5. Riwayat Penyakit penyerta Alergia atau sensitif terhadap alergen internal
atau eksternal.
6. Medikasi yang digunakan
Obat-obat yang digunakan; krim, losion, salep.
7. Riwayat Praktik Higiene
8. Pemeriksaan diagnostik
Pewarnaan gram untuk mendeteksi organisme, kultur darah, dan skin
scrapping.
3.2 DiagnosaKeperawatan
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan imunologi :
hipersensitivitas
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis : proses peradangan
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan
3.3 Intervensi
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan imunologi :
hipersensitivitas
1
4) NIC :
(1) Pain management
(2) Simple relaxation therapy
(3) Distraction
5) INTERVENSI
(1) Kaji tipe, lokasi, kualitas, dan berat nyeri atau ketidaknyamanan
yang dirasa pasien.
Rasional : Pengalaman nyeri bervariasi dengan luasnya lesi.
sebagai penyembuhan luka dimulai, pasien dapat
mengeluh gatal. menyembuhkan rasa ini penting
karena menggaruk dapat mengganggu kulit baru
rapuh.
(2) Kaji faktor yang dapat meningkatkan persepsi terhadap nyeri
(contohnya adanya kecemasan)
Rasional : Mengetahui faktor-faktor etiologi yang berbeda
dapat membimbing terapi yang efektif
(3) Monitor TD, HR, RR, pola tidur dan kemampuan berfokus.
Rasional : Peningkatan rasa nyeri dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah, frekuensi pola nafas dan
denyut jantung yang bersifat sementara. Memberikan
perhatian lebih terhadap peningkatan tanda-tanda
vital tersebut dapat membantu perawat melakukan
evaluasi terhadap nyeri.
(4) Evaluasi dan dokumentasikan kefektifan dan metode kontrol nyeri
yang digunakan.
Rasional : Mengubah efektivitas pengobatan nyeri diharapkan.
luka bakar parsial-ketebalan yang sangat
menyakitkan, nyeri akan berkurang dari waktu ke
waktu dan dengan penyembuhan. luka bakar
ketebalan penuh tidak menimbulkan rasa sakit
karena kerusakan saraf, tetapi sebagai saraf
regenerasi, nyeri akan meningkat
4
BAB 4
PENUTUP
6
4.1 KESIMPULAN
Dermatitis atopik (ekzema atopik atau infantil) merupakan respons
inflamatorik kronis atau rekuren yang umumnya berkaitan dengan penyakit
atopik lain, misalnya asma bronkial dan rinitis alergik. Dermatitis atopik
adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal, yang
berhubungan dengan atopi, yaitu sekelompok penyakit pada individu yang
mempunyai riwayat kepekaan dalam keluarganya, misal: asma bronkial,
rinitis alergika, konjungtivitis alergika. (Djuanda,2002). Dermatitis Atopik
(DA) adalah inflamasi kulit dengan etiologi yang belum diketahui,
berhubungan dengan keadaan atopi, timbul pada masa bayi atau anak serta
dapat berlanjut pada usia dewasa dengan tanda khas berupa rasa gatal dan
predileksi lesi sesuai umur penderita. (Kariosentono, 2006).
4.2 SARAN
Dalam hal ini kami selaku kelompok menyarankan dalam penanganan pasien
dengan dermatitis ini perlu perawatan yang sesuai. Bukan hanya pengobatan
namun juga perlu pencegahannya.
7
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, Marion, et al., 2006. NANDA, NOC and NIC Linnkages. 2nd Edition. St.
Louis : Mosby Elsevier.
Kariosentono, H., 2006, Dermatitis Atopik( Ekzema ) LPP U. N .S., Jawa Tengah :
1-15.
8
Djuanda, Adhi dkk. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI.