Anda di halaman 1dari 13

AKUPUNKTUR PADA PEDIATRIC

EKSIM

Disusun oleh :
1. Elfa Sari Pambayun (P27240017068)
2. Rosiana Dewi (P27240017088)

POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN SURAKARTA


JURUSAN D-IV AKUPUNKTUR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari semua pihak yang telah
membantu.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Akupunktur Pada Eksim
ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.

PENULIS

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................... i


Daftar Isi ................................................................................................. ii
BAB I . PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan masalah........................................................................ 1
C. Tujuan ........................................................................................ 2
BAB II. PEMBAHASAN ...................................................................... 3
A. Fisiologi parotitis ........................................................................ 3
B. Etilologi parotitis......................................................................... 5
C. Patogenesis parotitis ................................................................... 6
D. Pemeriksaan dan diagnosis parotitis ........................................... 7
E. Penyusunan rencana terapi akupunktur ..................................... 10
BAB III. PENUTUP ............................................................................... 12
A. Kesimpulan ................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Eksim adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang mana kulit
tampak meradang dan iritasi. Peradangan ini biasanya terjadi dimana saja
namun yang paling sering terkena adalah tangan dan kaki. Jenis eksim yang
paling sering dijumpai adalah eksim atopik. Gejala eksim akan muncul pada
masa anak-anak terutama saat mereka berumur diatas 2 tahun. Pada beberapa
kasus, eksim akan menghilang dengan bertambahnya usia, namun tidak
sedikit pula yang akan menderita seumur hidupnya. Dengan pengobatan yang
tepat, penyakit ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga mengurangi
angka kekambuhan.

B. Rumusan masalah
C. Tujuan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kedokteran konvensional
1. Pengertian
Eksim (Dermatitis Atopik) adalah penyakit kulit inflamasi
yang khas, bersifat kronis dan sering terjadi kekambuhan (eksaserbasi)
terutama mengenai bayi dan anak-anak dapat pula terjadi pada orang
dewasa. Penyakit ini biasanya disertai dengan peningkatan kadar IgE
dalam serum serta adanya riwayat rinitis alergika dan asma pada
keluarga maupun penderita (Kariosentono, 2006).
Inflamasi kulit pada dermatitis atopik merupakan hasil
interaksi yang komplek antara kerentanan genetik yang menjadi kulit
menjadi rusak, kerusakan sistem imun bawaan, dan kekebalan tinggi
terhadap alergen (imunologi) dan anti mikroba. Elemen utama dalam
disregulasi imun adalah sel Langerhans (LC), inflammatory dendritic
epidermal cells (IDEC), monosit, 9 makrofag, limfosit, sel mast, dan
keratinosit, semuanya berinteraksi melalui rangkaian rumit sitokin
yang mengarah ke dominasi sel Th2 terhadap sel Th1, sehingga sitokin
Th2 (IL-4, IL5, IL-10, dan IL-13) meningkat dalam kulit dan
penurunan sitokin Th1 (IFN-γ dan IL-2) (Ong & Leung, 2010).

2. Etiologi dan Pathogenesis


Faktor endogen yang berperan, meliputi disfungsi sawar kulit,
riwayat atopi, dan hipersensitivitas akibat peningkatan kadar IgE total
dan spesifik. Faktor eksogen pada dermatitis atopik, antara lain adalah
bahan iritan, allergen dan hygiene lingkungan. Faktor endogen lebih

2
berperan sebagai faktor predisposisi sedangkan faktor eksogen
cenderung menjadi faktor pencetus.
a. Faktor Endogen
1) Disfungsi sawar kulit
Penderita dermatitis atopik rata-rata memilki kulit
kering, hal tersebut disebabkan kelainan struktur epidermis
formasi protein (filaggrin) dan hilangnya ceramide di kulit
sebagai molekul utama sebagai pengikat air di ruang
ekstraseluler stratum korneum, 11 dianggap sebagai kelainan
fungsi sawar kulit. Kelainan fungsi sawar kulit menyebabkan
peningkatan transepidermal water loss 2-5 kali normal,
sehingga kulit akan kering dan menjadi pintu masuk (port
d’entry) untuk terjadinya penetrasi allergen, iritasi, bakteri
dan virus.
2) Riwayat atopi
Istilah atopi berasal dari bahasa Yunani yaitu “atopos”
yang berarti “out of place” atau “di luar dari tempatnya”, dan
ditujukan pada penderita dengan penyakit yang diperantarai
oleh IgE (Kariosentono, 2006).
Penyakit yang berkaitan dengan atopi diturunkan secara
genetik dan dipengaruhi faktor lingkungan dan riwayat
keluarga dijadikan sebagai prediktor terbaik yang
dihubungkan dengan penyakit yang berkaitan dengan atopi
yang akan timbul di kemudian hari. Hubungan antara kelainan
atopi orang tua dan anaknya bervariasi mengikut jenis
kelainan atopi yang diderita orang tuanya. Anak yang lahir
dari keluarga dengan riwayat atopi pada kedua orang tuanya
mempunyai risiko hingga 50% sampai 80% untuk mendapat
kelainan atopi dibanding dengan anak tanpa riwayat atopi

3
keluarga (risiko hanya sebesar 20%). Risiko akan menjadi
lebih 12 tinggi jika kelainan alergi diderita oleh ibu dibanding
ayah.
3) Hipersensitivitas
Gangguan imunologi yang menonjol pada dermatitis
atopik adalah adanya peningkatan IgE karena aktivitas
limfosit T yang meningkat. Aktivitas limfosit T meningkat
terjadi karena adanya pengaruh dari IL-4. Sementara produksi
IL-4 dipengaruhi oleh aktivitas sel T helper dan Sel T helper
akan merangsang sel B untuk memproduksi IgE. Sel
langerhans pada penderita dermatitis atopik. bersifat
abnormal, yakni dapat secara langsung menstimulasi sel T
helper tanpa adanya antigen, sehingga sel langerhans akan
meningkatkan produksi IgE. Secara normal antigen yang
masuk ke dalam kulit akan berikatan dengan IgE yang
menempel pada permukaan sel langerhens menggunakan
FcεRI. FcεRI merupakan receptor pengikat IgE dengan sel
langerhans. Pada orang yang menderita dermatitis atopik
jumlah FcεRI lebih banyak daripada orang normal. Sehingga
terdapat korelasi antara kadar FcεRI dengan kadar IgE dalam
serum, semakin tinggi FcεRI maka kadar IgE semakin tinggi
pula.
b. Faktor Eksogen
1) Iritan
Kulit penderita dermatitis atopik ternyata lebih rentan
terhadap bahan iritan, antara lain sabun alkalis, bahan kimia
yang terkandung pada berbagai obat gosok untuk bayi dan
anak, sinar matahari, dan pakaian wol.

4
2) Lingkungan
Faktor lingkungan bersih berpengaruh terhadap kekambuhan
dermatitis atopik misalnya;
 Hewan peliharaan Paparan dini terhadapa hewan peliharan
(berbulu) disarankan untuk di hindari karena Copenhagen
Prospective Studies on Asthma in Child-hood (COPSAC)
melaporkan bahwa interasi yang siknifikan antara filaggrin
dan hewan dirumah dapat meningkatkan onset dermatitis
atopik secara cepat.
 Mikroorganisme Apabila pasien dermatitis atopik tinggal
ditempat dengan higeinitas yang kurang maka akan dengan
mudah kulit yang mengalami disfungsi sawar kulit terkena
infeksi oleh patogen, S. aerus, yang akan mensekresi
toksin 14 yang disebut superantigen untuk mengaktifkan
sel T dan makrofag yang akan mengakibatkan inflamasi.
Selain itu ditemukan pula kulit pasien dermatitis atopik
mengalami defisiensi peptida antimikroba untuk melawan
patogen karena mutasi gen.
3) Alergen
Penderita dermatitis atopik mudah mengalami alergi terutama
terhadap beberapa alergen, antara lain:
 Alergen hirup, yaitu asap rokok, debu rumah dan tungau
debu rumah. Hal tersebut dibuktikan dengan peningkatan
disfungsi sawar kulit dengan meningkatnya kadar IgE
RAST (IgE spesifik).
 Alergen makanan, khususnya pada bayi dan anak usia
kurang dari 1 tahun karena sawar usus belum bekerja
sempurna.

5
3. Pemeriksaan utama dan penunjang
a. Pemeriksaan utama
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan memeriksa kondisi kulit
pasien secara keseluruhan dengan berlandaskan pada gejala umum
eksim atopik.
b. Pemeriksaan penunjang
1) Immunoglobulin
Kadar Ig E biasanya meningkat pada 80 sampai 90%
penderita eksim (dermatitis atopik). Peningkatan kadar Ig E
erat hubungannya dengan tingkat keparahan penyakit, dan
tidak mengalami fluktuasi baik pada saat eksaserbasi, remisi,
ataupun sedang mendapat pengobatan. Kadar Ig E ini
biasanya akan kembali normal 6 sampai 12 bulan setelah
remisi. Beberapa tehnik pemeriksaan terhadap kadar Ig E ini
dapat dilakukan dengan metode ELISA (Enzyme-linked
immunosorbent assay), ataupun RAST (Radio allergosorbent
test).
2) Bakteriologi
Pada kulit penderita eksim (dermatitis atopik) yang
aktif biasanya sering dijumpai bakteri patogen seperti
Staphylococcus aureus walaupun tanpa gejala klinis infeksi.
3) Uji tusuk (Skin Prick Test)
Merupakan uji kulit yang sering dilakukan pada anak
yang dicurigai menderita eksim (dermatitis atopik). Tempat
uji adalah pada volar lengan bawah dengan jarak 2 cm dari
pergelangaan tangan dan lipat siku.Setelah meletakkan
alergen pada permukaan kulit kemudian kulit ditusuk dengan
kedalaman 1 mm dengan menggunakan lanset.Sebagai
kontrol positif digunakan histamin dan untuk kontrol negatif

6
digunakan larutan gliserin. Reaksi terhadap alergen dibaca 15
menit kemudian dan dikatakan positif bila dijumpai rasa gatal,
eritema dan urtikaria.
4) Uji tempel ( Atopy Patch Test)
Uji ini banyak digunakan untuk mengidentifikasi reaksi
alergi terhadap aeroalergen pada eksim (dermatitis atopik).
Uji dilakukan selama masa remisi penyakit. Sekitar 25 sampai
150 alergen pada plastik uji ditempelkan pada punggung
bagian atas penderita dengan menggunakan bahan perekat
yang hipoalergenik. Sebagai kontrol positif di gunakan
histamin sedangkan sebagai kontrol negatif digunakan larutan
salin. Hasil pembacaan dilakukan pada 48 jam, 72 jam dan 96
jam kemudian. reaksi dikatakan positif apabila dijumpai
eritema, papul, kulit terasa gatal, dan pada yang ekstrim dapat
dijumpai vesikel,reaksi seperti terbakar dan kulit melepuh.
5) Uji Eliminasi dan Provokasi
Uji ini biasanya dilakukan untuk mengidentifikasi
reaksi alergi terhadap makanan sebagai salah satu pencetus
terjadinya eksim (dermatitis atopik). Eliminasi makanan
dilakukan selama tiga minggu sebelum dilakukan uji
provokasi. Uji provokasi makanan (food challenge) dimulai
dengan makanan yang paling tidak dicurigai akan
menimbulkan reaksi alergi. Bila setelah 1 minggu dijumpai
gejala alergi maka makanan tersebut dicurigai sebagai
penyebab alergi dan apabila dalam tiga kali provokasi di
waktu yang berbeda dijumpai reaksi yang sama maka
makanan tersebut dinyatakan definitif penyebab alergi.

7
4. Pengobatan
Penanganan eksim atopik utamanya bertujuan untuk
meredakan gejala yang muncul. Terdapat banyak cara yang dapat
digunakan untuk meredakan gejala eksim atopik. Penanganan gejala
dapat dilakukan dengan pemberian obat dalam bentuk oles, minum,
atau suntik.
Beberapa contoh obat tersebut adalah:
 Kortikosteroid, misalnya methylprednisolone.
Obat ini digunakan untuk meredakan inflamasi.
 Tacrolimus.
Obat ini digunakan untuk meredakan gejala gatal sekaligus
memperbaiki kulit rusak.
 Antibiotik, seperti amoxicilin dan ciprofloxacin.
Obat ini digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri akibat terus
menggaruk.

B. Traditional Chinese Medicine

8
1. Pengertian
Menurut Traditional Chinese Medicine (TCM), Eksim
(dermatitis) dikenal sebagai Shi Zhen (erupsi lembab) bisa disebabkan
faktor internal dan eksternal, dan panas lembab merupakan penyebab
utama dermatitis.
2. Etiologi
Menurut pengobatan Cina tradisional, eksim disebabkan oleh
panas lembab eksogen dan pathogen yang menyebabkan stagnasi qi
dan darah di kulit, atau oleh kekurangan darah yang menyebabkan
kurangnya asupan kulit.
3. Diferensiasi sindrom
a. Eksim basah-panas
Ditandai dengan timbul lesi kulit secara tiba-tiba,
termasuk eritema edema, bintik, vesikel dan kudis; disertai
dengan rasa gatal, demam, haus, gelisah, lidah merah dengan
lapisan kekuningan dan nadi cepat.
b. Eksim karena defisiensi darah
Ditandai dengan lesi kulit yang sering terjadi atau
persisten, termasuk pachylosis, pachyderma, dermatoglyph,
pigmentasi dengan sisik dan tanda goresan; disertai dengan
gatal parah, gelisah, susah tidur, nafsu makan buruk, lidah
pucat dengan lapisan keputihan tipis dan denyut nadi lemah.
4. Penggunaan Titik Akupunktur
Poin akupunktur utama:
 Xuehai (Sp10)
 Sanyinjiao (Sp6)
 Hegu (LI 4)
 Quchi (LI 11)

9
Xuehai (Sp10) berfungsi untuk meningkatkan aliran darah dan
merupakan salah satu titik penting untuk mengobati kondisi kulit. Sanyinjiao
(Sp6), titik pertemuan dari tiga meridian Yin Kaki, berfungsi untuk
menghilangkan panas dan menghilangkan kelembaban. Hegu (LI4) dan
Quchi (LI11), titik yuan dan he Meridian usus besar, untuk menghentikan
rasa gatal.
Titik tepat yang dipilih berdasarkan diferensiasi sindrom dan lokasi lesi kulit.
 Untuk eksim lembab-panas, ditambahkan Dazhui (Du14) dan Weizhong (B40) dan
ditusuk dengan jarum bermata tiga. cupping selama 10-15 menit untuk
mengeluarkan panas lembab.
 Untuk eksim karena deferisiensi darah, ditambahkan Geshu (B17), Feishu (R13) dan
Zusanli (S36) prinsip terapi: menguatkan darah dan mengusir angin endogen. Selain
itu, area lesi kulit disterilkan dan di keluarkan darah (Metode ini tidak dapat
digunakan untuk eksim skrotum atau vulva.)
 Untuk eksim wajah atau leher, ditambahkan Zusanli (S36) dan Houxi (SI3)
 Untuk eksim dari aspek fleksi ekstremitas ditambahkan Weizhong (B40) dan Chize
(L5) P C.
 Untuk eksim tangan, ditambahkan Yangchi (SJ4) dan Baxie (Ex6)
 Untuk eksim kaki, ditambahkan Jiexi (S41) dan Bafeng (Ex23)
 Untuk eksim dari daerah retroauricular, ditambahkan Yifeng (SJ17) dan Fengchi
(G20).
 Untuk eksim skrotum atau vulva, ditambahkan Ligou (Liv5) dan Zhongji (Ren3).
 Untuk eksim pada tungkai, ditambahkan Weizhong (B40) dan Fengshi (G31).

10

Anda mungkin juga menyukai