Robby Weha,Luthy Attamimi, Achmad Dara, Sri Asriyani, Dario A. Nelwan, Erlin Sjahril
(Subdivisi Respirasi, Departemen Radiologi FK-UNHAS)
A. Pendahuluan
Penyakit infeksi jamur paru atau yang disebut dengan mikosis paru selama
ini masih merupakan penyakit yang relatif jarang dibicarakan. Akan tetapi
akhir-akhir ini perhatian terhadap penyakit ini semakin meningkat dan
kejadian infeksi jamur paru semakin sering dilaporkan. Hal ini mungkin akibat
dari meningkatnya kesadaran dan usaha penemuan infeksi jamur dengan
berbagai cara menggunakan teknik yang tepat, bertambahnya kecepatan
tumbuh jamur sebagai akibat cara pengobatan modern, terutama penggunaan
antibiotik, berspektrum luas, atau kombinasi dari berbagai antibiotik,
penggunaan
kortikosteroid
dan
obat
imunosuppressif
lainnya
serta
penyakit lain dan tidak ada gejala yang khas sehingga infeksi jamur paru
sering tidak terdiagnosa, sehingga pengobatan terhadap infeksi jamur paru
sering terlambat diberikan.( Muller et al, 2008)
B. Definisi dan Etiologi
Ada 3 pembagian utama jamur, yaitu:
1. Infeksi jamur superfisial (superfisial mycoses), menyerang kulit dan selaput
mukosa (pityriasis versicolor, dermatophytosis, superficial candidosis).
2. Infeksi jamur subkutan (subcutaneus mycoses), menyerang jaringan
subkutan dan struktur sekitarnya termasuk kulit dan tulang (mycetoma,
chromomycosis, sporotricosis).
3. Infeksi jamur sistemik (sistemic mycoses), menyerang jaringan organ di
dalam tubuh (deep viscera).
Infeksi jamur sistemik adalah infeksi jamur yang menyerang organ dalam
misalnya paru, hati, limpa, traktus gastrointestinal dan menyebar lewat aliran
darah atau getah bening. (Kobayashi, 2015)
Penyakit jamur paru, termasuk kelompok infeksi jamur sistemik. Dapat
disebabkan oleh 2 kelompok jamur berdasarkan patogenesis, yaitu:
1. Jamur endemik
Jamur ini dapat menginvasi dan berkembang pada jaringan host normal
tanpa adanya predisposisi. Jamur ini ditemukan pada daerah geografis
spesifik. Jumlahnya lebih sedikit. Infeksi jamur patogen sistemik pada paru
yang sering terjadi adalah:
Parakoksidioidornikosis,
disebabkan
oleh
Paracoccidioides
brasiliensis.
2. Jamur Oportunistik
Organisme Oportunistik artinya dalam keadaan normal sifatnya non
patogen tetapi dapat berubah menjadi patogen bila keadaan tubuh melemah,
dimana mekanisme pertahanan tubuh terganggu.
lnfeksi jamur oportunistik temyata lebih sering terjadi dibandingkan
infeksi jamur patogen sistemik. lnfeksi ini umumnya terjadi pada penderita
defisiensi sistem pertahanan tubuh atau pasien-pasien dengan keadaan umum
yang lempah patient. Pneumonia yang disebabkan oleh jamur jenis ini
memiliki morbiditas yang lebih tinggi serta kasus fatal mencapai hingga
90%.3
lnfeksi jamur paru oportunistik yang sering terjadi adalah:
1. Kandidiasis paru.
2. Aspergilosis paru. (Parker et al, 2012)
C. Epidemiologi
Meskipun beberapa jamur cenderung untuk berada atau tumbuh pada suatu
daerah geografis tertentu, seperti misalnya di Inggris jamur yang paling
banyak dijumpai ialah aspergillus, kandida, actinomyces dan cryptococcus.
Demikian pula jamur-jamur seperti histoplasma, coccidioides dan blastomyces
distribusinya secara geografis amat terbatas, namun transportasi yang semakin
lancar dan arus perpindahan penduduk yang makin cepat menyebabkan infeksi
jamur yang tadinya langka disesuatu daerah menjadi tidak langka lagi serta
ditambah dengan meningkatnya jumlah pasien dengan imunokompeten
mengakibatkan resiko terinfeksi jamur akan semakin meningkat pula.(Muller
et al, 2007)
Kecuali aktinomikosis dan kandidiasis, penyakit jamur paru umumnya
terjadi akibat menghirup spora jamur. Hampir seluruh jamur merupakan
organisme yang hidup di atas tanah (soil). Beberapa dari jamur tersebut untuk
pertumbuhannya memerlukan kondisi-kondisi khusus.
Pada umumnya jamur memilih hidup dan tumbuh di daerah yang basah
atau lembab. H capsulatum dan B dermatitides misalnya suka hidup di rawarawa dekat sungai-sungai, sedangkan H. capsulatum dan Cryptococcus
neoformans tumbuh subur pada tanah yang telah terkontaminasi kotoran
burung ataupun kotoran kelelawar (seperti di gua-gua yang banyak
kelelawarnya). Satu-satunya jamur yang memilih hidup subur di tanah yang
padat dan kering ialah Coccidioides immitis.
Berbeda dengan kebanyakan jamur pada umumnya, maka Kandida dan
actinomyces hidup komensal di dalam rongga pipi (buccal cavity) manusia.
Infeksi pada paru oleh kedua jenis jamur ini hanya terjadi apabila daya tahan
tubuh menurun.
Sesuatu yang unik namun menarik perhatian ialah bahwa meskipun spora
jamur mudah menyebar kemana-mana, namun sangat jarang terjadi penularan
penyakit jamur paru dari seseorang ke orang lain. Satu-satunya yang pernah
dilaporkan ialah epidemi koksidioidomikosis yang mengenai 6 kasus dan
diduga terjadinya melalui penularan orang ke orang. Tidak terdeteksinya
adanya penularan pada jamur paru boleh jadi karena penyakit ini rnemberi
gambaran subklinis artinya dengan gejala yang tidak khas dan tak menonjol.
Baik
Actinomyces
israeli
dan
Candida
albicans
masing-masing
dari
jamur-jamur
yang
menyebabkan
histoplasmosis,
manusia dan menimbulkan infeksi. Hingga saat ini hanya 2 jenis jamur yang
menimbulkan infeksi paru yang tidak dijumpai hidup diatas permukaan tanah,
yaitu Blastomyces dermatitidis dan Paracoccidioides brasiliensis. Distribusi
geografis jamur Coccidioides imitis dibatasi oleh kondisi iklim. lnfeksi oleh
jamur ini biasa dijumpai di Amerika Serikat bagian Barat Daya, Mexico dan
Venezuela, yaitu daerah-daerah yang kering, sebab sebagaimana dikemukakan
diatas tadi jamur ini suka hidup di permukaan tanah yang padat dan kering.
Penderita infeksi jamur ini banyak dari suku-suku Indian Amerika yang diam
di daerah-daerah tersebut.(McLoud, 2010)
Sebagaimana juga telah disebutkan Histoplasma capsulatum dan
Cryptococcus neoformans suka hidup di lingkungan yang tercemar kotoran
burung atau kelelawar. Histoplasma capsulatum menimbulkan penyakit infeksi
jamur dengan gejala mirip influenzae pada penyelidik-penyelidik di Venezuela
dan Afrika Selatan sehingga disebut juga dengan penyakit "Cave disease".
Diperlukan masa bertahun tahun sejak seseorang terinfeksi dengan jamur
Histoplasma capsulatum sampai terjadinya penyakit muncul dengan gejala
klinis yang jelas.
Kriptokokosis atau penyakit yang disebut infeksi jamur cryptococus
neoformans terjadi bila seseorang termakan buah-buahan atau terminum susu
yang telah tercemari atau terkontaminasi dengan kotoran burung yang
mengandung jamur tersebut. Mastitis pada lembu bisa pula akibat infeksi
jamur Cryptoccus neoformans, sehingga terminum susu lembu yang mengidap
mastitis bisa pula mengundang infeksi jamur tersebut. (Gotway, 2011)
D. Insidensi
lnsidensi atau kejadian infeksi jamur paru belum diketahui secara pasti.
Yang jelas ialah bahwa kejadian infeksi jamur di paru semakin sering dengan
makin meningkatnya penggunaan jangka panjang berbagai antibiotika.
kortikosteroid, radiomimetik. Infeksi Candida albicans secara lokal seperti di
mulut, esotagus, usus dan vagina nampak makin sering, sedangkan kandidiasis
sistemik relatif masih jarang.
Aktinomikosis
bisa
dijumpai
di
banyak
negara,
namun
sejak
Keadaan-keadaan
"immunocompromized"
akibat
penyakit
lain,
.
Kiri : Perselubungan luas pada lobus bawah paru kiri dengan bercak-bercak infiltrat dan
lymphadenopathy
Kanan : Nodul kalsifikasi luas
10
Kiri : Pasien dengan stridor. Massa berkalsifikasi pada KGB pretracheal yang mendesak carina.
Biopsi sesuai H.capsulatum
Kanan : Gambaran Histoplasmosis akut, Multipel nodul luas dan lymphadenopathy perihilar
bilateral
Pada pasien dengan expose yang luas, nodul-nodul ukuran kecil akan
muncul. Nodul-nodul ini akan menjadi kalsifikasi pada proses penyembuhan.
Pada nodul yang soliter dari infeksi H. Capsulatum ini, bila membesar
mencapai hingga lebih dari 3 cm maka akan disebut dengan Histoplasmoma.
Histoplasmoma ini biasanya mengandung kalsifikasi target di sentralnya
Kiri : Foto thorax konvensional menunjukkan massa pada lobus atas paru kiri(panah)
Kanan : CT Scan menunjukkan massa dengan kalsifikasi yang memberikan gambaran cincin
Pada
kasus
kronik,
gambaran
yang
mungkin
didapatkan
yaitu
perselubungan fibrocavitas pada lobus atas paru. Gambaran ini mirip dengan
gambaran TB postprimer.
11
Histoplasmosis kronik meberikan gambaran perselubungan pada lobus atas paru kanan , garis fibrotik dan
kavitas
2. Coccidioidomycosis
Coccidioides immitis adalah jenis jamur dimorfik yang tumbuh di tanah
dalam bentuk miselium. Miselium inilah yang memproduksi arthrospora yang
dapat menginfeksi manusia jika terhirup. Bila sudah masuk ke jaringan, jamur
ini akan keluar sebagai sprula dan bereproduksi.
Infeksi Coccoidioides immitis endemis pada Amerika utara bagian selatan
dan Mexico utara. Infeksi jamur ini dibagi atas infeksi primer, infeksi primer
persisten dan pola infeksi luas. Primer infeksi terjadi jika arthospora
C.immitis terhirup berkembang menjadi sporangia dan merangsang terjadinya
inflamasi
pada
paru.
Biasanya
gambaran
awal
inflamasi
berupa
12
Infeksi paru coccidioidomycosis primer yang dibuktikan berdasarkan pemeriksaan serologi dan
bronkoskopi. A: Perselubungan homogen pada lobus bawah paru kiri dengan ltmphadenopathy. B: CT Scan
memperlihatkan adanya densitas menyerupai massa homogen tanpa air-bronchogram pada LLL.
3. Blastomycosis
Kebanyakan kasus infeksi Blastomyces dermatitidis terjadi di sentral
selatan Amerika dan Kanada. Tapi bahkan pada daerah endemisnya, kasus
yang terdiagnosis dengan benar saat pertama MRS hanya sekitar 18%.
Lainnya terdiagnosis sebagai pneumonia, kasus malignansi dan tuberculosis.
Proses infeksi jamur ini biasanya berhubungan dengan tanah. Jalan masuk
dari jamur ini setelah terhirup adalah paru-paru. Organisme kemudian akan
merubah bentuk miceliumnya menjadi bentuk ragi yang akan menyebabkan
infeksi di paru dan kulit serta penjalaran ke organ lainnya. Infeksi paru
biasanya asimptomatik. Jika menimbulkan gejala, akan bervariasi yang
biasanya menyerupai gejala dari pneumonia akut.
Gambaran radiologi berupa perselubungan batas tidak tegas pada paru.
Perselubungan dapat unifokal maupun multifokal. Perselubungan lebih sering
terjadi pada lobus atas daripada lobus bawah. Kavitas biasanya timbul pada
kasus kronik.
13
4. Kandidiasis
Beberapa keadaan yang mempredisposisi terjadinya kandidiasis sistemik
menurut Winner dan Hurley ialah kehamilan, trauma lokal seperti bekas bekas
garukan akibat alergi pada kulit, berbagai gangguan endokrin (DM, Adison
Disease, hipoparatiroid, hipotiroid), pancreatitis, malnutrisi, malabsorbsi,
penggunaan antibiotika dan steroid yang lama, kelainan kelainan darah
(leukimia, anemia plastik, agranulusitosis), berbagai penyakit keganasan dan
paska bedah.
Kandida albikans merupakan species kandida yang paling sering
menyebabkan kandidiasis pada manusia, baik kandidiasis superfisialis maupun
sistemik. Pada media agar khusus akan terlihat struktur hyphae, pseudohypae
dan ragi. Kandida dapat menyebabkan penyakit sistemik progresif pada
penderita yang lemah atau sistem imunnya tertekan.
Kandida albikan merupakan flora normal rongga mulut, saluran cerna dan
vagina pada individu normal dan hanya menginvasi penderita dengan
imunokompromise atau kedaaan netropenia yang lama. Koloni meningkat
pada penderita yang mendapat pengobatan antibiotika yang berspektrum luas,
dan pada penderita diabetes melitus. Kandida albikans merupakan species
yang paling sering menginfeksi manusia yaitu sekitar 75%.
Pada pasien yang menderita sesuatu penyakit yang berat dan kronis pernah
dilaporkan terjadi pneumonia akibat Kandida albikans. Dalam garis besarnya
14
kandidiasis paru terdiri dari dua bentuk yaitu Kandidiasis bronkial dan
Kandidiasis paru.
Pada kandidiasis bronkial dinding mukosa bronkus tampak diselaputi oleh
plak plak sama seperti yang menutupi mukosa mulut dan tenggorokan pada
Kandidiasis mulut dan Kandidiasis tenggorokan. Pasien mengeluh batuk batuk
keras, dahak sedikit dan mengental dan berwarna seperti susu. didalam dahak
bisa dijumpai Kandida albikans namun perlu diingat bahwa Kandida albicans
dalam keadaan normal bisa dijumpai sebagai saprofit dirongga mulut dan pipi.
Pada sekitar 50% penderita Tb paru bisa dijumpai Kandida albikans dalam
dahak mereka, sehingga untuk menetapkan bahwa seseorang menderita
Kandidiasis bronkial harus diperiksa dan dijumpai kepositipan organisme ini
di dahak secara berulang ulang. Jadi tidak cukup sekali pemeriksaan.
Gambaran radiologik foto dada biasanya normal saja, ataupun paling dijumpai
pengaburan berupa garis dilapangan tengah dan bawah paru.
Pasien yang menderita Kandidiasis paru biasanya tampak lebih sakit,
mengeluh demam dengan pernapasan dan nadi yang cepat. Batuk-batuk,
hemaptoe, sesak dan nyeri dada. Pada foto dada biasa tampak pengaburan
dengan batas tidak jelas terutama dilapangan bawah paru. Bayangan lebih
padat atau bahkan efusi pleura bisa juga terjadi/dijumpai pada foto dada.
Diagnosa dengan menemukan jamur Kandida di sputum serta kultur yang
positip dengan medium agar Sabouraud pada pemeriksaan berulang-ulang.
Kandidiasis (moniliasis, kandidosis) yaitu infeksi yang disebabkan oleh
jamur kandida baik primer maupun sekunder terhadap penyakit lain yang telah
ada (Suprihatin, 1982). Lesi kandidiasis paru secara radiologi umumnya
memberikan
gambaran
berupa
bronkopneumonia,
tetapi
dapat
pula
memberikan gambaran berupa infiltrat bulat seperti cotton ball, tunggal atau
multipel, atau abses paru
15
Pneumonia candidiasis pada pasien terapi kortikosteroid. CXR memperlihatkan suatu gambaran
pneumonia fokal pada lobus atas paru kiri
5. Aspergillosis
Spesies Aspergillus merupakan jenis jamur yang dapat ditemukan pada
berbagai area di muka bumi. Hal ini mungkin yang menyebabkannya lebih
sering terdiagnosa. Spesies Aspergillus yang paling memainkan peranan
penting pada infeksi ke manusis adalah A.fumigatus. Organisme ini keluar dari
bentuk miselial dengan hifa.
Infeksi yang disebabkan A.fumigatus diklasifikasikan atas :
1. Aspergillosis invasif
2. Aspergillosis semi invasif (aspergillosis nekrosis kronik)
3. Aspergillosis bronkhopulmonal alergik
4. Aspergilloma
Infeksi Aspergillosis dapat terjadi bila host menghirup organisme ini.
1. Aspergillosis invasif
Merupakan infeksi jamur paru oportunistik tersering. Faktor pencetus
utama terjadinya yaitu neutropenia kronis dan berat, terapi kortikosteroid
jangka panjang, post transplantasi stem cell, serta AIDS tahap lanjut.
Saat spora terhirup ke jalan napas, dengan kekurangan respon imunitas
dari hostmaka spora matur yang berubah menjadi hifa akan masuk ke
16
Kiri : Foto thorax konvensional memperlihatkan perselubungan pada perifer lobus atasparu kanan
Kanan : CT Scan menunjukkan multipel nodul irreguler dengan rim yang groud glass (CT halo sign)
17
Kiri : Semi invasif aspergilloma memperlihatkan gambaran perselubungan pada perihilar berbatas tidak
tegas
Kanan : CT memperlihatkan konsolidasi dan ground glass opasitas serta nodul pada lobus atas paru kanan
18
CT Scan memperlihatkan pada level distal main bronkhus kiri (A) dan bronkhus lingula (B) adanya
konsolidasi parenkimal, bronkhiektasis, mukus(panah) serta nodul sentrilobular kecil
4. Aspergilloma
Aspergilloma atau mycetoma atau fungus ball merupakan infeksi yang
timbul pada pasien-pasien dengan penyakit paru struktur yang tidak
terdiagnosis. Pasien dengan mycetoma biasanya memiliki imunitas yang
normal. Secara patologis, aspergilloma mengandung kombinasi dari hifa
jamur, debris sel dan mukus di dalam suatu kavitas. Dinding kavitas
terbentuk dari jaringan fibrosa, sel radang dan jaringan granulasi.
Penyebab tersering dari penyakit paru struktur yang tidak terdiagnosis
dengan aspergilloma adalah kavitas dari penyakit TB sebelumnya.
Sarcoidosis merupakan penyebab tersering kedua.
Gejala klinis yang ditimbulkan biasanya asimptomatik. Bila gejala ada
berupa batuk, berat badan berkurang dan hemoptisis.
Aspergilloma pada gambaran radiologi biasanya berupa massa bulat
atau oval yang mengisi suatu kavitas yang memberikan gambaran aircrescent sign. Air-crescent sign tidak akan terlihat bila fungus ball besar
dan mengisi seluruh rongga kavitas. Aspergilloma dapat berubah posisi
sesuai posisi pasien. Aspergilloma biasanya menempati lobus atas paru.
CT akan memperlihatkan massa intrakavitas yang mobile dan juga
akan memperlihatkan jaring jamur kecil yang menghubungkan fungus ball
dan dinding kavitas.
19
Foto
Thorax
konvensional
memperlihatkan suatu kavitas
dengan fungus ball di dalamnya.
Tampak adanya air-crescent sign
di atas mycetoma, penebalan
pleura dan mobilitas dari fungus
ball. Pada kasus ini penyakit yang
mendasari adalah infeksi TB.
A. PA
B. Lateral dekubitus
C. PA
1
tahun
sebelumnya
yang
memperlihatkan
kavitas tanpa adanya
mycetoma
20
Kiri : CT Scan axial posisi supine memperlihatkan gambaran fungus ball di dalam kavitas
Kanan : CT Scan axial posisi prone memperlihatkan gambaran posisi fungus ball yang berubah
21
ditemukan pada lobus atas paru. Adanya lesi ini merupakan predisposisi
terjadinya pneumothorax.
CT Scan akan memberikan gambaran ground-glass multifokal yang
predominan pada perihilar. Penebalan septal interlobular dan konsolidasi foci
mungkin terlihat pula. Pneumatokel dan pneumothorax juga dapat terjadi.
Pneumonia P.jiroveci dan pneumothorax pada pasien AIDS dengan sel CD4 yang rendah.CT Scan axial
memperlihatkan beberapa kista dinding tipis (panah) yaitu pneumatokel dikelilingi dengan opasitas groundglass. Pneumothorax kanan terjadi akibat ruptur dari pneumatokel.
22
Kesimpulan
lnsidensi atau kejadian infeksi jamur paru belum diketahui secara pasti. Yang
jelas ialah bahwa kejadian infeksi jamur di paru semakin sering dengan makin
meningkatnya penggunaan jangka panjang berbagai antibiotika. kortikosteroid,
radiomimetik.
Sangat sulit untuk menentukan infeksi jamur di paru oleh karena sebagian
besar gejalanya mula-mula tidak mencolok dan sering sekali seperti gejala flu
biasa atau infeksi paru oleh sebab lain. Permasalahan lain dalam mendiagnosis
infeksi oleh jamur yaitu kita harus dapat menentukan apakah jamur tersebut hanya
bersifat koloni atau telah terjadi infeksi/patogenik.
Timbulnya infeksi sekunder pada jamur paru disebabkan terdapatnya kelainan
paru seperti kavitas tuberkulosa, bronkiektasis, karsinomabronkus yang sering
menurunkan daya tahan tubuh. Pemeriksaan radiologis dapat digunakan sebagai
untuk menegakkan diagnosa kasus-kasus mikosis jamur tertentu pada paru karena
ada beberapa gambaran radiologis infeksi jamur paru ini yang tidak khas dan
memberikan gambaran yang mirip pada penyakit-penyakit infeksi lainnya.
23
DAFTAR PUSTAKA
Burgener, F. A., et al. The Chest X-Ray Differential Diagnosis in
Conventional Radiology, 2nd revised edition, Thieme New York, New York.
Eisenberg, R. L., Clinical Imaging An Atlas Of Differential Diagnosis, 5th
edition, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.
Herzog, C and Burgener, F. A, Lungs, Burgener, F. A. et al., Differential
Diagnosis in Computed Tomography, 2nd edition, Thieme New York, New York.
Hansell, D. M., et al., Imaging of Diseases of the Chest, 5th edition,
Mosby, London.
Kobayashi,
G.
S.,
2015,
Disease
of
Mechanism
of
Fungi,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK8103/
Lee, K. S., et al., Radiology Illustrated Chest Radiology, Springer, New
York.
Lee, K. S., et al., Mullers Diseases of the Lung Radiologic and
Pathologic Correlations, 2nd edition, Lippincott Williams & Wilkins,
Philadelphia.
Mandanas,
R.
A.,
et
al.,
2014,
Fungal
Pneumonia,
http://www/emedicine.medscape.om/article/300341-overview
McLoud, T. C., Boiselle, P. M., The Requisites Thoracic Radiology, 2nd
edition, Mosby, Philadelphia.
Muller, N. L. And Silva, C. I. S., Imaging of the Chest, volume 1,
Saunders, Philadelphia.
Muller, N. L., et al., Imaging of Pulmonary Infections, Lippincott Williams
& Wilkins, Philadelphia.
Parker, M. S., et al., Chest Imaging Case Atlas, 2nd edition, Thieme New
York, New York.
Webb, W. R., Higgins, C. B., Thoracic Imaging Pulmonary and
Cardiovascular Radiology, 2nd edition, Lippincott Williams & Wilkins,
Philadelphia.
24
25