Mikosis sistemik merupakan infeksi jamur yang diawal dengan jalur masuk
(portal of entry) kedalam tubuh, biasanya bagian dalam seperti paru, saluran
gastrointestinal, atau sinus paranasal. Jamur ini mampu menyebar melalui aliran
darah untuk menghasilkan suatu infeksi yang generalisata. Dalam praktik,
terdapat dua variasi utama dari mikosis sistemik:
(1) mikosis oportunistik dan,
(2) mikosis respiratori endemik.
Mikosis sistemik oportunistik utama pada manusia adalah kandidiasis sistemik
atau deep candidiasis, aspergillosis, dan zygomycosis sistemik. Pasien yang
mengalami ini dengan penyakit berat yang mendasari seperti AIDS, atau dengan
neutropenia yang disebabkan keganasan, transplantasi organ solid, atau
pembedahan yang luas. Dengan penggunaan kombinasi terapi antiretrovirus,
insiden dari mikosis sistemik pada pasien yang terinfeksi human
immunodeficiency virus (HIV) telah berkurang. Pada pasien neutropenia
khususnya, terkadang jamur lainnya juga dapat menyebabkan infeksi. Kondisi
yang mendasari lainnya yang menjadi predisposisi terhadap mikosis lain, dan
suatu skema terlihat pada tabel 190-2. Umumnya, keterlibatan kulit tidak sering
pada infeksi oportunistik ini, yang dapat terjadi pada berbagai iklim dan
lingkungan. Manifestasi klinis dari mikosis oportunistik juga bervariasi karena
bergantung pada tempat masuknya organisme dan penyakit yang mendasari.
Mikosis respirasi endemik berupa histoplasmosis (tipe klasik dan Afrika),
blastomycosis, occidioidomycosis, paracoccidioidomycosis, dan infeksi akibat
Penicillium marneffei. Gejala klinis dari infeksi ini disebabkan oleh keadaan yang
mendasari pada pasien, dan banyak muncul pada keadaan status
imunodefisiensi khususnya AIDS. Namun, jamur ini mengikuti pola klinis dari
semua infeksi. Infeksi ini juga dapat dialami individu sehat. Khususnya mereka
yang tinggal pada daerah yang dikenal endemik ditentukan oleh faktor yang
mendukung untuk bertahannya organisme penyebab di lingkungan, seperti iklim.
Jalur masuk infeksi biasanya dari paru-paru. (Fig. 190-8).
Praktiknya, karena kecenderungan dari kedua kelompok dari infeksi untuk
muncul pada pasien yang mempunyai predisposisi, perbedaan antara mikosis
oportunistik dan endemik masih belum jelas. Terutama pada kasus
cryptococcosis, yang mempunyai gambaran klinis dan patologis yang sama
dengan dua tipe utama dari mikosis respirasi sistemik namun terutama terlihat
pada pasien yang belum diobati.
Figure 190-8 Jalur infeksi dan penyebaran ke kulit dari mikosis (respiratory)
endemik. CNS = sistem saraf pusat (central nervous system).
HISTOPLASMOSIS
Jamur dari genus Histoplasma dimorfik menyebabkan sejumlah infeksi yang
berbeda pada hewan dan manusia. Hal ini bervariasi dari equine farcy, atau
equine histoplasmosis, suatu infeksi yang menyebar dari kuda disebabkan oleh
Histoplasma farciminosumto, kepada manusia, dikenal dalam dua bentuk:
(1) histoplasmosis klasik atau bentuk kecil dan
(2) African histoplasmosis.
Ini disebabkan oleh dua varian Histoplasma capsulatum berturut-turut: (1) H.
Capsulatum var. capsulatum dan (2) H. capsulatumvar. duboisii. Histoplasma ini
dibedakan karena fase ragi (yeast) berbeda dalam ukuran, capsulatum bervariasi
dalam memproduksi sel dari diameter 2-5 m dan duboisiiform memproduksi sel
berdiameter 1015 m. Perbedaan lain yang penting yaitu epidemiologi dan
gejala klinis. Jamur ini juga menunjukkan seikit perbedaan antigenik yang
tampak dalam serodiagnosis namun fase miselial nya identik. Dua tipe dari
infeksi manusia akan mengacu pada histoplasmosis dan African histoplasmosis
karena istilah ini digunakan secara luas.
SMALL-FORM / CLASSIC HISTOPLASMOSIS / HISTOPLASMOSIS CAPSULATI.
Gejala Klinis
Spektrum histoplasmosis termasuk asimtomatik dan infeksi simtomatik yang
jinak, dan variasi dari suatu infeksi diseminata yang progresif dengan
penyebaran melalui aliran darah menyebar ke organ multipel. Lesi kulit dapat
muncul sebagai hasil dari pembentukan kompleks imun dalam infeksi primer
(erythema multiforme) atau dari penyebaran langsung setelah penyebaran dari
paru-paru, jarang, infeksi muncul pada titik inokulasi kedalam kulit.
Bentuk asimtomatik histoplasmosis dengan definisi tanpa gejala namun, orang
yang terpapar biasanya memiliki skin test histoplasmin yang positif. Persentase
dari reaksi skin test pada komunitas mengindikasikan adanya paparan, dan pada
darerah endemik, ini berkisar dari 5% - 90%. Terkadang, nodul asimtomatik pada
paru-paru diangkat pada bedah eksplorasi atau otopsi ditemukan mengandung
Histoplasma.
Acute Pulmonary Histoplasmosis.
Terdapat papul, nodul kecil, atau lesi kecil menyerupai moluscum yang
selanjutnya muncul menjadi ulkus dangkal. Lesi kulit ini sering pada pasien
dengan HIV positif dibandingkan dengan lainnya dengan histoplasmosis
diseminata. Infiltrat mikronodul paru yang difus juag muncul. Pasien mengalami
penurunan berat badan yang progresif dan berat, demam, anemia, dan
hepatosplenomegali.
Perbedaan antara penyebaran histoplasmosis akut dan kronik agak buatan
karena ini hanya mewakili prilaku ekstrem, dengan perkembangan yang terjadi
selama beberapa bulan, di satu sisi, dan selama beberapa tahun, di sisi lain .
Bentuk peralihan terjadi, dan organ-organ lain seperti meninges dan jantung
mungkin akan dikenai.
(Fig. 190-10). Bentuk mycelial jarang pada jaringan. PCR berdasarkan pada
metode diagnostik molekuler tersedia pada beberapa center.
AFRICAN
HISTOPLASMOSIS
HISTOPLASMOSIS DUBOISII).
(LARGE-FORM
HISTOPLASMOSIS
OR
African histoplasmosis sporadis dan jarang pada pasien AIDS. Sering pada
pasien dari daerah selatan Sahara, dan utara suangai Zambezi di Afrika. Infeksi
diluar Afrika semuanya berasal dari Afrika. Gejala paling sering yaitu pada kulit
dan tulang, meskipun nodus limfa dan organ lain, termasuk paru-paru, dapat
dikenai. Lesi kulit berkisar dari papul kecil menyerupai moluskum contagiosum
sampai abses dingin, terjadinya sinus, atau ulkus. Tidak jelas apabila terdapat
suatu bentuk asimtomatik dari African histoplasmosis seperti histoplasmosis
klasik. Diagnosis dikonfirmasi dengan kultur dan pemeriksaan mikroskopik
(mikroskopi langsung atau histopatologi). Organisme H. capsulatum var. duboisii
berbeda dari bentuk capsulatum yang lebih kecil. Biasanya berbeda dalam
diameter 1015 m, sedikit berbentuk pir, dan berkelompok dalam sel raksasa.
Serologi histoplasma menggunakan pemeriksaan konvensional, sering negatif
pada African histoplasmosis.
Terapi
Pilihan terapi untuk histoplasmosis bergantung pada derajat keparahan dari
penyakit. Untuk pasien dengan banyak diseminata atau terlokalisir, oral
itraconazole (200400 mg/hari) sangat efektif. Ini telah digunakan untuk terapi
supresif jangka panjang, pada pasien AIDS setelah terapi primer dengan
itraconazole atau amphotericin B. Namun, terdapat bukti bahwa jumlah CD4
tidak turun pada pasien dengan terapi antiretrovirus
(highly
active
antiretroviral therapy (HAART)), terapi supresif dapat dihentikan. Pada pasien
AIDS, banyak yang mendapat terapi untuk histoplasmosis,suatu sindrom
rekonstitusi imun telah dilaporkan setelah mendapat terapi HAART dengan
obstruksi intestinal, uveitis, dan arthralgia. Amphotericin B intravena (sampai 1
mg/kg/hari) diberikan pada pasien dengan infeksi yang luas dan berat dan
alternatif utama digunakan. Ketoconazole dan fluconazole efektif pada banyak
Lesi kulit pada penyebaran yang luas biasanya berupa papul, abses, atau ulkus
kecil. Blastomycosis yang luas telah ditemukan pada pasien AIDS, namun jarang.
DIAGNOSIS BANDING.
Granuloma kulit kronis harus dibedakan dari yang disebabkan oleh tuberkulosis,
deep mycoses lainnya, kanker kulit nonmelanoma, pyoderma gangrenosum, dan
reaksi obat akibat bromida dan iodida.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM.
Jamur dapat ditemukan dalam KOH pada nanah, kerokan kulit, atau sputum
berupa sel berdinding tebal , bulat refractile sel bulat dengan tunas berdasar
luas (Fig. 190-13). Pada kultur, jamur tumbuh sebagai jamur mycelial pada suhu
ruangan. Jamur ini menghasilkan konidia yang kecil, bulat, atau berbentuk pir.
Pada suhu tinggi, [37C (98.6F)] dan pada media, menghasilkan ragi dengan
tunas yang khas. Molecular probes akan mengkonfirmasi identitas. Pada
potongan jaringan, organisme khas dengan tunas yang besar akan ditemukan
meskipun penting untuk mencari beberapa lapangan untuk menemukan sel
khas. Ini sering ditemukan pada sel raksasa atau dikelilingi oleh neutrofil. (Fig.
190-14). Antibodi terhadap B. dermatitidis sering ditemukan pada sera pasien
yang terinfeksi, dan garis precipitin khas, garis/pita E telah ditemukan pada
jumlah banyak pada banyak kasus yang terbukti. Terdapat pula suatu
pemeriksaan ELISA untuk blastomycosis. Terdapat juga deteksi antigen yang
sangat akurat pada pemeriksan urin.
TERAPI
Terapi serupa dengan terapi histoplasmosis; itraconazole (200400 mg/hari)
digunakan pada bentuk yang tidak berat atau jika ada, hanya pada kasus
terlokalisir. Voriconazole juga efektif melawan infeksi aktif. Terapi biasanya
diberikan setidaknya 6 bulan. Follow-up surveilans penting karena relaps dapat
terjadi, khususnya jika terdapat infeksi bagian atau pasien imunosupresi.
Amphotericin B (sampai 1 mg/kg/hari) umumnya digunakan untuk terapi dari
bentuk blastomycosis diseminata.
COCCIDIOIDOMYCOSIS (COCCIDIOIDAL GRANULOMA,
JOAQUIN VALLEY FEVER, DESERT RHEUMATISM)
VALLEY
FEVER,
SAN
dapat menyebabkan infeksi dalam jumlah besar. Jalur infeksai biasanya melalui
pernafasan, meskipun implantasi langsung pada kulit dapat terjadi walau jarang.
GEJALA KLINIS
Seperti mikosis sistemik lain, ada bentuk asimtomatik atau subklinis dari
coccidioidomycosis yang umum di daerah endemis , dilihat dari persentase
reaktor uji kulit untuk coccidioidin pada populasi yang sehat. Penyakit paru
primer, merupakan tipe klinis yang paling umum, muncul sebagai infeksi dada
dengan demam , batuk , dan nyeri dada. Komplikasi seperti efusi pleura dapat
terjadi. Eritema multiforme atau eritema nodosum, sering disertai dengan
arthralgia atau uveitis anterior, terjadi dari minggu ketiga sampai ketujuh pada
sekitar 10 % -15 % pasien dan lebih sering terjadi pada wanita . Sering diawali
dengan makula eritematosa dan ruam terlihat dalam beberapa penyakit paru
kronis pasien. Penyakit muncul berupa batuk kronis dan menyerupai
tuberkulosis. Lesi kulit biasanya tidak terjadi pada fase ini.
Pada infeksi kulit primer, yang jarang, setelah inokulasi , terdapat nodul indurasi
yang muncul 1-3 minggu setelah trauma lokal. Hal ini diikuti dengan
limfadenopati regional. Coccidioidomycosis diseminata terjadi kurang dari 0,5 %
dari individu yang terinfeksi. Hal ini terutama terlihat pada pasien dari latar
belakang etnis tertentu ( kulit hitam Amerika , Filipina , atau Meksiko ),
tampaknya pajanan tidak bergantung pekerjaan atau kelas sosial ekonomi, pada
wanita hamil, dan pada pasien imunosupresi, termasuk pasien dengan AIDS .
Pada penyakit diseminata, lesi dapat muncul pada kulit, jaringan subkutan,
tulang, sendi , dan semua organ. Lesi kulit ( Gbr. 190-15 ) adalah papul, nodul,
abses, granuloma, bisul, atau pengeluaran sinus di mana terdapat penyakit
tulang atau sendi yang mendasari. Beberapa lesi muncul plak yang datar dengan
atrofi bagian tengah. Meningitis adalah komplikasi penting dan biasanya tidak
terkait dengan tanda-tanda infeksi pada tempat lain. Pada pasien AIDS,
pneumonia terus-menerus, lesi kulit , dan penyebarluasan bisa terjadi.
DIAGNOSIS BANDING.
Dokter di daerah endemis harus menyadari hubungan antara eritema nodosum
dan coccidioidomycosis. Hal ini juga dapat terjadi pada pengunjung ke daerah
endemis setelah kunjungan yang tidak lama.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM.
Karakteristik dari temuan laboratorium adalah kemampuan Coccidioidesto
membentuk spora berisi spherules, yang berukuran besar (hingga 250 m) dan
dapat dilihat di KOH sputum, cairan serebrospinal (CSF), atau nanah. Dalam
kultur, koloni Coccidioidesare mycelial, cepat tumbuh, putih, dan seperti kapas .
Pada mikroskop, ada rantai arthrospores pada interval pada miselium yang lebih
tua . Coccidioidesin fase mold sangat menular, dan budaya harus ditangani
dengan hati-hati. Tidak ada tes molekuler komersial untuk coccidioidomycosis.
Berbagai
tes
serologi
bermanfaat
dalam
diagnosis
dan
prognosis
coccidioidomycosis. Presipitin muncul pada sekitar 90 % dari orang yang
terinfeksi dalam 2-6 minggu, tetapi berumur pendek, fiksasi komplemen antibodi
merupakan ciri khas dari infeksi yang lebih parah, dan infeksi aktif, meningkat
menjadi maksimal setelah 6 bulan. Skin test dengan coccidioidin bernilai kecil
dalam mendiagnosis infeksi. Spherulin adalah antigen diperoleh dari spherules C.
immitis mungkin lebih baik daripada coccidioidin untuk mendeteksi sensitisasi.
Namun, pada infeksi berat, anergi kulit sering.
Spherules mengandung endospora berukuran besar dapat ditemukan pada
potongan jaringan, meskipun terdapat variasi berbagai tahap-tahap peralihan
kurang jelas dalam pembentukan spherule kecil yang juga bisa ditemukan.
Sebelum endospora terbentuk, sitoplasma dari spherule imatur
adalah
basophilik dan kemudian pecah menjadi spora. Miselium jarang terlihat di bagian
histopatologi.
TERAPI
Tidak ada terapi khusus dalam infeksi paru primer, dan ada sedikit bukti bahwa
gejala baik diperbaiki atau dipersingkat dengan memberikan obat azol oral,
meskipun ini sudah dipraktekkan luas. Untuk penyakit diseminata, hasil
pengobatan masih bervariasi, tapi amfoterisin B (1 mg / kg sehari), itrakonazol
(200-400 mg per hari), atau flukonazol (200-600 mg per hari) semua dapat
diberikan.
Pengalaman dengan obat antijamur yang lebih baru, seperti vorikonazol dan
posaconazole, terbatas saat ini. Hal ini penting untuk mengikuti pasien dengan
hati-hati, mengingat frekuensi kambuh. Meningitis dan infeksi diseminata
progresif yang melibatkan beberapa tempat semua sangat refrakter terhadap
terapi. Umumnya, coccidioidomycosis jaringan lunak ( kulit dan sendi ) memiliki
prognosis yang lebih baik, dan kematian pada pasien yang datang dengan lesi
tersebut rendah.
PARACOCCIDIOIDOMYCOSIS
(SOUTH
PARACOCCIDIOIDAL GRANULOMA)
AMERICAN
BLASTOMYCOSIS,
bening (bentuk limfatik). Banyak pasien memiliki tipe campuran infeksi dengan
keterlibatan kelompok organ yang berbeda.
Pasien jarang dengan bentuk akut infeksi paru meskipun ini telah diamati dan
dilaporkan jarang mereda sementara penyebaran terjadi. Lebih sering, infeksi
paru cenderung menjadi kronis dan progresif lambat dengan penurunan berat
badan dan batuk kronis. Lesi mungkin bilateral dan nodular di rontgen thoraks,
dan sering ada fibrosis luas. Daerah lain keterlibatan termasuk daerah
mukokutan.
Lesi oral atau circumoral yang umum dalam bentuk mukokutan dari
paracoccidioidomycosis; lesi juga terjadi di hidung, konjungtiva, atau sekitar
anus. Lesi ini mungkin granuloma kecil atau ulkus, sembuh dengan jaringan
parut, yang dapat menyebabkan deformitas. Kelenjar getah bening servikal
kadang-kadang membesar, lunak, dan terfiksir ke kulit di atasnya; jarang
bernanah. Organ sistemik lainnya keterlibatan termasuk limpa, usus, paru-paru,
dan hati.
Paracoccidioidomycosis jarang pada pasien AIDS , meskipun ada yang
merupakan bentuk yang lebih progresif cepat infeksi disebarluaskan terjadi pada
orang dewasa muda atau anak-anak yang lebih tua tanpa predisposisi dikenali.
DIAGNOSIS BANDING.
Termasuk tuberculosis, leishmaniasis, dan deep mycoses lainnya.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM.
Sputum, eksudat, dan kerokan dapat terlihat pada skrining menggunakan KOH.
Tampak sejumlah ragi bulat dengan bentuk karakteristik beberapa jamur di mana
sel induk dikelilingi oleh sejumlah besar tunas kecil. Organisme ini dimorfik dan
menghasilkan kapas pertumbuhan miselia - fase pada isolasi primer pada suhu
kamar.
Sekali lagi , fase ragi karakteristik dapat diinduksi pada media diperkaya seperti
agar campuran otak - hati pada suhu 37 C ( 98,6 F ). Serologi sangat
membantu dalam mengkonfirmasikan diagnosis, tes utama adalah uji
imunodifusi dan tes fiksasi komplemen. Baru-baru ini, antibodi terhadap pb27
dan 87 - kDa antigen telah ditemukan untuk menjadi sangat spesifik untuk
infeksi ini dalam imunoblotting. Ada juga tes antigen - deteksi berguna dalam
memantau pasien dengan penyakit diseminata. Histopatologi, terdapat respon
granulomatosa dicampur dengan fibrosis. Organisme dapat dilihat dengan noda
jamur khusus seperti methenamine silver (modifikasi Grocott). Dalam jaringan,
karakteristik pola tunas dapat dilihat, meskipun mungkin diperlukan untuk
mencari beberapa bidang untuk menemukan struktur yang paling khas
(Gambar . 190-16 ). Pada infeksi yang luas, massa bentuk ragi kecil mungkin
keliru untuk Histoplasma.
TERAPI
darah atau kulit atau apusan sumsum tulang, tetapi mereka dapat terlihat
dengan pewarnaan seperti leishmanin. Dalam kultur P. marneffeiis mold hijau
atau keabu-abuan yang menghasilkan konidiofor Penicillium khas dan pigmen
merah diffusibel. Tidak ada tes serologi komersial, meskipun sistem deteksi
antigen dan reaksi berantai polimerase keduanya telah digunakan dalam
diagnosis, yang kedua untuk identifikasi kultur.
TERAPI
Pada kasus berat, amphotericin B penting. Pada banyak kasus, namun, terdapat
respon baik terhadap itraconazole (200400 mg/hari). Pada AIDS, ini dilanjutkan
setelah terapi inisial untuk mencegah relaps.
CRYPTOCOCCOSIS
Kriptokokosis adalah infeksi yang disebabkan oleh ragi dalam kapsul C.
neoformans. Meskipun jalur utama masuk adalah melalui inhalasi ke paru-paru,
penyakit biasanya muncul dengan tanda-tanda penyebaran paru seperti
meningitis . Lesi kulit dapat berkembang sebagai akibat dari penyebaran atau,
jarang, melalui inokulasi. Hal ini terkait dengan infeksi HIV .
EPIDEMIOLOGI.
Kriptokokosis memiliki distribusi di seluruh dunia meskipun tingkat paparan
mungkin sangat berbeda di negara yang berbeda . C. neoformanshas tiga
varian : ( 1 ) C. Neoformans var. neoformans, ( 2 ) C. Neoformans var. grubii, dan
( 3 ) C. Neoformans var. gattii. Ini sesuai dengan tiga kelompok serotipe: ( 1 ) D ,
( 2 ) A , dan ( 3 ) B atau C.
Varian Neoformans dan grubii dapat diisolasi dari kotoran merpati dan lebih
sering terjadi pada pasien AIDS; gattiiform ditemukan di puing-puing pohon
eucalyptus tertentu di daerah tropis dan California, tetapi jarang diisolasi dari
pasien AIDS. Dua varietas seksual disebut Filobasidiella neoformans dan F.
bacillispora sesuai dengan neoformans / grubii dan gattiivarieties. Secara klinis
perbedaan utama yang harus dilihat adalah mereka antara neoformans dan
varietas gattii. Pasien dengan negara-negara tertentu, imunodeficiency
disebabkan AIDS , limfoma ganas, sarkoidosis, penyakit kolagen, kanker, dan
yang menerima terapi glukokortikoid sistemik sangat rentan. Insiden
kriptokokosis pada pasien dengan AIDS diobati bervariasi di berbagai negara dari
3% menjadi 6 % di Amerika Serikat , 3% di Inggris , lebih dari 12 % di beberapa
bagian Afrika (misalnya, Republik Kongo). Namun, dengan meluasnya
penggunaan terapi HAART kejadian telah menurun. Alunan serotipe D lebih
mungkin ditemukan pada lesi kulit, yang terjadi pada 10 % -15 % dari kasus
kriptokokosis diseminata.
GEJALA KLINIS.
DIAGNOSIS BANDING.
Lesi kulit kriptokokus dapat meniru berbagai kondisi lain, khususnya mikosis
sistemik lainnya pada pasien AIDS . Hal ini penting untuk biopsi dan kultur lesi
yang mencurigakan pada pasien immunocompromised.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM.
Cryptococci besar (5-15 m), tunas sel dengan kapsul yang terbaik diamati
dengan mikroskop langsung pewarnaan tinta India atau Nigrosin ( Gbr. 190-18 ).
Organisme ini tidak sulit untuk tumbuh dalam kultur. Berbagai fitur biokimia,
seperti produksi urease dan kemampuan untuk pigmentasi pada media bibit
Guizotia, merupakan ciri khas; atau probe molekuler dapat digunakan untuk
mengkonfirmasi identitas tes serologi yang cepat dan spesifik. Tes utama adalah
uji deteksi antigen
menggunakan lateks aglutinasi atau ELISA , dan ini
sederhana dan sangat cepat pada darah atau CSF. Titer yang sangat tinggi
ditemukan pada pasien AIDS dalam serum dan CSF. Pasien nonAIDS dengan lesi
kulit tunggal terlokalisir sering antigen jaringan negatif. Ragi pleomorphic besar
merangsang baik reaksi granulomatosa atau peradangan yang sangat sedikit .
Kapsul sel dapat diwarnai menggunakan mucicarmine atau Alcian biru.
TERAPI
Rejimen obat yang paling sering digunakan pada pasien non - AIDS intravena
amfoterisin B dikombinasikan dengan flusitosin. Pada pasien dengan lesi kulit
tunggal dan tidak ada tanda-tanda infeksi, alternatif seperti flukonazol atau
itrakonazol dapat digunakan. Pada pasien AIDS, ada tingkat kekambuhan sangat
tinggi, dan kebijakan umum adalah selama 10-14 - hari amfoterisin B dengan
atau tanpa flucytosine, diikuti oleh fluconazole. Terapi imunosupresi jangka
panjang dapat dihentikan pada pasien yang mendapat ART. Flukonazol diberikan
tunggal adalah sebuah pendekatan alternatif .