Anda di halaman 1dari 16

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PENYEBAB MIKOSIS SISTEMIK

PRIMER

Doni Wahyuda¹, Lu’lu Tsaniyah Oktaviani², Rofi Farian Hasanah³

¹Tingkat 2A

²Program Studi D-III Teknologi Laboratorium Medis

³Poltekkes Kemenkes Banten

Abstrak

Penyakit paru yang disebabkan oleh infeksi jamur semakin banyak ditemukan
seiring dengan meningkatnya perhatian klinisi terhadap jamur paru dan teknik
pemeriksaan yang semakin baik. Mikosis paru adalah gangguan paru (termasuk
saluran napas) yang disebabkan oleh infeksi/ kolonisasi jamur atau reaksi
hipersensitif terhadap jamur. Secara umum jamur yang menginfeksi paru dibagi
menjadi dua kelompok yaitu jamur pathogen/mikosis endemik dan infeksi jamur
khusus yakni infeksi jamur oportunistik. Jamur penyebab mikosis endemik terdiri
dari histoplasmosis, blastomikosis, koksidioidomikosis, parakoksidioidomikosis,
dan Talaromises marneffei.

Kata kunci : Pengetahuan, Penyakit Paru, Infeksi Jamur, Mikosis

Abstract

Lung disease caused by fungal infections is increasingly being found along with the
increasing attention of clinicians to lung fungi and better examination techniques.
Pulmonary mycoses are lung disorders (including the airways) caused by
infection/fungal colonization or hypersensitivity reactions to fungi. In general,
fungi that infect the lungs are divided into two groups, namely fungal
pathogens/endemic mycoses and specific fungal infections, namely opportunistic
fungal infections. Fungi that cause endemic mycoses include histoplasmosis,
blastomycosis, coccidioidomycosis, paracoccidioidomycosis, and Talaromises
marneffei.

Keywords : Knowledge, Lung Disease, Fungal Infection, Mycoses


Pendahuluan

Mikosis sistemik merupakan infeksi jamur yang pintu awal masuk ke tubuh
biasanya pada lokasi yang dalam seperti paru-paru, saluran pencernaan, dan sinus
parasanalis. Jamur ini dapat menyebar melalui aliran darah sehingga menimbulkan
infeksi yang menyeluruh. Mikosis respirasi endemik antara lain histoplasmosis
(tipe klasik dan afrika), blastomycosis, coccidioidomycosis.
paracoccidioidomycosis dan infeksi yang disebabkan oleh Talaromises marneffei.
Manifestasi klinis dari infeksi-infeksi ini dipengaruhi oleh status imun yang
melatarbelakangi dan banyak didapatkan pada kondisi imunodefisiensi, terutama
AIDS. Meskipun demikian, mereka mempunyai pola klinis yang mirip pada semua
infeksi. Infeksi-infeksi ini juga dapat menyerang individu yang sehat. Infeksi
mempunyai area endemik yang berbatas jelas yang ditentukan oleh faktor-faktor
yang mendukung daya hidup organisme penyebab di lingkungan, seperti cuaca.
Rute infeksi yang sering adalah melalui paru-paru.

Pada prinsipnya, karena adanya kecenderungan dari kedua


kelompok infeksi untuk terjadi pada pasien yang mempunyai predisposisi,
perbedaan antara mikosis oportunistik dan sistemik menjadi kabur. Hal ini terutama
terjadi pada kasus cryptococcosis yang mempunyai gambaran klinis dan patologi
dari dua tipe mikosis sistemik respirasi, akan tetapi saat ini terutama didapatkan
pada pasien-pasien AIDS.

Patogenesis

Jamur terdapat di mana-mana dan pajanan terhadap saluran napas sulit dihindarkan
sehingga paru merupakan salah satu target infeksi oleh jamur. Mikosis primer
terjadi bila spora terhirup melalui saluran nafas. Infeksi jamur terjadi setelah
menghirup spora, setelah menghirup konidia, atau oleh reaktivasi dari infeksi laten.
Umumnya spora ter inhalasi dan masuk ke saluran napas bawah kecuali kandidiasis
dan sporotirokosis. Selanjutnya jamur dapat masuk dalam peredaran darah lalu
menyebar secara limfogen ke dalam hilus dan mediastinum kemudian secara
hematogen ke organ lain sehingga terjadi kelainan pada organ tersebut. Jamur
patogen endemik (misalnya Histoplasma capsulatum, Coccidioides immitis,
Blastomyces dermatitidis, Paracoccidioides brasiliensis) menyebabkan infeksi
pada host sehat dan pada orang imunokompromis.

Deskripsi Mikosis

1. Blastomikosis
Blastomikosis adalah infeksi yang disebabkan oleh Blastomyces dermatitidis.
Blastomikosis terutama menyerang paru-paru, tetapi kadang menyebar ke
seluruh tubuh melalui aliran darah. Jamur masuk ke dalam tubuh melalui paru-
paru, yang merupakan dimulainya infeksi. Infeksi paru dapat terjadi setelah
seseorang menghirup udara yang mengandung spora jamur. Jamur kemudian
dapat menyebar ke bagian lain tubuh, seperti kulit, tulang, sendi, dan bagian
tubuh lainnya. Tidak seperti infeksi jamur pada umumnya, blastomikosis tidak
lebih sering ditemukan pada orang-orang dengan AIDS.

Tanda dan Gejala Blastomikosis


➢ Blastomikosis Paru
Pada sebagian besar individu, lesi paru tidak menunjukkan gejala dan tidak
terdeteksi hingga infeksi menyebar ke organ lain. Lainnya
mengembangkan gejala setelah masa inkubasi 3-15 minggu. Pada
kebanyakan kasus, blastomikosis memiliki onset yang lamban dan pasien
datang dengan gejala kronis seperti batuk, demam, malaise, dan penurunan
berat badan. Lesi menjadi lebih luas, dengan berlanjutnya nanah dan
akhirnya nekrosis dan kavitasi.
➢ Blastomikosis Kulit
Penyebaran hematogen menimbulkan lesi kulit pada lebih dari 70% pasien.
Ini cenderung tidak menimbulkan rasa sakit dan muncul sebagai lesi
verukosa yang menonjol dengan batas tidak teratur, atau sebagai ulkus.
Wajah, tungkai atas, leher dan kulit kepala adalah tempat yang paling
sering terkena.
➢ Blastomikosis Osteoartikular
Terjadi pada sekitar 30% pasien dengan tulang belakang, panggul,
tulang tengkorak, tulang rusuk, dan tulang panjang yang paling sering
terkena. Pasien sering tetap tanpa gejala sampai infeksi menyebar ke
persendian yang berdekatan, atau ke jaringan lunak yang berdekatan
menyebabkan abses subkutan. Temuan radiologi sering tidak spesifik dan
artritis terjadi pada hingga 10% pasien.
Bentuk lain termasuk blastomikosis genitourinari yang melibatkan
prostat, epididimis atau testis; penyebaran hematogen ke otak
menyebabkan meningitis, dan abses tulang belakang atau otak. Organ lain
juga mungkin terlibat dan koroiditis dan endoftalmitis telah dilaporkan.
Pasien AIDS mengalami blastomikosis fulminan dengan
penyebaran luas setelah reaktivasi endogen dari infeksi sebelumnya.

Diagnosis Laboratorium
➢ Spesimen
Kerokan kulit, sputum dan bronkial, cairan serebrospinal, cairan pleura dan
darah, sumsum tulang, urine dan biopsi jaringan dari berbagai organ viseral.
➢ Mikroskopis

Bagian jaringan menunjukkan sel-sel seperti ragi yang bertunas besar, basa luas,
bertunas unipolar, berdiameter 8-15 um.
a) Kerokan kulit harus diperiksa menggunakan KOH 10% dan tinta
Parker atau calcofluor white mounts;
b) Eksudat dan cairan tubuh harus disentrifugasi dan sedimen diperiksa
menggunakan KOH 10% dan tinta Parker atau calcofluor white mounts;
c) Bagian jaringan harus diwarnai dengan menggunakan PAS digest,
Grocott's methenamine silver (GMS) atau pewarnaan Gram.

Interpretasi Hasil:

Jika pada mikroskopis positif menunjukkan karakteristik sel seperti ragi


dari spesimen apa pun harus dianggap signifikan.

➢ Kultur
Spesimen klinis harus diinokulasi ke media isolasi primer, seperti SDA
(Saburoud Dextroxe Agar) dan BHIB (Brain Heart Infusion Broth) yang
dilengkapi dengan 5% darah domba.
Interpretasi Hasil:
Kultur positif dari salah satu spesimen di atas harus dianggap signifikan.
➢ Serologi
Tes serologis memiliki nilai terbatas dalam diagnosis blastomikosis.
➢ Identifikasi
Dalam morfologi mikroskopis masa lalu, konversi dari bentuk kapang ke
bentuk ragi, dan patogenisitas hewan semuanya telah digunakan. Namun
demikian, identifikasi kultur dengan uji eksoantigen atau pengurutan DNA
sekarang lebih disukai untuk meminimalkan paparan terhadap propagul
infeksius.

2. Coccidioidomikosis
Coccidioidomycosis atau juga dikenal dengan sebutan Valley fever, merupakan
penyakit akibat infeksi jamur Coccidioides immitis atau Coccidioides posadasii.
Coccidioidomycosis pada awalnya adalah infeksi pernapasan, akibat menghirup
konidia, yang biasanya sembuh dengan cepat meninggalkan pasien dengan
kekebalan spesifik yang kuat terhadap infeksi ulang. Namun, pada beberapa
individu penyakit ini dapat berkembang menjadi kondisi paru kronis atau
penyakit sistemik yang melibatkan meninges, tulang, sendi dan jaringan
subkutan dan kulit.

Tanda dan Gejala Coccidioidomikosis


60% individu menderita infeksi dada jinak dan sementara yang tidak
memerlukan perhatian medis. Dari 40% yang mengalami gejala, sebagian besar
akan mengalami penyakit "seperti flu" demam akut mulai 7-28 hari (rata-rata
10-16 hari) setelah paparan dan sebagian besar pasien akan pulih sepenuhnya.
Gejala utamanya adalah demam, nyeri dada pleuritik, batuk, malaise, sakit
kepala, mialgia, keringat malam, dan kehilangan nafsu makan. Banyak pasien
juga mengalami ruam eritematosa atau makulopapular ringan difus pada badan
dan tungkai.

Diagnosis Laboratorium
➢ Spesimen
Kerokan kulit, sputum dan bronkial, cairan serebrospinal, cairan pleura dan
darah, sumsum tulang, urine dan biopsi jaringan dari berbagai organ
visceral.
➢ Mikroskopik
a) Kerokan kulit harus diperiksa menggunakan KOH 10% dan tinta
Parker atau calcofluor white mounts;
b) Eksudat dan cairan tubuh harus disentrifugasi dan sedimen diperiksa
menggunakan KOH 10% dan tinta Parker atau calcofluor white mounts;

c) Bagian jaringan harus diwarnai dengan menggunakan PAS digest,


Grocott's methenamine silver (GMS) atau pewarnaan Gram.

Interpretasi Hasil
Jika pada mikroskopis positif yang menunjukkan sferula (10-80um)
dengan endospora (2-5um) dari spesimen apa pun harus dianggap
signifikan.
➢ Kultur
Spesimen klinis harus diinokulasi ke media isolasi primer, seperti SDA
(Saburoud Dextroxe Agar) dan BHIB (Brain Heart Infusion Broth) yang
dilengkapi dengan 5% darah domba.
Interpretasi Hasil :
Kultur positif dari salah satu spesimen di atas harus dianggap signifikan
➢ Serologi
Tes imunodifusi dan/atau fiksasi komplemen untuk mendeteksi antibodi
telah terbukti bermanfaat dalam diagnosis Coccidioidomycosis terutama
pada pasien imunokompeten. Namun, deteksi antibodi pada pasien
imunosupresi seringkali sulit, dengan antara 20-50% pasien dinyatakan
negatif.
➢ Identifikasi
Dalam morfologi mikroskopis masa lalu, konversi dari bentuk kapang ke
bentuk ragi, dan patogenisitas hewan semuanya telah digunakan. Namun
demikian, identifikasi kultur dengan uji eksoantigen atau pengurutan DNA
sekarang lebih disukai untuk meminimalkan paparan terhadap propagul
infeksius.

3. Histoplasmosis
Histoplasmosis adalah infeksi mikotik intraseluler pada sistem
retikuloendotelial yang disebabkan oleh inhalasi konidia dari jamur
Histoplasma capsulatum. Jamur ini hidup di lingkungan, terutama di tanah yang
banyak mengandung kotoran burung atau kelelawar.

Histoplasmosis pada gusi bagian bawah menunjukkan ulkus di sekitar pangkal gigi

Tanda dan Gejala Histoplasmosis

Sekitar 95% kasus histoplasmosis tidak tampak, subklinis, atau jinak. Lima
persen dari kasus memiliki penyakit paru progresif kronis, penyakit kulit kronis
atau penyakit sistemik atau penyakit sistemik fatal akut yang parah. Semua
stadium penyakit ini dapat menyerupai tuberkulosis.

Diagnosis Laboratorium

➢ Spesimen
Kerokan kulit, sputum dan bronkial, cairan serebrospinal, cairan pleura dan
darah, sumsum tulang, urine dan biopsi jaringan dari berbagai organ
visceral.
➢ Mikroskopis

Morfologi jaringan H. capsulatum var. capsulatum (kiri) menunjukkan banyak sel


ragi tunas dasar sempit kecil (diameter 1-5um) di dalam makrofag dan H.
capsulatum var. duboisii (kanan) menunjukkan sel ragi tunas berukuran lebih
besar (diameter 5-12 um).
a) Kerokan kulit harus diperiksa menggunakan KOH 10% dan tinta Parker
atau calcofluor white mounts;
b) Eksudat dan cairan tubuh harus disentrifugasi dan sedimen diperiksa
menggunakan KOH 10% dan tinta Parker atau calcofluor white mounts;
c) Bagian jaringan harus diwarnai dengan menggunakan PAS digest,
Grocott's methenamine silver (GMS) atau pewarnaan Gram.

Interpretasi Hasil

Jika pada mikroskopis positif yang menunjukkan sferula (10-80um) dengan


endospora (2-5um) dari spesimen apa pun harus dianggap signifikan.

➢ Kultur
Spesimen klinis harus diinokulasi ke media isolasi primer, seperti SDA
(Saburoud Dextroxe Agar) dan BHIB (Brain Heart Infusion Broth) yang
dilengkapi dengan 5% darah domba.
Interpretasi Hasil :
Kultur positif dari salah satu spesimen di atas harus dianggap signifikan.
➢ Serologi
Uji imunodifusi dan/atau fiksasi komplemen untuk mendeteksi antibodi
telah terbukti bermanfaat dalam diagnosis Histoplasmosis, terutama pada
pasien imunokompeten. Namun, deteksi antibodi pada pasien
imunosupresi seringkali sulit, dengan antara 20-50% pasien dinyatakan
negatif.
➢ Identifikasi
Tiga varietas Histoplasma capsulatum dikenali, bergantung pada penyakit
klinisnya: var. capsulatum adalah penyebab umum histoplasmosis; var.
duboisii adalah jenis Afrika dan var. farciminosum menyebabkan
limfangitis pada kuda. Isolat Histoplasma juga dapat menyerupai spesies
Sepedonium dan Chrysosporium. Secara tradisional, identifikasi positif
memerlukan konversi bentuk kapang menjadi fase ragi dengan
pertumbuhan pada suhu 37°C pada media yang diperkaya, namun untuk
keamanan laboratorium, identifikasi kultur dengan uji eksoantigen atau
pengurutan DNA sekarang lebih disukai.

4. Paracoccidioidomikosis
Paracoccidioidomycosis adalah infeksi yang disebabkan oleh
jamur Paracoccidioides brasiliensis, yang biasanya ada di tanah dan sayuran,
dan dapat mempengaruhi berbagai bagian tubuh, seperti paru-paru, mulut,
tenggorokan, kulit atau kelenjar getah bening.

Tanda dan Gejala Paracoccidioidomikosis


➢ Paracoccidioidomycosis Paru
Sebagian besar kasus memiliki onset lamban dan pasien datang dengan
gejala kronis seperti batuk, demam, keringat malam, malaise dan
penurunan berat badan. Rontgen dada adalah karakteristik tetapi tidak
diagnostik. Infeksi harus dibedakan dari histoplasmosis dan tuberkulosis.
➢ Paracoccidioidomycosis mukokutan
Paracoccidioidomycosis mukokutan menunjukkan kerusakan fitur wajah yang
luas dan lesi ulserasi pada mukosa faring.

Mulut dan hidung adalah tempat infeksi mukosa yang paling umum. Lesi
ulserasi yang menyakitkan berkembang di gusi, lidah, bibir atau langit-
langit dan dapat berkembang selama berminggu-minggu atau berbulan-
bulan. Perforasi langit-langit atau septum hidung dapat terjadi. Lesi kulit
sering muncul pada wajah di sekitar mulut dan hidung, meskipun pasien
dengan infeksi berat dapat memiliki lesi yang meluas.
➢ Paracoccidioidomycosis limfonodular
Limfadenitis sering terjadi pada pasien yang lebih muda. Rantai serviks
dan submandibular adalah manifestasi yang paling jelas dan kelenjar getah
bening dapat berkembang menjadi abses dengan drainase sinus.
➢ Paracoccidioidomycosis diseminata
Penyebaran P. brasiliensis secara hematogen dapat mengakibatkan
penyebaran penyakit yang meluas; termasuk lesi pada usus kecil atau besar,
lesi hati, kerusakan kelenjar adrenal, osteomielitis, artritis, endoftalmitis
dan meningoensefalitis atau lesi serebral fokal.

Diagnosis Laboratorium

➢ Spesimen
Kerokan kulit, sputum dan bronkial, cairan serebrospinal, cairan pleura dan
darah, sumsum tulang, urine dan biopsi jaringan dari berbagai organ
visceral.
➢ Mikroskopis

Sel ragi bertunas (roda kemudi) multipel, dasar sempit, dari P. brasiliensis.
Bagian paru-paru yang diwarnai GMS (kiri) dan kontras fase sel dari kultur
(kanan)

a) Kerokan kulit harus diperiksa menggunakan KOH 10% dan tinta


Parker atau calcofluor white mounts;
b) Eksudat dan cairan tubuh harus disentrifugasi dan sedimen diperiksa
menggunakan KOH 10% dan tinta Parker atau calcofluor white mounts;
c) Bagian jaringan harus diwarnai dengan menggunakan PAS digest,
Grocott's methenamine silver (GMS) atau pewarnaan Gram.

Interpretasi Hasil :

Jika pada mikroskopis langsung positif yang menunjukkan adanya sel ragi
pemula besar, 20-60 um, bulat, dasar sempit dengan "roda kemudi"
bertunas ganda dari spesimen apa pun harus dianggap signifikan.

➢ Kultur
Spesimen klinis harus diinokulasi ke media isolasi primer, seperti SDA
(Saburoud Dextroxe Agar) dan BHIB (Brain Heart Infusion Broth) yang
dilengkapi dengan 5% darah domba.
Interpretasi Hasil :
Kultur positif dari salah satu spesimen di atas harus dianggap signifikan.
➢ Identifikasi
Riwayat klinis, patologi jaringan, identifikasi kultur dengan konversi ke
fase ragi pada suhu 37°C adalah karakter penting.
5. Infeksi Talaromises marneffei
Talaromycosis marneffei adalah infeksi jamur yang disebabkan Talaromyces
marneffei. Talaromikosis adalah salah satu infeksi oportunistik yang sering
mengenai orang dengan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
stadium akhir. Talaromyces marneffei menunjukkan dimorfisme termal dengan
tumbuh di jaringan hidup atau dalam biakan pada suhu 37°C sebagai jamur
mirip ragi atau dalam biakan pada suhu di bawah 30°C sebagai jamur.

Tanda dan Gejala Infeksi Talaromises marneffei


Pada pasien dengan kekebalan normal, infeksi T. marneffei dapat menyebar atau
fokal. Pada pasien HIV, infeksi T. marneffei biasanya menyebar saat diagnosis.
Umumnya kulit, sistem retikuloendotelial, paru-paru dan usus terinfeksi. Pasien
biasanya datang dengan gejala demam, anemia, dan penurunan berat badan
yang tidak spesifik.

T. marneffei telah diisolasi dari liang tikus bambu dan konsensus saat ini akan
mendukung tanah sebagai reservoir yang paling mungkin dengan penularan ke
manusia melalui jalur pernapasan, serupa dengan yang terlihat pada jamur
dimorfik lainnya.

Diagnosis Laboratorium

➢ Spesimen
Talaromyces marneffei adalah satu-satunya anggota dimorfik dari genus
Talaromyces dan mudah dideteksi dengan mikroskop langsung dan kultur
jaringan yang terinfeksi, terutama lesi kulit, sumsum tulang, darah, dan
kelenjar getah bening.
➢ Mikroskopis

Apusan pewarnaan Giemsa (kiri) dan bagian pewarnaan GMS (kanan)


menunjukkan sel T. marneffei yang menyerupai ragi septate. Dalam persiapan
terakhir, sel-sel sangat mirip dengan yang terlihat pada histoplasmosis.

Apusan pewarnaan Giemsa dari biopsi kulit atau aspirasi sumsum tulang
adalah metode diagnostik yang cepat dan sensitif yang dengan mudah
menunjukkan adanya sel mirip ragi yang khas dengan septa sentral, baik di
dalam histiosit atau tersebar melalui jaringan. Sel-sel ragi berbentuk bulat
hingga elipsoidal, berdiameter 2 hingga 6 um, dan membelah dengan
pembelahan daripada bertunas, karakteristik yang terlihat pada apusan raba
yang diwarnai yang membedakan T. marneffei dari Histoplasma
capsulatum.
➢ Kultur
Kultur menunjukkan koloni kuning-merah muda yang khas dengan pigmen
merah khas Talaromyces marneffei yang dapat menyebar.

Spesimen klinis harus diinokulasi ke media isolasi primer, seperti


Sabouraud Dextrose Agar (SDA).
➢ Serologi
Saat ini tidak ada prosedur serologis yang tersedia secara komersial untuk
diagnosis infeksi Talaromyces marneffei.
➢ Identifikasi
Riwayat klinis, morfologi jaringan dan identifikasi kultur.

Kesimpulan

Mikosis sistemik merupakan infeksi jamur yang biasanya terdapat pada lokasi yang
dalam seperti paru-paru, saluran pencernaan, dan sinus parasanalis. Mikosis
respirasi endemik antara Iain histoplasmosis (tipe klasik dan afrika), blastomycosis,
coccidioidomycosis. paracoccidioidomycosis dan infeksi yang disebabkan oleh
Talaromises marneffei. Mikosis primer terjadi bila spora terhirup melalui saluran
nafas. Infeksi jamur terjadi setelah menghirup spora, setelah menghirup konidia,
atau oleh reaktivasi dari infeksi laten.

Daftar Pustaka

Ajello L and R.J. Hay. 1997. Medical Mycology Vol 4 Topley & Wilson's
Microbiology and Infectious Infections. 9th Edition, Arnold London.
Kwon-Chung KJ and JE Bennett 1992. Medical Mycology Lea & Febiger.

Richardson MD and DW Warnock. 1993. Fungal Infection: Diagnosis and


Management. Blackwell Scientific Publications, London.

Rippon JW. 1988. Medical Mycology WB Saunders Co.

Anda mungkin juga menyukai