Anda di halaman 1dari 31

PEMERIKSAAN JAMUR BILASAN BRONKUS PADA PENDERITA BEKAS

TUBERKULOSA PARU
SUKAMTO
Bagian Ilmu Penyakit Paru
Fakultas Ke!kteran
Uni"ersitas Sumatera Utara
BAB I
PENDA#ULUAN
Penyakit infeksi masih tetap merupakan problem utama kesehatan di
Indonesia. Penyakit infeksi jamur paru atau yang disebut dengan mikosis paru
selama ini masih merupakan penyakit yang relatif jarang dibicarakan. Akan tetapi
akhir-akhir ini perhatian terhadap penyakit ini semakin meningkat dan kejadian
infeksi jamur paru semakin sering dilaporkan.1 Hal ini mungkin akibat dari ,
meningkatnya kesadaran dan usaha penemuan infeksi jamur dengan berbagai
cara menggunakan teknik yang tepat, bertambahnya kecepatan tumbuh jamur
sebagai akibat cara pengobatan modern, terutama penggunaan antibiotik,
berspektrum luas, atau kombinasi dari berbagai antibiotik, penggunaan
kortikosteroid dan obat imunosuppressif lainnya serta penggunaan sitostatika,
terdapatnya faktor predisposisi yaitu penyakit kronik yang berat termasuk
penyakit kegananasan, dengan meningkatnya umur harapan hidup akan
meningkatkan insiden penyakit jamur paru, mobilitas dari manusia tinggi
sehingga kemungkinan memasuki daerah endemis fungi patogen semakin
tinggi.2,,!,",#
Peranan infeksi ditambah dengan meningkatnya umur harapan hidup dari
sekitar !" tahun pada tahun tujuh puluhan, diperkirakan menjadi sekitar $%
tahun pada tahun 2%%% akan meningkatkan insiden penyakit jamur paru di
Indonesia.$
&alaupun masih relatif jarang bila dibandingkan dengan infeksi bakterial
atau 'irus, infeksi jamur paru penting karena dapat diobati dan keterlambatan
pengobatan dapat berakibat fatal.( Permasalahannya ialah bah)a baik gambaran
klinik maupun radiologik penderita mikosis paru tidak khas. $,*
+amur paru sering tidak lekas didiagnosa secara dini. Pasien baru
tertegakkan diagnosanya sebagai penderita jamur paru dalam keadaan sudah
lanjut atau terlambat, sehingga pengobatan sering tidak berhasil.*
Infeksi jamur paru dapat sebagai infeksi primer maupun sekunder.
,imbulnya infeksi sekunder pada paru disebabkan terdapatnya kelainan atau
kerusakan jaringan paru seperti pada ,- paru berupa ka'itas, bronkiectasis,
destroyed lung dan sebagainya.2
.ejala umum infeksi jamur paru sama dengan infeksi mikroba lainnya,
antara lain batuk-batuk, batuk darah, banyak dahak, sesak, demam, nyeri dada
dan bisa juga tanpa gejala.
/leh karena infeksi jamur paru sering menyertai penyakit lain dan tidak
ada gejala yang khas sehingga infeksi jamur paru sering tidak terdiagnosa,
sehingga pengobatan terhadap infeksi jamur paru sering terlambat diberikan.2
2004 Digitized by USU digital library
1
Infeksi jamur paru sebagai infeksi sekunder pada penderita ,- paru akan
menambah permasalahan dalam pengobatan ,- paru. -erbagai masalah yang
dijumpai dalam pengobatan penyakit ,- paru antara lain0 kesalahan diagnosa,
perlukah semua kasus diobati, obat yang adekuat, lama pengobatan, tata laksana
pada yang gagal serta pengobatan pada penderita dengan -,A negatif. 1%,11,12
1engan adanya infeksi jamur paru pada penderita ,- paru akan
menambah permasalahan dalam pengobatan penyakit ,- paru dan penderita
bekas ,- paru.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
MIKOSIS PARU
II$% KLASIFIKASI MIKOSIS
Ada pembagian utama jamur, yaitu0 1.!,$,(,1,1!,1",1#,1$,1(
1. Infeksi jamur superfisial 2superfisial mycoses3, menyerang kulit dan selaput
mukosa 2pityriasis 'ersicolor, dermatophytosis, superficial candidosis3.
2. Inteksi jamur subkutan 2subcutaneus mycoses3, menyerang jaringan
subkutan dan struktur sekitarnya termasuk kulit dan tulang 2mycetoma,
chromomycosis, sporotricosis3.
. Infeksi jamur systemik 2sistemic mycoses3, menyerang jaringan organ di
dalam tubuh 2deep 'iscera3.
Infeksi jamur sistemik adalah infeksi jamur yang menyerang organ dalam
misalnya paru, hati, limpa, traktus gastrointestinal dan menyebar le)at aliran
darah atau getah bening.
Penyakit jamur paru, termasuk kelompok infeksi jamur sistemik. 1apat
disebabkan oleh 2 kelompok jamur, yaitu0!,$,(,1*,2%,21,22
%$ JAMUR PATO&EN SISTEMATIK
+amur ini dapat mengino'asi dan berkembang pada jaringan host normal
tanpa adanya predisposisi. +umlahnya lebih sedikit Infeksi jamur patogen
sistemik pada paru yang sering terjadi adalah0
Histoplasmosis, disebabkan Histoplasma capsulatum.
4oksidioidornikosis, disebabkan oleh 5occidioides immitis.
Parakoksidioidornikosis, disebabkan oleh Paracoccidioides brasiliensis. 1(,2
-lastomikosis, disebabkan oleh -lastomyces dermatitidis.
4riptokokosis, disebabkan oleh 5ryptococcus neoformans.
'$ JAMUR OPORTUNISTIK
/rganisme /portunistik artinya dalam keadaan normal sifatnya non
patogen tetapi dapat berubah menjadi patogen bila keadaan tubuh melemah,
dimana mekanisme pertahanan tubuh terganggu.
lnfeksi jamur oportunistik temyata lebih sering terjadi dibandingkan infeksi
jamur patogen sistemik. lnfeksi ini umumnya terjadi pada penderita defisiensi
sistem pertahanan tubuh atau pasien-pasien dengan keadaan umum yang
lempah patient.2,2!
lnfeksi jamur paru oportunistik yang sering terjadi adalah0
1. 4andidiasis paru.
2. Aspergilosis paru.
2004 Digitized by USU digital library
2
II$'$ EPIDEMIOLO&I MIKOSIS PARU
6eskipun beberapa jamur cenderung untuk berada atau tumbuh pada
suatu daerah geografis tertentu, seperti misalnya di Inggris jamur yang paling
banyak dijumpai ialah aspergillus, kandida, actinomyces dan cryptococcus.
1emikian pula jamur-jamur seperti histoplasma, coccidioides dan blastomyces
distribusinya secara geografis amat terbatas, namun transportasi yang semakin
lancar dan arus perpindahan penduduk yang makin cepat menyebabkan inteksi
jamur yang tadinya langka disesuatu daerah menjadi tidak langka lagi, dan ini
berarti resiko terinfeksi jamur bagi mereka yang berkecimpung dalam pekerjaan
di laboratorium akan semakin meningkat pula.(,2"
4ecuali aktinomikosis dan kandidiasis, penyakit jamur paru umumnya
terjadi akibat menghirup spora jamur. Hampir seluruh jamur merupakan
organisme yang hidup di atas tanah 2soil3( -eberapa dari jamur tersebut untuk
pertumbuhannya memerlukan kondisi-kondisi khusus.
Pada umumnya jamur memilih hidup dan tumbuh di daerah yang basah
atau lembab. H capsulatum dan - dermatitides misalnya suka hidup di ra)a-ra)a
dekat sungai-sungai, sedangkan H capsulatum dan 5ryptococcus neoformans
tumbuh subur pada tanah yang telah terkontaminasi kotoran burung ataupun
kotoran kelela)ar 2seperti di gua-gua yang banyak kelela)arnya3. 7atu-satunya
jamur yang memilih hidup subur di tanah yang padat dan kering ialah
5occidioides immitis.
-erbeda dengan kebanyakan jamur pada umumnya, maka 4andida dan
actinomyces hidup komensal di dalam rongga pipi 2buccal ca'ity3 manusia.
Infeksi pada paru oleh kedua jenis jamur ini hanya terjadi apabila daya tahan
tubuh menurun.2# /leh adanya kedua jamur tersebut yang hidup komensal di
rongga mulut, maka seseorang yang sputumnya akan diambil untuk atau sebagai
spesimen bagi pemeriksaan jamur, diharuskan berkumur-kumur beberapa kali
dengan air bersih sebelum sputumnya diambil."
7esuatu yang unik namun menarik perhatian ialah bah)a meskipun spora
jamur mudah menyebar kemana-mana, namun sangat jarang terjadi penularan
penyakit jamur paru dari seseorang ke orang lain. 7atu-satunya yang pernah
dilaporkan ialah epidemi koksidioidomikosis yang mengenai # kasus dan diduga
terjadinya melalui penularan orang ke orang." ,idak terdeteksinya adanya
penularan pada jamur paru boleh jadi karena penyakit ini rnemberi gambaran
subklinis artinya dengan gejala yang tidak khas dan tak menonjol.
-aik Actinomyces israeli dan 5andida albicans masing-masing
menyebabkan candidiasis dan actinomycosis. 7ebagaimana telah dikemukakan
keduanya bersifat parasitik yang obligatoir dan mengadakan simbiose dengan
tuan rumahnya sampai suatu saat terjadi atau terdapat faktor-faktor predisposisi
tertentu terutama proses-proses de'italisasi 2mendapat terapi antibiotika, atau
steroid atau radiomimetik jangka panjang, ataupun menderita penyakit-penyakit
kronis berat3. Pada keadaan-keadaan tersebut mekanisme pertahanan tubuh
yang dalam keadaan normal mampu mengontrol pertumbuhan dan patogenitas
jamur menjadi berkurang8 dan dalam hal seperti ini jamur candida yang tadinya
bersifat saprofit menjadi patogen, dan terjadilah suatu infeksi opportunistik.(,2#
,elah dibuktikan adanya antibodi terhadap 5 albicans dalam darah
manusia sejak usia #-( bulan dan bah)a faktor atau antibodi tersebut menurun
pada keadaan menderita leukemi akut, stadium akhir leukemi kronik, retikulosis
maligna8 multiple myeloma dan mieiosis oritremik.
2004 Digitized by USU digital library
3
7pora dari jamur-jamur yang menyebabkan histoplasmosis,
coccidioidomycesis, kriptokokosis dan aspergilosis dihasilkan di permukaan tanah
2soil3 terba)a dan tersebar kemana-mana oleh angin, lalu terhirup manusia dan
menimbulkan infeksi. Hingga saat ini hanya 2 jenis jamur yang menimbulkan
infeksi paru yang tidak dijumpai hidup diatas permukaan tanah, yaitu
-lastomyces dermatitidis dan Paracoccidioides brasiliensis. 1istribusi geografis
jamur 5occidioides imitis dibatasi oleh kondisi iklim. lnfeksi oleh jamur ini biasa
dijumpai di Amerika 7erikat bagian -arat 1aya, 6e9ico dan :ene;uela, yaitu
daerah-daerah yang kering, sebab sebagaimana dikemukakan diatas tadi jamur
ini suka hidup di permukaan tanah yang padat dan kering. Penderita infeksi
jamur ini banyak dari suku-suku Indian Amerika yang diam di daerah-daerah
tersebut.(,2#
7ebagaimana juga telah disebutkan Histoplasma capsulatum dan
5ryptococcus neoformans suka hidup di lingkungan yang tercemar kotoran
burung atau kelela)ar. Histoplasma capsulatum menimbulkan penyakit infeksi
jamur dengan gejala mirip influen;ae pada penyelidik-penyelidik di :ene;uela dan
Afrika 7elatan sehingga disebut juga dengan penyakit <5a'e disease<. 1iperlukan
masa bertahun tahun sejak seseorang terinfeksi dengan jamur Histoplasma
capsulatum sampai terjadinya penyakit muncul dengan gejala klinis yang jelas."
4riptokokosis atau penyakit yang disebut infeksi jamur cryptococus
neoformans terjadi bila seseorang termakan buah-buahan atau terminum susu
yang telah tercemari atau terkontaminasi dengan kotoran burung yang
mengandung jamur tersebut. 6astitis pada lembu bisa pula akibat infeksi jamur
5ryptoccus neoformans, sehingga terminum susu lembu yang mengidap mastitis
bisa pula mengundang infeksi jamur tersebut.(
II$($ INSIDENSI
lnsidensi atau kejadian infeksi jamur paru belum diketahui secara pasti.
=ang jelas ialah bah)a kejadian infeksi jamur di paru semakin sering dengan
makin meningkatnya penggunaan jangka panjang berbagai antibiotika.
kortikosteroid, radiomimetik. Infeksi 5andida albicans secara lokal seperti di
mulut, esotagus, usus dan 'agina nampak makin sering, sedangkan kandidiasis
sistemik relatif masih jarang.(
Aktinomikosis bisa dijumpai di banyak negara, namun sejak
diketemukannya penisilin penyakit ini makin jarang, terutama aktinomikosis yang
kronis dengan pembentukan sinus-sinus, sudah semakin langka.
1i daerah-daerah endemik koksidioidomikosis, hampir 1%%> populasi
terinfeksi, namun hanya sekitar 2"> yang memperlihatkan gejala klinis, dan
sebagian besar hanya berupa mirip influensa saja dan hanya %,2> menunjukkan
histoplasmosis sistemik.
Aspergillus fumigatus telah dilaporkan dijumpai pada sekitar 1%>
penderita dengan bronkhitis dan pada persentasi yang lebih banyak lagi dijumpai
pada penderita asma. +amur ini merupakan kontaminan yang sering
dilaboratorium-laboratorium, sehingga bila jamur ini berhasil di isolir dari suatu
spesimen belum berarti bah)a jamur ini memang sebagai penyebab suatu
penyakit atau kelainan, namun bila dijumpai kultur berulang-ulang tetap hasilnya
positif, maka hal ini suatu sugestif, dan memang bukti-bukti menyatakan bah)a
Aspergilosis bronkopulmonal lebih sering dari yang diperkirakan sebelumnya.
Angka kekerapan mikosis paru di dunia dan di Indonesia belum diketahui
secara pasti. &alaupun infeksi jamur lokal seperti pada mulut, esofagus, usus
dan 'agina cukup sering, namun yang bersifat sistemik termasuk di paru tidak
2004 Digitized by USU digital library
4
sebanyak itu. -egitu pula, )alaupun pada daerah endemik infeksi oleh
koksidioidomikosis dapat mencapai 1%%>, tapi yang sakit secara klinik mungkin
hanya 2%>.(,2$ 6asalah lain adalah karena sulitnya mendiagnosis mikosis paru.
7ediaan apus sputum, biakan jamur, pemeriksaan histologik paru dan uji
serologikpun kadang hasilnya membingungkan. 1an penyakit-penyakit infeksi
jamur paru tersebut yang banyak diketemukan di Indonesia adalah 4andidiasis
paru, namun belum diketahui berapa besar pre'alensinya.2,2( ?amun demikian
adanya kecenderungan peningkatan beberapa penyakit jamur paru akibat
berbagai situasi di Indonesia harus diantisipasi berdasarkan hal-hal sebagai
berikut0#
1. 6asih tingginya kekerapan ,- paru yang dengan obat anti ,- dapat
disembuhkan namun sering meninggalkan lesi sisa seperti ka'itas,
bronkiektasis,<destroyed lung< dsb.
2. Penggunaan steroid sistemik dan aerosol yang merupakan pengobatan utama
pada penderita asma dapat menimbulkan infeksi jamur sekunder.
. 6asih tingginya kekerapan bronkiektasis yang sering mendapat terapi
antibiotika berulang.
!. 6eningkatnya kasus kanker paru akhir-akhir ini disertai penurunan daya
tahan tubuh memudahkan tumbuhnya jamur.
". 4eadaan-keadaan <immunocompromi;ed< akibat penyakit lain, meningkatkan
resiko infeksi jamur sistemik atau lokal di paru.
Aspergilosis primer sangat jarang ditemukan, yang banyak ditemukan
adalah Aspergilosis sekunder akibat adanya kelainan pada paru seperti ,- paru,
bronkiektasis, asma bronkial, PP/6, asbestosis, kanker paru, kelainan sistemik
seperti leukemia, anemia plastik, 16,AI17, transplantasi organ.2
1i Indonesia data angka kejadian penyakit jamur paru belum ada hanya
beberapa laporan mengenai infeksi jamur paru telah dilaporkan. ?amun demikian
adanya kecenderungan peningkatan kekerapan penyakit jamur paru akibat
berbagai situasi di Indonesia harus diantisipasi berdasarkan masih tingginya
kekerapan ,- paru yang dengan obat anti tuberkulosa dapat disembuhkan
namun meninggalkan lesi sisa seperti ka'itas, bronkiektasis, destroyed lung, dan
sebagainya.
7uryatenggara dan ka)an-ka)an melaporkan hasil penelitian pemeriksaan
jamur pada bilasan bronkus di -agian Paru @7 HA7A1A +akarta tahun 1**!B1**"
mendapatkan % penderita 2!">3 dengan jamur positif dari ## penderita yang
diperiksa ke arab penyakit jamur. 1ari % penderita yang positip jamur terdiri
dari 5andida sp 2$, Aspergillus fumigatus 2 dan Aspergillus sp 1 penderita.1
7uryatenggara dan ka)an-ka)an juga telah melakukan penelitian
retrospektif di APC Paru @7:P Persahabatan +akarta pada 2( penderita penyakit
paru yang dicurigai kemungkinan menderita infeksi jamur paru. 1iteliti
kebelakang mulai tahun 1**! sampai +anuari 1** , penderita yang dilakukan
pemeriksaan jamur baik pemeriksaan sputum, bilasan bronkus, biopsi, hasil
reseksi maupun pemeriksaan serologis darah dll,didapatkan hasil 2 penderita.
2(2,1 >3 positif jamur. 4ebanyakan yang positif adalah penderita dengan ,-
paru, baik yang masih aktif maupun yang sudah tidak aktif lagi. Hal ini
disebabkan adanya kerusakan jaringan paru atau saluran nafas akibat penyakit
tuberkulosisnya
jamur.#,2
hingga memudarkan terjadinya infeksi sekunder dengan
A;har ,anjung dkk selama tahun 2 1*(% -1*( 3 melakukan penelitian
jamur pada dahak penderita, dari 11 bahan dahak telah dapat diisolasi *"
2$2,"1>3 biakan. Crek)ensi terbanyak adalah 5andida sp 2 !%,!"> 3 diikuti
2004 Digitized by USU digital library
5
berturut turut oleh Aspergillus sp 21*,(!>3, Dygomycetes 2#,($>3, ?ocardi sp
22,2*>3, .eotrichum sp 21,"2> 3dan lain-lain 1,"">.2*
,erjadinya infeksi sekunder dengan jamur akan menimbulkan keluhan
yang mirip gejala klinis ,- paru sehingga )alaupun masa pengobatan ,- sudah
selesai masih ada keraguan untuk menghentikan pengobatan, yang
menyebabkan pengobatan ,- menjadi berkepanjangan. Hal ini tentunya dapat
dihindari bila infeksi jamur paru terdiagnosa dan diberikan pengobatan. 1iagnosis
penyakit jamur biasanya diduga dari gambaran klinis dan lesi-lesi yang terjadi.
1iagnosa pasti hanya dapat ditegakkan secara laboratoris dengan menemukan
jamur penyebab penyakit pada lesi atau eksudat yang berasal dari penderita.
Antuk pembiakan jamur membutuhkan )aktu 1-" minggu. 2(
%%$)$ PATO&ENESE MIKOSIS PARU
7eluruh infeksi jamur dari jenis apapun pada umumnya menimbulkan
aneka ragam reaksi keradangan, yang dalam hal ini bisa dijumpai hiperplasia
epitel, granuloma histiositik, arteritis trombotik, campuran reaksi radang piogenik
dan granulomatous, granuloma pengkejuan, fibrosis dan kalsifikasis Hampir dapat
dikatakan bah)a jamur apapun bila menginfeksi baik diparu atau pada jaringan
manapun didalam tubuh menimbulkan gambaran granuloma yang secara
patologik sulit dibedakan dengan granuloma yang terjadi pada ,-5 ataupun
sarkoidosis. 6eskipun dikemukakan bah)a diagnosa patologik ditegakkan dengan
isolasi organisme jamur dari jaringan yang terlibat, namun ini masih mempunyai
problem yaitu bah)a beberapa jamur seperti H 5apsulatum, 7porothricum
7chenkii, ,orulapsis glabrata, -lastomyces clan 5occidioides mempunyai sel-sel
berbentuk mirip ragi 2=east like cells3 yang secara histologik sukar dibedakan
satu dengan lainnya. 1iagnosa pasti dengan demikian memerlukan pemeriksaan
kultur 2biakan3 dan pemeriksaan serologik. 2#
lnfeksi jamur paru ternyata lebih sering disebabkan oleh infeksi jamur
oportunistik kandidia dan aspergilus. 7ebagai infeksi oportunistik jamur ini
terdapat dimana-mana dan sering menginfeksi pada penderita dengan pemakaian
obat antibiotik secara luas atau dalam jangka )aktu yang cukup lama,
kortikosteroit, disamping munculnya faktor predisposisi seperti penyakit kronis
dan penyakit keganasan.
,imbulnya infeksi skunder pada jamur paru disebabkan terdapatnya
kelainan paru seperti ka'itas tuberkulosa, bronkiektasis, krasinomabronkus yang
sering menurunkan daya tahan tubuh.
+amur kandida albikans merupakan flora normal dalam rongga mulut,
saluran cerna dan 'agina pada indi'idu normal dan dapat mengin'asi penderita
dengan imunokompromi atau keadaan netropenia yang lamar 4oloni akan
meningkat pada penderita dengan mendapat pengobatan antibiotika secara luas
yang menekan flora normal dan penyakit yang menimbulkan defek anatomi
maupun defek imunologi. !,2"
4andidiasis paru dapat disebabkan oleh in'asi langsung infeksi pada
bronkopulmoner atau terjadi secara endogen karena jamur telah ada dalam
tubuh penderita terutama di usus, selanjutnya mengadakan in'asi ke alat-alat
dalam diseluruh tubuh melalaui aliran darah.!,(,#
Perkembangan penyakit kandidiasis ditentukan oleh interaksi yang
kompleks antara patogenisitas internal organisme tersebut dan mekanisme
pertahanan pejamu. 6ekanisme pertahanan pejamu yang berperan adalah imun
dan non Imun.!,2!,"
2004 Digitized by USU digital library
6
Caktor imun yang berperan dalam pertahanan terhadap jamur yaitu
respon imun humoral dan seluler. Caktor imun seluler diperkirakan mempunyai
peranan yang lebih penting. -ukti-bukti ini didapat dari pengalaman pada
kandidiasis mukokutaneus kronik dan infeksi HI:, adanya defek imunitas selurer
tersebut menyebabkan kandidiasis superfisialis yang luas, )alaupun sistem
imunitas humoral normal.
Caktor non imun yang berperan antara lain interaksi dengan flora-flora
mikrobial lain pada kulit dan mukosa yang merupakan efek protektif terhadap
pertumbuhan patogen jamur oportunistik, sekresi sali'a dan keringat merupakan
anti fungal alamiah.
Pada penderita ,b.Paru dengan defek anatomi paru disertai pemberian
obat anti tuberkulosa dalam )aktu lama yang akan menekan flora normal
sehingga pertumbuhan jamur oportunistik tidak terhambat.
Penyakit granulomatous kronik juga merupakan predisposisi terhadap
aspergilosi in'asif paru. ,erinhalasi spora jamur aspergilus dalam jumlah banyak
dapat menimbulkan
sendirinya.
peneunitis akut, di'us dan dapat sembuh dengan
Aspergilus dapat membentuk kolonisasi pada bronkus dan ka'itas paru
dengan latar belakang penyakit ,b. Paru. -ola jamur bisa terdapat pada rongga
kista atau ka'itas yang disebut aspergiloma, biasanya terdapat pada logus atas
paru dengan diameter beberapa sentimeter dan dapat terlihat pada foto dada.
II$*$ PEN+AKIT,PEN+AKIT MIKOSIS PARU$
%%$*$%$ KANDIDIASIS
-eberapa keadaan yang mempredisposisi terjadinya kandidiasis sistemik
menurut &inner dan Hurley ialah kehamilan, trauma lokal seperti bekas bekas
garukan akibat alergi pada kulit, berbagai gangguan endokrin 216, Adison
1isease, hipoparatiroid, hipotiroid3, pancreatitis, malnutrisi, malabsorbsi,
penggunaan antibiotika dan steroid yang lama, kelainan kelainan darah 2leukimia,
anemia plastik, agranulusitosis3, berbagai penyakit keganasan dan paska
bedah.(,%
4andida albikans merupakan species kandida yang paling sering
menyebabkan kandidiasis pada manusia, baik kandidiasis superfisialis maupun
sistemik. Pada media agar khusus akan terlihat struktur hyphae, pseudohypae
dan ragi. 4andida dapat menyebabkan penyakit sistemik progresif pada penderita
yang lemah atau sistem imunnya tertekan. 1,!,1*,2%
4andida albikan merupakan flora normal rongga mulut, saluran cerna dan
'agina pada indi'idu normal dan hanya mengin'asi penderita dengan
imunokompromise atau kedaaan netropenia yang lama. 4oloni meningkat pada
penderita yang mendapat pengobatan antibiotika yang berspektrum luas, dan
pada penderita diabetes melitus. 4andida albikans merupakan species yang
paling sering menginfeksi manusia yaitu sekitar $">.2,!,(1*,21,%
Pada pasien yang menderita sesuatu penyakit yang berat dan kronis
pernah dilaporkan terjadi pneuomouni akibat 4andida albikans. 1alam garis
besarnya kandidiasis paru terdiri dari dua bentuk yaitu 4andidiasis bronkial dan
4andidiasis paru.(
Pada kandidiasis bronkial dinding mukosa bronkus tampak diselaputi oleh
plak plak sama seperti yang menutupi mukosa mulut dan tenggorokan
pada 4andidiasis mulut dan 4andidiasis tenggorokan. Pasien mengeluh
batuk batuk keras, dahak sedikit dan mengental dan ber)arna seperti
2004 Digitized by USU digital library
7
susu. didalam dahak bisa dijumpai 4andida albikans namun perlu diingat
bah)a 4andida albicans dalam keadaan normal bisa dijumpai sebagai
saprofit dirongga mulut dan pipi. Pada sekitar "%> penderita ,b paru bisa
dijumpai 4andida albikans dalam dahak mereka, sehingga untuk
menetapkan bah)a seseorang menderita 4andidiasis bronkial harus
diperiksa dan dijumpai kepositipan organisme ini di dahak secara berulang
ulang. +adi tidak cukup sekali pemeriksaan. .ambaran radiologik foto dada
biasanya normal saja, ataupun paling dijumpai pengaburan berupa garis
dilapangan tengah dan ba)ah paru.
I. 4andidiasis paru. Pasien yang menderita 4andidiasis paru biasanya
tampak lebih sakit, mengeluh demam dengan pernapasan dan nadi yang
cepat. -atuk-batuk, hemaptoe sesak dan nyeri dada. Pada foto dada biasa
tampak pengaburan dengan batas tidak jelas terutama dilapangan ba)ah
paru. -ayangan lebih padat atau bahkan efusi pleura bisa juga
terjadiBdijumpai pada foto dada. 1iagnosa dengan menemukan jamur
4andida di sputum serta kultur yang positip dengan medium agar
7abouraud pada pemeriksaan berulang-ulang.
II$*$'$ ASPER&ILLOSIS PARU$
Aspergillosis jarang sekali mengenai indi'idu yang normal dan sehat.
Penyakit ini selalu mengenai orang-orang yang memang sudah sakit parah dan
lama.(
Penyakit ini disebabkan oleh jamur kontaminan yang terdapat banyak
ditumpukan sampah dan jerami. 1iketahui ada tujuh spesies yang dapat
menginfeksi manusia namun penyebab infeksi paru-paru *%> adalah Asp
fumigatus."2 .ambaran klinis bisa berupa pneumonitis brolootis. 1alam parenkim
paru-paru terjadi lesi-lesi granulomatus, yang dapat sembuh dan terjadi
klasifikasi membentuk Ecoin lesion<. 7putum biasanya mukopurulen dan kadang-
kadang terdapat bercak darah. Penyebaran secara hematogen biasanya keginjal
dan organ-organ lain.
Aspergilosis paru-paru biasanya adalah suatu secondary disease
2superinfection3 pada penderita dengan kelainan menahun seperti tuberkulosis,
abses paru-paru, bronkiectasis, tumor paru dan kelainan bronkus.
Aspergilosis fumigatus terbukti menghasilkan endotoksin yang mampu
menghemolisa eritrosit manusia dan he)an. +amur A fumigatus ternyata memang
merupakan yang paling sering menimbulkan aspergilosis pada manusia. +amur
Aspergillus lain yang menyebabkan Aspergillosis pada manusia ialah Aspergillus
niger, Aspergillus fla'us dan Aspergillus nidulans. ,emyata jamur Aspergillus
cla'atus bisa pula menyebabkan Al'eolitis alergika.1,2,(
Aa em-at .enis As-ergll!sis Br!nk/!-ulm!nal (%0('0((0()0*%
%$ Allergi1 Br!nk/!-ulnl!nary As-ergill!sis 2ABPA3
Penyakit ini umumnya ditemukan pada penyandang asma bronkhial dan asma
pada penderita ini kambuh pada eksaserbasi demam. Aspergillosis proliferasi
pada mukus yang pekat dan biasanya intiltrat terlihat pada rota rontgen <6ucous
plug< diekspektorasikan dan eosinofili pada darah 'erner sering dijumpai.
Fksaserbasi berulang Aspergillosis alergik secara bertahap akan merusak mukosa
bronkhus clan menyebabkan terjadinya bronkiekatasis sekunder.1,2
2004 Digitized by USU digital library
8
'$ B!la .amur 24ungus 5all3 atau As-ergil!ma$
Aspergillus dapat tumbuh pada ka'itas yang berhubungan dengan saluran nafas.
4a'itas ini umumnya merupakan lesi residu sekunder terhadap tuberkulosis,
penyakif jamur, karsinoma atau bronkiektasis. @eaksi inflamasi terjadi disekitar
ka'itas, tapi jamur tidak mengin'asinya, .ejala klinis umumnya adalah batuk
darah.
($ As-ergil!sis Nekr!tikans$
-entuk ini adalah bentuk antara Aspergiloma dan Aspergillosis in'asif. Infeksi
umumnya terjadi pada penderita usia menengah atau perokok lama yang
mengalami kerusakan jaringan paru akibat rokok. +amur tumbuh pada rongga
udara yang abnormal dan perlahan-perlahan mengin'asi dan merusak paru
menyebabkan terjadinya ka'itas fibrotik yang biasanya terdapat pada lobus atas.
2.21
)$ As-ergil!sis ln"asi4$
Aspergilosis dengan bentuk in'asif ini sering dijumpai pada penderita dengan
gangguan immun dan netropeni merupakan faktor predisposisi yang
penting.2,2#,"2,"
7pora terinhalasi menyebabkan pneumonia jamur yang dapat menyebar
ketempat-tempat yang jauh. .ambaran rontgen dapat berubah secara cepat dari
normal menjadi abnormal. lnfiltrat biasanya bilaterlal, berbentuk bulat dan
noduler. Area infiltrat ini dengan cepat mengalami ka'itasi khususnya jika
sumsum tulang pulih dan proses sitotoksit dan hitung lekosit darah tepi
meningkat. -atuk darah dapat terjadi pada saat ini. Aspergilosis in'asif
merupakan penyakit progresif dan kematian akan terjadi dalam )aktu 1-
minggu. @eagresi'itas tergantung dari beratnya supresi sistem immun dan
mungkin saat dimulainya terapi antifungal. Aspergilosis in'asif tidak sering terjadi
pada penderita sakit paru yang menggunakan kortikosteroid,
dipikirkan bila terjadi pneumonia atau ka'itas dengan infiltrat 2#
tapi harus
II$*$($ #ISTOPLASMOSIS$
Histoplasma capsulatum yang hidup diatas permukaan tanah 2soil3 pada daerah
daerah geografis tertentu kalau terhirup sporanya akan menyebabkan gangguan
pada sistem retikuloendotelial. 6uncul dalam 2 bentuk yaitu Histoplasmosis
primer yang relatif jinak dan histoplasmosis progresif. Infeksi jamur histoplasma
capsulatum bersifat oportunistik sehingga orang orang tua yang sudah lama sakit
mudah sekali terkena. Pada anak anak bila terinteksi mudah sekali berkembang
kebentuk progresif.(
Histoplasmosis primer selalu tanpa gejala dan selalu diagnosa ditegakkan
pada pemeriksaan foto atau uji kulit histoplasmin yang positif. .ambaran
radiologi berupa pengaburan yang difus ataupun gambaran miliair dengan hilar
limphadenopati. Histoplasmosis primer dengan gejala malaise, anoreksi, sakit
dada, demam demam, batuk batuk dan hemoptisis. 4eadaan ini bisa menyembuh
cepat, bisa pula bertahan berbulan-bulan menyerupai gambaran bronkitis,
pneumoni atau ,b kronis. Penyembuhan bisa berakibat seluruh lesi radiologik
paru menjadi bersih total ataupun sesekali terjadi kalsifikasi dan fibrosis. (, "
Pada Histoplasmosis progresif akut dijumpai gejala klinis badan yang
makin kurus, demam, anemi, lekopeni, hepatosplenomegali serta adanya
granuloma mukokutan 2selaput lendir dan kulit3 dan dimulut. Pada anak-anak
baik klinis maupun radiologik amat mirip dengan ,b miliair. Prognosa
Histoplasmosis, progresif akut ini pada anak anak selalu jelek meskipun
kesembuhan masih mungkin diperoleh.
Pada Histoplasmosis progresif kronis gambaran klinis maupun radiologik
sangat mirip dengan ,b paru kronis sehingga banyak kasus yang justru
disangkakan menderita ,b paru dan dira)at di @umah sakit ,b di A.7.A.
.ambaran ka'erne dan fibrosis sangat sering dijumpai. 7atu hal yang perlu
2004 Digitized by USU digital library
9
dicatat ialah Histoplasmosis progresif ini selalu menjadi penyulit dari ,b paru dan
sarkoidosis, retikulosis dan leukemia.
7ekitar %,1> penderita Histoplasma berkembang menjadi progresif.
1iagnosa ditegakkan dengan ditemukannya organisme dalam sputum secra
pulasan salngsung dan dikonfoirmasi dengan kultur. Pemeriksaan inokulasi bahan
yang terinfeksi kepada tikus berakibat fatal 2bagi tikus percobaan3 dengan
terjadinya infeksi retikuloendotelial.
II$*$) KOKSIDIOIDOMIKOSIS
Infeksi jamur 5occidioides terjadi akibat menghirup spora jamur ini yang
terdapat didebu dengan ukuran 2 9 " micron. 1iparu spora ini dindingnya
menebal sehingga ukuran menjadi berdiameter 2%-(% micron yang dinamakan
dengan sporangis atau spherules. 7porangis ini kemudian berisis endospora yang
bila terbebas akan menjadi sporangis yang baru pula dijaringan. Ada 2 bentuk
4oksidioidomikosis ini yaitu bentuk primer dan progresif. 4oksidioidomikosis paru
primer yang terjadi setelah 1%-1( hari infeksi pertama dengan jamur ini biasanya
tanpa gejala, namun kadang-kadang ada juga dengan gejala yang mirip influensa
dan nasoparingitis. Pada sekitar "> kasus dijumpai eritemanodosum dan
eritemamultiforme. (,"
.ambaran radiologik foto dada selalu berupa pengaburan berupa
kelompok-kelompok 2Patchy opacities3 yang tersebar luas dan selalu disertai
bayangan hilar adenopathy yang bilateral. Ffusi pleura bisa juga dijumpai.
Hampir semua kasus 4oksidioidomikosis primer sembuh tanpa cacat dalam masa
1 G 2 bulan. 4elainan radiologik bisa bertahan lebih lama dengan gambaran mirip
infiltrat ,b paru atau mirip tumor ataupun tuberkuloma paru. Hanya sekitar %,1>
kasus dengan 4oksidioidomikosis paru primer yang berlanjut menjadi
4oksidioidomikosis paru progresif dan ini memakan masa beberapa bulan
kemudian setelah infeksi primer. .ejala klinis ialah demam, anoreksia, badan
makin kurus serta adanya tanda bronkopneumoni. Progresifitas kearah bentuk
miliair akut dan menyebar dapat berakibat fatal dalam bulan. =ang lebih sering
perjalanan penyakit menjadi kronis dan terjadilah reaksi granulasi dikulit, tulang
dan paru serta kelenjar kelenjar limfe dan meningen ataupun otak. .ambaran
radiologi paru berupa pengaburan yang berkumpul2confluent3 ataupun tersebar
2patchy3, bayangan bayangan miliair serta rongga rongga 2ca'ity3 berdinding
tipis. 1iagnosa laboratorium ialah dijumpainya sporangis didahak, aspirasi
bronkus ataupun bilasan lambung. 1iagnosa cepat, juga dapat dilakukan dengan
pemeriksaan fluorescent antibodies. Aji 5occidioidin 2mirip uji ,uberkulin3 apabila
posistif 2umumnya 1 bulan setelah infeksi3 menunjukkan infeksi baru atau telah
pernah terinfeksi.1,(
II$*$*$BLASTOMIKOSIS 1,(,1(
-lastomikosis America Atara disebabkan -lastomyces dermatitides,
sedangkan -lastomikosis Amerika 7elatan oleh Paracoccidioides brasiliensis.
.ejala klinis pada keduanya tidak khas, bisa dijumpai gejala batuk-batuk kronis
namun pada -lastomikosis Amerika Atara selalu juga dijumpai gejala mirip
pneumoni sub akut dengan demam-demam yang tak seberapa tinggi, sesak dan
batuk-batuk dengan sputum yang purulen dan kadang kadang bercampur darah.
.ejala nyeri dada dan pleuritis dengan efusi bisa terjadi pada perkembangan
selanjutnya dari penyakit ini.
II$*$6$KRlPTOKOKOSIS 2T!rul!sis3
Penyakit ini biasanya suatu infeksi jamur yang oportunistik dan bisa sub
akut ataupun kronis pada paru, kulit dan tulang, yang paling disukai ialah otak,
dan meningen. 4riptokokosis paru sering asimptomatik, ataupun gejalanya ringan
saja seperti mirip flu tapi bisa juga nyeri dada demam dan batuk berdahak
campur darah sehingga mirip ,b paru, .ambaran radiologik ber'ariasi, bisa
berupa infiltrat seperti ,b paru ataupun bayangan padat seperti tumor paru.
2004 Digitized by USU digital library
10
1iagnosa dengan menemukan organisme dalam dahak baik secara langsung
ataupun dengan kultur. (
II$6$DlA&NOSA MIKOSIS PARU
7angat sulit untuk menentukan infeksi jamur di paru oleh karena sebagian
besar gejalanya mula-mula tidak mencolok dan seringkali seperti gejala flu biasa
atau infeksi paru oleh sebab lain. .ejala jamur sistemik tidak khasBspecific dan
dapat menyerupai penyakit lain juga susah untuk membedakan antara infeksi
bakteri dan infeksi jamur sehingga menambah kesulitan untuk mengenali infeksi
jamur sistemik, 4esadaran akan kemungkinan penyakit jamur, terutama bila
terdapat faktor presdiposisi, ditindak lanjuti dengan pemeriksaan bahan klinik
yang tepat akan memba)a diagnosis yang pasti #,%,$,(,2* 4endala lain ialah
meskipun banyak terdapat
pemeriksaan untuk mikosis
laboratorium klinik, jarang yang melakukan
sistemik, 6ungkin ini disebabkan oleh tidak
terdapatnya tenaga pemeriksaan terdidik atau peralatan antigen tidak terdapat
dilaboratorium tersebut.1*
Permasalahan lain dalam mendiagnosa infeksi oleh jamur paru yaitu kita
harus dapat menentukan apakah jamur hanya bersifat koloni atau telah terjadi
infeksiBpatogen. Ha ini perlu dapat dipastikan oleh karena pengobatan dengan
anti jamur dapat menimbulkan efek toksis, sehingga sedapat mungkin dibuat
sediaan biopsi jaringan, jamur dapat ditemukan dalam bentuk ragi, pseudohifa
dan hifa. 1,!,#,(,#
6enurut +an 7usilo diagnosa infeksi jamur dapat tercapai bila
kemungkinan infeksi jamur difikirkan, pengambilan bahan klinik tepat, cara
pengiriman bahan klinik tepat, bahan klinik sampai dilaboratorium dalam keadaan
baik dan perlakuan bahan klinik tersebut dilaboratorium dilakukan dengan baik
dan tepat.*,!%
Pada pasien dengan immunokompromise sangat penting untuk dapat
menegakkan diagnostik sistemik fungal infeksi secara dini. 4eberhasilan diagnosis
dan terapi dari infeksi jamur pada pasien-pasien dengan keadaan umum yang
lemah sangat tergantung pada kerjasama dari team )ork antara lain ahli
mikrobiologi, onkologist, histopatologist, ahli penyakit infeksi dan staff
laboratorium 1#,*,!%
Penyakit jamur dikatakan positif apabila dapat dibuktikan adanya fungi
penyebabnya, baik melalui pemeriksaan secara langsung maupun melalui biakan.
1isamping itu dapat pula dilakukan uji serologi, komplemen fiksation test, uji
he)an percobaan dan uji fermentasi.2
Pemeriksaan laboratorium untuk diagnostik jamur paru dapat pula
dilakukan dengan pemeriksaan spesimen dahak. 1ahak dikeluarkan oleh
penderita setelah sebelumnya berkumur-kumur dengan air bersih berkali-kali
untuk menyingkirkan kontaminan kandida Actinomyces israeli yang hidup
komensal dimulut dan rongga pipi. ,anpa penga)et dahak dikirim secepatnya
untuk pemeriksaan .1engan pemeriksaan langsung diba)ah mikroskop biasanya
dapat dikenali dan nampak spora,hipa clan blastospore. Pengenalan akan lebih
mudah dan jelas bila dilakukan penetesan sediaan dengan 4/H 2%>, ataupun
dibuat sediaan apus dengan pe)arnaan .iemsa.*,!#
7eperti telah dikemukakan infeksi jamur pada paru tidak memberikan
gejalaBgambaran klinis dan radiologik yang khas. Antuk menegakkan diagnosa
klinis jamur paru dalam anamnese perlu ditanyakan mengenai hal-hal yang ada
kaitannya dengan faktor predisposisi terjadinya infeksi jamur pada paru seperti
adakah ri)ayat menderita 16, ri)ayat penyakit paru kronis, ri)ayat pemakaian
obat-obat antibiotika, steroid atau radiomimetik 2antineoplastik3 jangka panjang.
+uga ditanyakan mengenai hobi pasien, apakah hobi memelihara unggas, hobi
bertualang memasuki gua-gua. (
Pada pemeriksaan jasmani juga tidak dijumpai gambaran yang khas,
pasien bisa anemis, demam, pembesaran kelenjar limfe, hepatosplenomegali,
ulkus dimulut, laring dan sebagainya.
2004 Digitized by USU digital library
11
Pada pemeriksaan fota dada yang perlu diperhatikan ialah adanya fungus
ball yang bisa dijumpai pada aspergilosis paru, sedangkan pada kriptokokosis
bisa dijumpai bayangan seperti tumor. -ayangan infiltrat, efusi pleura dan
kalsifikasi bisa saja dijumpai ada berbagai infeksi jamur paru.!2
7pesimen lain selain dahak dapat juga bilasan atau cucian bronkus dari
pemeriksaan bronkoskopi. Pemeriksaan bronkoskopi disamping untuk melihat
langsung keadaan saluran nafas juga dapat dilakukan pengambilan spesimen
secara biopsi atau bilasan bronkus. (,2#,!$
7ecara umum diagnosis jamur paru ditegakkan melalui0
1. 4ecurigaan yang tinggi terhadap kemungkinan infeksi jamur di paru.
2. Pemeriksaan diagnostik yang la;im terhadap penyakit paru0
Coto toraks PA dan lateral, 5, 7cant toraks.
7putum0 mikroskopis jamur dan kultur.
-ronkoskopi0 sekret bronkus, bilasan bronkus, transbronkial lung biopsi.
Aspirasi paru dengan jarum.
. Pemeriksaan laboratorium darah
4ultur darah.
Pemeriksaan serologi. 1,!,#.(,22
II$6$%$ Te/nik -engam5ilan 5a/an untuk -emeriksaan .amur$
A. Pemeriksaan 7putum
7putum merupakan bahan yang paling sering digunakan untuk pemeriksaan
mikrobiologik karena cara pengambilan yang mudah dan non in'asif. ?amun
sayang sekali beberapa penelitian membuktikan sputum kurang
mencerminkan jenis kuman yang sesungguhnya terdapat disaluran napas
bagian ba)ah. ,erkontaminasi terhadap jamur kandida yang merupakan flora
normal dimulut sangat tinggi.
-. Aspirasi transtrakeal.
6erupakan tehnik yang in'asif dalam usaha mendapatkan bahan pemeriksaan
penyebab infeksi saluran napas ba)ah yang bebas kontaminasi flora kuman
yang hidup di orofaring. 6eskipun cara ini lebih handal dari pemeriksaan
sputum, namun kontaminasi masih mungkin terjadi #2
5. Aspirasi transtorakal dengan jarum.
Aspirat diambil langsung dari lesi menggunakan jarum. Hokasi dari lesi
ditentukan melalui foto dada, insersi jarum dengan tuntunan 5, dan
fluoroskopi dibutuhkan untuk lesi yang kecil. 7ensitifitas dan spesifitas cukup
tinggi, namun mempunyai resiko komplikasi pne)notoraks dan batuk darah#2
1. -iopsi paru terbuka.
1engan cara ini dapat diperoleh bahan pemeriksaan lebih banyak sehingga
negatif palsu kemungkinannya lebih kecil, namun dapat menimbulkan resiko
yang tidak ringan berupa peumotoraks dan perdarahan.
F. -ilasan bronkus I 7ikatan bronkus. 2dijelaskan pada -ab. ll. $3
II$7$ PEMERIKSAAN BRONKOSKOPI$
-ronkoskopi adalah suatu usaha untuk menilai bronkus dengan alat
bronkoskop. 1ilihat dari jenis tindakan yang dilakukan bronkoskopi adalah
tindakan in'asif semi operatif. !1,#%
II$7$%$ Inikasi 5r!nk!sk!-i$
7ecara garis besar indikasi bronkoskopi adalah diagnostik, terpeutik dan penilaian
pre operatif.
1. Indikasi diagnostik.
-atuk darah, untuk melihat asal dan sebab perdarahan yang dapat
ber'ariasi dari mulai peradangan, infeksi, bronkolit, jamur sampai
keganasan.
-atuk kronis dan berat yang tidak jelas penyebabnya.
2004 Digitized by USU digital library
12
6engi setempat yang dicurigai kemungkinan sumbatan oleh benda asing,
gumpalan mukus atau tumor.
4elainan gambaran radiologis seperti gambaran massa, atelektasis dan
corakan difus pada parenkim paru #%,#1
Akhir-akhir ini bronkoskopi dimanfaatkan untuk pengambilan bahan
pemeriksaan pada kasus infeksi paru dan bilasan bronko al'eolar. 7ecara umum
tindakan diagnostik bronkoskopi dipakai untuk menilai keadaan saluran nafas dan
melihat apa yang terdapat dalam saluran nafas, diagnostik kanker paru dan
pengambilan bahan pada kasus infeksi paru #%
2. Indikasi terapeutik.
,indakan terapeutik mengeluarkan benda asing, membersihkan saluran
nafas dari sekret yang kental atau pus, mengeluarkan partikel aspirat dan lain
lain.
. Indikasi pre operatif
,erutama untuk menentukan posisi operasi secara lebih baik terutama jika
akan dilakukan lobektomi.
II$7$' K!ntrainikasi Br!nk!sk!-i
1. .angguan jantung atau ful paru yang berat.
2. 4eadaan fisik yang jelek setelah batuk darah masif.
. Penderita yang sangat kurus disertai dengan demam.
!. Penderita dengan keadaan umum yang lemah. "*
?amun literatur lain menyatakan tidak ada kontraindikasi mutlak, tergantung
kemampuan operatornya.#%
II$7$( Klasi4ikasi -enam-akan 5r!nk!sk!-i$
,ahun 1*$%, +apan 7ociety of Hung 5ancer membuat standard klasifikasi
penampakan bronkoskopi sebagai berikut "* 0
A$ Pem5a/an !rganik a5n!rmal ining 5r!nkus$
1. 4emerahan.
2. /dema.
. Penonjolan pembuluh darah 2'askularisasi3.
!. 6ukosa bronkus tidak rata.
". 4artilago bronkus kabur.
#. 4artilago bronkus menonjol.
$. Alserasi.
(. Pelebaran kelenjar mukosa.
*. 7ubmukosa lymphnode.
1%. Atropi dinding bronkus.
11. Hypertropi.
12. ,umor.
1. ?ekrosis.
1!. Alur bergelombang.
B$ En!5r!nkial a5n!rmal
1. 6enyempit.
2. 7tenosis.
. Fktasis.
!. 4ompresi.
". Percabangan abnormal.
#. Anomali 5abang bronkus.
2004 Digitized by USU digital library
13
.,ehnik ini merupakan pengembangan dari cara bilasan bronkus yang
8$ Bena a5n!rmal alam lumen 5r!nkus$
1. 7ekret.
2. 1araht
. 4alkulus.
!. -enda asing.
D$ &angguan gerakan$
1. .angguan gerakan saat respirasi.
2. .angguan gerakan saat batuk.
II$7$)$Te/nik Pengam5ilan Ba/an Untuk Pemeriksaan Mikr! Organisme
Saluran Na-as Ba9a/
Ciber optik bronkoskopi memegang peranan penting dalam diagnosa
kelainan-kelainan anatomi, baik kelainan anatomi, neoplasma serta proses
inflamasi. 7esuai dengan kemampuan serta keamanannya perhatian banyak
ditujukan terhadap penggunaan bronkoskopi didalam mendiagnosa infeksi paru.#2
%$ Bilasan 5r!nkus
5ara ini sudah digunakan sejak lebih !% tahun yang lalu , dengan melakukan
aspirasi sekret bronkus didaerah lesi melalui bronkoskopi. 1engan cara ini
meskipun kuman penyebab infeksi saluran nafas ba)ah mungkin diperoleh,
namun cara ini belum mampu menghindari kontaminasi kuman dari orofaring#
Akhir-akhir ini dikembangkan tehnik bilasan bronkoal'eolar dengan melakukan
pencucian berulang-uiang daerah lesi dengan sejumlah cairan garam fisiologis
yang dipergunakan antara 2%-#% ml saja, namun &eimberger#! menggunakan
cairan pencuci ini 1%%-1"% ml, bahkan Haslan dkk menggunakan 2%%-%% ml.#"
Hal yang perlu diperhatikan ialah bah)a pada tehnik bilasan bronkoa'eolar ini
bronkopist yang melakukannya harus memiliki keahlian khusus agar dapat
dicegah kontaminasi dengan darah dan mukus dan juga sedapat mungkin
menghindari terjadinya batuk dan trauma. 1engan bantuan pemeriksaan
imunologis ternyata bilasan bunkus disertai pencucian berulang ini mempunyai
nilai diagnostik yang cukup tinggi.#,## -ilasan bronkoal'eolar terbukti sangat
bermanfaat dalam mendiagnosa paru oportunistik pada pasien-pasien
imunocompromised host. -ilasan bronkoal'eolar semakin mendapat tempat
sebagai alat penelitian untuk penentuan staging serta respon terapi untuk
penyakit interstetial seperti interstitial fibrosis paru, sarkoidosis serta
hypersensitifity pneumonitis. Pada keadaan ini kontaminasi dari spesimen
bukanlah hal yang penting, tetapi untuk diagnosa infeksi saluran napas ba)ah
bilasan bronkoal'eolar
kontaminasi.#2,#*
mempunyai kecenderungan untuk mengalami
'$ Sikatan 5r!nkus$
&imberley dan Caling memperkenalkan suatu instrumen dan tehnik untuk
mendapatkan spesimen dari saluran napas ba)ah yang bebas dari kontaminasi
dikenal sebagai sikatan bronkus kateter ganda terlindung, yang sering
dibicarakan adalah sikatan bronkus kareter ganda terlindung polietilen glikol
#*,$%,$1
tujuannya untuk menghindari semaksimal mungkin kontaminasi kuman daerah
orofaring terhadap bahan aspirat. +enis sikatan bronkus yang terunggul dalam
arti kata mampu mendapatkan bahan aspirat yang bebas sama sekali darii
kontaminasi kuman orofaring adalah sikatan bronkus dengan karakter ganda
terlindung polietilen glikol #$,#(
2004 Digitized by USU digital library
14
.
II$:$ MASALA# JAMUR PARU DI INDONESIA$ '
1. 1I Indonesia, data angka kejadian penyakit jamur paru belum ada, hanya
beberapa laporan kasus mengenai infeksi jamur paru telah dilaporkan.
+arangnya infeksi jamur paru ini kemungkinan besar karena lolos dari
pengamatan akibat gejala klinis penyakit paru yang disebabkan jamur tidak
ada yang khas. .ejala umumnya sama dengan infeksi mikroba lain.
2. 7ering menyertai penyakit lain, terutama pada penderita yang termasuk
kelompok immunocompromised, penderita dengan kelainan paru 2tuberkulosis
paru, bronkiektasis3, sehingga sering tidak terdiagnosa. Penyakit paru yang
menyerang pada kelompok ini sering progresif dan bila tidak mendapatkan
pengobatan yang memadai akan berakibat fatal. 1an sulit menentukan
penyebab kematiannya, apakah karena penyakit dasar atau karena infeksi
jamur parunya.1
. Pada penderita dengan daya tahan tubuh yang baik, gejala dapat
asimtomatis, dan dapat sembuh spontan tanpa memerlukan pengobatan 2self
limiting3.(
!. Pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis pasti penyakit ini
kadang-kadang sulit dikerjakan. Hal ini ada beberapa faktor kendala yang
berperan antara lain0
- Caktor penderita, biaya untuk kultur cukup mahal.
- Caktor laboratorium, tidak semua laboratorium dapat melakukan
pemeriksaan kultur untuk jamur yang menyerang paru.
- Caktor klinis, belum mengetahui tata cara pengiriman secara benar ke
laboratorium, sehingga bahan setelah sampai dilaboratorium tidak dapat
diperiksa secara benar.
- 4urangnya komunikasi, antara klinisi dan seja)at dilaboratorium, sehinga
sering bahan telah dikirim ternyata media habisBtidak tersedia, atau
sebaliknya media telah tersedia tetapi tidak ada permintaan pemeriksaan
sehingga media rusak.
". Pengobatan infeksi jamur paru sering terlambat diberikan. Hal ini disebabkan
karena diagnosis laboratorium untuk menegakkan diagnosis sering tidak
mudah dikerjakan.
#. 1i beberapa daerah sulit mendapat obat yang memadai.
$. 6ahalnya harga obat anti jamur sistemik, sehingga tidak terjangkau oleh
sebagian masyarakat luas.
BAB III
PENELITIAN SENDIRI
III$%$ LATAR BELAKAN&
Penyakit tuberkulosa paru yang dengan obat-obatan dapat disembuhkan
namun tidak jarang meninggalkan lesi sisa seperti ka'itas, fibrosis, destroyed
lung dan sebagainya merupakan faktor predisposisi terhadap infeksi jamur paru
#,1%
1i Indonesia ,b. Paru masih tetap merupakan masalah kesehatan
masyarakat dan menurut laporan &H/ Indonesia termasuk negara dengan
kasus tertinggi ,b. Paru. 2%% per 1%%.%%% penduduk pada tahun 1**23
disamping Pilipina dan Afrika 7elatan !1.
6asih tingginya kekerapan tuberkulosa paru di Indonesia merupakan salah
satu penyebab tingginya kekerasan infeksi jamur paru di Indonesia.
Penelitian yang dilakukan di APC Paru @7 Persahabatan +akarta tahun
1**! dengan melakukan pemeriksaan jamur paru dari berbagai cara pengambilan
spesimen teradap penderita penyakit paru yang dicurigai terinfeksi jamur paru
didapatkan (2,1 > positip jamur.
4ebanyakan yang positip adalah penderita ,b. Paru 2#$,( >3 baik ,b yang
masih aktif maupun sudah tidak aktif lagi #,12.
2004 Digitized by USU digital library
15
Infeksi jamur paru pada penderita bekas ,b. Paru merupakan infeksi
sekunder dengan gejala yang mirip dengan infeksi oleh mikroba lainnya. 2
1engan adanya infeksi jamur paru yang tidak terdiagnosa pada penderita
bekas ,b. Paru, akan menambah permasalahan dalam penanganan penderita
bekas ,b.Paru. Antuk itu perlu dilakukan tindakan yang lebih agresif dalam
mendiagnosa infeksi jamur paru pada penderita bekas ,b.Paru.
Pemeriksaan jamur dengan melakukan kultur pada bilasan bronkus
merupakan salah satu cara pengambilan bahan untuk menentukan jamur
penyebab, disamping dapat menilai langsung keadaan saluran pernapasan pada
penderita bekas ,b. Paru yang terinfeksi jamur.
Penelitian yang telah dilakukan oleh 7uryatenggara dkk tahun 1**"
dibagian paru @7 Husada +akarta dengan melakukan pemeriksaan jamur bilasan
bronkus mendapatkan !" > positif jamur pada penderita yang dicurigai infeksi
jamur paru 1.
-erdasarkan hal tersebut diatas penulis melakukan penelitian infeksi
jamur paru terhadap penderita bekas ,b.Paru dengan pemeriksaan bronkoskopi
serta pengambilan bahan bilasan untuk dilakukan kultur jamur.
III$'$TUJUAN PENELITIAN
1. Antuk mengetahui jumlah kasus jamur paru pada penderita bekas ,b.Paru.
2. 6enilai penampakan bronkoskopi penderita infeksi jamur pada penderita
bekas ,b. Paru.
. Antuk mengetahui faktor-faktor spesifik dalam mendiagnosa infeksi jamur
paru pada penderita bekas ,b. Paru.
III$($ MANFAAT PENELITIAN$
1. 1apat mengidentifikasi infeksi jamur paru pada penderita bekas ,b. paru.
2. 1apat menegakkan diagnosa infeksi jamur paru pada penderita bekas ,b.Paru.
. 6eningkatkan perhatian terhadap infeksi jamur paru.
III$)$ BA#AN DAN 8ARA KERJA
Penelitian ini merupakan
crossectional. !!,!"
penetitian prespektif bersifat deskriptif
III$)$%$ Jumla/ Sam-el
+umlah sampel yang diteliti sebanyak !% penderita
III$)$'$ Tem-at an 9aktu$
Pemeriksaan brunkoskopi dan pengambilan bilasan bronkus dilakukan di
APC Paru @.7.H Adam 6alik 6edan, terhadap penderita bekas ,-. Paru yang
datang berobat jalan dan ra)at nginap.
Penelitian dilakukan selama 1% 2sepuluh3 bulan, antara April 1**$ sampai dengan
januari 1**(, terjadi perubahan dari proposal.
1alam proposal direncanakan )aktu penelitian adalah # 2enam3 bulan,
ternyata dalam )aktu tersebut jumlah kasus yang diteliti belum tercapai maka
)aktu penelitian diperpanjang sampai 1% 2sepuluh3 bulan.
III$)$($Su5.ek Penelitian
7ubjek penelitian adalah penderita bekas ,b.Paru yang datang berobat
dengan satu atau lebih keluhan batuk, sesak, batuk darah, nyeri dada, banyak
dahak dan demam. 1iagnosa bekas ,b. Paru ditegakkan dari anamnese ri)ayat
penyakit ,b. Paru, ri)ayat makan /A,, catatan medik tentang ri)ayat penyakit
,b. Paru sebelumnya dan gambaran radiologis serial stabil, serta -,A sputum
selalu negatif secara mikroskopis langsung atau biakan.
2004 Digitized by USU digital library
16
III$)$)$ Kriteria Penerimaan$
1. Penderita bekas ,b. Paru dengan satu atau lebih dari keluhan batuk, sesak,
batuk darah, nyeri dada, banyak dahak dan demam.
2. 7udah pernah mendapat /A,.
. Pemeriksaan bakteriologis -,A negatif mikroskopis langsung dan biakan.
!. .ambaran radiologjs serial stabil.
". 1apat mengikuti seluruh prosedur pemeriksaan yang ditetapkan.
III$)$*$ Kriteria Pen!lakan$
1. Hasil perneriksaan -,A positif baik secara mikroskopis langsung atau biakan.
2. 7edang menderita penyakit lain yang beresiko tinggi terhadap infeksi jamur
paru.
. Ada kontraindikasi terhadap tindakan bronkoskopi.
!. ,idak dapat mengikuti semua prosedur yang telah ditentukan.
%%%$)$6$8ara Ker.a$
1. ,erhadap subjek penelitian dilakukan pemeriksaan sebagai berikut0
a. Anamnese.
1ata pribadi0 ?ama, Amur, +enis kelamin, Pendidikan, Pekerjaan,
Agama, suku, Alamat, @i)ayat penyakit 1% paru serta pemakaian /A,
terdahulu.
.ejala klinis yang rele'an dengan infeksi jamur paru adalah0 batuk,
sesak, batuk darah, nyeri dada, banyak dahak clan dernarn.
b. Pemeriksaan radiologis.
.ambaran radiologis serial minimal kali dengan gambaran lesi yang
stabil dicantumkan bentuk jenis lesinya antara lain fibrosis, ka'itas,
bronkiektasis, atelektasis, destroyed lung dan lain-lain.
c. Pemeriksaan laboratorium0 1arah rutin, 4adar gula darah sesaat, -,A
sputum J dan 4ultur -,A sputum
d. Pemeriksaan bronkoskopi dan pengambilan bahan bilasan bronkus .
A. -ahan dan alat yang dibutuhkan.
/bat-obatan untuk premedikasi dan anastesia lokal yaitu injeksi
sulfas atropin, codein tablet, 'alium tablet, iodine 2>, obat
semprotBspray Hidokain 1%>.
7elang steril dari bronkoskop ke alat pengisap.
,abung oksigen, manometer dari selang untuk kanula hidung.
/bat desinfektan yang mengandung po'idone iodine 1%> 2larutan
betadin3.
larutan ?a5l, %.* > 7teril.
-ronkoskop serat optik beserta lampu setnya.
Alat pengisap 2 suction 3.
7terilisator basah.
-. Persiapan -ronkoskopi.
1iberikan anti tusif kodein tablet 1% mg sebelum dipuasakan.
Penderita dipuasakan jam.
Premedikasi diberikan 1" menit sebelum pemeriksaan bronkoskopi
yaitu sulfat atropin %," mg i', uljeksi 'alium 2 -" mg.
4umur-kumur dengan larutan po'idone iodine 1 >, kemudian
kumur-kumur dengan air bersih.
Anestesia lokal dilakukan dengan menggunakan lidokain spray 1%>
pada daerah resesus piriformis kanan dan kiri, epiglotis dan pita
suara sampai tenggorokan terasa tebal.
5. Pelaksanaan -ronkoskopi.
Penderita beraring dengan kepala antefleksi dan diberi oksigen
melalui selang hidung sesuai dengan kebutuhan 22 -! literBmnt3.
2004 Digitized by USU digital library
17
1ipasang alat pelindung antara gigi seri rahang atas dan ba)ah
untuk melindungi bronkoskop dari kemungkinan gigitan penderita.
-ronkoskopi steril dimasukkan melalui rongga mulut kearah trakea
dan bronkus, setelah terlebih dahulu dilumasi dengan 4= +elly.
Pemberian anestesi pada trakea dan bronkus melalui saluran
bronkoskop sebanyak " -1% cc
1ilakukan e'aluasi terhadap keadaan saluran trakea, karina,
bronkus dan cabang bronkus.
-ronkoskopi dihubungkan dengan tracheal suction set speciment
e9tractor yang steril, dihubungkan ke alat penghisap dengan selang
plastik yang terlebih dahulu disterilkan.
1imasukkan ?a5H %,*> sebanyak !% cc kedalam bronkus melalui
bronkoskopi, didiamkan % detik, kemudian diaspirasi.
Arspirat ditampung pada tabung steril.
4emudian ditutup rapat dengan penutup yang steril.
,abung diberi label indentitas penderita.
-ahan siap untuk dikirim ke laboratorium.
-ronkoskop serat optik ditarik keluar.
Hasil aspirat bronku segera dikirim ke laborarorium Patologi 4linik @7HA6 I
6icrobiologi C4. A7A untuk dilakukan kuHtur jamur dan hakteriologi. -ila ada
kecurigaan keganasan dilakukan pemeriksaan sitologi ke bag. Patologi Anatomii
@7HA6.
Hasil-Hasil yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk tabel dan dianalisa secara
statistik dengan menggunakan 5hi 7Kuarc ,est dan 7tudent ,. ,est.
Hasil pengujian dianggap bermakna pada tingkat pL %,%"."#-"(
BAB I;
#ASIL PENELITIAN
1alam jangka )aktu 1% bulan 2April 1**$-+anuari 1**(3 telah dilakukan
penelitian terhadap penderita bekas ,b. Paru dengan pemeriksaan bronkoskopi
serta pengabilan bahan bilasan bronkus untuk kultur jamur dan bakteri. 1ari !#
penderita bekas ,b paru yang diteliti, # penderita dikeluarkan dari penelitian
sebab 2 penderita terbukti secara patologi anatomi ada tanda-tanda keganasan,
! penderita dengan hasil kultur -,A positif.
+umlah penderita yang termasuk dalam penelitian sebanyak !% orang,
yang terdiri0 2( laki-laki 21% >3 dan 12 perempuan 2% >3. Amur penderita
terendah 11 tahun tertinggi #( tahun. 4ultur jamur positif didapatkan pada 11
penderita 22$," >3, dan pada 2* penderita tidak ditemukan kultur jamur positif
4emudian untuk analisa statistik penderita dibagi atas 2 kelompok-kelompok
positif jamur dan kelompok negatif jamur.
Penderita dengan positif jamur umur terendah 1$ tahun, tertinggi #(
tahun, distribusi tersebar hampir merata, mean, !$," !,21 tahun. Penderita
dengan kultur jamur negatif umur terendah 2$ tahun dan tertinggi #( tahun,
distribusi tertinggi pada kisaran #2 G #* yaitu sebanyak ( kasus, mean "%,$$
$,"# tahun, dapat dilihat pada ,abel 1 dan 2.
2004 Digitized by USU digital library
18
N!$ KELAS UMUR F M$P
1 2$ G ! %,"
2 ! G !% ! $,"
!1 G !$ " !!,"
! !( G "! 2 "1,"
" "" G #1 # "(,"
# #2 - #* ( #","
JUMLA# '<
N!$ KELAS UMUR F M$P
1 1$-2$ 1 22,"
2 2(-( 2 ,"
*-!* !!,"
! "%-#% "","
" #1-$2 2 ##,"
JUMLA# %%
JENIS KELAMIN POSITIF JAMUR NE&ATIF JAMUR JUMLA#
HA4I-HA4I * 1* 2(
PF@F6PAA? 2 1% 12
JUMLA# %% '< )=
TABEL > %
1I7,@I-A7I A6A@
PA1A 11 PF?1F@I,A P/7I,IC +A6A@ -F4A7 ,-.PA@A
J M !$," 8 7F M !,21
TABEL > '
1I7,@I-A7I A6A@
PA1A 2* PF?1F@I,A ?F.A,IC +A6A@ -F4A7 ,-.PA@A
J M "%,$$ 8 7F M $,"#
Aji statistik dengan studtent , test, distribusi umur pada kedua kelompok
tersebut tidak ada perbedaan yang bermakna antara kelompok positif jamur dan
negatif jamur. 2tM%,2# 8 dfM(8 P 0N %,%" 3
Pada kelompok positif jamur penderita pria sebanyak * orang, )anita 2
orang dan pada kelompok negatif jamur penderita pria 1* orang, )anita 1%
orang. 2 ,abel- 3
TABEL,(
1I7,@I-A7I +F?I7 4FHA6I?
PA1A 11 PF?1F@I,A P/7I,IC +A6A@
1A? 2* PF?1F@I,A ?F.A,IC +A6A@ -F4A7 ,-.PA@A
J2M 1,2# 8 df M 1 8 p N %,%"
Pada tabel-! dapat dilihat bah)a pada kelompok positif jamur distribusi gi;i baik
orang 22$,! >3, gi;i sedang ! orang 2#, >3 dan gi;i kurang ! orang
2#,>3. 7edang pada kelompok negatif jamur dengan gi;i baik 12 orang
2!1,!>3, gi;i sedang 1 orang 2!!,(>3 dan gi;i kurang ! orang 21,(>3.
2004 Digitized by USU digital library
19
PENDIDIKAN POSITIF
JAMUR
NE&ATIF
JAMUR
JUMLA#
1. ,amat 71 dan tidak 2 # (
2. ,amat 76A atau tidak ( 21 2*
. ,amat 7arjana 1 2
JUMLA# %% '< )=
STATUS &I?I POSITIF
JAMUR
NE&ATIF
JAMUR
JUMLA#
-AI4 12 1"
7F1A?. ! 1 1$
4A@A?. ! ! (
+A6HAH 11 2* !%
TABEL > )
1I7,@I-A7I 7,A,A7 .IDI PA1A 11 PF?1F@I,A P/7I,IC +A6A@
1A? 2* PF?1F@I,A ?F.A,IC +A6A@ -F4A7 ,-. PA@A
Aji 7tatistik dengan 5hi 7Kuare distribusi status gi;i pada kelompok positif
jamur dan negatif jamur tidak ada perbedaan yang bermakna 2J2M 1,2%%!8 df M
2 8 pN %.%" 3
Hatar belakang pendidikan pada kelompok positif jamur, tamat dan tidak
tamat 71 sebanyak 2 orang 21(,2>3, tamat 76A atau 76P ( orang 2 $2,$>3,
tamat 7arjana 1 orang 2*,1 >3
Pada kelompok negatif jamur, tamat dan tidak tamat 71 # orang 22%,$>3,
tamat 76A atau 76P 1 orang 2$2,! >3, tamat 7arjana 2 orang 2#,* >3. 1apat
terlihat pada ,abel-" Aji statistik distribusi status, pendidikan tidak ada
perbedaan yang bermakna antara penderita positif jamur dan negatif jamur 2J2 M
%,2#* 8 df M 2 8 pN %,%" 3
TABEL ,*
1I7,@I-A7I 7,A,A7 PF?1I1I4A?
P A1A 11 PF?1F@I,A P/7I,IC +A6A@
1A? 2* PF?1F@I,A ?F.A,IC +A6A@ -F4A7 ,-.PA@A
J2M %,2#* 8 df M 2 8 p N %,%"
7tatus pekerjaan pada kelompok jamur, tidak bekerja sebanyak orang
22$,>3, pensiunan orang 22$,>3, P?7 22$,>3 orang dan
)iras)astaBkarya)an 2 orang 21(,1>3.
Pada kelompok negatif jamur, tidak bekerja sebanyak ( orang 22$,#>3,
pensiunan # orang 22%,$>3, P?7 orang 21% >3 dan )iras)astaBkarya)an *
orang 21,1>3 dan petaniBburuh orang 21%,>3. 1apat dilihat pada ,abe1-#.
2004 Digitized by USU digital library
20
KELU#AN POSITIF
JAMUR
NE&ATIF
JAMUR
JUMLA#
-atuk 11 2* !%
7esak $ 21 2(
-atuk 1arah * 1% 1*
?yeri dada 2 "
-anyak dahak 1% 2# #
1emam # 1$ 2
JUMLA# )* %=6 %*%
PEKERJAAN POSITIF
JAMUR
NE&ATIF
JAMUR
JUMLA#
,idak bekerja ( 11
Pensiunan # *
P?7 #
&iras)astaBkarya)an 2 * 11
-uruh dan petani %
JUMLA# %% '< )=
TABEL,6
1I7@I-A7I 7,A,A7 PF4F@+AA?
PA1A 11 PF?1F@I,A P/7I,IC +A6A@
1A? 2* PF?1F@I,A ?F.A,IC +A6A@ -F4A7 ,-.PA@A
J2M 1,%111 8 df M ! 8 p N %,%"3
Aji statistik, distribusi status pekerjaan antara kelompok positif jamur dan
negatif jamur tidak ada perbedaan yang bermakna. 2J2M1,%118 dfM! 8 pN
%,%"3.
ditinjau dari gejala klinisBkeluhan penderita, kelompok positif jamur dengan
keluhan batuk sebanyak 11 orang 21%% >3, sesak $ orang 2#,# >3, batuk darah
* orang 2(1,2>3, nyeri dada 2 orang 21(,21> 3, banyak dahak 1% orang 2*1>3
dan demam # orang 2"!," >3.
7edangkan pada kelompok negatif jamur dengan keluhan batuk sebanyak
2* orang 21%%> 3, sesak 21 orang 2$2,! >3, batuk darah 1% orang 2!,">3,
nyeri dada orang 21%,>3, banyak dahak 2# orang 2*% >3 dan demam 1$
orang 2"(,# >3. 1apat dilihat pada tabel-$.
TABEL,7
1I7,@I-A7I .F+AHA 4HI?I7B4FHAHA?
PA1A 11 PF?1F@I,A P/7I,IC +A6A@ 1A?
2* PF?1F@I,A ?F.A,IC +A6A@ -F4A7 ,-. PA@A
J2M 2,2% 8 dfM " 8 p N %,%"
Aji 7tatistik dengan 5hi 7Kuare gejala klinisBkeluhan pada kelompok positif
jamur dan negatif jamur tidak ada perbedaan yang bermakna 2J2M 2,2%8 dfM
"8 p N %.%" 3
Hasil pemeriksaan laboratorium laju Fndap 1arah pada kelompok positif
jamur berkisar 1%-#$ mmBjam dengan distribusi terbanyak pada kisaran 2-
mmBjam sebanyak 1 penderita 2 #,!>3, mean 2,# !,#" mmB jam.
Antuk kelompok negatif jamur HF1 berkisar "-#2 mmBjam dengan
distribusi tertinggi pada kisaran 1" -2! mmBjam sebanyak ( penderita 22$,#>3,
mean 2$,* 2,!% mmBjam, dapat dilihat pada tabel-(.
2004 Digitized by USU digital library
21
N!$ KELAS LED F MP
1 " -1! " 1%
2 1" G 2! ( 2%
2" G ! $ %
! " G !! $ !%
" !" G "! 1 "%
# "" G #" 1 #%
JUMLA# '<
N!$ KELAS LEUKOSIT F MP
1 "."%%-$.!%% " #."%%
2 $."%%-*.!%% 1 (."%%
*."%%-11.!%% 1 1%."%%
! 11."%%-1.!%% 1 12."%%
" 1."%%-1"."%% 1!."%%
JUMLA# %%
N!$ KELAS LED F MP
1 1% G 21 1#
2 22 G ! 2(
! G !" 2 !%
! !# G "$ 1 "2
" "( - $% 1 #!
JUMLA# %%
,A-FH G (
1I7,@I-A7I HA+A F?1AP 1A@AH
PA1A 11 PF?1F@I,A P/7I,IC +A6A@ -F4A7 ,-.PA@A
J M 2,# 8 7F M !,#"
,A-FH *
1I7,@I-A7I HA+A F?1AP 1A@AH
PA1A 2* PF?1F@I,A ?F.A,IC +A6A@ -F4A7 ,-.PA@A
J M 2$,* 8 7F M 2,!%
Aji 7tatislik distribusi H.F.1 pada kelompok positif jamur dan negatif jamur
tidak ada perbedaan yang bermakna 2tM %,*1$*8 dfM (8 pN %.%"3
Hasil pemeriksaan laboratorium jumlah leukosit darah dapat dilihat pada
,abel 1% dan 11. Pada kelompok positif jamur jumlah leukosit berkisar "."%% -
1".1%%Bmm cu, jumlah distribusi terbanyak pada kisaran "."%%-$.!%%Bmm cu
sebanyak " penderita 2!",">3, mean 1%.#% (%1 mm cu.
Antuk kelompok negatif jamur jumah leukosist berkisar #."%% -
1(.(%%Bmm cu distribusi terbanyak pada kisaran #."%% -(.*%%Bmm cu sebanyak
12 penderita 2!1,!>3, mean 1%.$2% "(%Bmm cu.
,A-FH-1%
1I7,@I-A7I +A6HAH HFA4/7I, 1A@AH
PA1A 11 PF?1F@I,A P/7I,IC +A6A@ -F4A7 ,-. PA@A
JM1%."% 8 7F M (%
2004 Digitized by USU digital library
22
PENAMPAKAN
BRONKOSKOPI
POSITIF
JAMUR
NE&ATIF
JAMUR
JUMLA#
?ormal 2 ( 1%
,anda InflamsiBperadangan # 1" 21
1arah O ,anda Inflamasi ! $
Penyempitan % 1 1
,umorBmasa % 1 1
JUMLA# %% '< )=
&AMBARAN RADIOLO&I POSITIF
JAMUR
NE&ATIF
JAMUR
JUMLA#
Cibfrosis " 1( 2
4a'itas 1 !
-ronkiektasis 1 !
Atelektasis 1 1 2
1estroyed lung ! $
JUMLA# %% '< )=
N!$ LEUKOSIT F MP
1 #."%% G (.*%% 12 $.$"%
2 *.%%% -11.!%% ( 1%.2"%
11."%% -12.*%% 2 12.2"%
! 1.%%% G 1".!%% 1!.2"%
" 1"."%% G 1#.*%% 1#.$"%
# 1$.%%% G 1*."%% 1 1(.2"%
+A6HAH 2*
TABEL,%%
1I7,@I-A7I +A6HAH HFA4/7I, 1A@AH
PA1A 2* PF?1F@I,A ?F.A,IC +A6A@ -F4A7 ,-. PA@A
J M 1%.$2% 8 7F M "(%
Aji statistik distribusi jumlah leukosit pada kelompok positif jamur dan
negatif jamur tidak ada perbedaan yang bermakna 2tM%,1!#8 dfM(8 pN%.%"3
TABEL > %'
1I7,@I-A7I .A6-A@A? @A1I/H/.I PA1A 11 PF?1F@I,A P/7I,IC +A6A@
1A? 2* PF?1F@I,A ?F.A,IC +A6A@ -F4A7 ,-. PA@A
J2 M %,$*( 8 df M ! 8 pN%,%"
1ari uji statistik tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna diantara
distribusi gambaran radiologi pada kelompok positif jamur dan negatif jamur 2J2
M %,$*( , dfM ! 0 p N %,%"3
Pada tabel - 1 dapat dilihat penampakan bronkoskopi 2-ronchoscopy
finding3, dari kelompok positif jamur didapatkan 2 penderita 21(,2 >3 dengan
penampakan yang normal, # penderita 2"!," >3 dengan tanda-tanda
inflamasiBperadangan, penderita 22$, >3 dijumpaj ada darah dengan tanda
inflamasi. 7edangkan untuk kelompok negatif jamur ( penderita 22$,#>3 dengan
penampakan yang normal, 1" penderita 2"1,$>3 dengan tanda
inflamasiBperadangan, ! penderita 21.,( >3 dijumpai ada darah dengan tanda-
tanda inflamasi, 1 penderita 2,!" >3 dengan penyempitan dan 1 penderita
2,!">3 dijumpai adanya masa tumor.
TABEL ,%(
1I7,@I-A7I PF?A6PA4A? -@/?4/74/PI PA1A 11 PF?1F@I,A P/7I,IC +A6A@
1A? 2* PF?1F@I,A ?F.A,IC +A6A@ -F4A7 ,-. PA@A
J2 M %,$$2" 8 dfM! 8 pN%,%"
2004 Digitized by USU digital library
23
BAKTERI POSITIF
JAMUR
NE&ATIF
JAMUR
JUMLA#
7taphylococcus aureus 2 # (
4lebsiella pneumoni ! # 1%
7treptococcus pyogenes 1 2
Pseudomonas aeruginosa % 2 2
7treptococcus 'iridans 1 * 1%
JUMLA# : '* ((
N!$ SPESIES KASUS
1 5andida albicans $
2 Aspergillus fumigatus
Aspergillus niger 1
+A6HAH 11
6elalui uji statistik 5hi 7Kuare distribusi penampakan bronkoskopi pada
kedua kelompok tersebut tidak dijumpai perbedaan yang bermakna 2J2M%,$$2" 8
df M ! 8 pN%,%"3
Pada tabel-1! untuk kasus jamur pada 11 penderita yang positif jamur
distribusi spesies jamur sebagai berikut0 5andida albicans pada $ penderita,
Aspergillus fumigatus penderita, dan Aspergillus niger pada 1 penderita.
,A-FH-1!
1I7,@I-A7I 7PF7IF7 +A6A@
PA1A 11 PF?1F@I,A -F4A7 ,-. PA@A
Antuk distribusi bakteri yang diperoleh dari 11 penderita positif jamur, 2
penderita 2(,1(>3 ditemukan bakteri 7taphylococcus aureus, ! penderita
2#,#>3 4lebsiella pneumoni, 1 penderita 2*,1>3 7treptococcus pyogencs, 1
penderita 2*,1>3 dengan 7treptococcus 'iridans sementara pada orang
22$,2#>3 tidak ditemukan pertumbuhan bakteri. 7edangkan untuk kelompok
negatif jamur didapatkan # penderita 22%.#* >3 dengan 7taphylococcus aureus,
# penderita 22%.#* >3 4lebsiella pneumoni 2 penderita 2#,(* >3 7treptococus
pyogenes, 2 penderita 2#,(* >3 Pseudomonas acruginosa dan * penderita
21,%>3 dengan 7treptococcus 'iridans sementara pada ! orang 21,(13 tidak
ditemukan pertumbuhan bakteri. 1apat dilihat di tabel-1".
,A-FH G 1"
1I7,@I-A7I -A4,F@I =A?. ,A6-AH PA1A 4AH,A@ -IHA7A? -@/?4A7
1A@I PF?1F@I,A -F4A7 ,-. PA@A
J2M 1,221 8 df M ! 8 pN%,%"
1ari hasil uji statistik distribusi pertumbuhan bakteri pada ( orang
kelompok jamur dan 2" orang kelompok jamur tidak ditemukan perbedaan
perbedaan yang bermakna 2J2 M 1,2218 df M ! 8 p N %,%"3.
BAB ;
PEMBA#ASAN
1ari !% penderita bekas tb.paru yang dicurigai terinfeksi jamur paru, hasil
penelitian dperoleh 11 penderita 22$,">3 dengan hasil kultur bilasan bronkus
positif jamur dengan $ penderita 2#,#>3 jamur 4andida, penderita 22$,>3
jamur Aspergillus fumigatus dan 1 penderita 2*,1>3 Aspergillus niger.
Hasil penelitian ini agak berbeda bila dibandingkan dengan hasil penelitian
7uryatenggara dkk yang dilakukan di -agian Paru @7 Husada +akarta 1**! -
1**", dimana dari ## penderita yang dicurigai terinfeksi jamur dilakukan
pemeriksaan jamur pada bilasan bronkusnya diperoleh % penderita 2!">3 positif
2004 Digitized by USU digital library
24
jamur dengan perincian 2$ penderita 2*%>3 4andida, 2 penderita 2#,$>
Aspergillus fumigatus3, dan 1 penderita 2,>3 Aspergillus sp.1
Hal ini mungkin dikarenakan subjek yang diteliti oleh suryatenggara dkk,
dengan penyakit primer yang beragam, sedangkan pada penelitian ini subjek
yang diteliti hanya pada penderita bekas ,- Paru.
Pada penelitian ini umur, jenis kelamin, status gi;i, latar belakang
pendidikan dan tidak ditemukan gambaran yang spesifikBmenonjol pada
penderita bekas ,-. Paru dengan jamur positif bila dibandingkan terhadap
penderita yang tidak terinfeksi oleh jamur paru.
.ambaran klinis yang diperoleh pada penelitian ini semua penderita 1%%>
yang datang berobat baik positif jamur maupun negatif jamur dijumpai keluhan
batuk-batuk. Antuk pada penderita positif jamur sebanyak 2#," >3, lebih rendah
pada negatif jamur 2$2,! >3. 4eluhan batuk darah pada positif jamur dijumpai
pada penderita, lebih banyak bila dibandingkan dengan negatif jamur 2!,">3.
Hal ini diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Hadiarto dkk dibagian
Pulmonologi C4 AIB@7AP Persahabatan +akarta dimana keluhan batuk darah pada
kelompok jamur Aspergillosis 2",(>3 dan 4andidiasis 2",(>3
7edangkan penelitian yang dilakukan oleh 7uryatenggara dkk dirumah
sakit yang pada tahun 1**-1**! terhadap penderita yang dicurigai adanya
infeksi jamur paru dengan pemeriksaan jamur, baik pemeriksaan seputum,
bilasan bronkus, biopsi, hasil reseksi, pemeriksaan serologi dan lain-lain, maka
keluhan batuk darah didapatkan pada 1$ penderita 2$!>3 dari 2 penderita
dengan positif jamur.
A;har ,andjung dkk. mendapatkan ," > mikosis paru pada penderita
dengan gejala batuk kronis dan berdahak.
Antuk keluhan nyeri dada, banyak dahak dan demam frekuensinya hampir
sama pada postif jamur dengan negatif jamur.
Hasil laboratorium laju endap darah pada penderita bekas ,-. Paru
dengan infeksi jamur pada penelitian ini tidak menunjukkan kenaikkan yang
bermakna sama halnya dengan penderita bekas ,- yang tidak terinfeksi dengan
jamur paru.
Hasil laboratorium laju endap darah pada bekas ,b. Paru dengan infeksi
jamur pada penelitian ini pada umumnya mengalami peningkatan sama halnya
dengan yang yang tidak terinfeksi jamur, secara statistik tidak menunjukkan
perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok tersebut. 1emikian juga untuk
jumlah leukosit, pada infeksi jamur ! penderita 2#,!>3 mengalami peningkatan
dan pada negatif jamur * penderita 21 >3 mengalami peningkatan dan tidak
berbeda bermakna. 1alam literatur dinyatakan bah)a keadaan lekopeni
merupakan faktor resiko infeksi jamur paru, khususnya pada aspergillosis",(. Pada
penelitian ini tidak ditemukan adanya faktor resiko berupa lekopeni pada subjek
yang diteliti.
4enaikan laju endap darah dan peningkatan leukosit ini dikarenakan pada
kedua kelompok tersebut dari hasil kultumya sama-sama mengalami infeksi oleh
bakteri 2lihat tabel 1"3
.ambaran radiologis pada penderita positif jamur terbanyak adalah
gambaran fibrosis pada " penderita 2!",">3 diikuti dengan destroyed lung
penderita 22$,2>3, kemudian ka'itas, bronkiektasis dan atelektasis masing-
masing 1 penderita 2*,1.>3. 1an pada 1( penderita 2#2,1>3, destroyed lung !
21,(>3, ka'itas penderita 21%,>3, bronkiektasis penderita 21%,>3 dan
atelektasis 1 penderita 2,">3. .ambaran radiologis pada kedua kelompok ini
tidak berbeda bermakna secara stastistik 2J2M,1!"( 8 df M !8p0N%,%"3.
1alam literatur dinyatakan bah)a kerusakan paru berupa ka'itas,
bronkiektasis dan destroyed lung merupakan faktor resiko terhadap infeksi jamur
paru#, namun pada penelitian ini faktor resiko tersebut tidak bermakna, hal ini
mungkin dikarenakan jumlah sampel yang diteliti terlalu kecil. 7ementara
literatur lain menyatakan pada kandidiasis gambaran radiologis sifatnya tidak
2004 Digitized by USU digital library
25
spesifik, sering dasarnya sudah ada penyakit paru kronis, sehingga gambaran
radiologis paru mempunyai 'ariasi yang sangat luas."!
4eadaan saluran pernapasan dilihat langsung dari alat bronkoskopi,
dimana lesi atau peradangan yang disebabkan oleh infeksi jamur dapat dilihat
dari penampakannya.
Penilaian melalui bronkoskopi terbatas hanya pada saluaran nafas yang
besar saja, karena jangkauan alat bronkoskopi sangat terbatas. 1alam penelitian
ini didapatkan pada penderita positif jamur 2 penderita 21(,2> tampak normal,
# penderita 2"!,">3 dengan tanda-tanda inflamasiBperadangan berupa banyak
sekret, udema, hiperemis pada bronkus atau cabang bronkus, sekret ber)arna
putih kental yang khas untuk infeksi kandida didapatkan pada 2 penderita.
6eskipun ada * penderita dengan keluhan batuk darah hanya penderita
22$,>3 yang dijumpai ada darah pada bronkus utama atau bronkus yang
disertai juga dengan tanda-tanda inflamasi.
Pada penderita negatif jamur ( penderita 22$,#>3 tampak normal, 1"
penderita 2"1,$>3, tanda-tanda inflamasi berupa banyak sekret, hiperemis dan
udema, ! penderita 21,(>3 tampak ada darah pada bronkus utama atau cabang
bronkus yang disertai juga tanda-tanda inflamasi, 1 penderita 2,!>3 dijumpai
ada penyempitan pada trunkus intermedius kanan dan 1 penderita 2,!>3
dijumpai adanya masa tumor pada trunkus intermedius kanan namun belum
terbukti adanya keganasan pada pemeriksaan sitologi hasil sikatan bronkus.
1ari hasil penampakan bronkoskopi ini ditemukannya darah pada lumen
bronkus untuk positif jamur lebih sering dibandingkan dengan negatif jamur yaitu
2$,> berbanding 1,(> namun perbedaan ini tidak bermakna secara statistik.
1isamping pemeriksaan kultur jamur, pada subjek penelitian juga
dilakukan pemeriksaan kultur bakteri dari spesimen yang sama. Hampir pada
semua spesimen dijumpai bakteri. Pada penderita dengan positif jamur ( dari 11
penderita ditemukan kultur bakteri yang positif, 2 penderita 21.(,2>3 positif
7taphylococcus aurcus, ! penderita 2#,!>3 4lebsilla pneumoni, 1 penderita
2*,1>3 7treptococcus pyogenes dengan 7treptococcus 'iridans dan pada
penderita 22$,2>3 tidak dijumpai pertumbuhan bakteri. 7ementara pada
kelompok negatif jamur 27 dari 2* ditemukan pertumbuhan bakteri pada #
penderita 22%,$>3 7taphylococcus # penderita 22%,$>3 4lebsiella pneumoni, 2
penderita 2#,*>3 7treptococcus, 2 penderita 2#,*>3 Psudomonas aeruginosa
dan * penderita 21>3 dan ! penderita tidak dijumpai pertumbuhan bakteri.
1engan adanya bakteri yang menginfeksi saluran nafas ba)ah pada
penderita bekas ,b. menimbulkan gejala klinis, akibatnya gejala klinis dari infeksi
jamur mungkin akan tumpang tindih dengan gejala klinis yang ditimbulkan oleh
infeksi bakteri, gejala klinis pada penderita positif jamur menjadi tidak spesifik
dalam penelitian ini.
1ari penderita jamur aspergilus seorang penderita muda dengan bentuk
aspergilosis dimana penderita mengaiami sesak berulang disertai dahak yang
pekat dengan dan demam, namun pada foto dada tidak ditemukan gambaran
infiltrat seperti ditemukan dalam literatur. 7ementara penderita jamur
aspergilus dengan bentuk nekrotikans yang merupakan bentuk peralihan antara
aspergiloma dan aspergilosis nekrotikans pada foto dada masing-masing
penderita dengan gambaran ka'itas, fibrotik dan destroyed lung.
1ari penelitian ini tidak ditemukan aspergilus bentuk aspergiloma. -entuk
aspergiloma bentuk yang sering ditemukan pada penderita dan ka'itas paru.
Penampakan bronkoskopi dengan tanda-tanda peradangan berupa banyak sekret
dan hiperemis.
Pada positif jamur dengan kandidiasis tidak ada gejala klinis yang
menonjol, gambaran foto dada distroyed lung pada 2 penderita, brokiektasis
pada 1 penderita, selebihnya ! penderita dengan gambaran flbrosis dan
kalsifikasi. Penampakan bronkoskopi normal pada 2 penderita, # penderita
tampak tanda-tanda peradangan dimana 2 penderita dengan sekret yang kental
)arna putih seperti susu.
2004 Digitized by USU digital library
26
Pengambilan bahan untuk pemeriksaan diagnostik jamur paru yang paling
mudah dan murah adalah dari dahak yang dibatukkan oleh penderita, namun
dahak yang dikeluarkan melalui rongga mulut kemungkinan besar akan
terkontaminasi oleh jamur kandida yang merupakan flora normal pada rongga
mulut. 7ehingga bilasan bronkus merupakan bahan yang adekuat untuk
pemeriksaan diagnostik jamur paru, meskipun cara ini masih mempunyai
kecenderungan untuk mengalami kontaminasi #2. #*
5ara pengambilan bahan yang paling unggul adalah dengan sikatan
bronkus kateter ganda terlindung polietilen glikol#$,#( , namun karena alasan
tehnis cara ini belum dapat peneliti lakukan.
BAB ;$
KESIMPULAN DAN SARAN
;$% KESIMPULAN
1. 1idapatkan 11 kasus 221,">3 jamur paru dari !% penderita bekas ,b. Paru
yang diteliti.
2. Penampakan bronkoskopi pada penderita bekas ,b. Paru yang terinfeksi
jamur paru tidak ada yang khas.
. ,idak ditentukan faktor yang khasBspesifik dari infeksi jamur paru pada
penderita bekas ,b. Paru bila dibandingkan dengan infeksi bakteri yang lain
berdasarkan0 usia, jenis kelamin, status gi;i, pendidikan, pekerjaan, gejala
klinis, laboratorium darah rutin dan gambaran radiologis.
;$' SARAN
1. 4arena tidak ada gambaran yang spesifik dari infeksi jamur paru, khususnya
pada penderita bekas ,b. Paru, maka pemeriksaan jamur paru hendaknya
dilakukan secara rutin baik secara in'asif maupun non in'asif, disamping
pemeriksaan bakteri yang secara rutin sudah dilakukan.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap infeksi jamur paru sebagai
infeksi sekunder dengan penyakit primer yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
1. 1a'ies 7C, 7arosi .A. Cungal Infections, In0 ,e9book of @espiratoty 6edicine
2nd ed, 6urray +C, ?adel eds. Philadelphia &-.7ounders 5o. 1**!0 11#1 -
2!!.
2. Hood Alsegaff. 6asalah jamur paru di Indonesia dalam0 Infeksi jamur paru,
buku kumpulan makalah PI4 I: P1PI, -ukit ,inggi 1**!0 11 -21.
. -odey P.. Cungal Inspection in 5ancer Patients an /'er'ie). Pfi;er
International Inc.1**%0 " -11.
!. Fllis H1. Aspergillosis, 5linical 6ycology. ?e) =ork. .illingham Print Htd.
1**!0 $% -$(.
". 6angunnegoro H. Infeksi ?osokomial oleh jamur
4linik +akarta. -alai Penerbit C4AI. 1**20 1%* -1".
pada paru. Pulmonologi
#. 6angunnegoro.H. 1iagnostik mikosis paru, dalam Infeksi jamur paru, buku
kumpulan 6akalah PI4.I: P1PI, -ukittinggi 1**!0 "1 -#*.
2004 Digitized by USU digital library
27
$. Hinsa) H5, 6urray +C, Histoplasmosis, 5occodioidomycosis ,-lastomycosis
and other Pulmonary 6ycoses. 1iseases of the 5hest !dt ed, &- 7ounders
5o. 1*(% 0 (% - !1".
(. 5rofton +, 1ouglas A, CungaI Inspection of the Hung. @espiratory 1iseases rd
ed. -lak)ell 7cientific Publications 1*(1. 2* -!".
*. 7usilo +. 6ikosis Paru, 64I8 1*($ 8 "".
1%. 6angunnegoro H. Pengobatan rasional ,-, dalam0 7imposium pengobatan
mutahir tuberkulosa paru. -andung. 1*((8 1"-2%.
11. 6angunnegoro H, @asyid @. -erbagai permasalahan dalam penyakit
tuberkulosis paru, dalam0 =unus C. dkk 2eds3. Pulmonologi klinik, -agian
pulmonologi C4 AI, +akarta 1**20 $ -*.
12. 7uryatenggara &. Permasalahan
4onkernas :II P1PI. -andung 1**".
dalam pengobatan tuberkulosis paru.
1. Fmbran P, 7uryatenggara &, Hertanu =. Pemeriksaan +amur pada -ilasan
-ronkus di -agian Paru @7 Husada +akarta. 7imposium Infeksi +amur
7istemik. +akarta 1**".
1!. Hinsa) H5, 6urray +C. -ronchoscopy Ha'age, 1iagnostic Procudures, 5linical
Haboratory. 1iseases of the 5hest !th ed, &- 7ounders 5o. 1*(% 0 2(.
1". Pastika. Infeksi +amur paru, Infeksi :irus dan 6anifestasi AI17. Infeksi
7aluran ?afas 4linis, @adiologis serta 5ara Penatalaksanaannya. -P C4AI
1*(* 0 # G $%
1#. @app P@, .off A1. ,ne @ole of Farly Presumpti'e ,herapy in ?osocomial
Cungal Infections. Pfi;er Inc. ?e) =ork. 1**20 2-$
1$. +a)et F 61 Ph1. 6edical mycology in0 @e'ie) of medical microbiologi 1$th Fd,
Appleton and Hange Hos Altos, 5alifornia 1*($ 0 1( -$.
1(. @ichardson 1.6., &arnock &.1. Aspergillosis. Cungal Infection 1iagnosis and
6anagement. -uck)ell 7cientific Publications 1*"8 *2 -1%2.
1*. +effrey 5, Fdman. 6ikologi 4edokteran. 6icrobiologi 4edokteran 2,erjemahan3
ed.2% +akarta F.5, 1**# 0 #%( -$.
2%. @i'era 6P, 6 4ethy, Flsyee -jules and 7to'er F1. Immunocompromise
Patient. @espiratory Infection a 7cientific -asis for management. Philadelphia
&- 7aunders 5o. 1**!0 1# -(1.
21. @ubin H@. Cungal Infections in the Immunocomprosed Host. Cishman P.
Alfred,ed. Pulmonary 1iseases and 1isorders 7econd ed. ?e) =ork 6c .ra)-
Hillook 5o. 1*(( 0 1$#1 -$!.
22. @ichardson 16, &arnock &1. Cungal Infection 1iagnosis and 6anagement.
Hondon. -lack)ell sc Publication 1** 0 1%! -1!.
2. @eynold H=. -ronchoal'eolar Ha'age, ln0 ,e9book of @espiratory 6edicine 2nd
ed, 6urray +C, ?adel eds. Philadelphia &-.7ounders 5o. 1**!0 $(2 -*$.
2004 Digitized by USU digital library
28
2!. Fllis H. 1a'id, /pportunistic 7ystemic 6ycosis, 5linical 6ycologi, ?e) =ork,
.ilingham, Print Htd 1**!8 2.
2". :olk &A, -enyamin 15, 4adner @. +, Porson +. ,. Fssential of 6edical
6icrobiology rd Fd +.- Philadelphia Hippincott 5o, 1*(#, "2! -"".
2#. 1ellPaul. AI17 and /ther Corms of Immunocompromise. Imaging 1iseases of
the 5hest 2nd ed. -altimore 6osby =ear -ook Inc. 1**" 0 2!( -"%.
2$. Hop)ell P5, -loom -@. ,ubercullosis and /ther 6ycobacterial 1iseases, In0
,e9book of @espiratory 6edicine 2nd ed, 6urray +C, ?adel eds. Philadelphia
&-. 7aunders 5o 1**!8 1%*! -1#%.
2(. ldajadi Atasiati, 1iagnostik laboratorik penyakit jamur pada paru, dalam0
Infeksi jamur paru, buku kumpulan makalah PI4 I: P1PI -ukit ,inggi 1**!0
2 -!.
2*. ,anjung A, An)ar @, ?asution 4. Penelitian +amur dari dahak penderita
selama tahun 21*(% -1*(23. 4umpulan ?askah 4ongres ?asional ke III,
lkatan 1okter Paru Indonesia 1*(0 1$( -(1.
%. Pare +AP, Craser .@. 6ycotic Infection of the Hung. 7ynopsis of 1iseases of
the 5hest. Philadelphia &- 7aunders 5o. 1*( 0 %2 -1".
1. -ennett +F. ,he deep mycosis and opportunistic deep mycosis. In Horrisons
Principles of internal medicine 12th ed. 6c .Hra) Hill -ook 5o. ?e) =ork 1**1
8 $! -"1.
2. &ibo)o 7uryatenggara, ?ir)an Arief, 6enaldi @asmin, 5hairil, Flisna.
Penyakit +amur Paru di @7AP Persahabatan +akarta, dalam buku kumpulan
6akalah infeksi +amur paru8 Pertemuan llmiah 4husus I: P1PI, -ukittinggi
1**!0 $1 -$".
. -ennet +F, Cungal infections, in HorrisonPs Principals of Internal 6edicine 1!th
Fd. 65 .ra) Hill 5o. ?ey =ork 1**(8 11!(-#.
!. Albeda 76, ,olbot .H. Pulmonary Aspergillosis. Pulmonary 1iseases 2nd ed,
:ol 2. Cishman AP.ed, 65 .ro) Hill -ook 5ompany 1*(( 0 1#* -"#.
". @ichardson 61, &arnock 1.&, Histoplasmosis. Cungal Infection 1iagnosis and
6anagement, -lack)ell 7cientific -asic for management. &- 7anders 5o
1**!81! -"!.
#. Hamdi. 4andidiasis Paru. 5ermin 1unia 4edokteran. 1**$. 11!8 2! -(.
$. 7amuels I-. Pagani ++ and Hibshit; IH. @adiologic Ceatures of 5andida
Infections. -odey P .erald, ed. Pathogenesis, 1iagnosis and
5andidiasic8 ?e) =ork. Ha'en Press Htd. 1** 0 1$-!1.
,reat
(. ,ampubolon /F. Infeksi +amur di I5A. 7imposium Infeksi +amur 7istemik
+akarta 1**".
*. 7usilo +. Peran jamur dalam Infeksi ?osokomial dan Penanggulangannya.
7imposium Infeksi ?osokomial. +akarta. 1**".
!%. 7usilo +. 1iagnosis dan Pengobatan 6ikosis 7istemik. 64l 1**" 0 !" 0 "# -#%.
2004 Digitized by USU digital library
29
!1. Prihartini 7. Fpidemiologi penyakit tuberkulosis masalah dunia, makalah
lengkap pertemuan ilmiah <@ecent Ad'anced
4onkernas :ll P1PI -andung 1**" 8 1 -11.
in @espiratory 6edicine<
!2. 7uryatenggara &. 1iagnosa 4linik Penyakit +amur Paru, makalah lengkap
simposium diagnosa dan ,erapi 6ikosis Paru, 7urakarta 1**8 1.
!. @ab. ,abrani. -ronkoskopi. Ilmu Penyakit Paru. Hipokrates. +akarta 1**# 8
11# -2#.
!!. -udiman 5handra. Fpidemiologi deskriptif, dalam buku0 Pegantar prinsip dan
metode epidemiologi, +akarta 1**#, !-"2.
!". Criedman .ary 1. Penelitian deskriptif dalam buku0 Prinsip-prinsip
epidemiologi, =ayasan Fssentice 6edica +ogyakarta 1** 0 (1-12%.
!#. .olden +A, &ang 4P, 4eith C6, -ronchoscopy, Hung -iopsy and other
1iagnostic Procedures, 6urray +C, ?adel ed.2nd ed. Philadelphia &-.7ounders
5o. 1**!0 $11-(1.
!$. Hinsa) H5, 6urray +C, 1iagnostic Pcocedures -ronchoscopy and -iopsy.
1iseases of the 5hest !th ed, &- 7ounders 5o. 1*(% 0 1!! -"2.
!(. 7etia)ati A. Carmakologi /bat-/bat Anti jamur. Pertemuan Ilmiah 4husus I:
P1PI. -ukittinggi 1**!.
!*. 5rofton +, 1ouglas A, Postprimary Pulmonary ,uberculosis. @espiratory
1iseases rd ed. -lak)ell 7cientific Publications 1*(1. 2#" -(%.
"%. ,anjung A, .ani A, 7usanto F, Penyakit +amur yang ditemukan di Indonesia
64I :ol. !$, ?o.! April 1**$ 0 1$" -(%.
"1. Pastika I. 6ade. Infeksi +amur Paru. Infeksi 7aluran ?afas. C4 AI 1*(* 8 # -
$%.
"2. 7ugito, Pardede. ,, Haporan 4asus Aspergillosis Paru In'asif, Paru 1**", 1"! 8
1$% -2.
". 1ailey ,.6, ramsdell +. &, Aspergillus Hung 1iasease. In 6anual of 5linical
Problem, in Pulmonary 6edicine, -oston 1*(%8 1(! -$.
"!. &idjaja 6. Patricia, .ambaran radiologis infeksi paru oleh 'irus, jamur dan
AI17. Infeksi 7aluran nafas, C4AI 1*(*8 $1 -(.
"". 7afar H. Pengobatan Infeksi +amur Paru. Pertemuan Ilmiah 4husus I: P1PI
-ukittinggi. 1**!.
"#. Hembaga Penelitian A7A. Perhitungan besar sampel penelitian, Aspek statistik
dalam penelitian kedokteran.
"$. Iskandar D. Hubis. -esar sampel, dalam buku 0 7ampling, editor Prof 1r.
@o;aini ?st 746, Pusat kajian informasi kesehatan masyarakat, A7A.
"(. 7iegel 7idney, 6emilih ,es 7tatistik yang cocok. 7tatistik ?onparametrik
Antuk Ilmu-ilmu 7osiaI. Penerbit P.,. .ramedia Pustaka Atama +akarta 1**!8
22 -!2.
2004 Digitized by USU digital library
30
"*. Ikeda 7. Atlas of Cle9ible -ronchofi berscopy. Cirst Fd, Igaku 7hoin Htd ,,okyo
1*$!.
#%. Arief ?, @asmin ?, -ronkoskopi. Pulmonologi klinik, -alai Penerbit C4AI
+akarta, 1**28 #1 - !.
#1. 7tradling P. 1iagnostik -ronkoskopi An Introduction rd Fd. 5urchil Hi'ing
7tone, 1*$#.
#2. +ohnson 55, Cinegold 76 Pyogenic bacterial pneumonia, lung abcess and
emyema. In 0 6urray, ?adel, eds, ,e9t book of respiratory medicine.
Philadelpia &- 7aunder company, 1**! 01%!1-.
#. -artlett +.. 1iagnosis of bacterial infection of the lung. 5lin in chest
medichene. 1*($0 (8 11* G !
#!. &einberger 7F, kelman +A, Flson ?A. -ronchoal'eolar la'age in intertitial lung
disease, Ann Int. 6ed 1*$(0 (*8 !"*-##
#". Haslan PH, 1e)ar A, -utchers P.6ast cell in bronchoal'elar la'age in
pulmonary fibriosis, comparison of cells obtaines )ith lung biopsy and clinical
features, ,hora9 1*(%0 "8 * G 1(.
##. &arsa A5H, Hasil uji kepekaan kuman-kuman pada infeksi saluran pernafasan
bagian ba)ah di Indonesia. 514. 1**10 #*8 2! G #
#$. Hay)s 1A, 6c 5arthy H5, Criedman 6. F'aluation of ,)o -ronchofiberscopic
methods of culturing the lo)er respiratory tract, Am @e' @esp 1is 1*(%0 1228
1* G 2
#(. &oods 1F, -acterial coloni;ation of the resp. tract, clinical signitaficanse, In0
@espirotory infection, diagnosis and management 2 nd Fd, Fdit. Pennington
+F, ?e) =ork, @a'en Press, 1*(*0 ! G !%
#*. @asmin 6. 1iagnostik pneumonia nosokomial. Paru 1**#0 8 1%1 G
$%. 6iddleton @6, 4irkpatrick 6-. In'asi'e ,echniKues for the diagnosis of lo)er
respiratory trac infection. In0 ?eiderman, 7arosi, .lassroth, eds, @espiratory
infection. Philadelphia0 &.-. 7aunders company, 1**!0 !**-"%"
$1. @umbak 6+, -ass @H. ,racheal aspirate correlates )ith protected specimen
brush in long term 'entilated patients )ho ha'e clinical pneumonia. 5hest
1**!0 2 8 "1 G
2004 Digitized by USU digital library
31

Anda mungkin juga menyukai