Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia mebungkus otot-otot dan

organ dalam. Kulit berfungsi melindungi tubuh dari trauma dan merupakan

benteng pertahanan terhadap bakteri. Di bawah dermis terdapat lapisan lemak

subcutan yang merupakan bantalan untuk kulit, isolasi untuk pertahankan suhu

tubuh dan tempat penyimpanan energi.

Salah satu penyakit kulit yang paling sering dijumpai yakni Dermatitis yang

lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang mengalami

peradangan. Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam

berbagai jenis, terutama kulit yang kering. Umumnya enzim dapat menyebabkan

pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis tidak berbahaya,

dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian,

penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu.

Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi

dan gejala Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu

seperti racun yang terdapat pada berbeda, antara lain dermatitis.  

Dermatitis atopik sering terjadi pada tempat tertentu dimana alergen

mengadakan kontak dengan kulit. Penyebab dermatitis atopik adalah alergen,


paling sering berupa bahan kimia dengan berat kurang dari 500-1000 Da, yang

juga disebut bahan kimia sederhana. Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh

potensi sensitisasi alergen, derajat pajanan, dan luasnya penetrasi di kulit.

Angka kejadian alergi di berbagai dunia dilaporkan meningkat drastis dalam

beberapa tahun terakhir. World Health Organization (WHO) memperkirakan di

dunia diperkirakan terdapat 6 juta orang mempunyai dermatitis (alergi kulit) dan

angka kejadian pada dewasa kurang lebih 5%. Prevalensi Dermatitis meningkat

tiga kali lipat . Perkiraan terbaru menunjukan bahwa dermatitis atopik

merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di seluruh dunia.

Prevalensi dermatitis atopik jauh lebih rendah di negara-negara pertanian seperti

Cinta, Eropa Timur, afrika dan Asia tenggara ( Djuanda A dkk, 2011 )

World Alergy Organization ( 2011 ) terdapat 22 % penduduk dunia

menderita alergi dan tersus meningkat setiap tahun. Data Riset Kesehatan

Daerah ( RISKESDAS ) tahun 2007, Prevalensi nasional dermatitis 6,8 %

( berdasarkan keluhan responden ). Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi

dermatitis di atas prevalensi nasional, sala satunya Jawa Barat ada di peringkat

ke 6 dengan angka kejadian dermatitis 92,7 % per 100.000 penduduk.

Berdasarkan data Depatemen kesehatan Kabupaten Bandung angka kejadian

dermatitis 2,25 % per 100.000 penduduk menunjukkan, selama 2009 tercatat

sebanyak 4.247 kunjungan pasien.

Normal salin merupakan cairan iso osmotik, steril, bebas pirogen, non toksik

terhadap jaringan tubuh manusia serta efektif terhadap adanya material organik

pada luka seperti darah, pus dan jaringan nekrotik oleh karena itu pembersihan
luka dengan normal salin ini dianggap lebih efektif dibandingkan hanya sekedar

penggunaan pelembab dan mandi teratur berdasarakan hasil penelitian ( tafid )

dalam jurna

Universitas Muhamadiyah Malang mengenai pembersihan luka dermatitis

dengan cairan normal salin peneliti tertarik untuk mengambil judul “Pengaruh

Pembersihan Luka Dermatitis Atopik Dengan Cairan Normal Salin di Poliklinik

RSUD Al Ihsan Kabupaten Bandung Tahun 2016 “.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang Masalah diatas, rumusan masalah penelitian “

Apakah terdapat pengaruh pembersihan luka dermatitis atopik dengan cairan

normal salin?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pembersihan luka dermatitis atopik dengan cairan normal

salin

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui kondisi luka sebelum di beri cairan normal salin

b. Mengetahui kondisi luka sesudah di beri cairan normal salin

c. Mengetahui kondisi luka sebelum dan sesudah di beri cairan normal salin

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan pelayanan

kesehatan

1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai salah satu sumber informasi mengenai pengaruh

pembersihan luka dermatitis atopik dengan cairan normal salin

1.4.1 Bagi Profesi

Sebagai masukan pada profesi perawat dalam mengambil langkah-langkah

kegiatan untuk meningkatkan asuhan keperawatan bermutu

1.4.1 Bagi Peneliti

Dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai

pengaruh pembersihan luka dermatitis atopik dengan cairan normal salin


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian dermatitis

Dua istilah, yakni “ ekzima ” dan “ dematitis “ sering sekali di kelirukan.

Dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai

respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen,

menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik ( eritema,

edema, papul, vesikel, skuama, lekinifiksasi, ) dan keluhan gatal.

Dermatitis cenderung residitif dan menjadi kronis. ( DjuandaAdhi, 2010 ).

2.1.2 Klasifikasi dermatitis


Klasifikasi dermatitis ; ( djuanda Adhi, 2010 )

1. Dermatitis kontak

Peradangan di kulit karena kontak dengan sesuatu yang di

anggap asing

2. Dermatitis atopic

Peradangan kulit kronis residitif

3. Neurodermatitis sirkumskripta

4. Dermatitis numularis

5. Dermatitis statis
2.1.3 Dermatitis atopik
Sinonim dermatitis atopik adalah Neurodematitis disseminata ;

prurigo diathesique Besnie.

Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan

residif, disertai gatal dan umumnya sering terjadi selama masa bayi dan

anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam

serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Kelainan kulit

berupa papul gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi,

tempatnya dilipatan atau fleksural.

2.1.4 Manifestasi Klinis Dermatitis atopik


Dibagi menjadi 3 fase klinis dermatitis atopik

1. Dermatitis infantil ( 2 bulan – 2 tahun ) yaitu terdapat lesi di

daerah muka ( dahi-pipi ) eritema, papul, vesikel pecah karena

garukan sehingga lesi menjadi eksudatif dan akhirnya terbentuk

krusta. Lesi bisa meluas ke kepala leher, pergelangan tangan dan

tungkai. Bila anak merangkak ditemukan di daerah ekstensor

ekstremitas.

2. Dermatitis atopik anak ( 2 – 10 tahun ) merupakan lanjutan

bentuk Dermatitis atopik infantil ataupun timbul sendiri ( denovo

). Lokasi lokasi lesi di lipatan siku/ lutut, bagian fleksor

pergelangan tangan, kelompok mata dan leher. Ruam berupa

papul likenifikasi, sedikit skuama, erosi, hiperkeratosis dan


mungkin infeksi sekunder. Dermatitis atopik berat yang lebih

dari 50 % permukaan tubuh dapat mengganggu pertumbuhan.

3. Dermatitis dermatitis atopik remaja dan dewasa

Lokasi lesi pada remaja adalah di lipatan siku atau

lutut,samping leher, dahi sekitar mata. Pada dewasa, distribusi

kurang karakteristik , sering mengenai tangan dan pergelangan

tangan, dapat pula berlokasi setempat misalnya pada bibir

( kering, pecah, bersisik ) , vulva, puting susu atau skalp. Kadang

–kadang lesi meluas dan paling parah di daerah lipatan,

mengalami likenifikasi.

2.1.5 Penyebab dermatitis atopik


Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar ( eksogen ),

misalnya bahan kimia ( contoh ; detergen, asam, basa, oli, semen ),

fisik ( contoh ; sinar, suhu, ), mikroorganisme ( bakteri, jamur ); dapat

pula dari dalam ( endogen), misalnya dermatitis atopik.

Dua yang medasarinya ;

a. Gangguan fungsi sel limfosit T dan penngkatan kadar Ig E

b. B. Blokade reseptor beta adrenergik pada kulit. Perjalanan penyakit

dan gejala klinis.Biasanya bersifat kronis dengan ekserbasi akut, an

dapat terjadi infeksi sekunder.Terdapat riwayat stigma atopik pada

penderita atau keluarganya. Gejala klinis pada kulit yag disertai

edema, vesikel bahkan sampai bula, dapat pula disertai ekskoriasis.

Pada keadaan kronik akan terdapat penebalan kulit , likenifikasi dan


hiperfigmentasi. Gatal dapat bervariasi mulai dari ringan sampai

berat , disertai rasa terbakar. Bahkan pada keadaan akut dapat

disertai rasa tidak enak badan.

Lokalisasi sesui dengan umur di bagi dalam Tipe Infantil ; mengenai

muka, terutama kedua pipi ( disebut sebagai milk eczema ) kepala ,

ekstremitas, badan dan bokong, . biasanya terdapat pada usia 2 bulan

-2 tahun.

Tipe anak=anak ; muka, tengkuk, lipatan siku dan pergelangan

tangan. Lesi akan bersifat sub-akut

Tipe dewasa ; pada fosa popliteal, lipat siku dan tenguk. Dahi serta

daerah yang terpapar mata hari. Lesi lebih bersifat krois.

2.1.6 Penatalaksanaan dermatitis atopik


1. Kortikosteroid topikal, kortikosteroid topikal digunakan untuk

mengatasi inflamasi / peradangan yang membuat rasa gatal dan

kering. Steroid bekerja dengan mencegah pelepasan fosfolipid dari

membran sel kemudian mencegah perubahannya menjadi dan

mediator inflamasi lainnya,

2. Antibiotik, jika ada infeksi sekunder antibiotik terutama ditunjukan

pada bakteri staphylococus

3. Anti Pruritis/ sedatif kecemasan atau stress emosional ikut berperan

pada dermatitis atopik, obat anti gatal pruritus atau sedatifuntuk

mengurangi rasa gatal ( lestari, dkk. 2004 ) dan monica S 2008 ).


Normal salin merupakan larutan fisiologis, iso osmotik, larutan jernih

tak berwarna, steril, bebas pirogen. Dengan komposisi 1000 ml

larutan mengandung 0,9 % Natrium Chlorida.

Normal salin dianggap sebagai cairan pencuci luka yang idealdengan

kriteria sebahai berikut;

1. Non toksik terhadap jaringan tubuh manusia/ viable tissu

2. Efektif terhadap adanya material organik pada luka seperti darah,

pus, dan jaringan nekrotik

3. Mampu mengurangi jumlah mikroorganisme di permukaan luka

4. Biaya murah dan mudah di dapat

5. Stabil

6. Hipoalergi dan tidak menimbukan reaksi sensitivitas ( morinson,

2003 ) dan pamela dalam Danik dkk 2007 )

Pembersihan luka dimulai dari persiapan alat dan bahan,

pelaksanaan dan evaluasi.

Persiapan : Normal salin 200 ml ( tergantung luas area luka ),

Obat topikal, kasa/kapas steril buah, handschon, pengalas dan

bengkok atau tempat sampah.

Evaluasi :

1. Krusta, skuama, obat lama hilang

2. Mengamati keadaan luka atau tanda inflamasi ( luas, eritema,

papula, ekskorisasi, kekeringan kulit, dan likenifikasi )

3. Respon klien saat pencucian luka


2.1.7 Pengertian pembersihan luka
Pembersihan luka yaitu pengeluaran debris organik maupun

anorganik sebelum menggunakan balutan untuk mempertahankan

lingkungan yang optimum pada tempat luka untuk proses

penyembuhan yang bertujuan membersihkan kulit, menghilangkan

krusta, skuama dan obat lama ( morinson, 1992 ) dan Lestari, dkk.

2004).

2.1.8 Faktor yang mempengaruhi luka dermatitis atopik


1. Gizi buruk mempermbat penyembuhan luka, diperlukan bantuan

vitamin dan zat- zat lain dalam tubuh yang bekerja bersama—

sama. Daya tahan tuhuh tertekan

2. Penggunaan obat kemoterapi memperlambat penyembuhan luka.

Karena dalam proses penyembuhan diperlukan sistim kekebalan

tubuh untuk membersihkan sisa jaringan mati dan membuat siap

untuk diperbaiki

3. Obat-obatan, obat anti pruritus atau sedatif dapat meminimlakan

rasa gatal sehingga mencegah terjadi garukan yang nantinya

memperparah gambaran dan derajat imflamasi

4. Diabetes. Penderita diabetes dengan kadar gula tinggi terkontrol,

bila mengalami luka maka luka tersebut sulit sembuh

5. Radiasi, radiasi dapat menghambat pembentukan kolagen yang

diperlukan dalam penyembuhan luka.Luka yang menyembuh juga

lebih rapuh dan mudah terbuka kembali


6. Penyakit, penyakit dapat mempengaruhi seluruh tubuh , membuat

kemampuan tubuh untuk memperbaiki sel-sel yang rusak menjadi

terganggu. Penyembuhan lebih lambat dari biasanya.

7. Merokok, Nikotin dalam rokok menyebabkan diameter pembuluh

darah mengecil sehingga aliran darah yang membawa oksigen ke

daerah luka juga berkurang. Selain itu, rokok juga menhambat

pembentukan beberapa sel yang penting dalam penyembuhan

luka. Karbonmonoksida alam rokok juga akan berkompetisi

dengan oksigen, sehingga jaringan luka kekuragan oksigen. Hal

ini dapat menimbulkan kematian jaringan

8. Stres, energi tubuh digunakan untuk menagtasi keadaan stres

sehingga penyembuhan luka lamabat

9. Infeksi, tubuh selain harus bekerja dalam penyembuhan luka, juga

harus bekerja dalam menyembuhkan luka, juga harus bekerja

dalam melawan infeksi yang ada, sehingga tahap peradangan

berlangsung lebih lama

10. Usia, semakin usia bertambah tua, mekanisme sel dalam

penyembuhan mempunyai respon lebih lambat dengan kurang

efektif.

Proses penurunan inflamasi dermatitis atopik. Untuk mengetahui

kondisi dan perkembangan penyembuhan luka dermatitis atopik di

lihat dari derajat inflamasi dikukur berdasarkan ;

a. Luas luka
b. Tanda-tanda inflamasi yaitu eritema, indurasi, ekskoriasis papula dan

likenifikasi. Eritema adalahkemerahan kulit karena pelebaran

pembuluh darah karena pelabaran pembuluh-pembuluh darah.

Indurasi adalah pengerasan, misalnya tentang jaringan. Ekskoriasi

adalah kerusakan kulit yang lebih dalam dari pada kulit jangat

sehingga berdarah ( lecet ). Paul adalah tojolan kulit yang kecil,

berbatas jelas dan padat. Likenifikasi adalah perubahan suatu erupsi

kulit misalnya eksema, sehingga berwujud seperti liken ( penyaki

kulit yang di tandai dengan binti-bintil kecil padat, teratur secara

berkelompok ), kulit menjadi lebih tebal dan garis –garis kluit

menjadi lebih jelas.

c. Keluhan gatal dan gangguan tidur ( kamus kedaokteran. 2003 ).

Penilaian Derajat Inflamasi dermatitis atopik Metode SCORAD. Metode

SCORAD menilai derajat inflamasi dermatitis atopik berdasarkan data

obyektif yaitu luas,edema, eritema, eksekoriasi, likenifikasi, krusta, dan data

subyekstif gatal, gangguan tidur.

Rumus SCORAD = A/5+ 7 B/2 + C

Keteangan

A. : adalah jumlah luas permukaan kulit yang terkena dermatitis atopik diluar

kulit kering dengan mengikuti rule of nine dengan jumlah skor tertinggi A

adalah 100.
B. : adalah jumlah dari 6 kriteria inflamasi yaitu eritema atau kemerahan,

edema atau papul atau gelembung yang melepuh, oozing atau krusta,

ekskoriasi, likenifikasi atau berkerak atau bersisik, keringan kulit, semua

mempunyai nilai masing-masing berkala 0-3 ( 0 = tidak ada, 1 = ringan, 2

= sedang, 3 = berat ), jumlah skor tertinggi kategori B adalah 18.

2.2 Kerangka Konsep

Variabel Dependen Variabel Independen

Dermatitis
Pembersihan luka dengan cairan
normal salin

Sebelum di berikan Sesudah di


cairan normal salin Sebelum dan sesudah
beriakn cairan
diberikan cairan
normal salin
normal salin

2.3 Hipotesis Penelitian ( Tentratif )


1. Terdapat pengaruh pembersihan luka dermatitis dalam menggunakan

cairan normal salin

2. Tidak terdapat pengaruh pembersihan luka dermatitis dalam

menggunakan cairan normal salin

Anda mungkin juga menyukai