Anda di halaman 1dari 47

 Disebabkan oleh jamur saprofit, semu-

anya bersifat dimorfik


 Infeksi biasanya per inhalasi
 Biasanya asimptomatis
 Terjadi pada orang –orang tertentu yang
mempunyai daya immun rendah & bersifat
fatal
 Menginfeksi organ – organ dalam
Patogenesis & gambaran klinis:
 Arthroconidia  per inhalasi 2/3 penderita
bersifat asymptomatis & 1/3 penderita
menunjukkan gejala mirip influenza (demam,
batuk, arthralgia, sakit kepala)
 15% penderita yang menunjukkan gejala :
membentuk reaksi hipersensitivitas 1-2 minggu
kemudian (bentuk erytema )
 Gejala2 tsb diatas disebut sebagai valley
fever / desert rheumatism  dapat sembuh
sendiri
 50% kasus menunjukkan perubahan
radiologik paru berupa infiltrat, pneu-
monia 5 % kasus menunjukkan
residu paru ( nodul soliter atau
cavitas berdinding tipis)  dapat
sembuh sendiri atau menjadi chronis
 1% kasus menunjukkan infeksi
menyebar  fatal
Coccidioidomycosis:
 Disebabkan oleh Coccidioides immitis
 Pada jaringan terinfeksi , pus, sputum / suhu
37ºC berbentuk bola (Spherula) dengan
dinding tebal berisi spora pecah  spora
keluar  tumbuh menjadi spherula baru
 Biakan pada suhu kamar / di alam koloni
seperti kapas, putih, hifa aerial, arthroconidia
conidia/spora infektif
 Antigen : spherulin (filtrat dari spherula) &
coccidioidin (filtrat dari mycelium)
Diagnosis laboratoris:
 Specimen : sputum, pus, cairan spinal, biopsi
jaringan , darah (untuk test serologis)
 Direct microscopy : fresh specimen dicentrifuge
 spherula
 Kultur: arthroconidia dari kultur sangat patogen
(infektif) !!!!
 Serologis : test immunodifusi & aglutinasi latex
 ab IgM &IgG terhadap ag coccidioidin (2-4
minggu setelah infeksi)
Epidemiologi & terapi
 Daerah endemik adalah daerah kering
 Tidak ditularkan dari orang ke orang
 Setelah sembuh dari infeksi primer
terdapat immunitas terhadap reinfeksi
 Infeksi primer pada individu dengan
immunitas normal  sembuh sendiri +
terapi suportif
 Pada individu dengan immunitas tertekan
 terapi azol
Histoplasmosis :
 Disebabkan oleh Histoplasma capsulatum
 Merupakan mycosis intrasel
 Pada sel fagosit atau pada kultur 37ºC 
terdapat sel yeast budding uninucleat
 Kultur : Pada SDA dengan suhu kamar koloni
putih-coklat seperti kapas conidia berdinding
tebal, mempunyai tonjolan (conidia
tuberculate) & microconidia
 Antigen : histoplasmin
 Infeksi : per inhalasi  99% asymp-
tomatis
 1% penderita menunjukkan gejala seperti
influenza  sembuh sendiri
 Infeksi berat  terutama pada individu
dengan sistim immun rendah RES :
lympadenopathy, splenomegali &
hepatomegali ; demam tinggi & anemia 
tanpa terapi antimikotik  fatal
 Histologik: Pada Organ – organ dalam
yang terinfeksi  terdapat daerah ne-
krosis + granuloma & sel fagosit
berisi yeast
 Fungi ini banyak tumbuh pada tanah yang
mengandung tinja burung / kelelawar
 Tidak dapat ditularkan dari orang ke
orang
 Terapi : suportif + amphotericin B
Blastomycosis:
 Disebabkan oleh Blastomyces dermatitidis
 Berupa granulomatosa chronis
 Pada jaringan terinfeksi, pus, eksudat atau pada
kultur 37ºC  terdapat yeast multinucleat
 Antigen : blastomisin
 Infeksi: per inhalasi infiltrasi paru ( mirip
dengan kelainan paru akibat mikroorganisme
lain )
 Histologik : pyogranulomatosa ,
netrofil , granuloma non kaseosa
 Specimen : sputum, pus, eksudat,
urine, biopsi
 Direct microscopy : yeast
 Terapi : amphoterisin B
Paracoccidioidomycosis:
 Disebabkan oleh Paracoccidioides bra-
siliensis
 Infeksi : per inhalasi  paru  organ lain
 Pada jaringan terinfeksi  terlihat yeast
banyak tunas /tuberculate
 Histologis: granuloma kaseosa, yeast
di dalam giant cell
 Antigen : paracoccidioidin
Opportunistic mycosis:
 Disebabkan oleh fungi non patogen &
flora normal (eg : candida sp., Penicillium
sp., Aspergillus sp., Mucor ,
Rhyzopus,cryptococcus sp . etc)
 Biasanya menimbulkan infeksi pada
individu dengan sistim immun terganggu
Candidosis / candidiasis :
 Penyebab tersering adalah Candida
albicans  merupakan flora normal
 Morfologi : yeast & pseudohyphae
 Specimen : swab & scraping permukaan
lesi, sputum, eksudat dll ( tergantung
kasusnya)
Gambaran klinis :
1. Candidosis mulut :
 = sariawan
 Pada mucosa mulut terdapat bercak
putih (berisi pseudomycelium)
 Predisposisi : pemakaian corticosteroid,
antibiotika, diabetes, immunodefisiensi
2. Candidosis pada genitalia wanita :
 Berupa vulvovaginitis
 Terdapat iritasi, gatal & pengeluaran sekret
 Predisposisi : kehilangan pH asam pada genitalia
wanita, hamil, terapi progesteron, terapi
antibiotika, diabetes

3. Candidiasis cutan :
 Pada kulit yang lembab ( lipatan-lipatan)
 Lesi merah, terdapat sekret
 Predisposisi : penderita diabetes, obesitas
4. Candidiasis kuku:
 Ada paronikia Nyeri, bengkak, merah
 Terdapat penebalan & terjadi alur trans-
versal pada kuku

5. Candidosis paru & organ lain:


 Merupakan infeksi sekunder

6. Candidosis mucocutan chronis


 Pada individu dengan immunodefisiensi
Cryptococcosis:
 Disebabkan oleh Cryptococcus neo-
formans
 Fungi ini berupa yeast dengan capsul
karbohidrat
 Merupakan fungi saprofit terutama pada
tinja kering burung merpati
 Gambaran klinis : berupa meningitis
chronis
Aspergillosis:
 Disebabkan oleh Aspergillus fumigatus
 Gambaran klinis : keratitis, sebagi fungi pen-
cemar luka bakar, otitis eksterna, aspergillosis
paru.
 Aspergillosis paru :
1.fungus balls ( fungi tumbuh pada rongga /
sinus yang sudah ada sebelumnya)
2.granuloma invasif  menyebabkan
pneumonia necrotic, haemoptisis  menyebar
ke organ lain
3.allergic
Mucormycosis:
 = zigomycosis = fikomikosis
 Disebabkan oleh golongan zigomycetes /
mucorales eg: Mucor & Rhyzopus
 Fungi ini mempunyai morfologi yang
sama, perbedaannya : Rhyzopus
mempunyai “rhizoid”
 Fungi ini berproliferasi pada dinding
pembuluh darah  trombosis

Anda mungkin juga menyukai